Anda di halaman 1dari 3

Cara lain untuk mengukur daun

Beberapa urgensi dapat diamati melalui morfologi daun, termasuk terhadap pengukuran luas
daun. Beberapa metode disajikan untuk mengamati luas daun yaitu metode leaf area meter
(LAM), metode kertas milimeter, metode gravimetri, metode plong, metode plannimeter dan
sebagainya, namun relatif belum dapat diterapkan secara cepat dan mudah untuk pengukuran
luas daun selama ini karena memiliki persyaratan tertentu. Kondisi ini menimbulkan gagasan
untuk membuat metode pengamatan luas daun yang aplikatif dengan akurasi tinggi namun
dengan alat yang relatif sederhana dan mudah didapat. Sitompul dan Guritno (1995)
memberikan pilihan beberapa metode mengukur luas daun, dan salah satunya adalah metode
panjang kali lebar yang memerlukan nilai konstanta bentuk daun (k). Lebih lanjut (Sutoro dan
Setyowati, 2014) menjelaskan bahwa luas daun merupakan karakter tanaman yang penting
untuk mempelajari aspek agronomi dan fisiologi dan pendugaan luas daun menggunakan peubah
panjang dan lebar daun telah banyak digunakan. Menariknya, ada salah satu metode pengukuran luas
daun panjang kali lebar yang diposisikan bahwa daun mempunyai profil luasan dua dimensi dalam
setiap helaian sehingga mempunyai panjang dan lebar daun (Sitompul dan Guritno, 1995). Ini
membuktikan bahwa pendekatan penaksiran pengukuran luas daun begitu mudah. Hanya saja tidak
ada bentuk daun yang menempati dimensi luasan persegi panjang sehingga apabila dilakukan
pendekatan metode panjang kali lebar dibutuhkan nilai konstanta (k) bentuk daun sebagai faktor
pengoreksi luas daun atas polanya terhadap bentuk persegi panjang (Susilo,2015)

Susilo, D.E.H. 2015. Identifikasi Nilai Konstanta Bentuk Daun Untuk Pengukuran Luas
Daun
Metode Panjang Kali Lebar Pada Tanaman Hortikultura Di Tanah Gambut. Anterior
Jurnal. 14(2): 139-146

Faktor yang mempegaruhi laju transpirasi

Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi
dan transpirasi. Fotosintesis sebagai sumber energi bagi reaksi cahaya dan fotolisis air menghasilkan
ATP dan NADPH2. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan laju fotosintesis tanaman maksimum
(Noviyanti, 2005). Cahaya mempengaruhi laju transpirasi tanaman. Intensitas cahaya yang
meningkat menyebabkan transpirasinya juga meningkat karena banyak stomata yang terbuka.
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respirasi. Sinar akan mempercepat
proses fotosintesi kemudian fotosintesis akan menambah substrat, sedangkan penambahan substrat
akan mempercepat proses laju respirasi (Khusni, 2018).

Khusni. Lutfiyatul. R.B. Hastuti., dan E. Prihastanti. 2018.Pengaruh Naungan terhadap


Pertumbuhan dan Aktivitas Antioksidan pada Bayam Merah (Alternanthera amoena
Voss.). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 3(1). e-ISSN 2541-0083
Cat KUKU dan transpirasi

Permukaan epidermis bawah daun diolesi cat kuku, dibiarkan kering selama 5-10 menit.
Kegunaan pemberian cat kuku adalah untuk mempertahankan stomata tetap terbuka (Taluta,
2017).
Mula-mula daun diolesi kutek yang berwarna transparan. Dibiarkan mengering (tunggu) 10-
15 menit. Setelah kering olesan kutek ditempeli potongan selotip warna transparan dan
diratakan , lalu dikelupas secara perlahan –lahan. Hasil kelupasan tersebut lalu ditempelkan
pada gelas benda.Pengamatan jumlah stomata dengan mikroskop (Haryanti, 2010)

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang
sebagian besar terjadi melalui stomata, selain itu air juga dapat keluar melalui kutikula dan lentisel
(Dardjat dan Siregar, 1996). Apabila laju transpirasi terlalu cepat dapat merugikan tumbuhan yang
menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering (taluta, 2017).

