“HEMIPARESE DEXTRA”
DISUSUN OLEH
MARSUJI UTAMI
2020032046
CI LAHAN CI INSTITUSI
LAPORAN PENDAHULUAN
“HEMI PARESE DEXTRA”
A. Definisi
Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh.
Hemiparese dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya
tonus yang abnormal. (Aplikasi Nanda jilid 3, 2015)
Hemiparese dextra adalah kerusakan pada korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh
sisi kontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di
tingkat batang otak menimbulkan sindrom hemi parese dextra alternans.
Sindrom tersebut terdiri atas kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot
belahan tubuh kontralateral yang berada di tingkat lesi, sedangkan setingkat
lesinya terdapat kelumpuhan LMN, yang melanda otot-otot yang disarafi oleh
saraf kranial yang terlibat dalam lesi. Tergantung pada lokasi lesi paralitiknya,
sehingga dapatlah dijumpai hemi parese dextra alternans di mesensefalon.
Sebuah gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di batang otak menduduki
pedunkulus serebri di tingkat mesensefalon.
B. Anatomi Fisiologi
Secara umum, otak terbagi menjadi sereblum (frontal lobus, parietal lobus,
temporal lobus, oksipital lobus), serebelum dan batang otak (medulla
oblongata, mesensefalon dan pons). Frontal lobe berfungsi sebagai aktifitas
motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Lobus parietal terdapat
sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi
posisi, sensari raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Lobus temporal
mengandung area auditorius, tempat tujuan sensori yang datang dari telinga
dan berfungsi sebagai input perasa, pendengaran, pengecap, penciuman serta
proses memori. Serebellum berfungsi untuk koordinasi aktifitas muskular,
kontrol tonos otot, mempertahankan postur dan keseimbangan. Batang otak
berfungsi sebagai pengatur reflex untuk fungsi vital tubuh.
Gambar 2.3 bagian pada otak
a) Talamus
Talamus merupakan stasiun relai yang penting dalam otak dan juga
merupakan pengintegrasi subkortikal yang penting. Talamus bertindak
sebagai pusat sensasi primatif yang tidak kritis, yaitu individu dapat
samar-samar merasakan nyeri, tekanan, raba, getar, dan suhu yang
ekstrem.
b) Epitalamus
Berperan untuk mendorong emosi dasar dan integrasi informasi saraf
olfaktorius (penciuman).
c) Hipotalamus
Berfungsi sebagai pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf
otonom parifer yang menyertai ekspresi, perbuatan tingkah laku dan emosi
seseorang.
d) Serebellum
Berfungsi mengkoordinasikan keseimbangan pergerakan aktifitas
kelompok otot, juga mengontrol pergerakan halus.
e) Pons
Merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum dan
mesensefalon disebelah atas dengan medula oblongata. Pons adalah mata
rantai penghubung penting. Terdapat Nukleus saraf Kranial V
(trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasilis)
f) Medulla oblongata
Medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting bagi jantung,
vasokonsriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur,
dan muntah. Di medulla oblongata ini ada inti saraf cranial VIII (saraf
akustik mempunyai dua cabang yaitu cabang koklear responsive untuk
pendengaran dan cabang vestibular untuk keseimbangan) dan XII (saraf
hipoglosal mengatur pergerakan lidah yang di perlukan untuk berbicara
dan menelan
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Infark serebral adalah kehilangan suplai darah pada bagian tertentu dari
jaringan otak. Luasnya infark bergantung pada faktor lokasi dan paembuluh
darah yang mengalami sumbatan tertentu serta tidak adekuatnya sirkulasi ke
lateral pada area yang di suplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Gangguan suplai darah ke otak dapat cepat atau lambat :
a. Trombus terjadi sebagai akibat plague aterosklerosis atau bekuan darah
pada area stenosis dimana aliran darah akan menjadi lambat atau terjadi
turbulensi. Trombus dapat pecah atau terlepas dari dinding pembuluh darah
dan di bawah oleh aliran darah. Trombus menyebabkan:
Iskemia jaringan otak
Edema dapat terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
Edema dapat menyebabkan disfungsi serebral dan setelah edema
hilang, maka secara perlahan-lahan akan berfungsi kembali
b. Embolus, oklusi pembuluh darah cerebral oleh embolus menyebabkan
nekrosis dan edema yang diakibatkan sama dengan trombus
c. Perdarahan dalam otak diakibatkan oleh ruptur dan intersklerosis dan
hipertensi pembuluh darah, sering terjadi setelah usia 60 tahun. Perdarahan
intracerebral dapat menjadi total, misalnya terjadi herniasi otak
menyebabkan kematian 50% klien dalam 3 hari pertama setelah perdarahan
intracranial jika sirkulasi serebral terputus
d. Anoreksia serebral akan terjadi dimana kekurangan oksigen pada otak.
Anoreksia cerebral dapat reversible bila kekurangan oksigen hanya terjadi
dalam 4-6 menit, lebih dari itu terjadi irreversible.
E. PATHWAY
Ketidakefektifan perfusi
Penurunan aliran darah ke otak
jaringan serebral
Hipoksia cerebri
G. Komplikasi
a. Gangguan otak yang berat
b. Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau
kardiovaskuler
c. Edema Serebri dan Tekanan Intra cranial tinggi yang dapat menyebabkan
herniasi atau kompresi batang otak
d. Aspirasi Atelektasis
e. Gagal Nafas
f. Disrithmia Jantung
g. Kematian
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal
1) Menunjukan adanya tekanan normal
2) Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X kepala : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2016 hal 292)
I. Penatalaksanaan
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2016, hal 2131)
J. Pencegahan
Upaya pencegahan infark lacunar bias dilakukan dengan bebrapa cara berikut:
1. Mengontrol tekanan darah
Salah satu hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi
risiko stroke adalah menjaga agar tekanan darah normal. Jika Anda
pernah mengalami stroke, usahakan agar tekanan darah Anda tetap stabil
guna mencegah serangan stroke berikutnya.
