Anda di halaman 1dari 21

Makalah Budidaya Tanaman Alpukat

Tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman Hortikultura


Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Ramdan Hidayat, M

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, Maret 2018

Ayu Ningsih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
2.1 Tanaman Alpukat.....................................................................................................3
2.2 Botani Tanaman Alpukat..........................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
3.1 Syarat Tumbuh.........................................................................................................6
3.2 Teknik Budidaya.......................................................................................................7
3.3 Panen dan Pascapanen...........................................................................................13
BAB IV....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
4.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup
lama di Indonesia, sekitar dua abad yang lalu.
Pengembangan tanaman alpukat di tanah air
tampaknya belum merata. Buah alpukat merupakan
buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak,
dan energi buah yang tinggi. Buah alpukat bukan
hanya sekedar sumber vitamin dan mineral, tetapi
dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia
energi.
Namun masyarakat kita, khususnya
masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah
alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama
sirop dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya
minum buah alpukat seyogianya dapat diubah
menjadi pola konsumsi makan buah alpukat,
khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah
dataran tinggi dan desa terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah alpukat
merupakan komoditas buah yang penting; volume
perdagangannya menempati urutan kelima susudah
jeruk, pisang, nenas, dan mangga. Pengembangan
tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis saat
ini kiranya akan dapat memberikan manfaat dan
meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat
dan ekonomi, khususnya dalam usaha perbaikan
kesehatan gizi, serta sosial ekonomi dan lingkungan
hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah
berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat),
1
alpokat (Jawa Timur
atau Jawa Tengah),
boah pokat, jamboo
pokat (Batak),
advokat, jamboo
mentega, jamboo
pooan, pookat
(Lampung) dan lain-
lain.
Tanaman
alpukat bukan tanaman
asli Indonesia,
tanaman alpukat
berasal dari dataran
rendah/tinggi Amerika
Tengah dan
diperkirakan masuk ke
Indonesia pada abad
ke-18. Secara resmi
antara tahun 1920-
1930 Indonesia telah
mengintroduksi 20
varietas alpukat dari
Amerika Tengah dan
Amerika Serikat untuk
memperoleh varietas-
varietas unggul guna
meningkatkan
kesehatan dan gizi
masyarakat, khususnya
di daerah dataran
tinggi.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat tumbuh buah alpukat?
2. Bagaiman teknik budidaya buah alpukat?
3. Bagaimana cara panen dan penanganan pascapanen buah alpukat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh buah alpukat.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya buah alpukat.
3. Untuk mengetahui cara panen dan penanganan pascapanen buah alpukat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat memiliki nama latin Persea Americana Mill. Tanaman


alpukat adalah tanaman buah yang memiliki pohon berkayu yang tumbuh menahun.
Tanaman alpukat umumnya memiliki tinggi tanaman antara 3 – 10 m, dengan batang
yang berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, serta berdaun rimbun. Tanaman alpukat
merupakan buah yang berasal dari daerah tropik Amerika. Menurut seorang ahli
boatani Soviet, sumber genetik alpukat berasal dari Meksiko bagian selatan dan
Amerika Tengah, kemudian menyebar ke berbagai Negara yang beriklim tropik.
Pengembangan alpukat di Indonesia mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa, namun
sekarang telah menyebar hamper di seluruh provinsi. Alpukat cocok ditanam di
daerah tropis pada lahan-lahan kering untuk memperbaiki lingkungan dan mencegah
terjadinya erosi. Tanaman alpukat memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena
tanaman ini merupakan komoditas perdagangan di pasar dalam negeri dan luar negeri
(Rahmawati, 2010).

2.2 Botani Tanaman Alpukat


Klasifikasi Tanaman Alpukat

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
Morfologi Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan memiliki
akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga pemupukan
harus dilakukan dengan cara yang benar.

Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna


coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan
dan okulasi

Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di


ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit,
ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke atas,
bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya
kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul.

Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya
sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, berwarna kekuningan, berbulu halus dan benang
sari dalam 4 karangan. Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat
pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup
antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang
berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi.
Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe
A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari
pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan
mekar pada pagi hari berikutnya. Menurut Sunarjono (2003) tipe A merupakan
tanaman yang mekar pertama pada waktu pagi, jenis kelamin yang masak terlebih
dahulu adalah jenis kelamin betina (putiknya). Mekar kedua terjadi sore, jenis
kelamin yang masak adalah jenis kelamin jantan (tepung sari). Dengan demikian pada
waktu pagi semua tanaman tipe A bertindak sebagai betina, sedangkan pada sore hari
bertindak sebagai jantan. Sedangkan tipe B merupakan tanaman alpukat yang mekar
pertama terjadi pada waktu
sore hari. Dengan putik masak terlebih dahulu. Mekar kedua terjadi pada waktu pagi
hari berikutnya. Dengan tepung sari yang masak terlebih dahulu.

Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan bulat tidak
simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg, berwarna hijau atau
hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki kulit yang lembut dan
memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat bervariasi dari
warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu dengan bentuk
seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan. Buah
alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x 4 cm.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Syarat Tumbuh

Syarat tumbuh perlu diketahui agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia.
Adapun syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Iklim
a) Sinar Matahari
Penyebaran energi matahari ke permukaan bumi merupakan pengendali yang
besar pengaruhnya terhadap cuaca dan iklim. Setiap tahun dipancarkan 2,9 x 1023 kal
dan diterima bumi sebanyak 1,3 x 1024 kal. Di bumi, panas ini dipergunakan untuk
proses hidup manusia, hewan, dan tanaman. Bagi alpukat, mengingat tanaman ini
banyak tersebar di daerah tropis hingga subtropis, tampaknya pengaruh sinar matahari
bukan merupakan soal yang penting.
b) Suhu
Alpukat termasuk tanaman yang mudah menyesuaikan dengan
lingkungannya. Di dataran rendah, alpukat dapat bertoleransi pada suhu tidak lebih
dari 30°C. Sedangkat di dataran tinggi tidak lebih dari 15°C.
c) Angin
Angin sangat diperlukan oleh tanaman alpukat terutama dalam proses
penyerbukan. Selain serangga, angin dapat membantu terjadiya penyerbukan. Dengan
bantuan hembusan angin, serbuk sari yang masak dari satu tanaman alpukat dapat
mencapai putik tanaman alpukat lain disekitarnya yang telah siap diserbuki.

d) Curah hujan
Alpukat akan menghasilkan buah yang baik bila ditanaman di daerah curah
hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Daerah yang cocok untuk pertanaman alpukat
adalah yang mempunyai tipe curah hujan sebagai berikut :
 Tipe A = 12 bulan basah dan 0 bulan kering
 Tipe B = < 9-12 bulan basah dan 1-2 atau 2-4 bulan kering
 Tipe C = 5-6 bulan basah dan 5-6 bulan kering
Perhatian bulan basah adalah bila curah hujan lebih dari 100mm/bulan. Sedangkan
bulan kering adalah bila curah hujan dibawah 100mm/bulan.

2. Ketinggian tempat
Alpukat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, mulai dari yang rendah
(0 m dpl) sampai dtaran tinggi (2.000 m dpl). Namun, alpukat paling cocok ditanam
pada ketinggian antara 200-1.000 m dpl. Pada ketinggian seperti ini akan dihasilkan
buah yang lebat. Sebelum menanam harus disesuaikan antara ketinggian tempat dan
jenis alpukatnya. Untuk jenis mexican dan guatemalan biasanya lebih cocok bila
ditanam di daerah dengan ketinggian 1.000-2.000 m dpl. Sebaliknya jenid india barat
cocok ditanam pada ketinggian tempat anta 0 sampai 1.000 m dpl.

3. Tanah
Tanah yang paling cocok untuk pertanaman alpukat adalah tanah remah
berhumus dan tanah lempung berpasir. Jangan menanam alpukat ditanah padat,
karena air mudah menggenang. Sebab, air yang menggenang akan menyebabkan
penyakit. Keasaman tanah juga perlu diperhatikan, karena faktor ini akan
mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Alpukat sebaiknya
ditanam pada tanah ber-pH antara 5,5-6,5. Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan
menderita keracunan, karena unsur- unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang
cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe,
Mg, dan Zn akan berkurang. Akibat lain dari pH yang tidak tepat adalah terbentuknya
ion bikarbonat dalam jumlah yang banyak. Ion ini dijumpai pada tanah dengan pH
sangat tinggi (lebih dari 8,0) dan mengganggu serapan normal unsur lain sehingga
sangat merugikan pertumbuhan (Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).

3.2 Teknik Budidaya


3.2.1 Pembibitan
1. Persyaratan bibit yang baik antar lain :
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan
adanya persarian bersilang.

2. Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif
(melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan
mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang
menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada
kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan
bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah
yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

3. Teknik Penyemaian Bibit


a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah
berumur 6-7 bulan atau dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman
berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm
atau kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu.
Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan
berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai
dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,
kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat
atau dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik,
rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan
serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-
enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan
lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit
sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau
putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan
kelthane.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan,
dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.

b) Penyambungan mata (okulasi)


Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal
berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan
yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang
paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah
dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang
10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik
ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit
kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak
mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah
disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan
sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-
5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15
hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat
melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi,
lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah
batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok
yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan,
kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini
dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan
yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan. dalam
perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban
udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan
jangan terlalu tinggi (antara 15- 25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada
musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit
yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu
sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan
melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam
1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam
kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu
saja (Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).

3.2.2 Pengolahan Media Tanam


Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus
bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta
batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau
ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan
saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal
atau saat musim hujan (Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).

3.2.3 Teknik Penanaman


1. Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara
varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman
alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo
panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas
alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe
bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar,
waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang
tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal,
ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga.
Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi
antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-
bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

2. Pembuatan Lubang Tanam


 Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75
cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
 Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
 Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian
atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke
dalam lubang.
 Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan
mengingat letak lubang tanam.

3. Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan
tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal
yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus
lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air
bila disirami atau turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
 Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit.
 Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar
gumpalan tanah tetap utuh.
 Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang
setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
 Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari
secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan
tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur.
Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang
2-3 minggu (Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman


1. Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak
terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan,
gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena
itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut
harus disiangi (dicabut) secara rutin.

2. Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan
udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat
leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman
perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.

3. Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman
perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah
pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

4. Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh
terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara
hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan
luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

5. Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program
pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman
alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya
kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program
pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan
KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea,
TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon
dan 0,2-
0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea,
TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon,
dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat
tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya
pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan
menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang
tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman (Y.
Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).

3.3 Panen dan Pascapanen


3.3.1 Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
 Warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
 Bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang
nyaring;
 Bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman
tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan
kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga
mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh.
Bila buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut
telah tua dan siap dipanen.

2. Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu
dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak
memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan
menggunakan alat atau galah yang diberi tangguk kain atau goni pada
ujungnya. Saat dipanen, buah harus
dipetik bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar,
luka atau infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
3. Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan,
dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan
Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman
alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.

4. Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah
baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat
diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg (Y. Hety Indriati dan Emi
Sumiarsih. 1992).

3.3.2 Pascapanen
1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran
yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara
pencucian tergantung pada kotoran yang menempel. Bila kotoran sangat tebal,
buah dibersihkan dengan cara merendamnya didalam air. Namun bila tipis,
cukup di lap dengan kain basah atau kering.

2.Sortasi
Penyortiran buah dilakukan dengan tujuan memilih buah yang baik
dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri
sebagai berikut:
a) Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
b) Cukup tua tapi belum matang.
c) Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3
buah atau berbobot maksimal 400 g.
d) Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk
lonceng.

3. Pemeraman dan Penyimpanan


Buah alpukat merupakan buah klimakterik untuk mencapai tingkat
kemaskan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik. Bila tenggang
waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu.
Alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari untuk
memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya
dalam ruangan bersuhu 5° C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat
diperlambat samapai 30 – 40 hari. Akan tetapi menurut penelitian Darmawati
(2012) pada penyimpanan hari ke 10 dengan suhu 5° C terindikasi adanya
gejala chilling injury ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kekerasan
dimana kulit dan daging buah mengeras dibeberapa tempat dengan warna
coklat. Perlakuan suhu dingin tidak lebih dari 10 hari agar kualitas dan
kuantitas buah tidak menurun drastis.

4. Pengemasan
Kemasan adalah tempat yang digunakan untuk mengemas suatu
komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor.
Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-
karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan
kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak
karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak
karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan
diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton (Y. Hety Indriati dan
Emi Sumiarsih. 1992).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


a) Penanaman tanaman alpukat harus disesuaikan dengan syarat tumbuh dari
alpukat.
b) Budidaya tanaman alpukat meliputi persiapan lahan, penyemaian, teknik
penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
c) Buah alpukat dipanen pada saat 6 bulan setelah bunga mekar, dipanen
dengan cara memetik dengan menyertakan tangkai sepanjang 3 cm.
d) Penanganan pascapanen mulai dari pencucian, sortasi, pemeraman,
penyimpanan dan pengemasan.

4.2 Saran
Untuk memperoleh bibit yang berkualitas dapat dilakukan dengan
perbanyakan secara generatif yaitu mengambil biji dari buah yang sudah cukup tua,
buahnya tidak jatuh hingga pecah dan dapat dilakukan dengan perbanyakan secara
vegetatif yaitu : Penyambungan pucuk (enten) dan Penyambungan mata (okulasi).

Teknik budidaya tanaman alpukat harus memperhatikan lahan, pola tanam,


penggunaan varietas, waktu tanam, pemeliharaan tanaman, penggunaan bibit,
pemakaian pupuk, cara panen dan penanganan pascapanen.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, E dan Fauzan, A A. 2012. Kajian Identifikasi Chilling Injury pada Buah
Alpukat secara Non Destructive menggunakan Gelombang Ultrasonik. Peran
Keteknikan Pertanian Dalam Pembangunan Industri Pertanian Berkelanjutan
Berbasis Kearifan Lokal.Universitas Udayana,. Bali.

Indriati, Y. Hety dan Emi Sumiarsih. 1992. Alpukat.Penebar Swadaya. Jakarta

Rahmawati, R. 2010. Khasiat dan Cara Olah Alpukat. Pustaka Baru Press,

Yogyakarta.

Sunarjono, Hendro. 2003. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru


Algesindo. Bandung

Anda mungkin juga menyukai