Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333042610

Hak Atas Tanah di Tepi Sungai

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 1,656

1 author:

Titania Puspita Anggraeni


Jakarta State University
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perencanaan Pembelajaran PPKN View project

Pemeliharaan Lingkungan View project

All content following this page was uploaded by Titania Puspita Anggraeni on 13 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Hak Atas Tanah di Tepi Sungai

Titania Puspita Anggraeni - PPKN UNJ

Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia karena setiap
manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha. Oleh karena itu
tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang mempunyai peran bagi keperluan
pembangunan bangsa Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.

Dalam Pasal 2 UUPA dijelaskan bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa
dan rakyat Indonesia yang mempunyai hak menguasai atas bumi, air, dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Hak menguasai tersebut memberi
wewenang untuk mengatur bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, termasuk memelihara
tanah.

Hal tersebut seperti yang diamanatkan dalam ketentuan Pasal 14 dan 15 UUPA.
Ketentuan Pasal 2 tersebut di atas merupakan negara dalam pengertian sebagai suatu organisasi
kekuasaan dari seluruh rakyat untuk mengatur masalah agraria (pertanahan). Kedudukan
negara sebagai penguasa (Hak menguasai dari negara) tersebut tidak lain adalah bertujuan
untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam rangka masyarakat adil dan
makmur. Dalam kerangka tersebut negara diberi kewenangan untuk mengatur mulai dari
perencanaan, penggunaan, menentukan hak-hak yang dapat diberikan kepada seseorang, serta
mengatur hubungan hukum antara orang-orang serta perbuatan-perbuatan hukum yang
berkaitan dengan tanah(Jurnal et al., 2017).

Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh
garis sempadan. Garis sempadan yang dimaksud diatur dalam peraturan pemerintah nomor 38
tahun 2011 tentang sungai pasal 5 sampai dengan pasal 17 ialah 0-20 meter dari bibir sungai
atau sempadan dilarang untuk dibangun(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI, 2011).

Sungai merupakan lingkungan yang wajib kita jaga kelestariannya mulai dari kelestarian
air maupun kelestarian lingkungan sungai. Sungai memliki sejumlah manfaat dalam kehidupan
seperti sebagai penampung debit air hujan yang turun, mengalirkan air kehilir, sebagai salah
satu sumber energy yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, tempat ekosistem
bagi ikan dan tanaman air, sumber bahan konsumsi, tempat rekreasi, dan tempat mecari
ketenangan maupun relaksasi. Namun sejumlah manfaat yang dimiliki sungai nampaknya
sudah sangat sulit untuk ditemukan, jika dapat kita lihat dari keadaan yang ada, sungai saat ini
malah dijadikan tempat pemukiman bahkan dijadikan bangunan komersil yang mana
pemerintah juga memberikan izin unuk menggunakan tepi sungai untuk dijadikan tempat
tinggal atau dipergunakan untuk sesuatu.

Dilansir dari megapolitan kompas, Ketua Ciliwung Institute Sudirman Asun dan
Koordinator Komunitas Peduli Ciliwung Bogor Een Irawan Putra, Jumat (31/1/2014),
mengatakan, pemerintah harus mengakui sudah membiarkan, bahkan melanggar aturan,
sehingga Ciliwung hancur sampai memicu bencana. Masalahnya, sesudah aturan ditetapkan,
penyerobotan bantaran terus terjadi. Pemerintah membiarkan tanah negara diserobot, bahkan
dimiliki secara pribadi. Tak sedikit warga yang memegang sertifikat hak milik (SHM) atas
sepetak tanah di bantaran yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. Kondisi
diperparah dengan pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) kepada pemegang sertifikat
tanah bantaran.

Pembangunan ditepian sungai merupakan salah satu tindakan yang dilarang oleh
peraturan, apalagi jika sudah menyentuh batas sempadan sungai, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kelestarian, baik kelestarian air ataupun kelestarian lingkungan sungai. Namun pada
kenyataanya pembangunan terus terjadi malah bertambah banyak di bantaran atau tepian
sungai, dikarenakan ketidaktegasan pemerintah dalam menetapkan peraturan yang ada.

Pada pasal 15 diaturan tersebut berbunyi, jika terdapat bangunan dalam sempadan sungai
maka bangunan tersebut dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus ditertibkan
untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai. Akan tetapi, penertiban sulit terjadi diantara
lain karena terbentur kondisi hunian yang sudah ada sejak lama, tidak bisa menggusur warga
yang tinggal dibantaran sungai begitu saja, ditambah lagi pemukim merasa legal karena
dilengkapi dengan sertifikat kepemilikan yang ada.

Maka dari itu untuk mengembalikan sungai seperti sediakala, dibutuhkan banyak usaha
salah satunya penertiban atau normalisasi sungai. Namun yang paling penting ialah merubah
pola pikir dari masyarakat kedepannya supaya sadar untuk menjaga kualias lingkungan,
memberikan pemahaman bahwa tepian sungai bukanlah lahan yang layak huni karena bisa
menimbulkan berbagai permasalahan. Kepedulian terhadap lingkungan menjadi sangat penting
seiring semakin meningkatnya masalah lingkungan oleh eksploitasi sumberdaya alam dan
penggunaan teknologi modern yang bukan saja berdampak positif bagi kehidupan. Di samping
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kurang pedulinya sebagian masyarakat, namun
demikian masih ada harapan untuk memperbaikinya dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat
untuk memperbaiki lingkungan(Wihardjo & Nadiroh, 2018). Disis lain pemerintah juga harus
lebih bertindak tegas dalam penegakan peraturan, dan dimungkinkan juga pemerintah
memberikan hunian yang layak huni untuk pemukim yang rumahnya terkena gusuran.

Jurnal, D., Hukum, I., Hukum, F., Sains, U., Nyak, C., & Negara, T. (2017). BANTARAN
SUNGAI ACEH ( Suatu Penelitian di Kabupaten Aceh Besar ), 2(2), 1–16.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011


TENTANG SUNGAI (2011).

Wihardjo, R. S. D., & Nadiroh, N. (2018). PENGARUH REKAYASA PORTOFOLIO DAN


LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN
(Eksperimen pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi). In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai