Makalah Agama Stih
Makalah Agama Stih
ISLAM
DISUSUN OLEH :
1.DANI FAHRURIZA
2.DENI APRIYANTO
3.JULISA
2021
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN 2.1
2.1. Pengertian Korupsi Secara bahasa, kata korupsi tidak ada dalam al-Qur’an
atau bahasa Arab. Kata korupsi berasal dari bahasa Latin “corrumpere”,
“corruptio”, “corruptus”. Kata tersebut kemudian diadopsi oleh beberapa bangsa
di dunia. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut diserap menjadi corruption dari kata
kerja corrupt yang berarti “jahat”, “rusak”, “curang”. Dalam bahasa Perancis
dikenal kata corruption yang juga berarti “rusak”. Kata “korupsi” yang dipakai
dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Belanda korruptie yang
berarti “curang” dan “jahat”. Sedangkan secara istilah, korupsi mempunyai arti
yang bermacam-macam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi
berarti perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
lain sebagainya. Istilah ini kemudian dikaitkan dengan perilaku jahat, buruk atau
curang dalam hal keuangan dimana individu berbuat curang ketika mengelola
uang milik bersama. Oleh karena itulah korupsi diartikan sebagai tindak
pemanfaatan dana publik yang seharusnya untuk kepentingan umum dipakai
secara tidak sah untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Inilah istilah korupsi yang
lazim dipakai dalam istilah sehari-hari (Hasibuan, 2012). Dalam undang-undang
negara Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 ayat 1 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan, korupsi adalah setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi (perusahaan atau badan usaha) yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dengan pengertian
tersebut praktik-praktik kecurangan yang termasuk dalam kategori korupsi antara
lain adalah manipulasi, penyuapan (uang pelicin), pungli (pungutan liar), mark up
(penggelembungan anggaran tidak sesuai dengan belanja riil), dan pencairan dana
public secara terselubung dan bersembunyi dibalik dalildalil konstitusi, dengan
niat untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar secara tidak sah dari apa
yang seharusnya diperoleh menurut kadar dan derajat pekerjaan seseorang.
a. Sikap terlalu mencintai harta (hub al-dunya) Menurut K.H. Bisri Mustofa, akar
segala permasalahan korupsi adalah hub al-dunya (berlebihan dalam mencintai
dunia). Dunia yang seharusnya hanya sebagai wasilah berubah menjadi tujuan
akhir. Dengan memandang dunia sebagai tujuan akhir, seseorang akan berlomba
– lomba mengumpulkan harta benda sebanyak – banyaknya dengan cara apapun
yang bisa dilakukan, tidak peduli halal atau haram. Nabi Muhammad SAW
menegaskan bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kejahatan.
Tamak dan serakah merupakan dua sikap yang sering mengakibatkan umat
manusia mengalami kehinaan dan kehancuran, sebab kedua sikap ini
mengantarnya kepada sikap tidak pernah puas dan tidak pernah merasa cukup,
meskipun harta yang dimilikinya melimpah ruah. Para koruptor umumnya bukan
orang – orang miskin, tetapi orang – orang kaya yang sudah bergelimang harta.
Sikap serakalah yang menjadikan mereka tidak pernah puas untuk menumpuk
kekayaan Dan orang – orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya
mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi, dan ditambah sebanyak isi bumi
itu lagi besertanya, niscaya mereka akan membuat dirinya dengan kekayaan itu.
Orang – orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman
mereka ialah Jahannam dan itulah seburuk – buruk tempat kembali” Parahnya,
orang – orang yang serakah tidak akan berhenti menumpuk kekayaan sebelum
ajal datang menjemputnya.Dan tidaklah dapat memenuhi perut anak adam
kecuali tanah (kematian). Dan Allah menerima taubat hamba-Nya yang mau
bertobat” (HR. Bukhari dan Muslim) b. Sikap Hidup Konsumtif dan Hedonis Sikap
konsumtif adalah sikap yang berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi atau
membelanjakan harta tanpa peduli paada nasib orang lain. Sementara hedonis
adalah sikap yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai
tujuan utama dalam hidup. Dengan dua sikap tersebut manusia tidak segan
menghalalkan segala cara, termasuk korupsi, untuk mendapatkan harta yang
berlimpah. Harta yang berlimpah. Harta yang berlimpah inipun tidak memberi
rasa puas, ia selalu merasa kurang setiap saat
Pemahaman agama yang dangkal dan keyakinan serta penghayatan agama yang
lemah merupakan faktor penyebab seseorang melakukan korupsi. Meskipun
sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, tetapi kasus korupsi masih
tejadi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku korupsi itu adalah orang
islam. Padahal sesungguhnya shalat, salah satu ajaran agama Islam yang
terpenting, dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar termasuk
di dalamnya mencegah perbuatan korupsi. Namun kenyataannya banyak orang
yang rajin melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji tetapi
mereka tetap melakukan korupsi. Hal ini disebabkan oleh karena pelaksanaan
ajaran agama itu tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sekaligus tidak
mendalami makna yang terkandung dalam ibadah itu. Ibadah yang mereka
laksanakan baru sebatas ibadah ritual seremonial, belum teraktualisasi dalam
kehidupan.
Kejujuran adalah aset yang sangat berharga bagi orang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, sebab kejujuran mampu menjadi benteng bagi seseorang
untuk menghindari perbuatanperbuatan munkar seperti perbuatan korupsi ini.
Hanya saja nilai – nilai kejujuran telah hilang dari pelaku – pelaku korupsi itu. Oleh
karena itulah maka sejak kecil dalam rumah tangga dan di sekolah seharusnya
ditanamkan nilai – nilai kejujuran kepada anak – anak. Nabi Muhammad SAW
bersabda : “Katakanlah yang benar itu walau pahit sekalipun” (HR. Ibnu Hibban)
A.Motif Eksternal
b. Aspek ekonomi
c. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan
berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu
lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
d. Aspek Organisasi
2) Tidak adanya kultur organisasi yang benar Kultur organisasi biasanya punya
pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola
dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi
memiliki peluang untuk terjadi.
d. Keempat, pemakan harta haram tidak diterima amalnya dan ditolak doanya
Salah satu efek negative yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang
adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi
kebiasaan seharihari, anak-anak tumbuh menjadi priadi antisosial. Selanjutnya
genrasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan
budaya mereka), sehingga pribadi mereka menjadi terbiasa dengan sifat tidak
jujur dan tidak bertanggungjawab (Alatas, 1999:62).
Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena di kalangan
sebagian mahasiswa adalah budaya tidak jujur. Fakta menunjukan bahwa
budayatidak jujur kian menggejala dikalangan sebagian mahasiswa. Semangat
inovasi dan etos kerja sebagian mahasiswa menunjukkan grafik yang
menghawatirkan. Indikatornya sederhana, banyak mahasiswa tidak jujur dalam
perkuliahan, misalnya mencotek, plagiasi dan titip absen.
Membiasakan hidup jujur merupakan nilai hidup yang sangat penting dalam
hubungan dengan sesame manusia dan alam, bahkan sekaligus menjadi sendi
kemajuan hidup manusia sebagai pribadi dan kelompok, terlebih lagi dalam
kaitannya dengan pribadi sebagai bagian dari kelompok masyarakat ilmiah. Hal ini
sesuai dengan ciri-ciri masyarakat ilmiah yang antara lain; (1) bersifat terbuka
terhadap informasi, (2) menghargai pendapat orang lain, (3) kritis, (4) inovatif, (5)
visioner, (6) menerima perubahan, dan (7) berakhlak mulia.
Amanah berasal dari bahasa arab dalam bentuk mashdar dari (amina-
amanatan0 yang berate jujur atau dapat dipercaya (Ma’luf, 1986:18).
Menurut KBBI, amanah adalah sesuatu yang dipercayakan (dititpkan)
kepada orang lain. Sedangkan menurut al-Maraghi(1974), amanah adalah
sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak
memilikinya, al-Marghi (1974:70) membagi amanah menjadi tiga macam,
yaitu; (1) amanah manusia terhadap Tuhan, (2) amanah manusia kepada
orang lain, dan (3) amanah manusia terhadap diri sendiri. Penjelasan ketiga
macam amanah tersebut:
Berkaitan dengan amanah, manusia sebagai khalifah Allah (wakil Allah) dan
‘Abd Allah (hamba Allah) diwajibkan senantiasa memegang teguh amanah
yang telah dibebankan kepadanya. Sebagai khalifah Allah di muka bumi ini,
manusia bertugasmenata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta
kedamaian dan kemakmuran dimuka bumi dalam rangka
mengapliklasikanberbagaibekal yang telah Allah berikankepadanya.
Sedangkan sebagai ‘Abd Allah, manusia dituntut untuk selalu taat, patuh,
dan tunduk kepada Allah.
Alatas, Syed Hussein. 1999. Corruption and The Destiny of Asia. Kuala
Lumpur: Prentice Hall (M) Sdn. Bhd. dan Simon & Schuster (Asia) Pte.Ltd
Bisri, Mustofa. 2004. Hub al-Dunya adalah Akar Korupsi. Dalam Burhan, A.S
& Nurul Huda
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kholis, Nur. 2013. Korupsi dan
akibatnya: Analisis Prespektif Ekonomi Islam. Online:
http//nurkholis77.staff.uii.ac.id/. Diakses 17 mei 2013.
Mas’udi, Masdar F. 2004. Hadiah untuk Pejabat. Dalam Burhan, A.S & Nurul
Huda Maarif. Menolak Korupsi, Membangun Kesalehan Sosial.