Chapter II
Chapter II
BAB II
Tanah merupakan kurnia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak menguasai
mengatur hubungan hukum hak atas tanah melalui penyerahan sertifikat sebagai
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 secara eksplisit menyatakan sertifikat adalah Surat
tanda bukti hak atas tanah. Namun dalam perkembangan, eksistensi sertifikat hak atas
tanah tidak hanya dipandang dari segi hukum semata, juga segi sosial, ekonomi,
politik, pertahanan, dan keamanan, bahkan di era globalisasi saat ini lalulintas
transaksi bidang pertanahan menjadi semakin ramai hingga bermuara kepada upaya
pendaftaran tanah, antara lain melalui upaya penyatuan presepsi peraturan perundang-
undangan terkait dengan persyaratan permohonan sertifikat hak atas tanah di kantor
pertanahan.
22
Moh. Mahfud MD., 2001, Politik Hukum di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta, hal. 346
22
atau tidak tertulis sepanjang mengenai persyaratan data fisik dan yuridis yang
Bapak Kepala Badan Pertanahan Nasional atas kebijakannya melalui Surat Edaran
Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia, melaksanakan uji coba
Januari 2005 serta definitip tanggal 17 Maret 2005 sesuai Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional telah dibuat sesuai konstelasi hukum positif, terutama Undang--
undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan
Tahun 1997 tentang peraturan pelaksananya, baik diproses secara sistematik melalui
panitia ajudikasi ataupun sporadik melalui inisiatif pemilik tanah sendiri di kantor
pertanahan.
atas tanah di kantor pertanahan yang lebih dahulu diperiksa dan diteliti, yaitu
macam model persyaratan permohonan sertifikat hak di kantor pertanahan yang akan
disajikan dalam buku ini satu dengan lain saling berbeda, dengan harapan agar para
pemohon sertifikat kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan dapat memilih
satu macam model paling tepat yang seharusnya ditempuh guna mengurangi risiko
Subyek hak atas tanah merupakan orang perseorangan atau badan hukum
yang dapat memperoleh sesuatu hak atas tanah sehingga namanya dapat dicantumkan
Subyek hukum (subject van een recht) adalah orang perseorangan (nutuurlijke
persoon) atau badan hukum rechts persoon yang mempunyai hak, mempunyai
subyek hukum hak atas tanah merupakan orang atau badan hukum yang dapat
mempunyai sesuatu hak atas tanah dan dapat melakukan perbuatan hukum untuk
Orang perseorangan selaku subyek hak atas tanah, yaitu setiap orang yang
identitasnya terdaftar selaku Warga Negara Indonesia atau warga negara asing,
berdomisili di dalam atau di luar wilayah Republik Indonesia dan tidak kehilangan
sebagai penyandang hak dan kewajiban, namun hukum dapat mengecualikan manusia
sebagai makhluk hukum atau hukum bisa tidak mengakuinya sebagai orang dalam
arti hukum. Apabila hukum sudah menentukan demikian maka tertutup kemungkinan
bagi manusia, tersebut menjadi pembawa hak dan kewajiban selaku subyek hukum. 24
23
Soerdjono Dirdjosisworo, 1991, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Ketiga, Rajawali Pers,
Jakarta, hal. 126
24
Sutjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, hal. 67
Menurut hukum (juris), manusia tidak sama dengan orang, karena manusia
merupakan gejala alam dalam pengertian biologis, misalnya tidur atau menghirup
udara merupakan hak manusia yang tidak diiringi kewajiban, dengan kata lain bahwa
tidak semua manusia dapat menjadi subyek hukum, hanya manusia yang memenuhi
syarat tertentu dapat diterima menjadi subyek hukum, yaitu manusia penyandang hak
sekaligus juga penyandang kewajiban, misalnya penjaga lintas kereta api atau
pemegang sertifikat kepemilikan hak atas tanah. Maka yang menjadi pusat perhatian
hukum bukan manusianya melainkan orangnya yang patut diterima menjadi subyek
hukum.
a. Bukti Kelahiran
1) Golongan yang tunduk kepada, hukum adat dapat dibuktikan dengan akta
kelahiran dari kantor catatan sipil atau sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974.
2) Golongan yang tunduk kepada hukum barat/Eropa dibuktikan dengan akta
kelahiran dan kantor catatan sipil sebagaimana, dimaksud Pasal 29 CSI Jo
Pasal 35 CSKI Jo Pasal 37 CSE Jo Pasal 50 CST.
b. Bukti Perkawinan
1) Golongan yang tunduk kepada hukum adat dibuktikan dengan akta
perkawinan dan kantor urusan agama atau kantor catatan sipil
sebagaimana ketentuan Pasal 2, Pasal 11 dan Pasal 12 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
2) Golongan yang tunduk kepada hukum barat/Eropa dibuktikan dengan akta
perkawinan dan kantor catatan sipil sebagaimana dimaksud Pasal 100
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
25
Satrio J., 1999, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, PT. Citra Aditya, Bandung, hal.
89 - 148
c. Bukti Perceraian
1) Golongan yang tunduk kepada hukum adat dibuktikan dengan akta
perceraian dari kantor urusan agama atau kantor catatan sipil sebagaimana
ditentukan Pasal 17 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.
2) Golongan yang tunduk kepada hukum barat/Eropa dibuktikan dengan akta
perceraian sebagaimana ketentuan dalam Pasal 221 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata.
d. Bukti Kematian
1) Golongan yang tunduk kepada hukum adat dapat dibuktikan dengan
keterangan kematian dari lurah atau kepala desa, sebagaimana diatur
dalam ketentuan pelaksanaan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992
Tentang Kependudukan.
2) Golongan yang tunduk kepada hukum barat/Eropa dibuktikan dengan akta
kematian dari kantor catatan sipil ditentukan Pasal 73 CST Jo Pasal 1868
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Badan hukum selaku subyek hak atas tanah antara lain lembaga pemerintahan
atau badan hukum asing melalui penanaman modal asing di Indonesia, badan
Perhimpunan orang yang tergabung dalam badan hukum walau tidak berjiwa
seperti halnya manusia, namun mempunyai kehendak dan dapat melakukan perbuatan
sebagai subyek hukum yakni badan hukum publik, badan hukum privat, dan badan
hukum lainnya.
keputusan pejabat pemerintah Indonesia, pejabat negara asing atau pejabat badan
Badan hukum privat merupakan badan hukum yang didirikan oleh dua orang
atau lebih dengan tujuan yaitu untuk kepentingan perseronya, misalnya perseroan
Selain badan hukum publik dan privat murni, juga ada perkumpulan orang
atau badan hukum yang didirikan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan yaitu untuk
badan keagamaan atas rekomendasi Menteri Agama atau badan-badan sosial atas
Republik Indonesia yang dapat dipunyai dengan sesuatu pemilikan hak atas tanah
berlaku.
Obyek hak merupakan sesuatu yang tidak mempunyai hak dan tidak menjadi
hak dalam hukum, semata-mata hanya diobyekkan atau hanya berguna bagi subyek
hak. Dengan demikian, dalam hukum perdata yang menjadi obyek hak itu adalah
dapat dipunyai dengan sesuatu pemilikan hak atas tanah oleh orang perseorangan atau
Menurut hukum perdata yang diatur Burgerlijk Wetboek bahwa tanah selaku
obyek hak bukan saja dipandang sebagai bends (zaak) tak bergerak berwujud yang
dapat dilihat secara nyata melalui panca indra, juga dipandang terpisah sebagai benda,
tak bergerak dan tak berwujud (onlichamelyk zaak), sehingga ketika terjadi peralihan
haknya harus diikuti dengan penyerahan haknya (levering), sebagaimana diatur dalam
merupakan benda, tak bergerak berwujud, karena dapat dilihat secara nyata (conkreet
denkeen), sementara hak atas tanah hanya dipandang sebagai bagian yang tidak
berpisah dengan bendanya sehingga sewaktu terjadi peralihan haknya tidak perlu
diiringi penyerahan hak (levering), sebagaimana, ketentuan Pasal 612 Kitab Undang-
Obyek pemilikan hak atas tanah yang dimaksud sama dengan obyek
1. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
26
Abdulhay Marhainis, 1984, Hukum Perdata Material, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 28
3. tanah wakaf;
5. hak tanggungan;
6. tanah negara.
Permenag/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 agar pemanfaatan tanah menjadi sesuai
dengan penggunaannya maka sertifikat kepemilikan hak atas tanah tidak dapat terbit
di lahan yang berada di kawasan hutan lindung, daerah garis pantai, daerah aliran
sungai, daerah milik jalan, fasilitas umum atau fasilitas lingkungan sesuai rencana,
Supaya penggunaan dan pemanfaatan tanah dimaksud sejalan dengan hak dan
Alas pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat
kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat
digunakan sebagai alat pembuktian data yuridis atas kepemilikan atau penguasaan
27
Alvi Syahrin, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Perss, Medan, hal 13.
suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi.
adalah suatu hal, barang, dan non barang yang ditentukan oleh undang-undang dapat
gugatan.28
Pada proses pembuktian mengisyaratkan adanya alat bukti hak secara tertulis
atau pernyataan tertulis dengan sesuatu title melalui penguasaan tanah secara nyata
dan itikad baik yang tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat setempat,
kemudian dikuatkan dengan keterangan saksi-saksi sesuai ketentuan Pasal 1866 Kitab
melalui :
Kewenangan selanjutnya untuk menilai sesuatu alat bukti hak hanya oleh
28
Bambang Waluyo, 1996, Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 3
dengan pengertian bahwa dalam mencari kebenaran formil hakim tidak boleh
kepada bobot atau isi, melainkan melihat kepada luas cakupan pemeriksaannya. 29
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 menetapkan alat bukti hak atas tanah sebagai berikut.
tanah, baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keterangan
pemegang hak atas tanah atau kuasanya atau pihak lain yang
buku tanah.
29
Ibid, hal. 4
pemilikan hak atas tanah dalam suatu peristiwa atau perbuatan hukum tertentu.
Pembuktian hak baru menunjukkan alat bukti yang dibuat sesudah berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tanggal 8 Oktober 1997 sesuai Pasal
ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah
b. Akta PPAT menurut pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada
penerima hak yang bersangkutan mengenai hak guna bangunan dan hak pakai
pejabat berwenang.
e. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan.
tanggungan.
Pembuktian hak baru merupakan penetapan pemberian hak dari pejabat yang
berwenang kepada orang perorangan atau badan hukum, misalnya hak pengelolaan
atas tanah negara dari Kepala Badan Pertanahan Nasional atau peralihan hak melalui
hak baru diberikan oleh pejabat yang berwenang, yakni sebagai berikut:30
a. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan suatu surat keputusan pemberian hak
oleh Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional atas tanah
otorita dan sebagainya dan dibuktikan dengan suatu surat keputusan dan
c. Akta ikrar wakaf sudah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1997 dan sebagai pejabatnya yang disebut Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
d. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan yang
e. Yang disebut dengan hak tanggungan adalah yang diatur oleh Undang-undang
30
A.P. Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hal. 103
Pembuktian hak lama menunjukkan alat bukti yang sudah ada sebelum
Oktober 1997 sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24, Ayat 1 dan Ayat 2.
Ayat 1 : Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari
membebaninya.
Ayat 2 : Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat
oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat
Cara perolehan pembuktian hak lama atas tanah menurut Penjelasan Pasal 24
sebagai berikut :
sesuai konversi hak-hak lama di dalam penjelasan pasalnya, yakni seperti berikut :
3) Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan peraturan swapraja
yang bersangkutan.
Tahun 1959.
5) Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang, baik sebelum
ataupun sejak berlakunya UUPA yang tidak disertai dengan kewajiban untuk
mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang
disebut di dalamnya.
6) Akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda
7) Akta pemindah hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum
dibukukan.
8) Akta ikrar wakaf/surat ikrar yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan
9) Risalah lelang yang dibuat oleh pejabat lelang yang berwenang yang tanahnya
belum dibukukan.
10) Surat penunjukkan atau pembehan traveling tanah sebagai pengganti tanah yang
11) Petuk pajak bumi/landrente, girik, pipit, trek tir, dan verponding Indonesia
12) Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak
13) Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sesuai
dimaksud Pasal II, Pasal IV, dan Pasal VI ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.
1) Bahwa pengusaan tanah yang digunakan secara nyata dengan itikad baik, selama
2) Bahwa penguasaan tanah tersebut dihormati dan tidak diganggu gugat oleh pihak
lain.
4) Bahwa untuk pendaftaran hak atas tanahnya harus diteliti terlebih dahulu oleh
24 Tahun 1997, serta dikeluarkan Surat keputusan pengakuan haknya oleh pejabat
berwenang.
Perbedaan pembuktian hak baru dan hak lama hanya bersifat administratif,
yaitu pembuktian hak baru merupakan alat-alat bukti pemilikan hak atas tanah yang
pembuktian hak lama merupakan alat-alat bukti pemilikan hak atas tanah yang ada
pembuktian hak baru dan pembuktian hak lama yaitu sama-sama untuk meneguhkan
“Hak-hak baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak
Jenis sertifikat kepemilikan hak atas tanah yang dapat dimohon di kantor
pertanahan ditentukan oleh subyek hak atas tanah dan tujuan penggunaan obyek hak
sesuatu hak atas tanah sesuai ketentuan Pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria,
sebagai berikut :
1. hak milik;
4. hak pakai.
Selain sertifikat kepemilikan hak atas tanah di atas, ada juga sertifikat
kepemilikan hak atas tanah yang diterbitkan kantor pertanahan dan tidak diatur dalam
Pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria, yaitu sertifikat hak milik tanah wakaf, hak
Bermacam jenis sertifikat kepemilikan hak atas tanah yang diatur di dalam
Pasal 16 tersebut telah sejalan dengan Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Pokok Agraria
menyatakan, “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam
Pasal 2 ditentukan macam-macam hak atas tanah permukaan bumi yang disebut
31
Budi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1 Edisi Revisi, Cetakan Kedelapan
Belas, Djambatan, Jakarta, hal. 477
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri
Selanjutnya, tentang sertifikat sebagai tanda bukti pemilikan hak atas tanah
Pokok Agraria, yakni sertifikat hak milik, sertifikat hak guna bangunan, sertifikat hak
Sertifikat hak milik merupakan surat tanda bukti hak atas tanah bagi
secara turun temurun, terkuat dan terpenuh. Khusus terhadap hak milik atas tanah
ditentukan lain, yaitu adanya unsur turunan, terkuat dan terpenuh dibandingkan hak
lamnya, namun harus diartikan senafas dengan fungsi sosial tanah, selain itu juga
dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan hutang melalui
Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 bahwa hak milik dapat dipunyai
oleh setiap warga negara Indonesia tanpa menyebutkan perbedaan suku atau etnis, ke-
a. Sertifikat hak milik hanya dapat diperoleh oleh Warga Negara Indonesia dan oleh
b. Warga Negara Indonesia dapat memperoleh sertifikat hak alas tanah berdasarkan;
peralihan hak.
peralihan hak karena warisan tanpa wasiat dan harta bersama dalam perkawinan,
dengan catatan bahwa ia harus melepaskan haknya dalam jangka waktu satu tahun
d. Badan Hukum dapat memperoleh sertifikat hak milik sebagaimana ketentuan Pasal
Tahun 1963 serta Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960, berdasarkan
1) Bank-bank milik negara: BI, BIN, BTN, BNI, BUN, BDN, BRI, BPI.
No.1/DDAT/Agr/l967);
22/DDA/1969);
pemerintah dapat diberikan sertifikat hak milik dalam jangka waktu sepanjang
tanahnya masih dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsinya serta diakui dan
dilindungi.
Sertifikat hak guna usaha merupakan surat tanda, bukti hak atas tanah bagi
Sertifikat hak guna usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang dikuasai
langsung oleh negara, misalnya melalui pelepasan hak atas tanah, bangunan, dan
Secara umum hak guna usaha dapat diberikan kepada subyek hak dengan luas
paling sedikit 5 hektar dalam jangka waktu 25 tahun dan perpanjangan 25 tahun,
dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain atau dijadikan jaminan utang melalui
pembebanan hak tanggungan. Orang perorangan hanya dapat mempunyai hak guna
usaha maksimum 25 hektar, sedangkan luas maksimum untuk badan hukum masing-
Badan hukum asing hanya dapat mempunyai hak guna usaha melalui
berkedudukan di Indonesia.
Sebelum berakhir jangka waktu hak guna usaha dapat diperpanjang dan jika
telah berakhir hanya dapat diajukan permohonan baru, sepanjang pemegang hak
masih memenuhi syarat dan tanahnya masih diusahakan secara layak, dengan catatan
bahwa harus sesuai dengan perkembangan rencana penggunaan dan peruntukan tanah
32
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Pasal 5
Hak guna usaha yang tidak lagi diusahakan pemegangnya maka dalam jangka
waktu satu tahun harus melepaskan atau menphhkan haknya kepada negara atau
pihak lain, dengan sanksi bahwa haknya hapus demi hukum, sedangkan bangunan,
tanaman dan benda-benda, di atasnya dapat dibongkar sendiri ataupun diganti rugi
Sertifikat hak guna bangunan merupakan surat tanda bukti hak atas tanah bagi
tanah kepunyaan pihak lain guna tempat tinggal atau tempat usaha.
Hak guna bangunan diberikan dengan luas tidak melebihi batas maksimum
(ceiling) jangka waktu paling lama 30 tahun dan perpanjangan 20 tahun, dapat beralih
dan dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan utang melalui pembebanan
hak tanggungan. Hak guna bangunan dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia
atau badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, digunakan untuk tempat
tinggal, atau tempat usaha sepanjang tidak mengganggu fungsi sosial tanah. Hak guna
bangunan dapat diberikan atas tanah hak milik atau hak pengelolaan atau tanah
negara, dengan ketentuan apabila hak guna bangunan hapus maka hak atas tanahnya
33
Ibid, Pasal 9
34
Pasal 21 dan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
dan ketika haknya telah berakhir hanya dapat diperbaharui sepanjang pemegang hak
masih memenuhi syarat, tanahnya masih diusahakan secara layak dan harus
bersangkutan pada saat itu.35 Pengalihan pemilikan hak atas tanah hak guna bangunan
yang berdiri atas hak pengelolaan harus mendapat izin atau persetujuan tertulis dari
Sertifikat hak pakai merupakan surat tanda bukti pemilikan hak atas tanah
untuk memungut hasil atas tanah yang bukan kepunyaan pemegangnya. Sertifikat hak
pakai dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia, warga negara asing yang bekerja
dan bertempat tinggal di Indonesia, badan hukum Indonesia, badan hukum asing yang
Indonesia, lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996;
Permenag/Ka. BPN Nomor 7; Nomor 8 Tahun 1996; SE. Menag/Ka. BPN Nomor
110-2871 Tanggal 8 Oktober 1996; SE. Menteri Negara Perumahan Rakyat No.
Sertifikat hak pakai dapat diperoleh atas tanah hak milik, tanah hak
35
Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
36
Pasal 42 UUPA Jo Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
pengelolaan atau tanah negara. Jangka waktu hak pakai diberikan kepada badan
dan badan sosial yaitu selama masih dipergunakan bagi keperluan tugas pokok dan
fungsinya (lihat juga Pasal 41 Ayat 2 Undang-undang Pokok Agraria Jo Pasal 45 ayat
Hak pakai atas tanah hak pengelolaan diberikan jangka waktu paling lama 25
tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun atau diperbaharui atas persetujuan
pemegang hak pengelolaannya. Hak pakai atas tanah hak milik diberikan jangka
waktu paling lama 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang, tetapi dapat diperbaharui
berdasarkan akta kesepakatan antara pemegang hak pakai dengan pemegang hak
miliknya.38
Hak pakai atas tanah negara diberikan jangka waktu paling lama 25 tahun dan
pemegang hak pakai dengan ketentuan bahwa masih memenuhi persyaratan untuk
pemberian hak pakai atas tanah negara. Sertifikat hak pakai dapat dijadikan jaminan
jangka waktu hak pakai menyebabkan hapusnya hak pakai dan mengakibatkan
hapusnya hak tanggungan. Sertifikat hak pakai dapat beralih dan dialihkan sepanjang
dimungkinkan dalam perjanjian oleh para pihak yang bersangkutan dengan ketentuan
37
Pasal 41 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
38
Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
bahwa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari penguasa hak atas tanahnya, dalam
hal ini persetujuan tertulis dari pemegang hak miliknya atau dari pemegang hak
pengelolaannya atau atas tanah negara dengan izin tertulis dari pejabat berwenang.
Hak milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak milik, sangat penting bagi
negara, bangsa dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat agrarian yang sedang
membangun ke arah perkembangan industri dan lain-lain. Akan tetapi, tanh yang
merupakan kehidupan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan berbagai hal,
antara lain39 :
b. Pergeseran pola hubungan antara pemilik tanah dan tanh sebagai akibat
c. Tanah di satu pihak telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat
penting, pada lain pihak telah tumbuh sebagai bahan perniagaan dan objek
spekulasi.
39
Adrian Sutedi, 2009, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta,
hal. 1
besarnya kesejahteraan rakyat lahir batin, adil dan merata, sementara di lain
Hak milik sebagai salah satu lembaga hukum dalam hukum tanah telah diatur
baik dalam hukum tanah sebelum UUPA maupun dalam UUPA. Sebelum berlakunya
UUPA, ada dua golongan besar hak milit atas tanah, yaitu hak milik menurut hukum
adapt dan hak milik menurut hukum Perdata Barat yang dinamakan hak Eigedom.
Peralihan hak atas tanah dapat melalui jual beli, tukar-menukar, hibah atau
karena pewarisan. Dalam Pasal 26 ayat (1) ditentukan bahwa : “Jual beli, penukaran,
Peraturan Pemerintah”.40
Jual beli tanah menurut PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah,
harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh seorang Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT), dan setelah akta tersebut ditandatangani oleh para pihak maka harus
didaftarkan. Jadi, dengan dilakukannya jual beli tanah dihadapan PPAT, maka pada
saat itu juga hak atas tanahnya berpindah dari penjual kepada pembeli dengan
Peraturan hak milik atas tanah ditegaskan dalam Pasal 16, Pasal 20 sampai
dengan Pasal 22 dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
40
Lihat Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
diartikan sifat-sifat hak milik yang membedakannya dengan hak-hak lainnya, yaitu
hak yang “terkuat dan terpenuh” yang dapat dipunyai orang atas tanah. Pemberian
sifat ini tidak berarti bahwa hak itu merupakan hak yang “mutlak”, tak terbatas dan
tidak dapat diganggu gugat sebagaimana hak eigendom menurut pengertiannya yang
asli dulu.
setidak-tidaknya ada hal yang menarik perhatian kita, khususnya yang berkenaan
dengan hak milik. Di satu sisi, hak milik seseorang tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapa pun sebagaimana diatur dalam Pasal 28H ayat (4) UUD
1945. Sebenarnya sebelum dilakukan amandemen, hal ini telah dituangkan dalam
Pasal 32 Ketetapan MPR No. XVII/ MPR/1998, yang kemudian dirumuskan lebih
rinci dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal
36 ayat (1) dan ayat (2). Di sisi lain Pelaksanaan dari Undang-Undang No. 5 Tahun
1960, khususnya yang mengatur hak milik atas tanah belum juga terwujud hingga
saat ini.
Di antara para sarjana ada yang anti hak privat dan ada yang pro hak privat.
J.J. Rousseau (abad 18) terkenal sebagai seorang sarjana yang tidak
menghendaki adanya hak milik perseorangan atas tanah, karena milik privat
41
Mosca, 1999, The Rulling Class, New York and London, hal. 273, 274
pertanian (agriculture) dengan hak milik privat serta perbedaan kekayaan telah
menimbulkan suatu proses sosial dan bahwa ada suatu waktu di mana ada peperangan
antara semua kontra dan pada waktu itu maka yang kayalah yang paling menderita
kerugian. Akan teapi mereka yang kaya ini kemudian mengorganisasikan suatu
milik semua orang akan tetapi yang dalam batinnya hanya untuk kepentingan yang
berkuasa.
Henry George (1878) berpendapat bahwa hak milik privat atas tanah adalah
c. Akibatnya ialah bahwa hasil dari kemajuan itu seluruhnya jatuh di tangan
pemilik tanah, sedang buruh dan pemilik uang yang tidak mempunyai
masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada kajian
Tanah yang berada diwilayah bantaran sungai dalam hal ini merupakan
tanah yang tidak boleh dimiliki atau dikuasai oleh masyarakat, dikarenakan
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.
Penetapan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah dalam satu
kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas
provinsi, dan cekungan air tanah lintas negara. Ketentuan mengenai kriteria dan tata
cara penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah diatur lebih lanjut dengan
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah
h. Membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air
wilayah sungai lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah
daya air;
daya air;
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai
lintas kabupaten/kota;
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
h. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi
sekitarnya;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam
sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
sekitarnya;
penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air
peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada air tanah lintas
negara;
h. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
sebagian wewenang pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah daerah diambil
Deli di Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, sesumbar
menolak direlokasi sekali pun pemerintah akan membangunkan rumah susun bagi
mereka. Padahal yang mereka ketahui bahwa mereka menetap diatas tanah yang
disebut jalur hijau atau daerah yang dilarang untuk dikuasai masyarakat sesuai
peruntukanya.
Mengenai akibat pemukiman dijalur hijau bantaran sungai deli medan wacana
relokasi yang akan dilakukan Pemkot Medan untuk menghindari agar warga yang
tinggal di bantaran Sungai Deli tidak terkena banjir, juga tidak akan menyelesaikan
Lingkungan III dan IV sebagai alternatip pemindahan warga yang berada dijalur hijau
bantaran sungai sudah cukup lama, namun masyarakat di daerah itu kurang
mendukung dan menyambut baik. Pembangunan berupa rumah susun itu, kurang
diterima oleh ratusan kepala keluarga (KK) yang saat ini tinggal di daerah tersebut.
pinggiran tempat sungai di Medan mengaku was-was. Mereka khawatir akan terkena
banjir yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu, akibat curah hujan yang mulai
meningkat. Terlebih sekarang ini aliran sungai sudah banyak yang diluruskan. Warga
yang tinggal di empat Daerah Aliran Sungai (DAS), mengaku mulai khawatir akan
terjadinya banjir.
Mereka yang tinggal di DAS Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Selayang
dan Sungai Denai. Sedangkan sejumlah warga yang bermukim di pinggiran Sungai
Babura dan Sungai Selayang, mengaku sudah mulai terkena banjir kiriman. Begitu
juga dengan warga di pinggiran Sungai Deli. Terutama di kawasan Jalan Badur,
Kampung Aur, Jalan Mantri, Gang Merdeka, Gang Alfajar, Avros, Jalan Pasar Senen
dan Jalan Multatuli. Disebutkan oleh anggota Komisi A DPRD Medan M.Taufik
bahwa kedudukan taanah yang dimiliki masyarakat pinggiran sungai secara legal