Anda di halaman 1dari 11

PROFESIONALISME GURU

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Sistematika Pendidikan

Dosen pengampu : Ika Oktavianti, M.Pd.

Disusun Oleh  :

Dwi Candra Puspita  2009-33-002

Rohmatun Sulistiyani  2009-33-023

Eko Nur Sulistiyaningsih 2009-33-025

        Fenty Kusumaningtyas 2009-33-058

      Ayuk Sri Handayani  2009-33-060

KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2010/2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

    Pada era globalisasi seperti sekarang ini, institusi pendidikan formal mengemban tugas penting
untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas di masa depan. Di
lingkungan pendidikan persekolahan (education as schooling) ini, guru profesional memegang
kunci utama bagi peningkatan mutu SDM masa depan itu. Guru merupakan tenaga profesional
yang melakukan tugas pokok dan fungsi meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik sebagai aset manusia Indonesia masa depan.

    Pemerintah tidak pernah berhenti berupaya meningkatkan profesionalisme guru dan


kesejahteraan guru. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dalam kerangka
peningkatan kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan, serta perlindungan hukum dan perlindungan
profesi bagi mereka. Langkah-langkah strategis ini perlu diambil, karena apresiasi tinggi suatu
bangsa terhadap guru sebagai penyandang profesi yang bermartabat merupakan pencerminan
sekaligus sebagai salah satu ukuran martabat suatu bangsa.

    Guru profesional memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif.


Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.
Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.

    Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi


kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, dimana hal itu diharapkan dapat
diperoleh secara penuh melalui pendidikan profesi.

    Saat ini telah muncul komitmen kuat dari Pemerintah Indonesia, terutama Depdiknas, untuk
merevitalisasi kinerja guru antara lain dengan memperketat persyaratan bagi siapa saja yang
ingin meniti karir profesi di bidang keguruan. Dengan persyaratan minimum kualifikasi
akademik sebagaimana diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005, diharapkan guru benar-benar
memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran. Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional
diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

    Di dalam UU ini diamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kebijakan prioritas dalam rangka pemberdayaan guru saat ini adalah
meningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi, sertifikasi guru, pengembangan karir,
penghargaan dan perlindungan, perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru, dan  sebagainya.

B. Rumusan Masalah

       Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang disebut dengan guru dan profesionalisme ?


2. Siapakah guru profesional itu ?
3. Bagaimana proses dan seberapa pentingkah peningkatan kemampuan profesionalisme
Guru Sekolah Dasar ?
4. Apa sajakah contoh kasus korupsi dana sertifikasi ?
5. Bagaimana kiat-kiat meningkatkan profesionalisme Guru Sekolah Dasar ?
C. Tujuan Penulisan

       Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian guru dan profesionalisme


2. Mengetahui apa itu guru profesional
3. Mengetahui proses dan pentingnya peningkatan kemampuan profesionalisme Guru
Sekolah Dasar
4. Mengetahui contoh kasus korupsi dana sertifikasi
5. Mengetahui kiat-kiat meningkatkan profesionalisme Guru Sekolah Dasar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru dan Profesionalisme

    Secara pengertian tradisional guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan (guru profesional dan implementasi kurikulum, syafruddin
nurdin dan basyiruddin usman). Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional).
Dengan menelaah dari pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru bukan
hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan saja yang berada di depan kelas akan tetapi guru
merupakan tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.

    Profesional berasal dari kata profesi yang mempunyai makna menunjuk pada suatu pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan pada pekerjaan itu (guru
sebagai profesi. Drs Suparlan. Hal. 71). Sedangkan kata profesional menunjuk pada dua hal
yakni orangnya dan penampilan atau kinerja orang tersebut dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya. Dari kata profesional kemudian terbentuklah istilah profesionalisme yang
memiliki makna menunjuk pada derajat atau tingkat penampilan seseorang sebagai seorang yang
profesional dalam melaksanakan profesi yang ditekuninya.

B. Guru Profesional

    Teori tentang guru profesional telah banyak ditemukan oleh para pakar manajemen
pendidikan, seperti Rice & Bishoprick dan Glickman. Menurut Rice & Bishoprick dalam
Ibrahim ( 2003) guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Sedangkan Glickman dalam Ibrahim ( 2003)
menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki
kemampuan (ability) dan motivasi (motivation).
    Menurut Uno (2008:69) Seorang guru dapat dikatakan profesional bilamana memiliki empat
kompetensi antara lain:

 Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject
matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti
memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
 Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi
sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas
diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani”
 Kompetensi Sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial, baik
dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan
masyarakat luas.
 Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan
nilai-nilai sosial dari nilai material.

    Berdasarkan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru
yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah
impian, aksi tanpa visi adalah bagaikan perjalanan tanpa tujuan dan membuang-buang waktu
saja, visi dengan aksi dapat mengubah dunia.

    Selain harus memiliki kompetensi, seorang guru profesional perlu mengetahui dan dapat
menerapkan beberapa prinsip dalam mengajar, yaitu sebagai berikut :

1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
3. Guru harus dapat membuat urutan ( sequence) dalam pemberian pelajaran sesuai dengan
tingkat kemampuan dan usia peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh peserta didik.
5. Guru harus dapat menjelaskan unit pelajaran tahap demi tahap sehingga peserta didik
dapat memahaminya dengan benar.
6. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara mata pelajaran dengan
praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial baik di
dalam maupun diluar kelas.
9. Guru harus mendalami perbedaan karakter antar peserta didik.

C. Pentingnya  Peningkatan Kemampuan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar

    Pentingnya peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar dapat di tinjau dari
beberapa sudut pandang. Pertama, di tinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, telah
berhasil dikembangkan berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran. Begitu juga
dengan pengembangan materi dalam rangka pencapaian target kurikulum. Semuanya harus di
kuasai oleh guru dan kepala sekolah dasar. Sehingga mampu mengembangkan pembelajaran
yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Oleh sebab itu
peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar perlu dilakukan secara kontinu. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, di tinjau dari kepuasan dan
moral kerja.

    Peningkatan kemampuan professional guru merupakan hak setiap guru. Artinya setiap guru
berhak mendapat pembinaan secara kontinu, baik dalam bentuk supervisi, study banding, tugas
belajar, maupun dalam bentuk lain. Guru sekolah dasar swasta berhak mendapatkan pembinaan
professional dari yayasan. Sedangkan guru sekolah dasar negeri berhak mendapat pembinaan
professional dari departemen atau dinas yang berwenang.

    Peningkatan kemampuan professional guru juga di anggap sebagai pemenuhan hak apabila di
rancang dan dilakukan dengan baik merupakan satu upaya pembinaan kepuasan dan moral kerja.
Karena guru sekolah dasar tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas
profesionalnya tetapi juga semakin puas memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi dan
berdisiplin. Ketiga, ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah
dasar  yang beresiko tinggi apabila tidak dirancang dan dilakukan dengan hati-hati.

    Aktivitas tersebut banyak ditemukan pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya
pada pokok bahasan yang proses pembelajarannya menuntut keaktifan siswa atau guru
menggunakan bahan kimia. Jika tidak dirancang dan dilakukan dengan professional tidak
menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti peledakan bahan kimia,
tersentuh jaringan listrik, dan sebagainya. Dalam rangka mengurangi terjadinya berbagai
kecelakaan atau menjamin keselamatan kerja. Pembinaan perlu dilakukan secara kontinu.
Keempat, peningakatan professional guru sangat penting dalam rangka manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah di sekolah dasar. Ciri implementasi manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah adalah kemandirian dari seluruh stakeholder sekolah dasar salah satunya dari
guru. Kemandirian akan tumbuh bilamana ada peningkatan kemampuan professional kepada
dirinya.

D. Proses Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar

    Peningkatan professional guru di sekolah dasar dapat dikelompokkan menjadi dua macam
pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan pegawai sekolah dasar melalui supervisi
pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar. Kedua, pembinaan komitmen pegawai sekolah
dasar melalui pembinaan kesejahteraannya.

    Sementara ini, seringkali pembinaan pegawai sekolah dasar, khususnya kepala dan guru
sekolah dasar, dilakukan melalui penataran. Mereka seringkali terpaksa harus meninggalkan
sekolah untuk mengikuti penataran yang diadakan oleh kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten. Padahal sebenarnya banyak sekali teknik yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan mereka. Beberapa teknik yang dimaksud diantaranya berupa
bimbingan, latihan, kursus, pendidikan formal, promosi, rotasi jabatan, konferensi, rapat kerja,
penataran, lokakarya, seminar, diskusi, dan studi kasus. Beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih teknik pengembangan peningkatan kemampuan professional
guru sekolah dasar, yaitu:

1. Guru yang akan dikembangkan


2. Kemampuan guru yang akan dikembangkan,
3. Kondisi lembaga, seperti dana, fasilitas, dan orang yang bisa dilibatkan sebagai
pelaksana.

a. Peningkatan Kemampuan Professional Guru Sekolah Dasar Melalui Supervisi


Pendidikan

     Secara sederhana, supervisi pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pemberian layanan
bantuan professional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Ada tiga ciri supervisi
pendidikan. Pertama, supervisi pendidikan merupakan sebuah proses. Kedua, supervisi
merupakan aktivitas membantu guru meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, khususnya dalam mengelola proses belajar mengajar. Konsep ini sekaligus
menunjukkan bahwa pemeran utama dalam meningkatkan kemampuan guru bukan kepala
sekolahnya, bukan pula pengawas TK/ SD atau Pembina lainnya, melainkan guru sendiri,
sedangkan kepala sekolahnya, pengawas TK/SD, dan Pembina lainnya berperan sebagai
pembantu. Ketiga tujuan akhir pendidikan adalah guru semakin mampu mengelola proses
pembelajaran secara efektif dan efisien.

     Supervisi pendidikan memiliki beberapa fungsi. Menurut Sergiovanni dalam Ibrahim (2003),
ada tiga fungsi supervisi pendidikan di sekolah, yaitu pengembangan, fungsi motivasi, dan fungsi
kontrol.

 Dengan fungsi pengembangan berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan


sebaik-baiknya, dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses
pembelajaran.
 Dengan fungsi motivasi berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, dapat menumbuhkembangkan motivasi kerja guru.
 Dengan fungsi kontrol berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, memungkinkan supervisor (kepala sekolah dan pengawas TK/SD)
melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan tugas guru.

b. Peningkatan Kemampuan Professional Guru Sekolah Dasar Melalui Program


Sertifikasi

     Program sertifikasi merupakan salah satu bentuk pembinaan profesionalisme guru yang
melibatkan banyak pihak, seperti sekolah, guru, Kepala Kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten/Kota, dan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).
     Program sertifikasi bertujuan untuk menyiapkan tenaga guru sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah yang  berkualitas. Hasil yang diharapkan melalui program sertifikasi adalah sebagai
berikut.

 Tersedianya tenaga guru terdidik/terlatih pada sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah
yang memiliki kualifikasi guru kelas dan guru bidang studi.
 Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tenaga guru pada sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah.

     Pada akhir program sertifikasi, LPTK penyelenggara mengeluarkan ijazah. Ijazah sebagai alat
bukti yang sah bahwa yang bersangkutan telah mengikuti program sertifikasi guru kelas (setara
D2) yang diselenggarakan oleh LPTK yang  bersangkutan.

c. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar Melalui Program Tugas


Belajar

     Pada masa sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembinaan agar guru menjadi tenaga yang
professional, pemerintah melalui undang- undangnya menetapkan undang-undang guru dan
dosen dimana para pendidik disyaratkan telah lulus SI untuk TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK dan disyaratkan lulus S2 untuk tenaga pengajar di Universitas (UU No. 14
Tahun 2005 tentang undang-undang guru dan dosen). Implikasi dari keputusan tersebut maka
guru sekolah dasar lulusan SPG atau PGA, dan Diploma II PGSD perlu ditugas belajarkan dalam
bentuk program penyetaraan Strata 1 PGSD.

     Semua yang dilakukannya untuk menyekolahkan guru sekolah dasar di atas, baik dalam
bentuk program penyetaraan Strata 1 PGSD maupun menyekolahkannya ke LPTK dimaksudkan
untuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh karena itu, tugas belajar dapat ditempuh dalam
rangka pembinaan profesionalisme pegawai di sekolah dasar. Ada tiga tujuan yang dapat dicapai
dengan pemberian tugas belajar kepada guru di sekolah dasar.

a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan peraturan kepegawaian


yang diberlakukan secara nasional maupun yayasan yang menaunginya.
b. Meningkatkan kemampuan profesional para guru sekolah dasar dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar.
c. Menumbuhkembangkan motivasi para pegawai sekolah dasar dalam rangka
meningkaitkan kinerjanya.

d. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar melalui Gugus Sekolah


Dasar

     Pembinaan profesionalisme guru sekolah dasar dapat juga diupayakan melalui sistem yang
disebut dengan sistem pembinaan profesional guru (SPP-Guru). Sistem pembinaan profesional
(SPP) adalah suatu sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan bantuan
pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan melalui berbagai wadah profesional
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sistem pembinaan profesional, pada dasarnya,
menerapkan prinsip pembinaan antara teman sejawat dalam peningkatan kemampuan profesional
guru yang dilakukan secara terus-menerus yang dilandasi oleh tujuan dan semangat untuk maju
bersama. Sistem pembinaan profesional di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan profesional para guru sekolah dasar dalam rangka meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar siswa dengan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki
sekolah, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitarnya.

     Pelaksanaannya telah diatur di dalam berbagai peraturan, misalnya, Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar.
Berdasarkan surat keputusan tersebut sistem pembinaan profesional di seklolah dasar
dilaksanakan melalui sistem gugus sekolah dasar.

E. Contoh Kasus Korupsi Dana Sertifikasi

    Tunjangan sertifikasi yang seharusnya mensejahterakan para guru, berpotensi menjadi ladang
korupsi yang subur bagi para oknum yang tidak bertanggung jawab. Dalam koran Rakyat
Merdeka tanggal 28 Desember 2010 terdapat berita tentang korupsi dana sertifikasi yang diteliti
oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Forum Musyawarah Guru DKI Jakarta (FMGJ).
Koordinator FMGJ Retno Listyarti menyatakan bahwa pemerintah telah memberikan tunjangan
sertifikasi kepada guru yang sudah disertifikasi, dan tunjangan non sertifikasi kepada guru yang
belum memperoleh sertifikat pendidik. Selanjutkan dia menegas pula bahwa berdasarkan SK
Presiden, tunjangan sertifikasi diberikan setiap bulan sebesar satu kali gaji pokok, dan tunjangan
non sertifikasi Rp 250 ribu. Retno menambahkan, walaupun dianggap sebagai langkah maju, tapi
mekanisme untuk memperoleh tunjangan tersebut membuka peluang terjadinya korupsi.

    Hasil kajian ICW dan FMGJ menyebutkan, ada tiga masalah pokok dalam pencairan kedua
tunjangan itu. Pertama, penentuan urutan guru, dimana program sertifikasi direncanakan selesai
pada 2015. Menurut Retno, penentu guru yang berhak mengisi kuota untuk mengikuti program
sertifikasi ialah kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan. Pada tahap ini kolusi dan suap
sangat mungkin terjadi karena mereka yang memiliki kedekatan dengan kepala sekolah,
pengawas dan dinas atau yang mampu mengeluarkan uang sogok, memiliki kesempatan besar
untuk mengisi kuota tersebut.

    Kedua, biaya administrasi mengurus portofolio juga rawan diselewengkan. Pasalnya, untuk
mendapatkan tunjangan profesi, seorang guru harus mengumpulkan portofolio karena jika tidak
lulus mereka harus ikut Diklat Profesi Guru. Masalah akan muncul manakala dalam mengurus,
mengumpulkan dan menyerahkan portofolio kepada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPPTK) Dinas Pendidikan, para guru dimintakan uang yang jumlahnya bervariasi. Ada yang
dikenakan Rp 50 ribu, ada yang Rp 200 ribu per orang.
Ketiga, ditemukan keterlambatan pencairan. Menurut Retno bahwa pembagian tunjangan
sertifikasi guru terganjal masalah petunjuk teknis yang berdasarkan surat Permenkeu Nomor
177/PMK.07/2010. Dalam surat itu disebutkan, tunjangan profesi guru PNS merupakan bagian
dari pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD 2010 atau APBDP 2010.

    Selanjutnya Retno mengungkapkan bahwa perubahan mekanisme penyaluran tunjangan


diduga dimanfaatkan penyelenggara pada tingkat daerah untuk ikut mengambil keuntungan.
Modus yang digunakan ialah memperlambat pencairan kepada guru guna memperoleh bunga.
Ada juga daerah yang meminta guru untuk mengubah rekeningnya, sehingga mempermudah
daerah melakukan manipulasi. Terdapat masalah juga mengenai pemotongan tunjangan profesi
guru. Masalah itulah yang paling banyak ditemukan. Berbagai alasan digunakan dinas
pendidikan atau UPTD untuk ikut menikmati uang sertifikasi dan non sertifikasi itu. Mulai dari
permintaan uang terimakasih, membiayai kegiatan dinas atau UPTD, maupun potongan
pajak.                                                                      

    Retno juga menyesalkan tentang molornya waktu pencairan tunjangan tersebut. Tunjangan
sertifikasi molor pencairannya hingga 10 bulan, sementara untuk tunjangan non sertifikasi molor
sampai 22 bulan.

F. Kiat – kiat Meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar

    Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti direncanakan
secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan di evaluasi secara objektif.