Taluta, (sudah)

Penghitungan stomata
Pengamatan stomata dilakukan terhadapkerapatan stomata daun dengan menghitung jumlah
stomata per satuan luas bidang pengamatandengan cara menghitung jumlah stomata
permilimeter persegi (mm2) (Suharno et al., 2007),serta diameter dan panjang stomata.
Pengamatan stomata pada daun dilakukan pada tiga (3) waktu yang berbeda, yaitu diamati
pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Oleh karena itu, rancangan percobaan yang
digunakan untuk pengamatan stomata adalah Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak
Lengkap. Terdapat 2 faktor yaitu cekaman air (terdiri dari tiga taraf yaitu kontrol, tergenang
dan kekeringan pada KL 25 %) dan waktu pengamatan (terdiri dari 3 taraf yaitu pagi, siang
dan sore hari). (Bramasto, 2015).

Bramasto, Yulianti., E. Rustam., Megawati., Dan N. Mindawati. 2015. Respon


Pertumbuhan Bibit Bambang Lanang (Michelia Champaca L.) Terhadap Cekaman.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 12(3). ISSN: 1829-6327

Transpirasi
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap
air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang
kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air
ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah,
lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman. Perbedaan
jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi mempunyai struktur
akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun dan
conductance stomata berpengaruh terhadap transpirasi. Volume air tanah yang mampu
diserap oleh tanaman sangat bergantung pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar
pada tanah maka akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga
volume air yang mengalami transpirasi juga semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat
dilihat dari perbedaan struktur batang serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana semakin
tinggi indeks luas daun tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi tanaman. Perbedaan
kumulasi water loss dan laju transpirasi tiap tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan
stomata yang meliputi luas daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh
perilaku membuka dan menutupnya stomata dimana perilaku stomata bervariasi menurut
jenis tanaman.
Dalam daur hidrologi, air presipitasi akan mengalami infiltrasi sebagai air tanah, intersepsi
dan sebagian lainnya hilang melalui limpasan permukaan. Sebagian air presipitasi yang
mengalami intersepsi oleh kanopi akan dievaporasi ke atmosfer dan sebagian lainnya akan
masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi menjadi air tanah. Proses kehilangan air tanah
akan terjadi dari mintakat perakaran melalui proses transpirasi dan proses evaporasi akan
terjadi melalui permukaan tanah pada lahan kosong. Kadar lengas tanah merupakan karakter
tanah yang diduga berpengaruh terhadap laju transpirasi, dimana semakin tinggi kadar lengas
tanah maka semakin besar volume air yang diabsorbs dan ditranspirasi oleh tamanan.
Pendapat ini didukung oleh pernyataan dimana lengas tanah dan distribusi lengas tanah
berpengaruh terhadap transpirasi. Pada saat tanah mulai mengering maka laju transpirasi akan
berkurang sebagai fungsi dari lengas tanah.
Tingkat curah hujan dan temperature merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman bergantung pada curah hujan
dimana tingginya curah hujan diikuti oleh peningkatan laju transpirasi tanaman. Dalam
proses transpirasi, air bergerak dari daun yang mempunyai tingkat kelembaban yang lebih
tinggi menuju atmosfir yang lebih kering sehingga temperature udara mempunyai pengaruh
terhadap laju transpirasi. Temperature tanah juga merupakan faktor pembatas transpirasi
dimana pada suhu dibawah +80 C conductance stomata rendah dan permeabilitas akar
menurun sehingga menghambat laju transpirasi tanaman (Prijono,2016)

Prijono, Sugeng., dan M. T. S. Laksamana. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum


Dassyrachis Dan Gliricidia Sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta
Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Jurnal PAL. 7(1).
ISSN: 2087-3522

Cahaya

Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya
berperan penting dalam proses fisiologi tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi.
Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan
lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima
oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah.

Uji Anova menunjukkan terdapat perbedaan luas daun yang nyata antara P0 dengan P1 dan P2
sedangkan P1 dan P2 tidak berbeda. Pada uji BNT 5% menunjukkan bahwa luas daun P0 11,5% lebih
besar dibandingkan dengan luas daun P1 dan 34,07% lebih besar daripada luas daun P2 (Tabel 2).
Luas daun di tempat ternaung lebih kecil dari luas daun pada tempat terbuka. Luas daun pada
tempat terbuka adalah luas yang normal dengan warna yang hijau tua dan tebal. Daun ditempat
ternaung lebih kecil dan tipis, diduga kemungkinan tanaman beradaptasi dengan meningkatkan
jumlah daun bukan dengan luas daun. Selain itu, proses fotosintesis pula dipengaruhi oleh jumlah
cahaya yang di terima oleh daun.

Anda mungkin juga menyukai