Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rifqi Hafizul Azkiya

NIM : 12020515677
Lokal : K

Resume Bab III:

A. Kaidah Makna

Ada dua jenis makna yang terpenting di antaranya adalah makna denotatif atau makna
leksikal dan makna konotatif atau makna gramatikal.

1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif

Kata denotatif atau biasa disebut makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur atau kata denotatif berhubungan dengan
konsep denotatif, sedangkan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep konotasi.

Contoh : (1) Toko itu dilayani gadis-gadis cantik. (2) toko itu dilayani dara-dara cantik (3)
toko itu dilayani perawan- perawan cantik. Kata-kata gadis, dara, perawan secara denotatif
maknanya sama, yaitu wanita atau wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif
maknanya berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna yang bersifat
puitis, dan perawan mengandung makna asosiasi tertentu.

2. Kata yang Bersinonim dan Berhomonim

Sinonim adalah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan
makna itu dapat tidak berlaku sepenuhnya. Namun, dalam kadar tertentu ada pertalian makna
antara kata-kata yang berbeda itu. Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah,
cantik, dan bagus yang mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedap dipandang
mata.Antonim atau lawan makna adalah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan
yang lain. Misalya, kata mudah dan sukar, yaitu dua kata yang maknanya berlawanan dan relasi
antonim selalu berlaku dua arah

berhomonim atau homonim terjadi jika dua kata mempunyai bentuk (tulisan) dan
lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda. Misalnya, kata buku dapat bermakna sendi (pada
tulang, bambu, dan tebu), dapat pula bermakna kertas tulis yang dijilid (buku tulis, atau buku
bacaan). Di samping homonim, ada pula yang disebut homofon dan homograf. Homofon adalah
kata- kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Homograf adalah kata-kata yang sama
ejaannya, tetapi berbeda lafalnya

3. Kata Konkret dan Kata Abstrak


Kata-kata yang tergolong kata konkret adalah katakata yang berupa objek yang nyata,
dapat dilihat, didengar, 34 diraba, dan dirasa.

Kata abstrak adalah kata-kata yang berupa konsep. Kata-kata abstrak dalam bahasa
Indonesia pada umumnya adalah kata-kata bentukan dengan konfiks peng-/ -an dan ke-/ -an,
seperti pada kata-kata perdamaian, penyesalan, kecerdasan ketahanan nasional, di samping
kata-kata seperti demokrasi dan aspirasi.

4. Kata Umum dan Kata Khusus

Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolong kata
khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata makin umum
sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum
termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai
hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.

5. Kata Populer dan Kata Kajian

Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang populer atau terkenal di
kalangan masyarakat atau katakata yang banyak digunakan dalam berkomunikasi pada
berbagai lapisan masyarakat. Sebaliknya, kata kajian adalah kata-kata yang digunakan secara
terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata atau istilah yang digunakan oleh golongan
ilmuwan dalam pembicaraan tulisan ilmiah.

6. Kata Baku dan Tidak Baku

katakata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya.
Kata-kata baku ada yang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa
daerah dan bahasa asing yang telah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi.
Sebaliknya, kata-kata tidak baku, yaitu kata-kata yang belum berterima secara resmi atau kata-
kata yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

7. Kata Mubazir

Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau katakata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebihlebihan.

8. Kata Mirip

Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya.
Contoh: a. Tinggallah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu hal denganmu.
(salah)
b. Tinggallah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu denganmu. (benar)
pilih sesuatu atau suatu hal

9. Pasangan Idiomatis

Berdasarkan kaidah bahasa maka dalam bahasa Indonesia terdapat pilihan kata yang
merupakan kata berpasangan tetap atau ungkapan idiomatis. Kata tersebut selalu muncul
bersamaan, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

B. Penggunaan Pilihan Kata (Diksi)

1. Ketetapan Diksi

Syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut :

(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan denotasi, (2) membedakan
secara cermat terhadap kata yang hampir sama maknanya, (3) membedakan kata-kata yang
mirip atau hampir mirip ejaannya, (4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat, (5)
memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus, (6) memperhatikan perubahan
makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

2. Kesalahan Diksi

Kesalahan diksi meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian
kata. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh penggunaan diksi yang tidak tepat
penggunaannya dalam kalimat:

Pemakaian kata tidak tepat di antaranya ada beberpa, yaitu kata dari atau daripada
sering digunakan tidak tepat, seperti dalam contoh berikut. Hasil daripada penjualan saham
akan digunakan untuk memperluas bidang usaha. Penggunaan kata daripada pada kalimat di
atas tidak tepat karena kata daripada hanya dapat dipakai membandingkan antara dua buah
objek. Jadi, kata yang tepat dalam pemakaian kalimat tersebut adalah kata dari yang
menyatakan asal.

Anda mungkin juga menyukai