2. Mengonsumsi buah dan sayuran
Konsumsi buah atau sayuran minimal 5 porsi setiap hari untuk mengurangi
risiko stroke. Selain sayur dan buah, disarankan untuk mengonsumsi
produk gandum utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Asupan serat yang
tinggi dari makanan tersebut dapat mengurangi kolesterol, sehingga risiko
terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah otak bisa berkurang.
3. Mempertahankan berat badan yang sehat
Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan risiko stroke dan berbagai masalah kesehatan lain, seperti
penyakit kardiovaskular dan diabetes. Oleh karena itu, Anda dianjurkan
untuk berolahraga secara rutin setidaknya 30 menit setiap harinya.
4. Membatasi konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh
Makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh dapat menyebabkan
penumpukan lemak atau plak pada pembuluh darah arteri Anda. Oleh
karena itu, konsumsinya harus dibatasi. Konsultasikan ke dokter atau ahli
gizi, jika Anda sulit menurunkan tingkat kolesterol hanya melalui pola
makan.
d) Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus(ileus paralitik)
e) Makan/ minum
1) Data Subyektif:
- Nafsu makanberkurang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
2) Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum
dan faring)
f) Sensori Neural
1) Data Subyektif:
- Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA)
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau
perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
seperti lumpuh/mati.
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
2) Data obyektif:
- Status mental : koma biasanya menandai stadium
perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis,
menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada
semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral).
- Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa),
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif /
kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat,
pendengaran, stimuli taktil.
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak
bereaksi pada sisi ipsi lateral.
g) Nyeri / kenyamanan
1) Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
2) Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
h) Respirasi
Data Subyektif: Perokok (faktor resiko).
i) Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah
yang pernah dikenali.
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh.
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri.
j) Interaksi sosial
Data obyektif: Problem berbicara,
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah arteri terhambat
2) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
ke otak
Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
a) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
b) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
c. Rencana keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah arteri terhambat.
Tujuan : Kesadaran penuh, tidak gelisah
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil
tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan Intracranial.
Intervensi :
- Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma
glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
- Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
Rasional: Autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang
konstan.
- Pertahankan keadaan tirah baring.
Rasional: Aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan
Tekanan Intra Kranial (TIK).
- Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi
anatomis (netral).
Rasional: Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
drainase dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
- Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: Meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan
selanjutnya dapat mencegah pembekuan.
2) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
ke otak.
Tujuan : Hambatan komunikasi verbal tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi dank lien dapat menunjukkan komunikasi dengan baik.
Intervensi :
- Kaji derajat disfungsi.
Rasional : Membantu menentukan daerah atau derajat kerusakan
serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam proses komunikasi.
- Mintalah pasien untuk mengikuti perintah.
Rasional : Melakukan penelitian terhadap adanya kerusakan sensori.
- Anjurkan keluarga untuk berkomunikasi dengan pasien.
Rasional : Untuk merangsang komunikasi pasien, mengurangi
isolasi sosial dan meningkatkan penciptaan komunikasi yang
efektif.
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan eliminasi BAB terpenuhi dalam 3 hari perawatan
dengan kriteria hasil:
- klien dapat BAB dengan lancar
- peristaltik usus Normal.
Intervensi :
1. Kaji pola BAB
Rasional : untuk mengetahui bagaimana pola BAB klien baik
kwalitas maupun kwantitas.
2. Anjurkan diet tinggi serat yang mengandung buah dan sayuran
Rasional : untuk memperlancar defekasi dan mengurangi mengejan
yang berlebihan
3. Anjurkan untuk minum air hangat
Rasional : untuk memperlancar BAB biar tinja tidak keras.
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian laksatif
Rasional : Laksatif dapat melunakkan dan melancarkan BAB
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler.
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas secara minimum
Kriteria hasil: Mempertahankan posisi yang optimal,
meningkatkankekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena,mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkanaktivitas.
Intervensi :
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional : Mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat
memberikan informasi bagi pemulihan
- Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan
- Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas
Rasional: Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur.
- Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit
tidak menjadi lebih terganggu.
- Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif,
dan ambulasi pasien.
- Rasional: Program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik.
Tujuan : Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
Kriteria hasil :
- Tidak ada ulkus decubitus
- Integritas kulit baik
Intervensi :
- Monitor adanya kemerahan pada kulit.
Rasional: melihat adanaya tanda-tanda kerusakan integritas
kulit.
- Ubah posisi pasien setiap dua jam sekali.
Rasional: mengubah posisi dapat mengurangi lama penekanan
jaringan yang dapat menyebabkan dekubitus dan dapat
meningkatkan sirkulasi darah.
- Gunakan kasur penurun tekanan jika perlu
Rasional: mengurangi tekanan kulit/jaringan.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Tujuan : Diharapkan pasien dapat mengurangi disstres pernafasan.
Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal/efektif.
Intervensi :
- Kaji dan pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : Perubahan (seperti takipnea, dyspnea, penggunaan
otot aksesoris) dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan/pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya
intevensi.
- Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
- Bantu pasien untuk mengubah posisi secara periodic.
Rasional : Meningkatkan ekspansi pada semua segmen paru dan
mobilisasi sekresi.
- Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional : Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi
jalan nafas kecil.
DAFTAR PUSTAKA