NPM : 21203029
RUANGAN : Melati
2020/2021
A. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi merupakan metode pengobatan dengan cara
pemberian terapi oksigen untuk mengatasi kondisi tertentu.
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas
berbagai organ atau sel. Oksigen dibutuhkan manusia untuk tetap
mempertahankan kehidupannya. Organ yang berperan penting dalam
menghirup oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme adalah paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah. Hasil metabolisme berupa karbondioksida dan diangkut lagi
oleh sistem kardiovaskuler menuju paru-paru untuk dibuang.
Dengan demikian sistem pernapasan sangat penting karena disinilah
terjadinya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida (Womaka,
2017)
B. Anatomi Fisiologi Pernapasan
1. Saluran pernapasan atas (Somanti, Irma 2014)
a. Lubang hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan
(kartigo) dan sebagian jaringan ikat. Bagian dalam hidung
dipisahkan menjadi lubang bagian kiri dan kanan oleh sekat
(septum). Rongga terdapat rambut halus yang berfungsi
menyaring udara yang masuk. Hidung berfungsi sebagai
jalan nafas, pengaturan udara, pengatur kelembapan,
mengatur suhu, pelindung dan penyaring udara dan indra
penciuman.
b. Faring
Faring adalah pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya
bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esofagus. Faring dibagi menjadi 3 yaitu naso faring
terletak di belakang hidung, orofaring (dibelakang mulut)
yang berfungi menampung udara dari baso faring dan
makanan dari mulut dan laringo faring bagian terbawah
faring yang berhubungan dengan esofagus untuk proses
menelan dan respirasi.
c. Laring
Laring berhubungan dengan faring yang berfungsi untuk
pembentukan suara, prooteksi jalan nafas bawa dari benda
asing an mefasilitasi proses batuk. Laring terdiri dari
beberapa bagaian epiglotis, glotis, kartilago tiroid,
krikoid,aritenoid dan pita suara.
2. Saluran pernapasan bawah
a. Trakea
Merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis ke 7. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir
dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu
atau benda asing.
b. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terdiri dari 2 cabang kiri dan kanan, cabang kanan
lebih pendek dari yang kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus,yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah.
Sedangkan bronkuskiri lebih panjang dari bagian kanan
dengan dua lobus, yaitu lobusatas dan bawah. Beronkus
bercabang lagi membentuk ranting yang dinamakan dengan
bronkiolus.
c. Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
d. Paru-paru
Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan.
Paru-paru terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang
selangka sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas
beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan
pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairanpleura yang berisi
cairan surfaktan.
C. Etiologi atau faktor yang mempengaruhi Oksigenasi (Maya, 2017)
1. Faktor fisiologis
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada
anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
28 pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang
abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan
akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paruparu
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan
arteriosclerosis
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok, nikotin dapat menyababkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol)
4. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
D. Indikasi pemberian Oksigen
1. Gagal napas
2. Syok oleh berbagi penyebab yang menyebabkan hipoksia atau
hipoksemia
3. Pasien trauma
4. Infark miokard
5. Keracunan gas karbonmonoksida
6. Penderita penurunan kesadaran
7. Anemia berat
8. Untuk mengatasi keadaan emfisema pasca beda dll
E. Jenis-jenis Alat Oksigenasi
1. Kateter Nasal aliran 1-6 liter, konsentrasi 23-44 %
2. Nasal kanul aliran 1-6 liter konsentrasi 23-44 %
3. Simple face mask aliran 6-8 liter konsentrasi 40-60 %
4. Rebreather mask aliran 8-12 liter konsentrasi 60-80 %
5. Non rebreather mask aliran 12-15 liter, konsentrasi 80-100 %.
F. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluardari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing
yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
tergangguakan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan padaproses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload,
dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
G. Manifestasi Klinis
- Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
- Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
- Batuk tidak ada atau tidak efektif
- Sianosis
- Kesulitan untuk bersuara
- Penurunan bunyi nafas
- Ortopnea
- Sputum
H. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status,
fungsi danoksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan diagnostik yaitu
- Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas daraharteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
- Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan
paru.
- Deteksi abnormalitas sel dan juga infeksi saluran pernapasan
kultur kerongkongan, sputum, dan uji kulit torakentesis
I. Komplikasi
Efek pemberian terapi oksigen (O2) terhadap sistem pernapasan, di
antaranya dapat menyebabkan terjadinya depresi napas, keracunan
oksigen (O2) dan nyeri substernal. Depresi napas dapat terjadi pada
pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis dengan
hipoksia dan hiperkarbia kronis. Keracunan oksigen (O2) terjadi
apabila pemberian oksigen (O2) dengan konsentrasi tinggi (di atas
60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan menimbulkan
perubahan pada paru dalam bentuk kongesti paru, penebalan
membran alveoli, edema, konsolidasi dan atelektasis (Maya, 2017)
J. Fungsi Oksigen
1. Sebagai jalur untuk pertukaran udara dari luar ke paru-paru
2. Untuk pertukaran gas O2 dan CO2
3. Mempertahankan konsentrasi oksigen, CO2 dan ion hidrogen
dalam cairan tubuh
4. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase
inspirasi
5. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh
bakteri
K. Proses Oksigenasi
Tujuan pernapasan adalah untuk menghantarkan oksigen ke jaringan
dan mengeluarkan karbon dioksida. Fisiologi pernapasan meliputi
tiga proses berikut:
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses kompleks dengan banyak variabel,
antara lain perubahan tekanan dan integritas otot-otot yang
bertanggung jawab dalam pergerakan udara keluar masuk paru,
dan resistensi jalan napas. semua variabel ini disebut sebagai
mekanisme ventilasi
2. Difusi
Setelah udara segar memasuki alveoli langkah selanjutnya dalam
proses pernapasan adalah difusi. Oksigen dari alveoli ke kapiler
pulmonalis dan difusi karbon dioksida dari kapiler pulmonalis ke
alveoli. Difusi, atau pergerakan molekul, berlangsung dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah.
Hukum fick menjelaskan proses difusi gas melewati membran
kapiler alveolus. Hukum fick menyatakan bahwa laju
perpindahan gas dari membran semipermeabel sebanding dengan
area permukaan jaringan dan perbedaan tekanan gas antara kedua
area tersebut, dan berbanding terbalik dengan ketebalan jaringan.
3. Transpor oksigen
Oksigen diangkut di dalam darah melalui dua bentuk terlarut dan
terikat pada hemoglobin. Tekanan parsial oksigen dalam darah
arteri (PaO2) menggambarkan tingkat kelarutan oksigen di
dalam plasma. Tidak sampai 3% dari total oksigen yang diangkut
dalam bentuk ini. 90% oksigen diangkut dalam darah terikat
hemoglobin 27 dan di sebut oksihemoglobin setiap gram
hemoglobin mengangkut hampir 1,34 mL oksigen pada saat
oksigen tersaturasi dengan sempurna. setelah berdifusi melintasi
membran kapiler alveolar, oksigen bergabung dengan
hemoglobin di sel darah merah dan membentuk ikatan yang
reversibel. Oksihemoglobin diangkut dalam darah arteri dan
disediakn untuk kebutuhan metabolisme sel jaringan. saturasi
oksigen dalam darah arteri (saO2) menggambarkan presentase
molekul hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA