Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM NEFROTIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
Muhammad Ilham Fadyllah

2014901210121

PEMBIMBING
Jenny Saherna, Ns., M. Kep
Norzainah, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM NEFROTIK

1. Definisi

Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik


glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anarsarka, proteinuria massif
≥ 3,5 g/hari, hiperkolesterolemia dan lipiduria.

Pada proses awal atau sindrom nefrotik ringan, untuk menegakkan


diagnosis tidak semua gejala ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda
khas sindrom nefrotik akan tetapi pada sindrom nefrotik berat yang disertai
kadar albumin rendah, ekskresi protein dalam urin juga berkurang.
Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada
sindrom nefrotik.

Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan


nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang serta
hormone tiroid sering dijumpai pada sindrom nefrotik Umumnya, sindrom
nefrotik dengan fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang
berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Pada beberapa
episode sindrom nefrotik dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respone
yang baik terhadap terapi steroid akan tetapi sebagian lain dapat berkembang
menjadi kronik.

2. Etiologi

Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan


glomerulonefritis sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan
penghubung (connective tissue disease), akibat obat atau toksin dan akibat
penyakit sistemik. Glomerulonefritis Primer di bagi menjadi 5 jenis, yaitu :

a. Glumerulonefritis lesi minimal (GNLM)


b. Glomerulosklerosis fokal (GSF)
c. Glomerulonefritis membranosa (GNMN)
d. Glumerulonefritis membranoploriferatif (GNMP)
e. Glomerulonefritis proliperatif lainnya

Glomerulonefritis sekunder akibat infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C,


Tuberculosa. Sedangkan yang disebabkan oleh keganasan seperti
adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma, karsinoma ginjal. Yang
disebabkan oleh penyakit jaringan penghubung seperti lupus eritematosus
sistemik, dan rematik. Sedangkan yang dikarenakan efek obat dan toksin
seperti obat anti imflamasi non steroid, pinisilin, captopril, dan heroin. Yang
disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, pre eklamsia

3. Patofisiologi

Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah


proteinuria, yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler
glomerolus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi
dihubungkan dengan hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding
kapiler.

Mekanisme timbulnya edema pada sindrom nefrotik disebabkan oleh


hipoalbumin akibat proteinuria. Hipoalbumin menyebabkan penurunan
tekanan onkotik plasma sehingga terjadi transudasi cairan dari kompartemen
intravaskulerke ruangan interstitial. Penurunan volum intravaskuler
menyebabkan penurunan perfusi renal sehingga mengaktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron yang selanjutnya menyebabkan reabsorpsi natrium di
tubulus distal ginjal. Penurunan volum intravaskuler juga menstimulasi
pelepasan hormon antidiuretik (ADH) yang akan meningkatkan reabsorpsi air
di tubulus kolektivus.

Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat


2faktor. Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati
termasuk lipoprotein. Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagai akibat
penurunan kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah
lemak di plasma darah).

A.
B. Pathways

Virus, bakteri, protozoa inflamasi Perubahan


glomerulus permeabilitas
DM peningkatan viskositas darah membrane
Sistemik lupus eritematous regulasi glomerlurus
kekebalan terganggu proliferasi
Mekanisme
abnormal leukosit
Kerusakan penghalang
glomerlurus protein

Protein & Kegagalan Kebocoran


albumin lolos dalam proses molekul besar
dalam filtrasi & filtrasi (immunoglobuli
masuk ke urine n)

Gangguan Protein dalam Protein dalam Pengeluaran


citra tubuh urine meningkat darah menurun IgG dan IgA

Pembengka Proteinuria Hipoalbuminemia Sel T dalam


kan pada sirkulasi
periorbita menurun

Ekstravaksi SINDROM Gangg


Mata cairan NEFROTIK uan
Resiko infeksi
Penumpukan Volume
Oedema cairan ke ruang intravaskuler
intestinum
Reabsorbsi
ADH air

Penekanan Paru-paru Asites Kelebihan


pada tubuh volume cairan
terlalu dalam
Efusi pleura Tekanan
abdomen Menekan
meningkat diafragma
Nutrisi & O2 Ketidakefektifan
bersihan jalan Otot pernafasan
Mendesak
nafas tidak optimal
rongga lambung

Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat

Gangguan
Iskemia Produksi asam Ketidakefektif
pemenuhan
laktat an pola nafas
nutrisi

Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan perfusi kebutuhan
jaringan Kelemahan, tubuh Oliguri
perifer keletihan,
mudah capek

Intoleransi
aktivitas

Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-


sel glomerulus
Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
konstipasi angiotensin I &
II Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer

Tekanan darah

Beban kerja
jantung

Penurunan
curah jantung

4. Manifestasi klinik

a. Proteinuria > 3,0 gr/24 jam


b. Hipoalbumin yang disebabkan karena peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma. Kadar albumin < 3 g/dl
c. Edema anasarka
d. Hiperlipidemia yang disebabkan karena penurunan enzim pemecah lemak
di plasma darah
e. Lipiduria

5. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari pengobatan spesifik yang


ditujukan terhadap penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk
mengurangi protenuria, mengontrol edema dan mengobati komplikasi.
Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan diberi terapi, dan
obat-obatan yang menjadi penyebabnya disingkirkan.
b. Diuretik
Diuretik misalnya furosemid (dosis awal 20-40 mg/hari) atau golongan
tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan potassium sparing diuretic
(spironolakton) digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi.
Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari.

c. Diet.
Diet untuk pasien sindrom nefrotik adalah 35 kal/kgbb./hari, sebagian
besar terdiri dari karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah
lemak harus diberikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada pasien
dengan penyakit ginjal tertentu, asupan yang rendah protein adalah aman,
dapat mengurangi proteinuria dan memperlambat hilangnya fungsi ginjal,
mungkin dengan menurunkan tekanan intraglomerulus. Derajat
pembatasan protein yang akan dianjurkan pada pasien yang kekurangan
protein akibat sindrom nefrotik belum ditetapkan. Pembatasan asupan
protein 0,8-1,0 gr/ kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria. Tambahan
vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.

d. Terapiantikoagulan
Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme , terapi antikoagulan
dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin
meningkat karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi
heparin intravena , antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai
sindrom nefrotik dapat diatasi.

e. TerapiObat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4 –
6 minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis
maintenance (5 – 10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan
dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan
penderita memburuk kembali (timbul edema, protenuri), diberikan kembali
full dose selama 4 minggu kemudian tapering off kembali. Obat
kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk menangani sindroma nefrotik
(prednisone, metil prednisone) terutama pada minimal glomerular lesion
(MGL), focal segmental glomerulosclerosis (FSG) dan sistemik lupus
glomerulonephritis. Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan
pada pasien dengan nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal
untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini
menyebabkan vasokonstriksi ginjal, pengurangan tekanan intraglomerulus,
dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria sampai 75 %.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari. Obat penurun lemak golongan
statin seperti simvastatin, pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan
kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.

f. Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (Captopril 3 x 12,5 mg),


kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat
enzim konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors)
dan antagonis reseptor angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan
kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan
proteinuria.

6. Komplikasi

a. Hiperlipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai sindrom


nefrotik. Kadar kolesterol pada umumnya meningkat sedangkan
trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit tinggi. Peningkatan kadar
kolesterol disebabkan oleh meningkatnya LDL (low density lipoprotein)
yaitu sejenis lipoprotein utama pengangkut kolesterol. Tingginya kadar
LDL pada sindrom nefrotik disebabkan oleh peningkatan sintesis hati
tanpa gangguan katabolisme hati. Mekanisma hiperlipidemia pada sindrom
nefrotik dihubungkan dengan peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein
hati dan menurunnya katabolisme.

b. Lipiduria sering ditemukan pada sindrom nefrotik dan ditandai oleh


akumulasi lipid pada debris sel dan cast seperti badan lemak berbentuk
oval (oval fat bodies) dan fatty cast. Lipiduria lebih dikaitkan dengan
protenuria daripada dengan hiperlipidemia.

c. Komplikasi tromboemboli sering ditemukan pada sindrom nefrotik akibat


peningkatan koagulasi intravascular. Pada sindrom nefrotik akibat GNMP
kecenderungan terjadinya trombosis vena renalis cukup tinggi. Emboli
paru dan trombosis vena dalam sering dijumpai pada sindrom nefrotik.
Terjadinya infeksi oleh kerana defek imunitas humoral, selular, dan
gangguan system komplemen. Oleh itu bacteria yang tidak berkapsul
seperti Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumonia boleh
menyebabkan terjadinya infeksi.

Penurunan IgG, IgA dan gamma globulin sering ditemukan pada pasien
sindrom nefrotik oleh kerana sintesis yang menurun atau katabolisme yang
meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang melalui urine
Gagal ginjal akut disebabkan oleh hypovolemia. Oleh kerana cairan
berakumulasi di dalam jaringan tubuh, kurang sekali cairan di dalam
sirkulasi darah. Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan ginjal tidak
dapat berfungsi dengan baik dan timbulnya nekrosis tubular akut.

7. Prognosis

Prognosis tergantung pada kausa sindrom nefrotik. Pada kasus anak,


prognosis adalah sangat baik kerana minimal change disease (MCD)
memberikan respon yang sangat baik pada terapi steroid dan tidak
menyebabkan terjadi gagal ginjal (chronic renal failure). Tetapi untuk
penyebab lain seperti focal segmental glomerulosclerosis (FSG) sering
menyebabkan terjadi end stage renal disease (ESRD). Faktor – faktor lain
yang memperberat lagi sindroma nefrotik adalah level protenuria, control
tekanan darah dan fungsi ginjal.

8. Manifestasi Klinik

a. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya


bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya
lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan
disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia
dan ekstermitas bawah.

b. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa.

c. Pucat Hematuri, azotemeia hipertensi ringan

d. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.

e. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan


keletihan umumnya terjadi.

f. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.

g. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang).

9. Pemeriksaan diagnostic

a. Uji urine

 Protein urin – meningkat.

 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria.

 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah.


 Berat jenis urin – meningkat

b. Uji darah
 Albumin serum – menurun.
 Kolesterol serum – meningkat.

 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi).

 Laju endap darah (LED) – meningkat.

 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.

c. Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.

Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

1. Keadaan Umum :

2. Riwayat :

Identitas anak : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.


Riwayat kesehatan yang lalu : pernahkah sebelumnya klien sakit seperti
ini ?
Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami,
imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
Pola kebiasaan sehari-hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola
istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eleminasi.
3. Riwayat penyakit saat ini :
 Keluhan utama
 Alasan masuk rumah sakit
 Faktor pencetus
 Lamanya sakit
4. Pengkajian sistem
Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada ( terkait
dengan edema ).
 Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada
tidaknya sianosis, diaphoresis.
 Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronkhi, retraksi dada, cuping hidung.
 Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku (mood,
kemampuan intelektual, proses pikir), kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
 Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya
hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan
buang air besar.
 Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan
jumlahnya

B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi

Batasan Karakteristik :

1. Edema
2. Ansietas
3. Anasarka
4. Gangguan pola nafas
5. Oliguria
6. Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7. Perubahan berat jenis urine
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan
(anoreksia)

Batasan Karakteristik :

1. Cepat kenyang setelah makan


2. Gangguan sensasi rasa
3. Kurang minat pada makanan

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)

Batasan Karakteristik :

1. Berfokus pada penampilan masa lalu


2. Menghindari melihat tubuh
3. Menghindari menyentuh tubuh
4. Menyembunyikan bagian tubuh
5. Takut reaksi orang lain
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus
dengan jumlah berlebihan (efusi pleura)

Batasan Karakteristik :

1. Suara nafas tambahan


2. Perubahan frekuensi dan irama napas
3. Sianosis
4. Dipsneu
5. Gelisah
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penekanan tubuh terlalu dalam akibat edema

Batasan Karakteristik :

1. Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,


kelembapan, kuku, sensasi, suhu)
2. Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3. Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4. Edema
5. Paresresia
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak
adekuat

Batasan Karakteristik :

1. Perubahan kedalaman pernapasan


2. Penurunan tekanan ekspirasi
3. Bradipnea
4. Dipsnea
5. Penurunan ventilasi semeniit

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Batasan Karakteristik :

1. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas


2. Dipsnea setelah beraktivitas
3. Menyatakan merasa letih
4. Menyatakan merasa lemah

h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi


jantung

Batasan Karakteristik :

1. Bradikardia
2. Palpitasi jantung
3. Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia,
abnormalitas konduksi, iskemia)
4. Takikardia

C. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan &
Intervensi Rasional
Dx. Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan - Timbang berat badan - Estimasi penurunan
tindakan setiap hari dan monitor edema tubuh
keperawatan status pasien - valuasi harian
selama … x 24 - Jaga intake/asupan keberhasilan terapi
jam, diharapkan yang akurat dan catat dan dasar
kelebihan volume output penentuan tindakan
cairan tidak - Kaji lokasi dan luasnya - menentukan
terjadi dengan edema intervensi lebih
kriteria hasil : - Berikan cairan dengan lanjut
a. Terjadi tepat - mencegah edema
penurunan - Berikan diuretik yang bertambah parah
edema dan diresepkan oleh dokter - Diberikan dini
ascites pada fase
b. Tidak terjadi oliguria untuk men
peningkatan gubah ke fase
berat badan nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine
adekuat
2. Setelah dilakukan - Monitor kalori dan - Membantu dan
tindakan asupan makanan mengidentifikasi
keperawatan - Lakukan atau bantu defisiensi dan
selama … x 24 pasien terkait kebutuhan diet
jam, diharapkan perawatan mulut - Mulut yang bersih
ketidakseimbanga sebelum makan dapat
n nutrisi kurang - Pastikan makanan meningkatkan
dari kebutuhan disajikan secara nafsu makan
tubuh tidak menarik dan pada suhu - Meningkatkan
terjadi, dengan yang paling cocok selera dan nafsu
kriteria hasil : untuk konsumsi secara makan
a. Nafsu makan optimal - Pasien dapat
klien - Anjurkan pasien kooperatif dan
meningkat terkait dengan melakukan apa
b. Tidak terjadi kebutuhan diet untuk yang dianjurkan
hipoproteine kondisi sakit - Diet yang tepat
mia - Kolaborasi dengan ahli dapat
c. porsi makan gizi untuk mengatur meningkatkan
yang diet yang diperlukan status nutrisi pasien
dihidangkan
dihabiskan
3. Setelah dilakukan - Monitor apakah anak - Mengidentifikasi
tindakan bisa melihat bagian respon anak
keperawatan tubuh mana yang terhadap perubahan
selama … x 24 berubah tubuhnya
jam, diharapkan - Identifikasi strategi- - Respon orangtua
gangguan citra strategi penggunaan menentukan
tubuh dapat koping oleh orangtua bagaimana persepsi
teratasi, dengan dalam berespon anak terhadap
kriteria hasil : terhadap perubahan tubuhnya
a. Citra tubuh penampilan anak - Memudahkan
positif - Bangun hubungan komunikasi
b. Mendeskripis saling percaya dengan personal dengan
ikan secara anak anak
faktual - Gunakan gambaran - Mekanisme
perubahan mengenai gambaran evaluasi dari
fungsi tubuh diri persepsi citra diri
c. Mempertahan - Ajarkan untuk melihat anak
kan interaksi pentingnya respon - Membantu
sosial mereka terhadap meningkatkan citra
perubahan tubuh anak tubuh anak
dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.

4. Setelah dilakukan - Monitor respirasi dan - Data dasar dalam


tindakan status O2 menentukan
keperawatan - Auskultasi suara nafas. intervensi lebih
selama … x 24 Catat adanya suara lanjut
jam, diharapkan nafas tambahan - Suara nafas
bersihan jalan - Atur intake untuk tambahan
nafas dapat cairan mengidentifikasika
efektif, dengan - Posisikan pasien n ada sumbatan
kriteria hasil : semifowler dalam jalan nafas
a. Klien mampu - Lakukan fisioterapi - Mencegah edema
bernafas dada jika perlu bertambah parah
dengan - Memaksimalkan
mudah ventilasi
b. Mampu - Membantu
mengidentifik mengeluarkan
asi dan sekret
mencegah
faktor yang
dapat
menghambat
jalan nafas
5. Setelah dilakukan - Monitor denyut dan - Mengetahui
tindakan irama jantung kelainan jantung
keperawatan - Ukur intake dan - Mengetahui
selama … x 24 outtake cairan kelebihan atau
jam, diharapkan - Berikan oksigen sesuai kekurangan
perfusi jaringan kebutuhan - Meningkatkan
perifer efektif, perfusi
dengan kriteria - Lakukan perawatan - Menghindari
hasil : kulit, seperti gangguan integritas
a. Waktu pemberian lotion kulit
pengisian - Hindari terjadinya - Mempertahankan
kapiler < 3 palsava manuver pasukan oksigen
detik seperti mengedan,
b. Tekanan menahan napas, dan
sistol dan batuk
diastol dalam
rentang yang
diharapkan
c. Tingkat
kesadaran
membaik
6. Setelah dilakukan - Monitor jumlah - Mengetahui status
tindakan pernapasan, pernapasan
keperawatan penggunaan otot bantu - Mempertahankan
selama … x 24 pernapasan, batuk, oksigen arteri
jam, diharapkan bunyi paru, tanda vital, - Meningkatkan
pola nafas dapat warna kulit, AGD pengembangan paru
efektif, dengan - Berikan oksigen sesuai - Kemungkinan terjadi
kriteria hasil : program kesulitan bernapas
a. Pasien dapat - Atur posisi pasien akut
mendemonstr fowler
asikan pola - Alat-alat emergensi
pernapasan disiapkan dalam
yang efektif keadaan baik
b. Pasien
merasa lebih
nyaman
dalam
bernafas
7. Setelah dilakukan - Monitor keterbatasan - Merencanakan
tindakan aktivitas, kelemahan intervensi dengan
keperawatan saat aktivitas tepat
selama … x 24 - Catat tanda vital - Megkaji sejauh mana
jam, diharapkan sebelum dan sesudah perbedaan
intoleran aktivitas aktivitas peningkatan selama
dapat teratasi, - Lakukan istirahat yang aktivitas
dengan kriteria adekuat setelah latihan - Membantu
hasil : dan aktivitas mengembalikan
a. Kelemahan - Berikan diet yang energi
yang adekuat dengan - Metabolisme
berkurang kolaborasi ahli diet membutuhkan energi
b. Mempertahan
kan
kemampuan
aktivitas
semaksimal
mungkin
8. Setelah dilakukan - Kaji suara nafas dan - Data dasar dalam
tindakan suara jantung menentukan
keperawatan - Ukur CVP pasien intervensi lebih
selama … x 24 - Monitor aktivitas lanjut
jam, diharapkan pasien - Mengetahui
curah jantung - Monitor saturasi kelebihan atau
mengalami oksigen kekurangan cairan
peningkatan, - Kolaborasi pemberian tubuh
dengan kriteria laksatif - Mengurangi
hasil : kebutuhan oksigen
a. Menunjukkan - Mengetahui
curah jantung manifestasi
yang penurunan curah
memuaskan jantung
dibuktikan - Mengejan dapat
oleh memperparah
efektifitas penurunan curah
pompa jantung
jantung,
status
sirkulasi,
perfusi
jaringan, dan
status TTV
b. Tidak ada
edema paru,
perifer, dan
asites

D. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotik diharapkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan teratasi


b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid2. Jogjakarta: MediAction
Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 2012
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius. 2011
Nurarif, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 1. Jogjakarta: Mediaciton
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 2010

Banjarmasin, 04 Mei 2021

Preseptor akademik, Preseptor klinik, Ners Muda


Jenny Saherna, Ns., M. Kep Norzainah, S.Kep., Ns Muhammad Ilham Fadyllah

Anda mungkin juga menyukai