BBLN
BBLN
DISUSUN OLEH :
…….
…………
CIMAHI
2021
1
A. Konsep Teori
1. Pengertian BBLN
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk
dapat hidup dengan baik (Marmi & Rahardjo, 2015).
Begitu juga dengan Wagiyo & Purono (2016) bahwa bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dari kemahilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
menangis spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR
antara 7-10.
2. Karakteristik BBLN
Limfosit 3-10%
Monosit 6-10%
Trombosit 10.000-280.000/mm2
Retikulosit 3-6 %
Volume darah - Pengekleman tali pusat dini: 78 mL/kg
- Pengekleman tali pusat lambat: 98,6 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
dini: 82,3 mL/kg
- Hari ketiga setelah pengekleman tali pusat
lambat: 92,6 mL/kg
dan kejang.
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respon asimetris terdapat
abduksi seluruh ekstremitas, pada cedera syaraf porifera
dengan ibu jari telunjuk (pleksus brankialis) atauu
membentuk huruf C, diikuti fraktur klavikula atau tulang
dengan adduksi ekstremitas panjang tulang lengan atau
dan kembali ke fleksi relaks kaki
jika posisi bayi berubah tiba-
tiba atau bayi diletakkan
terlentang pada permukaan
yang datar.
Melangkah Bayi akan melangkah dengan Respon asimetris terlihat pada
satu kaki dan kemudian kaki cedera saraf SSP atau porifera
lainnya dengan gerakan fruktur tulang panjang kaki.
berjalan bila satu kaki di
sentuh pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha merangkak Respons asimetris terlihat
9
e. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk
mengahantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak ada ade kuatnya enzim-
enzim pankreas dan lipase.
11
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam
pada 90% bayi baru lahir yang normal
6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian makanan
7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu
secara efektif
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati
didalam uterus, tindakan ini berkembang baik pada saat lahir dan
diperkuat dengan rasa lapar.
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml
akan menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah
lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam
lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml.
Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya
gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi mengalami
hipoglikemia.
f. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan glomerulus
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal, tetapi menghambat kpasitas bayi untuk berespon terhadap
stressor
12
h. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerangg di
pintu masuk
2) Imaturitas jumlah sistem perlindungan secara signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
b) Fagositosis lambat
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga
tidak terdapat dalam saluran GI
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas selama periode neonatus
i. Adaptasi
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu
2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
Pastikan bayi tetap hangat
3) Mempertahankan lingkungan termal netral.
a) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan
menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu sesuai
kebutuhan
b) Tunda memandikan bayi sampai suhu stabil
c) Pasang penutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan
panas dari kepala bayi
Adaptasi bayi baru lahir (neonatal) adalah proses
penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam
14
a. Refleks Moro
b. Grasping Reflex
c. Snout Reflex
d. Rooting Reflex
e. Refleks Menghisap
melakukan rotasi kepala ke sisi lainnya. Refleks ini muncul sejak usia
kehamilan 35 minggu dan menghilang di usia bayi 3 bulan.
g. Refleks Glabellar
h. Refleks Babinski
i. Stepping Reflex
j. Swimming Reflex
seperti gerakan saat berenang. Cara lain adalah dengan memegang bayi
pada posisi horizontal dan bayi akan merespon dengan gerakan
menyerupai berenang.
3) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%
atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan
baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
d. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 1 mg I.M
e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum.
Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Identifikasi Bayi
22
b. Pemeriksaan fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan
secara menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir
merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah
lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami penyimpangan (Muslihatun,2010)
1) Pengukuran
a) Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan
kepala (diatas alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar
kepala normalnya 32-36,8 cm. Apabila lingkar kepala lebih
25
- Penggunaan otot ↓
bantu pernapasan Hipoksia, tekanan pada
- Fase ekspirasi rongga dada,
memanjang penumpukan CO₂,
- Pola napas abnormal perubahan suhu
(mis. takipnea, ↓
bradipnea, Merangsang saraf
hiperventilasi) pernapasan
↓
Pernapasan pertama
bayi
Gejala dan Tanda Minor
↓
DS :
Alveolus tidak
- Ortopnea
berfungsi
DO : ↓
Pola napas tidak efektif
- Pernaapsan pursed-
lip
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menururn
- Kapasitas vital
menurun
2. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Bersihan jalan
DS : ↓ napas tidak efektif
- Perubahan fisiologis (D.0149)
↓
30
DO : Sistem respirasi
↓
- Batuk tidak efektif
Hipoksia, tekanan pada
- Tidak mampu batuk
rongga dada,
- Sputum berlebih
penumpukan CO₂,
- Mengi, wheezing
perubahan suhu
dan/atau ronkhi
↓
kering
Merangsang saraf
- Meoknium di jalan
pernapasan
napas (pada
↓
neonatus)
Pernapasan pertama
bayi
↓
Gejala dan Tanda Minor Pengeluaran cairan
DS : paru
- Dispnea ↓
- Ortopnea Cairan pada jalan
napas
DO :
Bersihan jalan napas
tidak efektif
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah
3. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Defisit Nutrisi (D.
DS : ↓ 0019)
- Perubahan fisiologis
↓
DO :
Sistem GI
31
- Berat badan ↓
menurun minimal Asam lambung ↓
10% dibawah ↓
rentang ideal Kolik
↓
Distress diantara waktu
makan
Gejala dan Tanda Minor
↓
DS :
Defisit nutrisi
- Nafsu makan
menurun
DO :
- Bising usus
hiperaktif
- Membran mukosa
pucat
- Diare
4. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Perfusi perifer
DS : ↓ tidak efektif
- Perubahan fisiologis (D.0009)
↓
DO :
Sistem kardiovaskular
↓
- Pengisian kapiler >
Alveolus terisi O₂
3 detik
↓
- Nadi perifer
Resistensi vascular
menurun atau tidak
paru ↓
teraba
↓
- Akral teraba dingin
Tekanan atrium
- Warna kulit pucat
polmunalis ↓
32
- Turgor kulit ↓
menurun Tekanan atrium ↓
↓
Tekanan atrium kiri
tidak adekuat
Gejala dan Tanda Minor
↓
DS :
Foramen ovale tidak
- Parastesia
menutup
DO : ↓
Hipoksia jaringan
- Edema
↓
- Indeks ankle-
Perfusi jaringan tidak
brachial < 0,90
efektif
- Bruit femoral
5. DS : Bayi baru lahir Risiko infeksi
- ↓ (D.0142)
DO : Perubahan fisiologis
- Kerusakan integritas ↓
kulit Pemotongan tali pusat
- Ketuban pecah lama ↓
- Ketuban pecah Port de entry bakteri
sebelum waktunya ↓
Penurunan hemoglobin Risiko infeksi
6. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Hipotermia
DS : ↓ (D.0131)
- Perubahan fisiologis
↓
DO :
Termogulasi
↓
- Kulit teraba dingin
Adaptasi hangan ke
- Menggigil
dingin (kehilangan
- Suhu tubuh dibawah
33
DO :
- Akrosianosis
- Bradikardi
- Hipoksia
- Pengisian kapiler >
3s
- Konsumsi oksigen
menurun
- Ventilasi menurun
- Kutis memorata
(pada neonatus)
c. Defisit Nutrisi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
e. Risiko infeksi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Efek prosedur invasif
2) Ketuban pecah lama
3) Ketuban pecah sebelum waktunya
4) Tindakan invasif
f. Hipotermia
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Kekurangan lemak subkutan
2) Terpapar suhu lingkungan rendah
3) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
13. Rencana Asuhan Keperawatan
35
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
37
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
40
Edukasi
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Murdiana, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny "S" dengan Hipotermia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Gowa Tahun 2017. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Rahardjo, K & Marmi. (2015). Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rahardjo, K & Marmi .Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2015.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
43
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intanatal, dan Bayi
Baru Lahir. Ypgyakarta : CV. Andi Offset.