    Dalam upaya membuat guru menjadi berpengetahuan luas, memiliki kematangan yang tinggi,
mampu menggerakkan sendiri, memiliki daya abstraksi dan komitmen yang tinggi, lebih kreatif
dan mandiri dibutuhkan peran penting dalam memanajemen guru yang efektif dan efisien di
sekolah dasar serta dalam rekrutmen dan pemberdayaan guru sekolah dasar.

1. Manajemen Guru di Sekolah Dasar

    Menurut Bafadal (2004:8) manajemen guru adalah keseluruhan proses kerja sama dalam
menyelesaikan masalah guru dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Manajemen guru di
sekolah dasar merupakan salah satu bidang garapan manajemen sekolah dasar yang secara
khusus menangani tugas-tugas berkenaan dengan pengelolaan guru yang dimiliki sekolah dasar.

    Secara formal penyelesaian manajemen guru di sekolah dasar itu merupakan tanggung jawab
kepala sekolah dasar. Walaupun demikian, dalam penyelesaiannya kepala sekolah dasar dapat
meminta seorang guru atau lebih yang dipimpinnya.

          Bidang garapan manajemen guru di sekolah dasar meliputi:

 Mengupayakan adanya guru yang profesional melalui pengajuan usulan  

   tambahan guru kepada pemerintah daerah atau melalui seleksi sendiri.

 Menempatkan guru sesuai dengan kemampuannya.


 Mengarahkan dan mendorong semua guru agar bekerja sesuai dengan  

   tugasnya masing-masing.

 Membina semua guru agar semakin profesional.


 Membina kesejahteraan semua guru.
 Mengurus semua hal yang berkaitan dengan mutasi dan pemberhentian

  guru.

    Tujuan manajemen guru adalah untuk mengupayakan keberadaan semua guru dalam jumlah
yang memadai dan mengatur keberadaannya sebaik mungkin, sehingga mereka bisa bekerja
secara efektif dan efisien sesuai dengan tugasnya masing-masing.

    Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen guru sekolah dasar
yaitu:

 Guru sekolah dasar itu seharusnya orang yang memiliki kemampuan dalam
menyelenggarakan pendidikan sekolah dasar. Oleh karena itu, apabila akan mengangkat
guru baru untuk sekolah dasar, maka yang diangkat adalah orang yang memiliki
kemampuan mengelola kelas atau mengelola program kegiatan belajar bagi siswa sekolah
dasar.
 Keberadaan semua guru di sekolah dasar diharapkan bisa bekerja dengan sebaik-baiknya
atas dasar kesadarannya sendiri. Dalam rangka itu perlu diupayakan berbagai pendekatan
dalam mendorong , menggerakkan, mengarahkan dan mendelegasikan tugas-tugas
kepada mereka, yang dapat menumbuhkan kesadaran mereka untuk bekerja dengan
sebaik-baiknya.

2. Rekrutmen dan Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar

    Dalam Bafadal (2004:10) Shapero menegaskan bahwa untuk memiliki pegawai yang
profesional dapat ditempuh dengan menjawab dua pertanyaan pokok, yaitu how to have dan how
to empower tenaga pegawai profesional.

Dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah meliputi:

1. Rekrutmen guru, mulai dari perencanaan guru, seleksi guru, dan pengangkatan
guru.
2. Peningkatan kemampuan guru
3. Peningkatan motivasi kerja guru
4. Pengawasan kinerja guru

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

   Profesionalisme guru harus dilakukan secara sistemik, dimulai sejak bagaimana sekolah dapat
memiliki guru yang betul-betul profesional dalam rangka menejemen peningkatan mutu berbasis
sekolah. Dalam rangka memiliki guru profesional ada dua hal yang perlu diterapkan yaitu :
1. Jenis dan kualifikasi guru sekolah dasar.
2. Mekanisme rekrutmen yang betul-betul mampu menjaring calon guru yang betul-betul
menjajikan atau akan sukses melaksanakan tugas-tugasnya, baik mengelola proses belajar
mengajar maupun secara terus menerus melakukan perbaikan-perbaikan atau
pengembangan-pengembangan sistem pembelajaran berbasis sekolah menuju
pembelajaran berkualitas.

B. Saran

  Untuk menjadi guru yang profesional hendaknya seorang guru harus mempunyai pengetahuan
yang luas, memiliki kematangan yang tinggi dan lebih kreatif serta mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.

Koran Rakyat Merdeka tanggal 28 Desember 2010

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usma, Moh Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai