Anda di halaman 1dari 4

FENOMENA PERSEPSI BANYAK ANAK BANYAK REZEKI

Adanya warga yang memiliki anggapan bahwa anak dapat mengurangi beban orang
tua dikarenakan pola pikir masyarakat yang masih menganggap kelahiran anak berarti
menambah nilai positif secara ekonomi, selain itu juga memberi keuntungan secara
emosional yang menjadikan hati menjadi damai, tenang dan bahagia.

Latar belakang sosial yang berbeda tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat
atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang
berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Keyakinan banyak anak banyak rezeki masih ada dan berlaku di daerah
pinggiran karena di daerah tersebut tidak terjadi perbedaan yang signifikan atau yang
mencolok dalam perilaku dan pola pikir masyarakat sehari-hari antara masyarakat
meskipun dalam kurun waktu yang berbeda yaitu masyarakat terdahulu dan masyarakat
sekarang dalam system sosial masyarakat yang sama.

Akan tetapi, ada sebagian masyarakat yang masih menganut nilai-nilai yang
menyatakan “Banyak anak banyak rezeki” dengan tafsiran yang berbeda. Dengan kata lain
“Banyak anak banyak rezeki” yang mereka pikirkan bukan soal matematika dengan
management perhitungan tiap kali ada kelahiran, akan tetapi setiap kelahiran anak juga
mempunyai rezeki yang menyertainya.

Dikutip dari wawancara dalam sebuah penelitian :

“Yugo kulo niku songo mbak...masio yugo kulo kathah kulo tetep bahagia, mbak,
kulo tetep seneng masio anak kulo kathah, kulo mboten ngeluh, nggih mboten isin. Kulo
kecukupan nggihan, mboten kirang pangan. Anak kulo sedoyo saget sekolah”(jawa)

(“Anak saya itu sembilan mbak, walaupun saya mempunyai banyak anak saya tetap
bahagia mbak.., saya tetap senang meskipun anak saya banyak. Saya tidak mengeluh dan juga
tidak malu. Kebutuhan saya terpenuhi, tidak kurang pangan dan anak saya semua bisa
sekolah”)

Sejalan dengan pemikiran tersebut, Islam tidak pernah membatasi jumlah anak yang
dilahirkan. Bahkan islam melarang para orang tua membunuh atau mengurangi jumlah anak.
Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Al Isra’ ayat 31, Dalam surat ini di
sebutkan larangan membunuh anak karena takut miskin, Allah yang akan memberikan rezeki
kepadanya, islam juga melarang untuk membunuh anak karena termasuk dosa besar, ada ayat
lain yaitu surat An Nahl ayat 72 yang menyebutkan Allah memberikan kepada manusia istri-
istri, anak-anak dan cucu-cucu serta rezeki rezeki yang baik untuk mereka.

Lantas, apakah islam mendukung stigma “Banyak Anak Banyak Rezeki?”

» ‫« تَ َز َّوجُوا ْال َو ُدو َد ْال َولُو َد فَإِنِّى ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم األُ َم َم‬


“Nikahilah oleh kalian wanita yang pencinta dan subur, karena aku akan berbangga dengan
banyaknya kalian kepada umat-umat yang lain.” (HR Abu Dawud: 2052, dishahihkan Al
Albany dalam Jami As-Shahih: 5251)

Hadis di atas adalah perintah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya agar
menikah dengan wanita yang subur, agar ia dapat melahirkan anak yang banyak. Beliau ingin
jika umat Islam banyak anak, maka semakin banyak pengikutnya sehingga beliau dapat
berbangga dengan banyaknya jumlah pengikut pada hari kiamat kepada nabi-nabi yang lain
dan umatnya.

Anjuran Islam ini juga ditunjukkan oleh hadis:

“Jika seorang anak Adam mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang berdoa untuknya.” (HR Muslim)

Anak adalah karunia. Kehadiran mereka adalah nikmat. Anak dan keturunan memang dapat
melahirkan ragam kebaikan. Dalam kehidupan rumah tangga, anak-anak dan keturunan ibarat
tali pengikat yang dapat semakin menguatkan hubungan pasangan suami istri. Dan dari sana
lah kemudian akan tercipta keharmonisan dalam rumah tangga; sakinah, mawaddah dan
rahmah. (Dari ceramah Syaikh Sa’ad As-Syitsry, Ahkam Al Maulud)

Dari sisi ini saja, anak-anak dengan sendirinya merupakan rizki Allah bagi manusia. Karena
rizki sejatinya adalah segala hal yang bermanfaat dan menyenangkan penerimanya. Belum
lagi dari sisi yang lain, Allah menjanjikan bahwa setiap anak yang terlahir akan Allah jamin
rizkinya. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]: 151)

Selanjutnya, jika anak-anak itu adalah anak-anak yang shaleh dan shalehah, yang tumbuh
dalam beribadah kepada Allah, maka semakin bertambahlah karunia yang Allah berikan
kepada kedua orang tuanya. Hidup kian berkah dengan kehadiran mereka. Bisa jadi, kerja
keras orang tua mendidik anak-anaknya menjadi hamba-hamba Allah yang shaleh menjadi
sebab semakin berkahnya rizki yang didapatkan. Karena orang tua yang sungguh-sungguh
mendidik anak-anaknya, berarti ia telah bertakwa kepada Allah. Dan Allah berfirman tentang
buah dari ketakwaan:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq [65]: 2-
3)

Namun, jika kedua orang tua lalai dari anak-anaknya dengan tidak memberikan pendidikan
agama yang benar dan lingkungan yang baik, sehingga mereka tumbuh dalam kondisi tidak
mengenal Allah, bahkan anak-anaknya itu membuat mereka lupa kepada Allah, maka nikmat
dan karunia tersebut kelak berakibat petaka. Alih-alih dapat mengundang rizki, anak-anak
yang seperti itu dapat berubah menjadi musibah, dunia dan akhirat.

Pada batas ini, berarti adagium “banyak anak banyak rezeki” hanya berlaku bagi orang yang
banyak anak serta sungguh-sungguh membentuk mereka dengan pendidikan yang baik.
Sehingga mereka tumbuh sebagai orang-orang yang mengenal Rabbnya, mengenal hak orang
tuanya dan bermanfaat untuk umat.
1. Mufasirin I. Tesis: Banyak Anak Banyak Rezeki Perspektif Perlindungan Anak pada
Masyarakat Pinggiran. Ponorogo: IAIN Ponorogo; 2021.

Anda mungkin juga menyukai