Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annisa Pujiyanti

NPM : 18070320

Kelas : V Kespro-Gizi Reg.BJB

1. Sebutkan pengetian dari etika dan hukum kesehatan?


Etika pada umumnya adalah kondisi dasar manusia dalam bertindak secara etis, teori
etika dan prinsip yang menjadi pegangan dalam bertindak serta tolak ukur menilai baik
atau buruk.
Sedangkan hukum kesehatan adalah semua ketentuan atau peraturan perundang-undangan
dibidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
dipihak lain yang meningkatkan masing-masing.

2. Berikan contoh pelanggaran etik dalam kesehatan reproduksi?


1. Melakukan aborsi ilegal yang dilakukan oleh tenaga kerja atau tenaga medis yang
tidak kompoten, melalui cara-cara diluar medis seperti (pijat, jamu, atau ramu-
ramuan), atau tampa persetujuan ibu hamil atau suaminya.
2. Teknik reproduksi buatan digunakan untuk mengatasi infertilisasi, dimana apabila
reproduksi sacara alami tidak memungkinkan dilakukan maka teknik reproduksi
buatan dapat diterapkan. Hak reproduksi tidak hanya berarti hak untuk memperoleh
keturunan, tetapi lebih luas lagi berarti hak untuk hamil atau tidak hamil, hak untuk
menetukan jumlah anak, hak untuk mengatur kelahiran anak.
3. Keluarga Berencana (KB) harus melalui persetujuan kedeua pasangan suami istri hal
ini dapat dikatakan sesuai dengan etika. Akan tetapi ada pandangan etika yang
beranggapan keluarga berencana telah melanggar harkat seorang wanita karena
mengganggu fungsi norma dari tubuh wanita itu.
3. Dalam kasus tentang seorang bidan yang melakakan aborsi kepada seorang remaja hingga
menyebabkan si remaja meninggal dunia di kerenakan si bidan memberikan suntikan
oksitosin duraril 1.5 cc yang di campurkan dengan cynaco belamin pada mulanya bidan
tersebut tidak mau tapi karena bujukan si pasien dengan imbalan yang cukup menggiurkan
si bidan tersebut akhirnya menyetujui permintaan pasien, jadi kasus diatas apa kaitanya
dengan permenkes?
Kaitannya adalah melakukan tindakan aborsi ilegal. Sebernya telah diatur dalam Undang-
undang tentang kesehatan tahun 2009 san Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kesehatan Reproduksi. Abprsi tidak diizinkan, kecuali dengan alasan kedaruratan
medis ibu dan bayi serta bagi korban pemerkosaan. Sebelum dilakukan aborsi pasien
wajib mendapatkan konseling yang dilakukan olen konselor yang berkompeten dan
berwenang. Bahakan Pemerintah telah mengeluarkan Permenkes Nomor 3 Tahun 2016
tentang pelatihan dan penyelenggara pelayanan aborsi atas indikasi kedaruratan medis dan
kehamilan akibat pemerkosaan. Dalam Permenkes itu disebutkan, pelayanan aborsi yang
aman, bermutu, dan bertanggung jawab harus di lakukan oleh dokter sesuai standar
profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Dan kasus di atas mungkin
bidan tesebut tidak melakukan standar pelayanan dan melakukan aborsi sembarangan
tanpa profesi bidan tersebut.

4. Sebutkan bentuk-bentuk KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) menurut UU No. 23


Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga di bedakan menjadi 4
macam, yaitu?
a. Kekerasan Fisik
1. Cedera berat
2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari
3. Pingsan luka berat pada tubuh korban dan luka yang sulit di sembuhkan atau yang
menimbulkan bahaya meninggal
4. Kehilangan salah satu pancaindra
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
8. Kematian korban.
 Kekerasan Fisik Ringan, berupa menampar, menjambak, mebdorong, dan perbuatan
lainnya yang mengakibatkan:
1. Cedera ringan
2. Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat
3. Melakukan repetisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis
kekerasan berat.
b. Kekerasan Psikis
 Kekerasan psikis berat, berupa tindakan pengadilan, manipulasi, eksploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelanggaran,
pemaksaan dan isolasi sosial tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau
menghina, penguntitan, kekerasan dan ekonomis yang masung-masingnya bisa
mengakibatkan penderita psikis berat berupa salah satu atau beberapa hl berikut:
1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi
seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.
2. Gangguan stres pasca trauma.
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi
medis).
4. Depresi berat atau destruksi diri.
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti
skizofrenia dan bentuk psikotik lainnya.
 Kekerasan fisik ringan, Kekerasan psikis berat, berupa tindakan pengadilan,
manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelanggaran, pemaksaan dan isolasi sosial tindakan dan atau ucapan yang
merendahkan atau menghina, penguntitan, kekerasan dan ekonomis yang masung-
masingnya bisa mengakibatkan penderita psikis ringan berupa salah satu atau
beberapa hal berikut:
1. Ketakutan dan perasaan terteror.
2. Rasa sakit berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak.
3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfunsi seksual.
4. Gangguan funsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan
tanpa indikasi medis).
5. Fobia atau depresi temporer.
c. Kekerasan seksual
1. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
linkungan rumah tangga tersebut,
2. Pemaksaan hubngan seksual terhadap salah satu seorang dal lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu.
d. Penalantaran Rumah Tangga
1. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkungan rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada
orang tersebut.
2. Penelantaran sebagai dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berbeda di bawah kendali orang tersebut.

5. Apa perbedaan etika dan hukum kesehatan?


a. Etika
 Berlaku untuk lingkungan profesional
 Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi
 Tidak seluruhnya tertulis
 Penyelenggaraan diselesaikan oleh majelis kehormatan etik
 Sanksi pelanggaran tuntunan
 Penyelesaian pelanggaran tidak selalu disertai bukti fisik.
b. Hukum Kesehatan
 Berlaku untuk umum
 Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi
 Sanksi pelanggaran tuntutan
 Penyelesaian pelanggaran memerlukan bukti fisik.

Anda mungkin juga menyukai