Anda di halaman 1dari 8

Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanosticus

Tony Febri Qurniawan, Deera Army Pramana 1 – 8

Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanostictus (Schneider,


1799) dan Kalaoula baleata (Müller, 1836) (Amphibia, Anura)
Tony Febri Qurniawan dan Deera Army Pramana
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Microanatomi skin gland morphology research have been done as an effort to make skin glands
as on of them character identification. Adult amphibian skin, Duttaphrynusmelanostictus and
Kalaoulabaleata examined by light microscopy. The amphibian skin were prepared by the
paraffin sections method and described their morphology. Results showed the morphology of
amphibian skin consists of flattened to columnar epithelium in the epidermis and the dermis
consists of connective tissue that can be divided into spongy and compact. Both amphibian skin
gland consists of two types glands, mucous glands and granular. Mucous glands is small which
located in the upper layers of the stratum spongiosum of the connective tissue. Granular glands
is large and forming secretory compartments. The size, frequency and distribution of skin
glands Duttaphrynus melanostictus and Kalaoula baleata are differences. Those differences
structure in skin glands potential for identification and taxon.

ABSTRAK
Penelitian morfologi mikroanatomi kelenjar kulit telah dilakukan dalam upaya menjadikan
karakter kelenjar kulit sebagai karakter identifikasi. Kulit amfibi dewasa, Duttaphrynus
melanostictus dan Kalaoula baleata diteliti dengan mikroskop cahaya.Kulit amfibi tersebut
dipreparasi dengan metode irisan parafin dan dideskripsikan karakter morfologinya.Hasil
menunjukkan morfologi dasar kulit amfibi dengan epitel pipih hingga kolumner pada epidermis
dan jaringan ikat dalam dermis yang dapat dibagi menjadi spons dan kompak. Kelenjar kulit
kedua amfibi terdiri dari dua jenis kelenjar, kelenjar lendir dan granular. Kelenjar lendir kecil
dan terletak di lapisan atas dari stratum spongiosum jaringan ikat. Kelenjar granular besar dan
membentuk kompartemen sekretori. Terdapat perbedaan ukuran, frekuensi dan persebaran
kelenjar kulit antara Duttaphrynus melanostictus dengan Kalaoula baleata.Perbedaan struktur
mikroantomi kelenjar kulit berpotensi untuk identifikasi habitat dan takson famili amfbi
tersebut.

PENDAHULUAN kulit yang tipis, banyak pembuluh darah


Integumen atau biasa disebut dan selalu basah. Kondisi kulit tersebut
sebagai kulit merupakan suatu organ yang pada amfibi berperan sebagai alat
melapisi permukaan tubuh dan berfungsi respirasi. Bahkan beberapa jenis amfibi
untuk melindungi lapisan di bawahnya dari paru-parunya mereduksi sehingga sistem
pengaruh luar misalnya dari pathogen. respirasi hanya menggunakan kulit saja
Selain itu didalam kulit juga terdapat atau disebut repirasi cutaneous (Hutchin
reseptor yang dapat mengenali perubahan et.al, 2003; Iskandar, 1978; Cox, 1967 ).
lingkungan (Junqueira, 1998; Pough etal., Kulit amfibi dapat selalu basah karena
1998). Pada umumnya amfibi memiliki didalamnya terdapat banyak kelenjar-

1
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 2, Oktober 2013

kelenjar sekresi. Sekresi dari kelenjar kulit Duttaphrynus melanostictus (Schneider,


amfibi mengandung berbagai senyawa 1799) dan katak Kalaoula baleata (Müller,
yang kaya akan protein, peptida steroid, 1836). Kodok (toad) Duttaphrynus
alkaloid, amina biogenik dan lipid. melanostictus dan katak (frog) Kalaoula
Sehingga senyawa sekresi kulit amfibi baleata merupakan amfibi yang melimpah
dapat berpotensi dijadikan sebagai bahan dan mudah ditemukan disekitar lingkungan
obat antibiotik dan antimikrobia di masa kita. Informasi dari penelitian ini
mendatang (Maciel et al., diharapkan dapat menjadi pendukung
2003;Felsemburgh et al., 2007). Penelitian dalam mengidentifikasi struktur kulit kedua
Yoshie et al.(1985) dan Ersparmer (1994) amfibi tersebut.
memberikan informasi bahwa sekresi dari
METODOLOGI
kelenjar kulit amfibi memberikan
Dalam penelitian ini preparat
pertahanan terhadap predator, memiliki
kelenjar kulit Duttaphrynus melanostictus
sifat antibiotik terhadap pertumbuhan
dan Kalaoula baleata dibuat dengan
mikroba, membantu dalam respirasi kulit,
menggunakan metode irisan. Fiksatif yang
berperan dalam transfer trans epitelial ion,
digunakan berupa larutan Bouin’s. Fiksatif
osmoregulasi dan penyerapan air. Kulit
Bouin’s membuat jaringan terfiksasi lebih
yang memiliki peran yang begitu penting
baik dibandingkan dengan fiksatif Neutral
pada kehidupan amfibi sangat menarik
Buffered Formalin (NBF) dan Zenker’s
untuk diteliti. Penelitian histologi pada
(Hostetler & Cannon, 2005; Bancroft &
kelenjar kulit amfibi khususnya untuk jenis-
Cook.1984). Alat-alat yang diperlukan
jenis amfibi dari negara tropis seperti
untuk tahap narkose dan pembedahan
Indonesia masih sangat minim dan terbatas.
disiapkan. Duttaphrynus melanostictus dan
Padahal penelitian terkini Faivovich et al.
Kalaoula baleata yang akan digunakan
(2005) dan Delfino et al. (2002)
ditangkap dari area kampus pada malam
mengindikasikan bahwa karakter
hari sebelum pembuatan preparat dimulai.
histomorfologi kelenjar kulit dapat
Setelah ditentukan jenis kelamin serta
digunakan untuk identifikasi dan mencari
diukur panjang SVL (Snout Vent Length)
hubungan filogenetik antara spesies amfibi.
dan berat tubuhnya, Duttaphrynus
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
melanostictus dan Kalaoula baleata di
dilakukanlah penelitian ini yang bertujuan
narkose dalam Killing bottle menggunakan
untuk mengetahui perbandingan struktur
Duttaphrynus melanostictus dan Kalaoula
mikroanatomi kelenjar kulit amfibi
baleata dimasukkan ke dalam botol
terestrial dengan akuatik yaitu kodok

2
Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanosticus
Tony Febri Qurniawan, Deera Army Pramana 1 – 8

tersebut. Eter diteteskan pada kapas bersih. dilanjutkan dengan memindahkan jaringan
Kemudian kapas tersebut dimasukkan ke ke parafin murni selama 3x 50 menit.
dalam killing bottle dan ditutup rapat. Untuk proses embedding dibuat
Setelah beberapa saat, kedua amfibi parafin murni dituangkan ke dalam kotak
tersebut dikeluarkan dan diletakkan di atas untuk membentuk blok parafin. Segera
kotak parafin untuk proses pembedahan. setelah itu, jaringan dicelupkan ke dalam
Pengambilan kelenjar kulit parafin dan diatur orientasinya. Blok
dilakukan dengan pertama-tama menjepit parafin yang telah membeku diiris sehingga
kulit bagian posterior diatas membran permukaan yang hendak diiris dengan
tympanum dengan pinset. Kulit tersebut mikrotom berbentuk segi empat. Blok
agak direntangkan dan kemudian digunting. parafin kemudian ditempelkan pada holder
Organ diiris dengan ketebalan kurang lebih kayu. Parafin dicairkan pada holder kayu,
lima milimeter. Selanjutnya masing-masing lalu blok parafin yang berisi preparat
irisan tersebut dimasukkan ke dalam botol ditempelkan pada holder.
Flakon yang telah diisi larutan fiksatif Pada proses sectioning, holder
Bouin dan diberi label sebelumnya. dipasang pada mikrotom. Setelah pisau
Langkah yang sama diterapkan pada mikrotom dipasang, pengirisan dapat mulai
kelenjar kulit pada sisi kepala yang lain. dilakukan dengan memutar tuas mikrotom.
Jaringan dibiarkan dalam larutan Pita parafin yang terbentuk diatur pada
Bouin minimal selama 60 menit. Kemudian lembaran kertas karbon. Setelah didapatkan
larutan fiksatif diganti dengan alkohol 70%. irisan yang cukup baik, pemotongan
Alkohol diganti sebanyak tiga kali. dihentikan. Pita parafin dipotong dengan
Washing dilakukan pada saat fiksatif pisau bedah untuk mengambil dua atau tiga
Bouin’s, hingga warna kuning menipis. segmen irisan. Potongan tersebut yang akan
Tahap berikutnya, alkohol dalam botol dilekatkan pada gelas benda.Gelas benda
Flakon berturut-turut diganti dengan yang akan digunakan untuk meletakkan
alkohol 70% (4 x 30 menit), 80% (2 x 30 irisan diolesi albumin Meyer’s terlebih
menit), 90% (2 x 30 menit), 96% (1 x 30 dahulu. Selanjutnya, akuades diteteskan di
menit), dan alkohol absolut (1 x 30 menit). atas gelas benda, lalu irisan preparat
Setelah itu, alkohol absolut diganti dengan diletakkan di atas air tersebut. Gelas benda
toluol selama 15 menit untuk proses dipindahkan ke hotplate dengan suhu 40-
dealkoholisasi. Berikutnya, jaringan 45C hingga preparat merentang.
dimasukkan ke dalam toluol:parafin pada Pewarnaan menggunakan Mallory
oven selama 30 menit. Proses infiltrasi ini Acid Fuchsin (MAF). Sebelum masuk ke

13
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 2, Oktober 2013

pewarnaan, selanjutnya dilakukan dari 3 bagian yaitu kutikula/epidermis,


dideparafinasi dengan dicelupkan pada korium/cutis vera/dermis dan beberapa
xylol selama minimal 15 menit. Proses kelenjar - kelenjar sekresi (gambar 1 dan
dehidrasi dilakukan dengan mencelupkan gambar 2). Lapisan epidermis merupakan
preparat pada alkohol absolut, 96%, 90%, perkembangan dari ectoderm pada bagian
80%, 70%, 60%, 50%, 30%, dan akuades. terluar dari suatu embrio hewan,
Kemudian preparat dapat dicelupkan dalam sedangkan dermis merupakan
larutan acid fuchsin selama 3 menit. Setelah perkembangan dari dermatom yang juga
dicuci dengan akuades, preparat dipengaruhi oleh mesoderm somatik
dimasukkan ke dalam larutan PMA selama lateral dan ventral.
5 menit. Kemudian, dicuci dengan akuades Epidermis terdiri atas beberapa
dan dicelupkan dalam larutan Mallory’s lapisan sel epithelial dengan bentuk
selama 2 menit. Setelah dicuci lagi dalam bervariasi. Pada lapisan bawah epidermis
akuades, preparat diamati dengan pada kodok Duttaphrynusmelanostictus
mikroskop untuk melihat hasil pewarnaan. juga dapat ditemukan beberapa sel
Apabila terlalu tebal, dicuci kembali, bila berpigmen. Secara umum lapisan epidermis
kurang tebal, dicelup lagi ke dalam larutan kulit katak dapat dibagi menjadi 4 macam
Mallory’s. Setelah pewarnaan, preparat yaitu dari lapisan paling terluar berupa
didehidrasi dengan mencelupkannya pada horny layer, selanjutnya berupa middle
alkohol konsentrasi 30%, 50%, 60%, 70%, layer, deep layer dan sel-sel mukosa. Horny
80%, 90%, 96%, dan alkohol absolut secara layer tersusun atas sel berbentuk pipih dan
berturut-turut. Kemudian, preparat rapat. Middle layer tersusun dari sel
dicelupkan pada larutan xylol, dikeringkan berbentuk semi kolumner dan deep layer
dan di-mounting. Canada balsam tersusun dari sel berbentuk kolumner
diteteskan di atas preparat dalam jumlah dengan melekat pada membran basalis
yang cukup, tidak berlebihan. Setelah itu, dibawahnya. Beberapa sel kolumner
preparat dikeringkan di atas hotplate. termodifikasi dan diferensiasi menjadi
Setelah kering, preparat diamati dengan isolated mucous cell yang mensekresikan
mikroskop cahaya. lendir sehingga kulit kedua amfibi selalu
lembab dan basah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dermis terdiri atas 3 lapisan yaitu

Berdasarkan pengamatan diperoleh lapisan superficial, lapisan tengah dan

bahwa kulit pada amfibi Duttaphrynus lapisan dalam. Pada dermis kaya jaringan

melanostictus dan Kalaoula baleata terdiri ikat yang dapat menentukan kulit amfibi

42
Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanosticus
Tony Febri Qurniawan, Deera Army Pramana 1 – 8

tipis atau tebal. Jaringan ikat di dalam pada kodok tersebut lebih tebal daripada
dermis dibagi menjadi dua lapisan utama pada katak Kalaoulabaleata. Lapisan
yaitu spons dan kompak. Dermis spons atas superficial berbatasan langsung dengan
berupa jaringan ikat longgar dan kaya sel epidermis, pada lapisan ini kaya akan sel-
melanin yang didistribusikan sekitar sel berpigmen, kelenjar seromukus dan
kelenjar mukus. Dermis kompak dibentuk pembuluh darah. Hasil pengamatan preparat
oleh serabut kolagen dan serat elastis Duttaphrynusmelanostictus, sel-sel
(Gambar2). Dari hasil pengamatan, dermis berpigmen yang mengandung deposit
kodok Duttaphrynus melanostictus kaya kalsium dapat teramati dan terwarnai
akan serabut kolagen sehingga lapisan kulit berwarna hitam (gambar 2 no 8).

Gambar 1.Penampang melintang kulit Kalaoulabaleata (kiri) dan Duttaphrynus


melanostictus(kanan).Keterangan:A. Epidermis, B. Dermis, 1. Kelenjar seromukusa, 2. Serabut
kolagen, 3. Kelenjar granula, 4. Jaringan ikat longgar, 5. Sekret kelenjar serosa-granular, 6.
Pembuluh darah

51
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 2, Oktober 2013

Gambar 2. kelenjar kulit Kalaoulabaleata (kiri) dan Duttaphrynus melanostictus (kanan).


Keterangan: A. Epidermis, B. Startumkorneum, C.Stratumgranulosum, D. Dermis, 1. Sel epitel
pipih, 2.Sel epitelkolumner, 3. Membrana basalis, 4. Kelenjar mukus, 5.pembuluh darah, 6.
Serabut kolagen, 7. Inti sel fibroblast, 8. Deposit kalsium, 9. Ductusmucusa, 10. Sekret kelenjar
serosa granular

Terdapat 2 macam kelenjar kulit substruktur tersusun berulang rapi dan


kedua spesimen yaitu serosa dan mukosa. sesuai dengan garis sekretori dasar kulit
Kelenjar serosa memiliki ukuran besar amfibi. Kelenjar ini terlibat dalam
0,15-0,3 mm pada Kalaoula baleata dan biosintesis steroid (Hostetler & Cannon,
0,2-0,45 mm pada Duttaphrynus 2005). Tipe II, merupakan kelenjar serosa
melanostictus dan ada yang bergranular. bergranular dengan frekuensi kepadatan
Kelenjar serosa bergranular banyak terdapat granular bervariasi dan mensintesis produk
pada paratoid dimana kelenjar ini berupa proteinaceous (Ananniaset al.,
mensekresikan racun, sehingga kelenjar ini 2008).
disebut kelenjar racun/granular.Delfinoet Kelenjar mukus umumnya
al., (1998) membagi kelenjar serosa pada berbentuk bulat berukuran kecil dengan
amfibi menjadi 2 tipe berdasarkan produk jumlah lebih banyak dan tersebar
kandungan sekret yang dihasilkan, organel dibandingkan kelenjar serosa. Kelenjar ini
yang berperan, dan sel-sel yang terlibat terbentuk dari sel-sel mukus yang terisolasi
dalam proses pendewasaan (diferensiasi dan berdiferensiasi menghasilkan sekret
dan maturasi). Kelenjar serosa tipe I berupa asam sulfat glikoprotein (Anannias
merupakan kelenjar yang tersusun atas et al, 2008). Dari hasil (gambar 2) teramati
vesikula bersel tunggal padat dengan saluran kelenjar mukus pada Kalaoula

62
Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanosticus
Tony Febri Qurniawan, Deera Army Pramana 1 – 8

baleata yang menandakan bahwa pada DAFTAR PUSTAKA


Ananias F., J.R. Rigolo, J.A. Almeida.
katak akuatik seperti Kalaoula baleata
2008. Histochemistry of skin
kulitnya selalu basah dan tidak dapat jauh glands of Trachycephalusaff.
venulosusLaurenti, 1768 (Anura,
dari air. Perbedaan ukuran, jumlah dan
Hylidae). Micron 39; 56–60
distribusi kelenjar kulit serosa dan mukus Bancroft, J.D. & H.C. Cook.1984.Manual
of Histological Techniques.
pada dua amfibi tersebut kodok
Churchill Livingston, London,
Duttaphrynus melanostictus (hidup pp.39
Cox, C.B. (1967).Cutaneous respiration and
terrestrial) dan katak Kalaoula baleata
the origin of the modern Amphibia.
(hidup akuatik) sebenarnya berpotensi Proc. R. Soc. Lond. B. 178, 37-47.
Delfino G, Brizzi R, Kracke-Berndorff R,
dapat dijadikan dijadikan identifikasi
Alvarez B.1998. Serous gland
habitatnya dan kelompok sampai dimorphism in the skin of
Melanophryniscusstelzneri (Anura:
taksonnya, namun masih perlu penelitian
Bufonidae).Journal Morphol
lebih lanjut dan luas lagi untuk dapat 237(1):19-32
Delfino, G., Brizzi, R., Nosi, D., Terreni,
menjadi identifikasi hingga genus.
A., 2002. Serous cutaneous glands
innew world hylid frogs: An
ultrastructural study on skin
KESIMPULAN
poisons confirmsphylogenetic
Terdapat perbedaan ukuran, relationships between
Osteopilusseptentrionalisand
frekuensi dan persebaran kelenjar kulit
Phrynohyasvenulosa. J. Morphol.
antara Duttaphrynus melanostictus dengan 253, 176–186.
Duellman, W. E., L. Trueb. 1986. Biology
Kalaoula baleata. Perbedaan ketebalan
of Amphibians. McGraw – Hill
kulit dan tekstur kehalusan kulit pada kedua Book Company. New York ,pp :
151 – 162.
jenis amfibi tersebut dipengaruhi oleh
Ersparmer, V., 1994.Bioactive secretions of
ketebalan jaringan ikat pada lapisan dermis the amphibian integument.
In:Heatwolw, H. (Ed.), Biology of
kulit serta persebaraan kelenjar kulit
Amphibians: The integument.
mukosa pada lapisan superficial dermis. Surrey Beattyand Sons, Chipping
Norton, Australia, pp. 179–315.
Pada kulit katak Kaloula baleata terdapat
Faivovich, J., Haddad, C.F.B., Garcia,
dua kelenjar yaitu mucus yang terwarnai P.C.A., Frost, D.R., Campbell,
J.A.,Wheeler, W.C., 2005.
ungu dan racun yang terwarnai merah.Pada
Systematic review of the frog
kulit kodok Duttaphrynus melanostictus family Hylidae, withspecial
reference to Hylinae: phylogenetic
kelenjar racun berukuran besar dan yang
analysis and taxonomic
terwarnai ungu.Perbedaan morfologi revision.Bull. Am. Mus. Nat. Hist.
294, 1–240.
mikroantomi kelenjar kulit berpotensi untuk
Felsemburgh, F.A., Carvalho-e-Silva, S.P.,
identifikasi habitat dan takson famili amfbi de Brito-Gitirana, L.,
2007.Morphologicalcharacterizatio
tersebut.

71
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 2, Oktober 2013

n of the anuran integument of the


Proceratophrysand Odontophrynus
genera (Amphibia, Anuran,
Leptodactylidae). Micron38 (5),
439–445.
Hostetler, J.R., M.S. Cannon.2005.The
Anatomy of the Parotoid Gland in
Bufonidae with Histochemical
Findings. I. Bufomarinus.Journal of
Morphology.Vol 142, pp.225-239
Hutchins, M., W.E. Duellman, Neil
Schlager 2003.Grizimek’s Animal
Life Encyclopedia second edition
Volume 6 Amphibians. Gale Group.
Farmington Hill
Iskandar, D.T. (1978). A new species of
Barbourula: First record of a
discoglossid from Borneo.
Copeia1978, 564–566.
Junqueira, L.C. 1998. Histologi
Dasar(Basic Histology), edisi
kedelapan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta, hal:357-
359
Maciel, N.M., Schwatz, C.A., Ju´nior,
O.R.P., Sebben, A., Castro, M.S.,
Sousa,M.V., Fontes,W., Schwartz,
E.N.F., 2003. Composition of
indolealkylaminesof Buforubescens
cutaneous secretions compared to
six other Brazilian bufonidswith
phylogenetic implications. Comp.
Biochem. Phys. 134, 641–649.
Pough, F.H., Heiser, J.B.,W.N. McFarland.
1996. Vertebrate Life (4thed.)
Prentice-Hall,Inc.New Jersey, pp :
215 ; 271 – 275.
Vitt J,. P. Caldwell. 2007.Herpetology : an
Introductory Biology of Ampibians
and Reptiles. Academic Press.New
York.
Yoshie, S., Toshihiko, I., Tsuneo, F.,
1985.Coexistence of bombesin and
5- hydroxytryptamine in the
cutaneous gland of the frog,
Bombina orientalis. Cell Tissue
Res. 239, 25–29.

2
8

Anda mungkin juga menyukai