Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR RISIKO BRONKOPNEUMONIA PADA USIA DIBAWAH LIMA TAHUN YANG

DI RAWAT INAP DI RSUD DR.H.ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN


2015

Fransisca T Y Sinaga1

1
Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

ABSTRAK

Latar Belakang :Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu masalah
kesehatandi seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk
Indonesia. Halini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian
karena infeksi saluran pernafasan akut khususnya bronkopneumonia terutama pada bayi
dan balita. Salah satu satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan mengetahui
faktorrisiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia.
Tujuan Penelitian : Mengetahui faktor risiko bronkopneumonia pada anak usia
dibawahlima tahun yang rawat inap di Ruang Alamanda di RSUD Dr.H Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2014.
Metode Penelitian : Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Analitik,
desainpenelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Analisis data dilakukan
dengan ujiChi Square dengan nilai a = 0,05.
Hasil : Didapatkan total balita bronkopneumonia sebanyak 158 anak. Diambil
sampel 113 anak dengan hasil uji statistik univariat didapat lebih banyak balitausia 1-12
bulan yaitu 73 balita (64,6%), jenis kelamin laki-laki yaitu 66 balita (58,4%),
balitadengan berat badan lahir yaitu=2500 gram 60 balita (53,2%), balita dengan
imunisasi tidaklengkap yaitu98 balita (86,7%) dan balita dengan riwayat ASI tidak
eksklusif sebanyak100 balita (88,5%), Hasil uji statistik bivariat ada hubungan usia
balita, riwayat imunisasi,dan riwayat ASI terhadap kejadian bronkopneumonia dengan
nilai p value 0,000; 0,004; 0,009 (<0,05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara usia, riwayat imunisasi dan riwayat ASI
dengan kejadian bronkopneumonia.

Kata kunci : bronkopneumonia, balita, faktor risiko

Pendahuluan akan mempengaruhi dan


menentukanperkembangan anak
Masa lima tahun pertama kehidupan selanjutnya.
merupakan masa yang sangat peka
terhadaplingkungan dan masa inisangat Anak balita merupakan kelompokumur
pendek serta tidak dapat diulang lagi, yang rawan gizi dan rawan terhadap
maka masa balita disebut juga sebagai penyakit. Anak balita harus mendapat
“masa keemasan” (golden period), perlindungan untuk mencegah terjadi
“jendelakesempatan” (window of penyakityang dapat mengakibatkan
opportunity) dan “masa kritis” (critical pertumbuhan danperkembangan
period).Masa balita merupakan periode menjadi terganggu atau bahkandapat
penting dalam tumbuh kembang menimbulkan kematian. Salah satu
anak,kecepatan pertumbuhan anak penyebab kematian tertinggi akibat
balita mulai menurun dan terdapat penyakit infeksi pada anak usia balita
kemajuan dalam perkembangan motorik adalah penyakit infeksi saluran
kasar dan motorik halus. Pertumbuhan pernafasan akut.
dasar yangberlangsung pada masa balita

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 140
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran nosokomial).Menurut data yang
Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi diperoleh dari Profil Kesehatan
akutyang menyerang salah satu bagian Indonesia tahun 2005, jumlah balita
dan atau lebih dari saluran nafas mulai penderita pneumonia di Indonesia ada
dari hidung(saluran atas) hingga alveoli sebanyak 600.720 balita yang terdiri
(saluran bawah) termasuk jaringan dari 155 anak meninggal pada umur di
adneksanya, seperti sinus,rongga telinga bawah 1 tahun dan 49 anak meninggal
tengah dan pleura (selaput paru). pada umur 1-4 tahun.
Pneumonia adalah proses infeksi
akutyang mengenai jaringan paru Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota
(alveoli).ISPA merupakan salah satu Bandar Lampung penyakit pneumonia
masalah kesehatan di seluruh dunia, pada balita naikdalam kurun waktu 2
baik di negara maju maupun di negara tahun terakhir ini menunjukkan
berkembang termasuk Indonesia. Hal kenaikan yang signifikan, pada tahun
ini disebabkan masih tingginya angka 2011 jumlah pneumonia pada balita
kesakitan dan angka kematian karena sebanyak 674 kasus (74,8%) dan pada
ISPA khususnya pneumonia atau tahun 2012 berjumlah 1588 kasus
bronkopneumonia, terutama pada bayi (91,84%). Jumlah kasus penyakit
dan balita. pneumonia terbanyak di kota
BandarLampung sampai bulan Oktober
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada tahun 2013ini adalah sebanyak 235
parenkim paru. Pada umumnya kasus.
pneumoniapada masa anak digambarkan
sebagai bronkopneumonia yang mana Bayi dan anak kecil lebih rentan
merupakan suatukombinasi dari terhadap penyakit ini karena respon
penyebaran pneumonia lobular atau imunitas mereka masih belum
adanya infiltrat pada sebagian area pada berkembang dengan baik. Berdasarkan
kedua lapangan atau bidang paru dan umur, pneumonia dapat menyerang
sekitar bronkhi. siapa saja. Meskipun lebih banyak
ditemukan pada anak-anak. Pada
Insidens pneumonia anak-balita di berbagai umur penyebabnya cenderung
negara berkembang adalah 151,8 juta berbeda-beda, dan dapat menjadi
kasus pneumonia setiap tahun, 10% pedoman dalam memberikan terapi.
diantaranya merupakan pneumonia Infeksi saluran pernafasan akut
berat dan perlu perawatan di rumah merupakan penyakit yang seringkali
sakit. Di Negara maju terdapat 4 juta dilaporkan sebagai 10 penyakit utama
kasus setiap tahun sehingga total dinegara berkembang. Gejala yang
insidens pneumonia di seluruh dunia ada sering dijumpai adalah batuk, pilek, dan
156 juta kasus pneumonia anak balita kesukaran bernafas. Episode atau
setiap tahun. Terdapat 15 negara serangan batuk padaanak, khususnya
dengan insidens pneumonia anak balita balita adalah 6 sampai 8 kali pertahun.
paling tinggi, mencakup 74% (115,3
juta) dari 156 juta kasus di seluruh Disamping disebabkan oleh lebih dari
dunia. Lebih dari setengahnya terdapat 300 jenis kuman, pneumonia dapat
di 6 negara, mencakup 44% populasi disebabkan oleh bakteri, virus, maupun
anak-balita di dunia. Sekitar 80% dari rickettsia.Pneumonia memiliki beberapa
seluruh kasus berhubungan dengan klasifikasi yang digolongkan berdasarkan
infeksi salurannafas yang terjadi di anatomi, etiologi,usia, klinis dan
masyarakat (pneumonia komunitas) epidemiologi. Untuk penelitian ini penulis
atau di dalam rumah sakit (pneumonia membahas bronkopneumonia yang

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 150
merupakan pembagian pneumonia tahun 2015 yaitu mengurangikematian
berdasarkan balita hingga 2/3 dari angkakematian
anatomisnya.Bronkopneumonia tahun 1990. Angka kematian bayibalita
umumnya disebabkan olehbakteri yaitu cenderung menetap dalam paruh waktu
Streptococcus pneumoniae dan pertama upaya pencapaian MDGs 2015.
Haemophylus influenzae. Dengan demikian tahap kedua (2009-
Bronkopneumonia masih merupakan 2014) merupakan kesempatan terakhir
masalah kesehatan anak dengan tingkat bagi percepatan pencapaian MDGs,
mortalitas yang tinggi. Penyakit ini sehingga sudah seharusnya semua
umunya menyerang anak usia dibawah negara, khususnya negaranegara
lima tahun (balita), terutama anak usia berkembang kembali memberikan
<2 tahun. perhatian terhadap ronkopneumonia.

Tingginya angka kejadian pneumonia Upaya pencegahan dalam


tidak terlepas dari faktor risiko pemberantasan pneumonia pada anak
bronkopneumonia. Faktor risiko yang yangmenderita bronkopneumonia telah
sudah teridentifikasi meliputi : usia, dilakukan oleh pemerintah Indonesia
jenis kelamin,status gizi, berat lahir melalui upayapencegahan imunisasi dan
rendah (kurang dari 2.500 gram saat non imunisasi.Program pengembangan
lahir), kurangnya pemberian ASI imunisasi (PPI) yang meliputi pemberian
eksklusif pada enam bulan imunisasi difteri, pertusis, tetanus (DPT)
pertamakehidupan, imunisasi campak, dan campak yang telah dilaksanakan
malnutrisi dankepadatan pemerintah selama ini dapatmenurunkan
rumah.Kemungkinan faktor risiko lain proporsi kematian balita akibat
adalah orang tua yang bronkopneumonia. Hal ini dapat
merokok,kekurangan zinc, pengalaman dimengertikarena campak, pertusis dan
Ibu sebagai pengasuh, penyakit difteri menyebabkan bronkopneumonia
penyerta misalnyadiare, penyakit atau merupakan penyakit penyerta pada
jantung, asma, pendidikan ibu,penitipan bronkopneumonia balita. Upaya
anak, kelembaban udara,udaradingin, pencegahan non imunisasi meliputi
kekurangan vitamin A, dan polusiudara pemberian ASIeksklusif, pemberian
diluar rumah. nutrisi yang baik, penghindaran pajanan
asap rokok, asapdapur,perbaikan
Melihat banyaknya faktor risiko yang lingkungan hidup serta sikap hidup yang
berhubungan dengan kejadian sehat.
bronkopneumonia dan tingginya angka
kematian akibat bronkopneumonia pada Metode Penelitian
balita,maka strategi penanggulangan
bronkopneumonia penting dilakukan Jenis penelitian kuantitatif dengan
oleh setiap negara untuk mendukung pendekatan Analitik, desain penelitian
tercapainya tujuan keempat dari menggunakan pendekatan cross
Milenium Development Goals(MDGs) sectional. Analisis data dilakukan dengan
uji Chi Square dengan nilai α = 0,05

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 151
Table 4-1 menunjukkan distribusi jenis kelaminlaki-laki (58,4%), berat
frekuensi usia,jenis kelamin, berat badan lahir ≤2500 gram (53,2%),
badan lahir, riwayat imunisasi dan riwayat imunisasi tidak lengkap
riwayat ASI. Terlihat bahwa penderita (86,7%), dan riwayat ASI yang tidak
bronkopneumonia lebih banyak eksklusif(88,5%).
padapasien usia 1-12 bulan (64,6%),

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 149
Interval umur terkecil antara 1-12 bulan
sebanyak 73 balita (64,6%) dan
Table 4-2 menunjukkan hubungan umursebanyak 13-60 bulansebanyak 40
antara usia, jenis kelamin, berat badan balita (35,4%). Hasil penelitian
lahir, riwayat imunisasi dan riwayat ASI menunjukan nilai p value 0,000 (<0,05).
dengan bronkopneumonia. Terlihat
faktor risiko yang bermakna Dengan demikian dapat disimpulkan
menyebabkan bronkopneumonia yaitu secara statistik dengan derajat
usia (OR 2,658 p value 0,000); kepercayaan 95%, adahubungan antara
riwayatimunisasi (OR 2,189 p value usia dengan peningkatanrisiko
0,004); dan riwayat ASI (OR 2,162 p bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel
value 0,009) Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014,
dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR
Pembahasan 2,658 artinya usia dapat meningkatkan
risiko untuk terkena bronkopneumonia
Hubungan Umur dengan
sebesar2,6 kali lebih besar.
Peningkatan Risiko
Bronkopneumonia Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan Itma Annah et alldimana usia
Dari tabel distribusi ronkopneumonia
1-12 bulan mempunyai risiko cukup
berdasarkan usia darri 113 pasien.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 149
besar untuk terkena bronkopneumonia, dibandingkan perempuan sebesar
berbeda dengan penelitianZr Ganda 57,4%.Penelitian Zr Ganda juga
yang menyatakan bahwa usia 12-60 menyatakan data yang dikumpulkan
bulan merupakan usia rentan dengan lebih tinggi jenis kelaminlaki-laki
risiko tertinggi terkena sebanyak 64,28%, pembagian jenis
bronkopneumonia dimana puncak kelamin laki-laki lebih banyak
risiko tersebut pada usia 24-48 disebabkanoleh faktor-faktor hormonal
bulan,dan berbeda dengan yang dan faktor keturunan.
dinyatakan oleh Sugihartono et all yang
menyatakan prevalensi Hubungan Berat Badan Lahir dengan
bronkopneumonia cukup konstan yaitu Peningkatan Risiko
37% pada 13-24 bulan, seiring Bronkopneumonia
bertambahnya usia seorang anak maka
Dari tabel distribusi bronkopneumonia
risiko bronkopneumonia akan semakin
berdasarkan berat badan lahir dari 113
menurun.
pasien. Interval berat badan lahir
Hubungan Jenis Kelamin dengan ≤2500 gram sebanyak 60 balita (53,2%)
Peningkatan Risiko dan berat badan lahir > 2500
Bronkopneumonia gramsebanyak 53 balita (46,8%). Hasil
penelitian menunjukan nilai p value
Daritabel distribusibronkopneumonia 0,506 (>0,05). Dengan demikian dapat
berdasarkan jenis kelamin dari 113 disimpulkan secara statistik dengan
pasien.Interval jenis kelamin laki-laki derajat kepercayaan 95%, tidak ada
sebanyak 66 balita (58,4%) dan jenis hubungan antaraberat badan lahir
kelamin perempuan 47 balita (41,6%). dengan peningkatan risiko
Hasil penelitian menunjukan nilai p bronkopneumonia di RSUD Dr.H
value 0,787 (>0,05). Dengan demikian AbdoelMoeloek Provinsi Lampung Tahun
dapat disimpulkan secara statistik 2014.
dengan derajat kepercayaan 95%, tidak
ada hubungan antara jenis kelamin Halini berbeda dengan penelitian yang
dengan peningkatan risiko dilakukan Cicilia Reisy dimana berat
bronkopneumoniadi RSUD Dr.H Abdoel badan lahir terbanyak ≥2500 gram
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014. sebanyak 67%.Dan serupa dengan
penelitian Eviana bayi yang memiliki
Hal ini serupa dengan penelitian yang berat badan lahir ≥2500 gram lebih
dilakukan oleh Susi Hartati dkk, dimana banyak dibandingkan berat badan
secara analisis menunjukan tidak ada <2500gram. Namun serupa dengan
hubungan yang signifikan terhadap jenis penelitian Zr Ganda yang menyatakan
kelamin pasien dengan kejadian bahwa terdapat paling banyak adalah
bronkopneumonia.Hal ini berbeda berat badan <2500 gramsebanyak
dengan penelitian yang dilakukan Roni 67,85%. Dari hasil penelitian Zr Ganda
Antonius dimana jenis kelamin laki-laki dapat disimpulkan bahwa berat badan
mempunyairisiko yang cukup besar lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan
untuk terkenabronkopneumonia sebesar oleh masa kehamilan yang kurang dari
52,2% dengan perbandingan laki-laki : 37 minggu, dimana bayi prematur
perempuan yaitu 1,2:1 sama seperti mudah sekali diserangpenyakit infeksi
penelitian yang karena daya tahan tubuh tidak sanggup
dilakukanolehSugihartono et all yang embentuk antibodi dengan baik.
menyatakan untukkelompok jenis
kelamin lebih banyak laki-laki

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 150
Hubungan Riwayat Imunisasi karena dapat juga dipengaruhi oleh
dengan Peningkatan Risiko status ekonomi yang rendah.
Bronkopneumonia
Hubungan Riwayat ASI Eksklusif
Dari tabel distribusi bronkopneumonia dengan Peningkatan Risiko
berdasarkan riwayat imunisasi dari 113 Bronkopneumonia
pasien.Interval imunisasilengkap
sebanyak 15 orang (13,3%) dan Dari tabel distribusi bronkopneumonia
imunisasi tidak lengkap sebanyak berdasarkan riwayat ASI dari 113
98orang (86,7%). Hasil pasien. Interval ASI sebanyak 13 orang
penelitianmenunjukkan nilai p value (11,5%) dan tidak ASI sebanyak
0,004 (<0,05). Dengan demikian daat 100orang (88,5%). Hasil penelitian
disimpulkan secara statistik dengan menunjukan nilai p value 0,009(<0,05).
derajat kepercayaan 95%, ada Dengan demikian dapat disimpulkan
hubungan antara riwayat imunisasi secara statistik dengan derajat
dengan peningkatan risiko kepercayaan 95%, ada hubungan antara
bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel riwayat ASIdengan peningkatan risiko
Moeloek ProvinsiLampung Tahun 2014, bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel
dari hasil analisi diperoleh pula nilai OR Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014,
2,1, artinya riwayat imunisasi dapat dari hasil analisis diperoleh nilai OR
mengakibatkanpeningkatan terhadap 2,1artinya balita denganriwayat ASI
bronkopneumonia. tidak eksklusif beresiko 2,1 kaliterkena
bronkopneumonia dibandingkan
Hal sebanding dengan penelitian Itma balitadengan ASI eksklusif.
Annah et all yang pada analisis
didapatkan bahwa imunisasi tidak Hal ini sebanding dengan penelitian
lengkap beresiko 2,39 kali lebih besar Sugihartono bahwa ada hubungan
terhadap kejadian bronkopneumonia signifikan antara riwayat pemberian ASI
dibandingkan anak dengan status dengan kejadian bronkopneumonia
imunisasi yang lengkap.Penelitian ini dengan OR 8,9, ini berarti balita yang
sejalan juga dengan penelitian yang mengkonsumsi ASI kurang dari 6 bulan
dilakukan Yafanita yang menyatakan berisiko 8,9 kali lebih besar
status imunisasi merupakan faktor risiko dibandingkan dengan balita yang
kejadian bronkopneumonia pada anak mengkonsumsi ASI secara eksklusif.
balita dengan OR 5,8. Begitu pula Hasil penelitian ini sama dengan hasil
dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan Ahmad Fauzi
Fanada tahun 2012 yang menyatakan didapatkan kejadian bronkopneumonia
anak yang tidak mendapatkan imunisasi lebih besar 5,7 kali pada anak yang
secara lengkap memiliki risiko menderita diberi ASI tidak eksklusif dibandingkan
bronkopneumonia 7,6 kali lebih besar pada anak yang diberi ASI eksklusif.
daripada anak dengan status imunisasi Pemberian ASI eksklusif selama 6bulan
lengkap. Sedangkan pada penelitian atau lebih memberikan efek protektif
yang dilakukan oleh Zr Ganda diketahui yang lebih besar berkaitan dengan
responden yang paling banyak adalah respon dosis`efek protektif terhadap
imunisasi lengkap sebanyak 71,42% infeksi.
sedangkan untuk yang tidak imunisasi
Kesimpulan
lengkap sebanyak 0%. Berdasarkan
hasil tersebut ternyata imunisasi tidak Berdasarkan hasil penelitian dan
bermanfaat terhadap bronkopneumonia, pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:Faktor risiko

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 151
bronkopneumonia pada anak Bulletin World Health
usiadibawah lima tahun yang rawat inap Organization 86 : 408-416 :
di RSUD Dr.H. ABDUL MOELOEK Provinsi 2008.
Lampung Tahun 2014 yaitu usia, riwayat 12. Misnadiarly. Penyakit Infeksi
imunisasi, danriwayat ASI Saluran Nafas Pneumonia pada
anak. Jakarta : Pustaka Obor
DAFTAR PUSTAKA Populer: 2008.
13. Supriyatno, Bambang. Sari
1. Departemen Kesehatan RI.
Pediatri. Jakarta:2006.100hlm.
Pedoman pelaksanaan stimulasi,
14. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
deteksi dan intervensi dini
Anak FK UI. Buku kuliah ilmu
tumbuh kembang anak ditingkat
kesehatan anak. Bagian ilmu
pelayanan kesehatan dasar.
kesehatan anak FK UI. Jakarta:
Jakarta: Depkes RI: 2006.
2006.
2. WHO. Pneumonia, Sumber
15. Sudoyo, A.W, Setiyohadi.B, DKK.
:http://www.who.int/mediacentre
Ilmu Penyakit Dalam.
/:2010.
Jakarta:2009.
3. Depkes R.I, Profil Kesehatan
16. Yoga, A. Pediatri
Indonesia Tahun 2008,
Bronkopneumonia. Solo:2013.
Jakarta:2008
17. Anonim, Faktor Resiko ISPA pada
4. Heriyana, dkk, Analisis Faktor
Balita, Artikel Kesehatan
Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Lingkungan.
Anak UmurKurang 1 Tahun,
http://www.wordpress.com
Jurnal Medika Nusantara, Vol26,
18. Depkes R.I., Pedoman
No3.2005
Pemberantasan Penyakit Infeksi
5. Wiener, C.M, Leach, R.M, Ward,
Saluran Pernafasan Akut Untuk
J. At a Glance Sistem Respirasi.
Penanggulangan Pneumonia Pada
Jakarta:2008.76hlm.
Balita, Depkes RI: 2004.
6. Kementerian Kesehatan. RI.
19. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Buletin Epidemiologi Pneumonia
Pedoman Imunisasi di Indonesia.
Balita. Jakarta:2010
2011. 48hlm.
7. Departemen Kesehatan RI.
20. Soetjiningsih. ASI Petunjuk
Rencana kerja jangka menengah
UntukTenaga Kesehatan.
nasional penanggulan pneumonia
Jakarta:EGC.16hlm.
balita tahun 2005-2009. Jakarta:
21. Depkes R.I., Pedoman
Depkes RI: 2005.
Pemberantasan Penyakit Infeksi
8. Nelson, W.E. Ilmu Kesehatan
Saluran Pernafasan Akut Untuk
Anak. Edisi 15 vol2. EGC.
Penanggulangan Pneumonia Pada
Jakarta:2008.
Balita, Dirjen PPM&PLP: 2004.
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
22. Budiarto, Eko, Anggraeni, Dewi,
Materi Program Online
Pengantar Epidemiologi, EGC,
Symposium. Menuju Tumbuh
Jakarta:2005.
Kembang Anak yang Optimal.
23. WHO. Penanganan ISPA
2013.
padaanak di rumah sakit
10. Garna Herry, Melinda Heda.
kecilNegara berkembang, EGC.
Pedoman Diagnosis dan Terapi
Jakarta:2004.
Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke4.
24. Aksara, B. Manula Ilmu Penyakit
Bandung:2012.812hlm.
Paru. Jakarta:2007. 120hlm.
11. Rudan, et al. Epidemiology and
etiology of childhood pneumonia.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 152
25. Notoatmodjo. S., Metode pada balita di wilayah kerja
Penelitian Kesehatan. Renika, puskesmas sidorejo. Pagar
Jakarta:2005. alam:2012.
26. Arikunto. A.W., Dasar – dasar 30. Hartati, S, Nurhaeni, N, Gayatri,
Metodologi Penelitian Kedokteran D. Faktor risiko terjadinya
Kesehatan. PT. Raja Grafindo pneumonia pada anak balita.
Persada, Jakarta: 2006. Jakarta: 2012.
27. Annah, I. Dkk. Faktor Risiko 31. Antonius, Rony. Faktor yang
Kejadian Pneumonia Anak Usia 6- berhubungan dengan pneumonia.
59 bulan. Makassar: 2012. Semarang: 2008.
28. Ganda, Zr, S. Karakteristik 32. Reisy, Cicilia. Profil pneumonia
PenderitaPenyakit Pneumonia neonatal di sub bagian
Pada anak di ruang Merpati. neonatologi. Manado: 2011.
Medan:2010. 33. Fauzi, Ahmad. Faktor risiko
29. Sugihartono, Nurjazuli. Analisis kejadianpneumonia pada anak
Faktor risiko kejadian pneumonia balita. Makassar: 2012.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2, April 2018 153

Anda mungkin juga menyukai