Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL (BBLN)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Koordinator : Monna Maharani Hidayat, M.kep., Ns.Sp.Kep.Mat.


Dosen Pembimbing : Murtiningsih, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.

DISUSUN OLEH :

…….

…………

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
1

A. Konsep Teori
1. Pengertian BBLN

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk
dapat hidup dengan baik (Marmi & Rahardjo, 2015).

Adapun menurut Wahyuni (2012) bahwa Bayi Baru Lahir (BBL)


normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 2 minggu atau 294 hari
dan berat badan lahir 2500gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir
(newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan
usia empat minggu.

Begitu juga dengan Wagiyo & Purono (2016) bahwa bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dari kemahilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
menangis spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR
antara 7-10.

Berdasarkan pengertian tentang bayi baru lahir normal diatas,


maka bayi baru lahir normal dapat disimpulkan yaitu bayi yang lahir
setelah kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram
tanpa adanya kelainan kongenital, langsung menangis setelah dilahirkan
dengan durasi kurang dari 30 detik, dan nilai APGAR antara 7-10.

2. Karakteristik BBLN

Menurut Saleha (2012) karakteristik atau ciri-ciri BBLN adalah


sebagai berikut :

a. Berat badan 2500-4000 gram.


2

b. Panjang badan lahir 48-52 cm.


c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120-140x/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40xmenit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada
pipi dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3. Adaptasi Fisiologis pada BBLN
Menurut Sondakh (2013) adaptasi fisiologis pada BBLN adalah
sebagai berikut:
a. Adaptasi Pernafasan
1) Pernapasan awal dipicu oleh factor fisik, sensorik dan kimia.
a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembalikan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya perubahan dalam gradien tekanan).
3

b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara dan


penurunan suhu.
c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalm darah (misalnya,
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbondioksida
dan penurunan pH) sebagai akibat asfiksia sementara selama
kehamilan.
2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah,
terutama selama 12-18 jam pertama.
4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Respon reflek
obstruksi.
5) Nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas tidak
ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul akibat aktivitas
normal system saraf pusat dan porifera yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat
pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk
menggerakkan diafragma, serta otot-otot lainnnya. Tekanan rongga
dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan
paru-paru kehitangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya,
sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang
tersebut akan diganti dengan udara.
b. Adaptasi Kardiovaskuler
Perubahan sirkulasi janin ketika lahir
Struktur Sebelum lahir Setelah Lahir
Vena Membawa darah arteri ke hati dan Menutup menjadi
jantung ligamentum teres hepatis
Umbilikalis
Arteri Membawa darah arteriovenosa ke Menutup menjadi
plasenta ligamentum venosum
Umbilikalis
4

Duktus Pirau darah arteri ke dalam vena Menutup menjadi


kava inferior ligamentum arteriosum
Venosus
Foramen Menghubungkan atrium kanan dan Menu tup menjadi
kiri ligamentum terbuka
Ovale
Tidak mengandung udara dan Berisi udara dan disuplai
sedikit mengandung darah berisi darah dengan baik
Paru-paru
cairan
Arteri Membawa sedikit darah ke paru Membawa banyak darah ke
paru
Pulmonalis
Aorta Menerima darah hanya
pada ventrikel kiri
Menerima darah dari dua ventrikel

Sumber : Sondakh (2013)


1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa
perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu.
2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada
tangan, kaki dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saaat bangun dan 100
x/menit saat tidur.
4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/60 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5) Nilai hematologi normal bayi
Parameter Kisaran Normal
Hemoglobin 15-20 g/Dl
Sel- sel darah merah 5,0-7,5 juta/mm2
Hematokrit 43-61%
Sel-sel darah putih 10.000-30.000/mm2
Neutrofit 40-80%
Eosinophil 2-3%
5

Limfosit 3-10%
Monosit 6-10%
Trombosit 10.000-280.000/mm2
Retikulosit 3-6 %
Volume darah - Pengekleman tali pusat dini: 78 mL/kg
- Pengekleman tali pusat lambat: 98,6 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
dini: 82,3 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
lambat: 92,6 mL/kg

Sumber : Sondakh (2013)


c. Adaptasi Termogulasi dan Metabolik
1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan
eksternal lebih dingin daripada lingkungan uterus.
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya
dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada
bayi cukup bulan yang sehat.

Sesaat sesudah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang


suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan salam keadaan
basah. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25C, maka bayi akan
kehilangan panas melalui evaprasi, konveksi, konduksi, dan radiasi
sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukanpanas
yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut
diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan bayi
menderita hipotermi atau trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir
6

dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi


energi, serta merawatnya di dalam Natural Thermal Environment
(NTE), yaitu lingkungan rata-rata dimana produksi panas, pemakaian
okseigen, dan kebutuhan nutrisi untuk pertmbuhan adalah minimal
agar suhu tubuh menjadi normal. Cara mencegah kehilangan panas
pada pada bayi dengan upaya antara lain:

a) Keringkan bayi dengan seksama


Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh
evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan
handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu.
Mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil untuk memulai bayi, memulai pernafasannya.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah melahirkan tubuh bayi yang memotong tali
pusat ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban
kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang
hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat
menyerap panas, tubuh bayi melalui radiasi. Ganti handuk,
selimut atau kain yang telah basah dengan selimut atau kain
yang baru (hangat, bersih dan kering).

c) Selimuti bagian kepala bayi bagian pada kepala bayi di tutupi


atau diselimuti setiap saaat.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang
relatife luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut jika tidak di tutupi.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah kehilangan panas dan dianjurkan ibu untuk
7

menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI


harus di mulai dalam waktu 1 jam pertam kelahiran.
e) Cara menimbang dan memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak berpakaian), setelah melakukan
penimbangan selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
kering. Berat badan bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi
saat berpakaian/ diselimuti berat kain/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada jam
pertama setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan.
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat Idealnya bayi yang
baru lahir di tempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
cara ini adalah cara paling mudah untu menjaga bayi tetap hangat
d. Adaptasi Neurologis
1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
2) Bayi baru lahir menunjukkna gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah
terkejut dan teremor pada ekstremitas.
3) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang leih kompleks (misalnya: control kepala, tersenyum, dan
meraih dengan tujuan) akan berkembang.
4) Refleks bayi baru lahir merupakan indicator penting perkembangan
normal.
Reflek Respons Normal Respons Abnormal
Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada respons terjadi
membuka mulut dan memulai pada prematuritas, penurunan
menghisap bila pipi, bibir atau atau cedera neurologis, atau
sudut mulut bayi disentuh depresi system syaraf pusat
8

dengan jari atau putting. ( SSP)


Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk dan regurgitasi
berkooordinasi dengan cairan dapat terjadi,
menghisap bila cairan ditaruh kemungkinan berhubungan
di belakang lidah. dengan sianosis sekunder
karena prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan Ekstrusi lidah secara kontinu
lidah keluar bila ujung lidah atau menjulurkan lidah yangb
disentuh dengan jari atau berulang-ulng

putting. terjadi pada kelainan SSP

dan kejang.
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respon asimetris terdapat
abduksi seluruh ekstremitas, pada cedera syaraf porifera
dengan ibu jari telunjuk (pleksus brankialis) atauu
membentuk huruf C, diikuti fraktur klavikula atau tulang
dengan adduksi ekstremitas panjang tulang lengan atau
dan kembali ke fleksi relaks kaki
jika posisi bayi berubah tiba-
tiba atau bayi diletakkan
terlentang pada permukaan
yang datar.
Melangkah Bayi akan melangkah dengan Respon asimetris terlihat pada
satu kaki dan kemudian kaki cedera saraf SSP atau porifera
lainnya dengan gerakan fruktur tulang panjang kaki.
berjalan bila satu kaki di
sentuh pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha merangkak Respons asimetris terlihat
9

ke depan dengan kedua tangan pada cedera saraf pusat SSP


dan dan gangguan neurologis.

letakkan telungkup pada


permukaan datar
Tonik Ekstremitas pada satu sisi Respon persisten setelah
dimana saat kepala di tolehkan bulan keempat dapat
leher atau fencing
akan ekstensi yang berlawanan menandakan cedera
akan fleksi bila bila kepala neurologis. Respon menetap
bayi ditolehkan ke satu sisi tampak pada cedera SSP
selagi beristirahat. dan ganggan neurologis.
Terkejut Bayi akan melakukan abduksi Tidak ada respon yang
dan fleksi seluruh ekstremitas menandakan defisit
dan dapat mulai menagis bila neurologis atau cedera. Tidak
mendapatkan gerakan adanya respon secara lengkap
mendadak atau suara keras dan konsisten terhadap bunyi
keras dapat menandakan
ketulian. Respon mendapat
jadi tidak ada atau berkurang
selama tidur malam.
Eksensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respon yang lemah atau tidak
akan fleksi dan kemudian akan ada refpon yang terlihat pada
ekstensi dengan cepat cedera saraf porifera atau
fraktur tulang panjang.
seolah olah akan
memindahkan stimulus ke kaki
yang lain bila diletakkan
terlentang, bayi akan
mengekstensikan satu kaki
sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki
Glabellar Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal
10

diakukan 4 atau 5 ketukan untuk berkedip menandakan


“blink”
pertama pada batang hidung gangguan pada neurologis.
saat mata terbuka.
Palmar grasp Jari bayi akan menekuk di Respons ini akan berkurang
sekitar benda dan pada pematuritas. Asimetris
menggenggamnya seketika terjadi pada kerusakan saraf
bila jari diletakkan di sekitar porifera (pleksus brankialis)
tangan bayi atau fraktur humerus. Tidak
ad respons yang terjadi pada
deficit neurologis yang berat.
Plantar grasp Jari bayi akan menekuk di Respons yang berkurang
sekeliling benda seketika bila terjadi pada prematuritas tidak
jari diletakkan di telapak kaki ada respon yang terjadi pada
bayi. deficit neurologis yang berat.
Tanda babinski Jari-jari kaki akan Tidak ada respons yang
hiperekstensi dan tepisah terjadi pada deficit SSP.
seperti kipas dari dorsofleksi
ibu jari kaki bila satu kaki
digosok dari tumitke atas

melintasi bantalan kaki

Sumber : Sondakh (2013)

e. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk
mengahantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak ada ade kuatnya enzim-
enzim pankreas dan lipase.
11

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam
pada 90% bayi baru lahir yang normal
6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian makanan
7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu
secara efektif
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati
didalam uterus, tindakan ini berkembang baik pada saat lahir dan
diperkuat dengan rasa lapar.
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml
akan menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah
lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam
lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml.
Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya
gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi mengalami
hipoglikemia.
f. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan glomerulus
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal, tetapi menghambat kpasitas bayi untuk berespon terhadap
stressor
12

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan


kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama
setelah ahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu
mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam urat; noda kemerahan
(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
g. Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,
hati terus membantu pembentukan darah
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial
untuk pembekuan darah
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi, pigmen
berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahan sel-sel darah merah
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler dan
menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya kulit, sklera,
dan membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang
disebut jaundice atau icterus
6) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik
terjadi dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis
respiratorik dapat terjadi. Asam lemak yang berlebihanmenggeser
bilirubin dari tempat-tempat pengikatan albumin. Peningkatan
kadar bilirubin tidak berikatan yang bersikulasi mengakibtakan
peningkatan resiko kem-ikterus bhkan pada kadar bilirubin serum
10mg/dl atau kurang.
13

h. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerangg di
pintu masuk
2) Imaturitas jumlah sistem perlindungan secara signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
b) Fagositosis lambat
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga
tidak terdapat dalam saluran GI
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas selama periode neonatus
i. Adaptasi
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu
2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
Pastikan bayi tetap hangat
3) Mempertahankan lingkungan termal netral.
a) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan
menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu sesuai
kebutuhan
b) Tunda memandikan bayi sampai suhu stabil
c) Pasang penutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan
panas dari kepala bayi
Adaptasi bayi baru lahir (neonatal) adalah proses
penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam
14

uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi


fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan
adaptasi, maka bayi akan sakit. Homeostasis adalah
kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin.
4. Pathway
15

5. Pengkajian Refleks Fisiologis pada Bayi


Pemeriksaan refleks primitif penting dilakukan pada neonatus dan
infant untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan neurologis dan
gangguan perkembangan. Refleks primitif adalah respons motorik
involunter yang berasal dari batang otak yang mulai muncul saat usia
kehamilan 25 minggu dan sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada bayi
aterm. Refleks primitif adalah refleks dasar yang penting dalam
memfasilitasi kelangsungan hidup. Respons motorik involunter ini akan
digantikan dengan refleks motorik volunter saat otak mengalami maturasi
di usia 4–6 bulan. Refleks primitif yang tidak muncul saat usia seharusnya,
menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak seharusnya, dan
muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai gangguan
neurologi dan perkembangan bayi. Pemeriksaan refleks primitif penting
dilakukan pada neonatus dan infant untuk mendeteksi secara dini adanya
gangguan neurologis dan gangguan perkembangan (Vargiami & Zafeiriou,
2020).
Refleks primitif adalah respons motorik involunter yang berasal
dari batang otak yang mulai muncul saat usia kehamilan 25 minggu dan
sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada bayi aterm. Refleks primitif
adalah refleks dasar yang penting dalam memfasilitasi kelangsungan
hidup. Respons motorik involunter ini akan digantikan dengan refleks
motorik volunter saat otak mengalami maturasi di usia 4–6 bulan. Refleks
primitif yang tidak muncul saat usia seharusnya, menetap atau muncul
kembali pada usia yang tidak seharusnya, dan muncul asimetris adalah
penanda klinis penting dari berbagai gangguan neurologi dan
perkembangan bay (Vargiami & Zafeiriou, 2020).
Teknik pemeriksaan refleks primitif adalah dengan mencoba
mencetuskan respon motorik involunter yang normal ada pada neonatus
dan bayi hingga usia 4-6 bulan. Berikut pemeriksaan refleks menurut
Vargiami & Zafeiriou (2020) yaitu :
16

a. Refleks Moro

Refleks Moro atau refleks terkejut merupakan respons protektif


terhadap gangguan keseimbangan tubuh yang terjadi secara mendadak.
Refleks ini muncul saat dilakukan manuver pull-to-sit, yaitu lengan
dilepaskan ketika terdapat sedikit celah antara leher dan tempat tidur
bayi sehingga bayi seolah-olah mendapatkan sensasi “terjatuh” secara
tiba-tiba.

Pemeriksaan refleks moro juga dapat dilakukan dengan cara


mengangkat bayi sepenuhnya dari tempat tidur, dengan menyangga
bagian kepala dan trunkus menggunakan kedua tangan saat bayi dalam
posisi supinasi. Kemudian, diikuti dengan menurunkan bayi secara
cepat. Manuver ini akan menyebabkan abduksi simetris kedua lengan
dan ekstensi jari–jari tangan diikuti dengan fleksi dan adduksi lengan.
Respons ini juga dapat muncul saat terdapat suara yang muncul secara
tiba–tiba.

Refleks Moro lemah pada bayi prematur dibandingkan dengan


bayi aterm karena tonus otot dan resistensi terhadap pergerakkan pasif
yang buruk. Refleks Moro muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan
akan hilang ketika bayi berusia 6 bulan

b. Grasping Reflex

Pemeriksaan grasping reflex atau refleks menggenggam


dilakukan dengan cara meletakkan tangan atau objek pada bagian
palmar. Manuver ini akan menyebabkan fleksi jari-jari tangan bayi,
sehingga akan menggenggam tangan atau objek. Refleks ini selain
muncul pada bagian tangan juga muncul pada bagian kaki. Grasping
reflex pada bagian kaki dapat muncul bila dilakukan goresan pada
bagian tengah kaki dan respons yang terjadi adalah jari-jari kaki fleksi
seolah akan menggenggam. Grasping reflex atau refleks
17

menggenggam sudah muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan akan


hilang ketika bayi berusia 6 bulan.

c. Snout Reflex

Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk ringan bagian atas


bibir dengan menggunakan jari atau palu refleks. Manuver ini akan
menyebabkan kontraksi bilateral otot sekitar mulut, seolah bibir
mencucu.

d. Rooting Reflex

Pemeriksaan dilakukan dengan menggoreskan jari secara


ringan pada bagian pipi, atau dengan membawa suatu objek ke lapang
pandang bayi. Manuver ini akan menyebabkan bayi menoleh ke arah
tersebut dan membuka mulut. Rooting reflex akan dimulai sejak usia
kehamilan 32 minggu dan menghilang ketika bayi berusia 1 bulan.

e. Refleks Menghisap

Pemeriksaan refleks menghisap atau sucking reflex dilakukan


dengan cara menstimulasi area oral, atau dengan memasukkan objek
ke dalam mulut. Refleks ini mulai muncul pada usia gestasi 14 minggu
dan akan menghilang saat usia bayi 3-4 bulan.

f. Asymmetric Tonic Neck Reflex

Pemeriksaan asymmetric tonic neck reflex dilakukan dengan


merotasi kepala bayi 90 derajat ke satu sisi selama 15 detik saat bayi
berada dalam posisi supinasi. Respons yang ditimbulkan akibat
manuver ini adalah lengan dan kaki pada sisi yang searah dengan arah
rotasi wajah akan mengalami ekstensi, sedangkan lengan dan kaki
kontralateral akan mengalami fleksi. Respons ini akan memberikan
gambaran postur “fencing”. Pemeriksaan ini diulang dengan
18

melakukan rotasi kepala ke sisi lainnya. Refleks ini muncul sejak usia
kehamilan 35 minggu dan menghilang di usia bayi 3 bulan.

g. Refleks Glabellar

Refleks glabellar muncul sebagai respons pengetukkan


berulang pada regio wajah di antara kedua alis bayi. Respons yang
muncul akibat stimulasi ini adalah bayi akan mengedipkan mata, dan
respons ini akan menghilang setelah 4 sampai 5 ketukan. Pemeriksaan
dilakukan dari atas dan belakang bayi untuk mengilangkan stimulus
visual. Refleks glabellar merupakan respons untuk melindungi mata
bayi dari cedera.

h. Refleks Babinski

Refleks Babinski positif bila terdapat dorsofleksi bagian ibu


jari kaki dan mekarnya jari kaki lain bila diberikan rangsangan goresan
pada bagian lateral telapak kaki. Refleks ini bisa menetap hingga usia
2 tahun, dan dapat mulai menghilang pada usia 1 tahun.

i. Stepping Reflex

Pemeriksaan dilakukan dengan cara memposisikan bayi tegak


dengan menahan pada bagian bawah lengan, kemudian biarkan kaki
bayi menyentuh permukaan yang datar. Respons yang diberikan adalah
salah satu kaki fleksi, sedangkan kaki yang lain berada dalam posisi
ekstensi, seolah-olah bayi seperti akan berjalan. Biasanya refleks ini
menghilang ketika bayi berusia 2 bulan, dan kembali lagi ketika bayi
mulai belajar berjalan.

j. Swimming Reflex

Pada pemeriksaan ini, letakkan bagian abdomen bayi ke dalam


kolam air dan bayi akan merespon dengan menendang dan mendayung
19

seperti gerakan saat berenang. Cara lain adalah dengan memegang bayi
pada posisi horizontal dan bayi akan merespon dengan gerakan
menyerupai berenang.

6. Pengkajian APGAR Score

APGAR score menurut (Tarsikah, Amira Diba, & Didiharto, 2020)


merupakan skor total dari penilaian pada 1 menit setelah bayi lahir, dan 5
menit setelah lahir, berdasarkan warna kulit, denyut nadi, refleks, tonus
otot dan usaha bernafas yang datanya tercatat di rekam medis dengan
kriteria skor 7-10 = asfiksia ringan, skor 4 - 6 = asfiksia sedang, dan 0 - 3
= asfiksia berat.

Table 1 Penilaian APGAR Bayi Baru Lahir


Tanda 0 0 2
Appearance
Biru, pucat tungkai
Badan pucat, muda Semuanya merah
biru
(warna kulit)
Pulse Rate (Denyut <100 menangis
Tidak teraba <100
Jantung) kuat
Grimace (Tonus
Tidak ada Lambat Menangis kuat
Otot)
Gerakan Afeksi/fleksi
Activity (Aktivitas) Lemas/lumpuh sedikit/fleksi tungkai baik/reaksi
tungkai melawan
Respiratory Lambat tidak Baik, menangis
Tidak ada
(Pernafasan) teratur kuat

Sumber : Kriebs Jan. M. Buku saku asuhan kebidanan varney. 2010:471.

Interpretasi : Nilai 1 - 3 asfiksia berat, nilai 4 - 6 asfiksia sedang,


nilai 7 - 10 asfiksia ringan. Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel
dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat
ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :
20

a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (Vigrous


baby)
b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani dan
Purwoastuti, 2015) dalam (Murdiana, 2017).
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yangdapat dilakukan menurut
(Kusumadewi, 2019) sebagai berikut :
a. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
b. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
c. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang
menunjukkan kondisi hemolitik.
d. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
8. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo, (2005) dalam (Kusumadewi, 2019) tujuan
utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
21

3) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%
atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan
baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
d. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 1 mg I.M
e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum.
Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Identifikasi Bayi
22

1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat


penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
g. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru
9. Komplikasi
Berikut merupakan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
pada bayi BBLN :
a. Hipoglikemiasidosis metabolic, karena vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob
b. Kebutuhan oksigen yang meningkat
c. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
d. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermia berat
e. Shok (Rahardjo dan Marmi, 2015)
10. Pengkajian Askep
a. Pengkajian focus
Pengkajian pada neonates cukup bulan meliputi :
1) Aktivitas/istirahat
23

Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat


(mengantuk, sadar aktif, sadar diam, menangis), status tidur
yang terlihat (tidur dalam, tidur sebentar).
2) Sirkulasi

Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit


(kebiruan, belangbelang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek
menangis), haemoglobin, hematokrit.
3) Integritas ego

Area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang


(penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap rangsang,
perilaku sosial/keinginan untuk digendong.
4) Eliminasi

Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus (paten,


fisura, kista pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu
pertama berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
5) Makanan/cairan

Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering,


turgor), fontanel (normal, tertekan), kekuatan refleks
(menghisap, menelan), muntah
6) Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara
total (tingkat 4)
7) Neurosensori

Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang,


menangis (kekuatan, karakter), respons pendengaran dan
pengelihatan, tonus otot, refleks.
8) Nyeri/ketidaknyamanan
24

Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang


nyeri : gelisah, iritabilitas, menangis konstan.
9) Pernapasan

APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi


pernapasan, bunyi napas, pernapasan cuping hidung,
10) Keamanan

Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering,


warna, verniks kaseosa,), tali pusat (jumlah pembuluh, warna,
perdarahan, eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang, jumlah
jari), spinal (lurus, melengkung).
11) Seksualitas

Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita


(labia mayor lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak,
perdarahan), genitalia pria ( skrotum ada rugae , bengkak ,
testis turun)

b. Pemeriksaan fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan
secara menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir
merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah
lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami penyimpangan (Muslihatun,2010)
1) Pengukuran
a) Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan
kepala (diatas alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar
kepala normalnya 32-36,8 cm. Apabila lingkar kepala lebih
25

kecil dari pada lingkar dada dicurigai adanya mikrosefalus.


Jika lingkar kepala 4 cm lebih besar dari lingkar dada atau
tetap menetap atau bertambah meningkat selama beberapa
hari, maka harus dicurigai adanya hidrosefalus.
b) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30-
33 cm. Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala.
Pengukuran tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila
lingkar kepala <30 cm perlu dicurigai adanya prematur.
c) Panjang badan

Panjang badan yang diukur dari puncak kepala


sampai tumit, pada bayi cukup bulan normalnya adalah 45-
55 cm. Bila panjang badan<45 cm atau >55 cm perlu
dicermati adanya penyimpangan kromosom
d) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya
2500-4000 gram.
2) Pengukuran Tanda-tanda vital
a) Suhu
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila,
karena mengukur temperatur melalui rektum dapat
menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur normal
adalah 36,5-37,2°C.
b) Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari
kelahiran, Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir
adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan
selama 60 detik (1 menit). Pengukuran dilakukan dengan
menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi
ketidakteraturan dalam kecepatan. Kecepatan pernafasan
26

dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak terjadi pernafasan


yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia.
c) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah
110-160 x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan
menghitung selama 60 detik.
3) Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi
a) Keadaan umum : Kesadaran dan keaktifan
b) Kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna merah.
Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan
perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya
bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan
temperatur dapat meningkatkan derajat sianosis karena
vasokontriks.
4) Pemeriksaan bagian tubuh
a) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase,
caput succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus.
Berikut ini merupakan tabel perbedaan antara caput
succedenum dan caput cephalhematoma :
Perbedaan caput succedenum dan cephalhematoma
Caput succedenum Cephallhematoma
a) Muncul pada saat lahir a) Muncul beberapa jam setelah
lahir
b) Tidak bertambah besar
b) Lebih besar hari ke-2 atau ke- 3
c) Hilang dalam beberapa hari
c) Hilang setelah 6 minggu
d) Batas tidak jelas
d) Batas tegas
e) Kadang-kadang melewati sutura
27

f) Penyebab: bengkak melewati e) Tidak pernah lewat sutura


jaringan lunak
f) Penyebab : perdarahan
g) Komplikasi: tidak ada subperiosteal

g) Komplikasi: ikterus, fraktur,


perdarahan intrakranial, syok
b) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran efikantus),
kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
c) Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan
kepala serta adanya gangguan pendengaran
d) Hidung
Bentuk hidung, pola pernafasan, kebersihan
e) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap,
ada labio/palatoskisis.
f) Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid
g) Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
h) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu,
gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan
pernafasan.
i) Abdomen
28

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,


perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati,
ginjal.
j) Genitalia
Kelamin laki-laki: skrotum sudah turun, urifisium
uretra diujung penis (fimosis, hipospadia/epispadia)

Kelamin perempuan: labia mayora, labia minora,


orifisium vagina, orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
k) Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari
(sindaktili, polidaktili)
l) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya
atresia ani
m) Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis,
pembengkakan, spina bifida.
n) Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak
tanda lahir, memar.
11. Analisa Data
Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP
PPNI (2016) :
No. Data Etiologi Masalah
1. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Pola napas tidak
DS : ↓ efektif (D.0005)
- Dispnea Perubahan fisiologis

DO :
Sistem respirasi
29

- Penggunaan otot ↓
bantu pernapasan Hipoksia, tekanan pada
- Fase ekspirasi rongga dada,
memanjang penumpukan CO₂,
- Pola napas abnormal perubahan suhu
(mis. takipnea, ↓
bradipnea, Merangsang saraf
hiperventilasi) pernapasan

Pernapasan pertama
bayi
Gejala dan Tanda Minor

DS :
Alveolus tidak
- Ortopnea
berfungsi
DO : ↓
Pola napas tidak efektif
- Pernaapsan pursed-
lip
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menururn
- Kapasitas vital
menurun
2. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Bersihan jalan
DS : ↓ napas tidak efektif
- Perubahan fisiologis (D.0149)

30

DO : Sistem respirasi

- Batuk tidak efektif
Hipoksia, tekanan pada
- Tidak mampu batuk
rongga dada,
- Sputum berlebih
penumpukan CO₂,
- Mengi, wheezing
perubahan suhu
dan/atau ronkhi

kering
Merangsang saraf
- Meoknium di jalan
pernapasan
napas (pada

neonatus)
Pernapasan pertama
bayi

Gejala dan Tanda Minor Pengeluaran cairan
DS : paru
- Dispnea ↓
- Ortopnea Cairan pada jalan
napas
DO :
Bersihan jalan napas
tidak efektif
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah
3. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Defisit Nutrisi (D.
DS : ↓ 0019)
- Perubahan fisiologis

DO :
Sistem GI
31

- Berat badan ↓
menurun minimal Asam lambung ↓
10% dibawah ↓
rentang ideal Kolik

Distress diantara waktu
makan
Gejala dan Tanda Minor

DS :
Defisit nutrisi
- Nafsu makan
menurun

DO :

- Bising usus
hiperaktif
- Membran mukosa
pucat
- Diare
4. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Perfusi perifer
DS : ↓ tidak efektif
- Perubahan fisiologis (D.0009)

DO :
Sistem kardiovaskular

- Pengisian kapiler >
Alveolus terisi O₂
3 detik

- Nadi perifer
Resistensi vascular
menurun atau tidak
paru ↓
teraba

- Akral teraba dingin
Tekanan atrium
- Warna kulit pucat
polmunalis ↓
32

- Turgor kulit ↓
menurun Tekanan atrium ↓

Tekanan atrium kiri
tidak adekuat
Gejala dan Tanda Minor

DS :
Foramen ovale tidak
- Parastesia
menutup
DO : ↓
Hipoksia jaringan
- Edema

- Indeks ankle-
Perfusi jaringan tidak
brachial < 0,90
efektif
- Bruit femoral
5. DS : Bayi baru lahir Risiko infeksi
- ↓ (D.0142)
DO : Perubahan fisiologis
- Kerusakan integritas ↓
kulit Pemotongan tali pusat
- Ketuban pecah lama ↓
- Ketuban pecah Port de entry bakteri
sebelum waktunya ↓
Penurunan hemoglobin Risiko infeksi
6. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Hipotermia
DS : ↓ (D.0131)
- Perubahan fisiologis

DO :
Termogulasi

- Kulit teraba dingin
Adaptasi hangan ke
- Menggigil
dingin (kehilangan
- Suhu tubuh dibawah
33

nilai normal panas)



Kegagalan peningkatan
panas
Gejala dan Tanda Minor

DS :
Hipotermia
-

DO :

- Akrosianosis
- Bradikardi
- Hipoksia
- Pengisian kapiler >
3s
- Konsumsi oksigen
menurun
- Ventilasi menurun
- Kutis memorata
(pada neonatus)

12. Diagnosa Keperawatan


Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP
PPNI (2016) :
a. Pola napas tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Hambatan upaya napas (mis. kelemahan otot pernapasan)
2) Penurunan energi

b. Bersihan jalan napas tidak efektif


Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Sekresi yang tertahan
34

2) Infeksi saluran napas

c. Defisit Nutrisi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan

d. Perfusi perifer tidak efektif


Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
2) Gagal jantung kongestif
3) Kelaianan jantung kongenital
4) Trombosis arteri
5) Trombosis vena dalam

e. Risiko infeksi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Efek prosedur invasif
2) Ketuban pecah lama
3) Ketuban pecah sebelum waktunya
4) Tindakan invasif

f. Hipotermia
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Kekurangan lemak subkutan
2) Terpapar suhu lingkungan rendah
3) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
13. Rencana Asuhan Keperawatan
35

Berikut intervensi menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) :


No. Diagnosa Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Observasi (I.02084)
- Lakukan penilaian awal (mis. apakah bayi
cukup bulan, apakah bayi menagis atau
bernapas, apakah tonus otot bayi baik)
- Monitor secara periodik pernapasan,
frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi

Terapeutik

- Berikan ventilasi tekanan positif (VTP)


jika bayi tetap kesulitan bernapas
- Pastikan perlekatan sungkup tepat
menutupi dagu, mulut, dan hidung
- Berikan ventilasi dengan frekuensi napas
40-60 kali permeneit

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur kepada


orang tua dengan metode komunikasi
terapeutik

Kolaborasi

- Kolaborasi intubasi endotrajeak jika


ventilasi dengan balon-sungkup tidak
efektif atau memerlukan waktu lama

2. Bersihan jalan napas Observasi (I.02084)


tidak efektif - Lakukan penilaian awal (mis. apakah bayi
cukup bulan, apakah bayi menagis atau
36

bernapas, apakah tonus otot bayi baik)


- Monitor secara periodik pernapasan,
frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi

Terapeutik

- Lakukan langkah awal stavilisasi (mis.


berikan kehangatan, bersihan jalan napas
jika diperluhkan dengan penghisap bola
karet, keringkan bayi, berikan rangsang
taktil dengan menggosok punggung bayi
atau telapak kaki bayi, atur posisi bayi
dengan meletakkan gulungan kain pada
bahu bayi)

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur kepada


orang tua dengan metode komunikasi
terapeutik

Kolaborasi

- Kolaborasi intubasi endotrajeak jika


ventilasi dengan balon-sungkup tidak
efektif atau memerlukan waktu lama
3. Defisit Nutrisi Observasi (I. 12397)
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu
atau pengasuh menerima informasi
- Identifikasi kemampuan ibu atau
pengasuh menyediakan nutrisi

Terapeutik
37

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada ibu atau
pengasuh untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (mos.


Bayi gelisah, membuka mulut dan
menggeleng-geleng kepala, menjulur-
julurkan lidah, mengisap ajri atau tangan)
- Anjrkan menghindari pemberian pemanis
buatan
- Ajarkan PHBS (mis. cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, cuci tangan dengan
sabun)
- Ajarkan cara memilih makanan sesuai
dengan usia bayi
- Ajarkan cara mengatur frekuensi makan
sesuai usai bayi
- Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi
sakit
4. Perfusi perifer tidak Observasi (I.02084)
efektif - Lakukan penilaian awal (mis. apakah bayi
cukup bulan, apakah bayi menagis atau
bernapas, apakah tonus otot bayi baik)
- Monitor secara periodik pernapasan,
frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi
38

Terapeutik

- Berikan ventilasi tekanan positif (VTP)


jika bayi tetap apneu
- Berikan ventilasi dengan frekuensi napas
40-60 kali per menit untuk mencapai dan
mempertahankan frekuensi denyut
jantung lebih dari 100 per menit
- Lakukan kompresi dada dan ventilasi
dengan rasio 1:3 jika frekuensi denyut
jantung kurang dari 60 per menit setelah
ventilasi adekuat dengan oksigen selama
30 detik
- Berikan 90 kompresi dan 30 ventilasi per
menit
- Berikan epinefrin dan/atau cairan
penambah volume sesuai protokol
- Hentikan resusitasi jika tidak terdektesi
detak jantung selama 10 menit

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur kepada


orang tua dengan metode komunikasi
terapeutik

Kolaborasi

- Kolaborasi intubasi endotrajeak jika


ventilasi dengan balon-sungkup tidak
efektif atau memerlukan waktu lama
5. Risiko infeksi Observasi (I.12419)
39

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi

Terapeutik

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada ibu untuk
bertanya

Edukasi

- Jelaskan manfaat perawatan bayi


- Ajarkan perawatan tali pusat
- Ajarkan memandikan bayi dengan
memperhatikan suhu ruangan 21-24ºC
dan dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali
- Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum
jam 9 pagi
- Anjurkan segera mengganti popok jika
basah

6. Hipotermia Observasi (I.14578)


- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5ºC-
37,5ºC)
- Monitor warna dan suhu kulit

Terapeutik
40

- Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika


perlu
- Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik
segera setelah lahir (mis. bahan
polyethylene, polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dibawah
radiant warmer
- Pertahankan kelembaban inkubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena evaporasi
- Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebh dahulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan bayi (mis.
selimut, kain bedongan, stetoskop)

Edukasi

- Jelaskan cara pencegahan hipotermi


karena terpapar udara dingin

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika


perlu
41
42

DAFTAR PUSTAKA

Kusumadewi, N. C. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR. Retrieved from [PDF
Document].

Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.

Murdiana, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny "S" dengan Hipotermia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Gowa Tahun 2017. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Rahardjo, K & Marmi. (2015). Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rahardjo, K & Marmi .Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2015.

Saleha, S. (2012). Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar :


Alauddin University Press.

Tarsikah, Amira Diba, D. A., & Didiharto, H. (2020). KOMPLIKASI


MATERNAL DAN LUARAN BAYI BARU LAHIR PADA
KEHAMILAN REMAJADI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KANJURUHAN, KEPANJEN, MALANG. Jurnal Kesehatan, 54-68.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
43

Vargiami E, Zafeiriou DI. (2020). Primitive Reflexes. The Encyclopedia of Child


and Adolescent Development. John Wiley.

Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intanatal, dan Bayi
Baru Lahir. Ypgyakarta : CV. Andi Offset.

Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun Belajar


Praktik Klinik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai