ANTROPOLOGI
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Fungsi dan Cara Pengoperasian Alat-Alat
Laboratorium ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada mata kuliah ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan). Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi yang selama ini di bahas bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bpk dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Ttd
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. METODE PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. ANTROPOLOGI
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
C. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
D. KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI
E. OBJEK STUDI DAN PENGAMATAN ANTROPOLOGI
F. ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN
G. KONSEP BUDAYA BELAJAR PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
H. APLIKASI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kajian tentang hubungan manusia dan lingkungannya lebih banyak ditekankan pada
tema adaptasi pandangan ini dalam antropologi mengalami pasang surut pendekatan.
Pandangan terakhir tentang pola hubungan ini mencoba menjelaskan bahwa pola hubungan
manusia dan lingkungannya tidak selalu bertujuan menjaga homeostatis (keseimbangan). Ini
bergerak dari pandangan bahwa walaupun adaptasi tertentu kelihatannya baik untuk jangka
waktu pendek dan bijaksana dimata masyarakat bersangkutan, tetapi dalam jangka waktu
panjang justru terlihat merugikan keseimbangan lingkungan, kesehatan manusia, bahkan
merugikan masa depan satuan sosio-kultural tersebut.
Untuk memahami perilaku-perilaku responsif seperti ini, dari sudut antropologi harus
juga melihatnya sebagai suatu perangkat proses psikologis yang universal atau hampir
universal sekaligus suatu perangkat respon perilaku baru yang diadaptasikan pada situasi-
situasi dan waktu-waktu tertentu.
Masalah lain yang menjadi sorotan dalam antropologi adalah perbedaan antara fungsi
pengendalian pada tahapan individu, kelompok dan masyarakat. Pengendalian kebutuhan-
kebutuhan individual dipandang tidak relevan bagi pengendalian sumber alam oleh kelompok
atau masyarakat, karena dalam mengendalikan penggunaan sumber alam, suatu kelompok
atau masyarakat bisa saja menyalahgunakan sumber alam lainnya. Lagi pula pemanfaatan
yang rendah oleh individu bisa mengakibatkan pemanfaatan yang tinggi oleh kelompok
masyarakat atau sebaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Antropologi dan apa sajakah cabang-cabang antropologi serta ruang
lingkupnya?
2. Jelaskan sejarah perkembangan antropologi !
3. Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya !
4. Apasajakah konsep-konsep anrtopologi ?
5. Bagaimanakah ketrkaitan antara antropologi dan pendidikan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian antropologi , cabang-cabang antropologi serta ruang lingkup
antropologi
2. Mengetahui hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
3. Mengetahui konsep-konsep antropologi.
4. Mengetahui keterkaitan antropologi dan pendidikan.
A. ANTROPOLOGI
a. Pengertian
Istilah anrtopologi berasal dari bahasa yunani , asal kata anthropos berarti manusia dan ligos
berarti ilmu. Dengan demikian secara harfiah antropologi berarti manusia. Para ahli antropologi
(antropolog) sering mengemukan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk
memperoleh , dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia (Haviland 1999:7;koentjaraningrat,1987:1-2).
Defenisi antropologi menurut para ahli :
· William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
· David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
· Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu
sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek
fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek
politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang
manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
Secara garis besar, antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari:
c. Ruang lingkup
Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji evolusi
fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda, dan antropologi
budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun kebudayaan
yang sudah punah. Secara umum antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang
mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan- kebudayaan yang
masih punah, etnologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang
hidup yang masih dapat di amati secara langsung.
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-
orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat – sifat semua jenis manusia
secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk
penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas
Negara-Negara di luar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang
lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di
Negara-Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan
kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli
antropologi masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu
dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai
dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih
mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Isi kebudayaan
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas,
gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat
diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai
kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan
tersebut.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun
secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap
kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari
masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana
koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya.
Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan
dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar
dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi
kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan
makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan
makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya.
Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi
terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan
tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi
dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah
menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
Sifat kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:
Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga
karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda,
serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap
anggotanya.
Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang
yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut
tidak dapat diterangkan.
Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-
tindakan yang aktual.
Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan
stabilitas terhadap elemen budaya.
2) Konseptualis
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk
menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum
konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis.
Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan
semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian.
Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus mempelajari warisan budaya sesuai
dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya sendiri dengan mengetes pengalaman
belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan dan hal yang objektif mengenai
kebudayaan.
3) Realis
Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris.
Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah
entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena.
Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan
realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata
karena tidak berbeda dalam mengamatinya.
Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan menanamkan pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan
melatih individu untuk merubah kebudayaannya.
b. Evolusi
Secara sederhana , konsep evolusi mengacu pada sebuah transformasi yang
berlangsung secara bertahap. Dalam pandangan antrpolog, istilah evolusi merupakan gagasan
bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk, ke bentuk lain melalui mata
rantaitransformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima sebagai
awallandasan berpikir mereka.
d. Enkulturasi
Konsep enkulturasi, memiliki hakikat bahwa setiap orang sejak kecil sampai
tuamelakukan proses pembelajaran kebudayaan, mengingat manusia sebagai makhluk
yangdianugerhi kemampan untuk berpikir, dn bernalar sangat memungkinkan untuk
setiapwaktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.
e. Difusi
Proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas, sehingga melewatibatas
tempat dimana kebudayaan itu timbul. Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep
inovasi.
f. Aklturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling mempengaruhi dari
sutukebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga nsur-unsur asing tersebut, lambat
laundiakomodasikan dan diintregasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri, tanpa kehilangan
kepribadiannya.
g. Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu, pemikiran yang enganap bahwa kebudayaan dirinya
adalahsuperior(Lebih baik dan lebih segalanya) daripada semua budaya yang lain.
Etnosentrismemerupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi intercultural
setelahkecemasan dan pengumpamaan persamaan sebagai perbedaan.
h. Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagiandari
suatu budaya yang telah lama dikenal segingga menjadi adat istiadat dan kepercayaansecara
turun temurun.
j. Stereotik
Istilah yng berasal dari bahasa Yunani yaitu stereos yang berarti solid dan tuposyang
berarti citra atau kesan. Suatu stereotik mulanya adalah sesuatu rencana cetakan yangbegitu
terbentuk sulit diubah. Lippman (1922) mengemukakan bahwa stereotik merupakanfungsi
penting dari penyederhanaan kognitif yang berguna untuk mengelola realitas ekonomi
dimana tanpa penyederhanaan maka realitas tersebut menjadi sangat kompleks
k. Kekerabatan
Istilah kekerabatan merupakan konsep inti dalam antropologi. Konsepkekerabatan
tersebut merujuk kepada tipologi klasifikasi kerabat menurut pendudukberdasarkan aturan-
aturan keturunan dan aturan perkawinan. Radcliffe-Brownberpandangan bahwa system
kekerabatan yang lebih luas dibangun dibangun diatas pondasi keluarga namun bila keluarga
secara universal bersifat bilateral-ikatan ibu danayah- kebanyakan masyarakat lebih
menyukai satu sisi dalam keluarga untuk tujuan- tujuanpublic sebab fungsi utama keturunan
adalah untuk meregulasi transmisi dan kepemilikandan hak masyarakat dari generasi ke
generasi.
l. Magis
Merupakan ilmu pseudo dan slaah satu khayalan yang paling merusak yangpernah
menggerogoti manusia.Magis juga merupakan penerapan yang salah pada duniamateriil dari
hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung system palsu dari hukumalam.
m. Tabu
Istilah tabu berasal dari polinesia yang berarti terlarang. Secara spesifik apa yang
dikatakan terlarang adalah persentuhan antara hal- hal duniawi dengan hal yang
keramat,termasuk yang suci dan yang cemar (mayat)
n. Perkawinan
Secara umum konsep perkawinan tersebut mengacu pada proses formal pemaduan
hubungan dua individu yang berbeda jenis yang dilakukan secara ceremonial simbolis dan
makin dikarakterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan dan kebersamaan dalam
memulai hidup baru dalam hidup berpasangan.
Objek studi antropologi dapat dipilah menjadi dua, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan.
Mengingat lingkup pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan
sebagai objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak tersebut pada
umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial lainnya: maka objek
formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi dengan yang lain. Yang
dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam penyelidikan terhadap objek yang
sedang menjadi pusat perhatiannya.
Kedua, penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir
ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta
yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan
bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan
kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta
masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan atau metode
komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan metode klasifikasi.
Ketiga, verifikasi. Dalam kaitan ini, ilmu antropologi menggunakan metode verifikasi yang
bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat
pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang
hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam.
Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan
sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog.
Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Dalam konteks transmisi kebudayaan, diperlukan piranti tertentu. Piranti ini adalah
berbagai institusi social, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan
sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.
a. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah unit social terkecil yang memiliki peran penting dalam
internalisasi. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seorang anak dapat mengenal
keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara terdekat maupun saudara jauh. Seorang ayah
yang berperan sebagai kepala keluarga dikenalnya melalui tindakan-tindakannya. Demikian
pun kegiatan ayah dalam pekerjaan sehari-hari memungkinkan terjadinya identifikasi (bentuk
peniruan) oleh anak-anaknya. Upaya peniruan yang pada mulanya dilakukan sambil lalu ini,
secara perlahan akan menjadi bagian dalam transmisi buadaya. Para orang tua berfungsi
sebagai nara sumber utama.
Secara tersirat budaya belajar dari peniruan, baik secara individual maupun kelompok
memungkinkan terjadinya pemahaman utuh antar genersi (orang tua versus anak).
Lingkungan keluarga menjadi salah satu focus kajian antropologi pendidikan. Terutama
mengenai system kebudayaan. Di dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan
dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali, apalagi bagi masyarakat yang belum
mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal. Dalam lingkungan keluarga
terdapat tiga fungsi utama dalam keluarga, yaitu:
fungsi seksual.
fungsi ekonomi
fungsi edukasi.
Fungsi eduksi berkaitan dengan pewarisan budaya. Keluarga bukan hanya sebagai
tempat melahirkan anak, tetapi sekaligus sebagai tempat membesarkannya. Anak dalam
lingkungan keluarga belajar berbahasa, mengumpulkan berbagai pengertian serta belajar
menggunakan nilai yang berlaku dalam kebudayaan. Dengan demikian, keluarga berfungsi
meneruskan nilai budaya yang dimilikinya. Suasana edukasi berlangsung penuh kasih sayang,
keakraban dan penuh tanggung jawab. Dengan kata lain kegiatan edukasi dilakukan secara
terus-menerus dengan berbagai cara baik.
Inti dari proses pewarisan budaya dalam keluarga adalah terjadinya interaksi penuh
makna dalam suasana informal. Proses pewarisan budaya di lingkungan keluarga telah
banyak mendapat perhatian antropolog. Seperti yang dilakukan oleh Margaret Mead, yang
meneliti adat istiadat pengasuhan anak-anak di masyarakat Manus (sebelah utara irian).
Bersama F. Cooke Mac Gregor. Med mengadakan penelitian tentang gerak-gerak tubuh anak-
anak Bali, yang kemudian hasilnya dibukukan dengan judul Growth and Culture (1951).
Berdasarkan pandangan ini, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang
pendidik antara lain:
1. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu pada kesadaran adanya keberagaman
2. Memahami dan mengenai pengalaman setiap individu peserta didik berdasarkan pada
etnis dan keturunan, dst.
3. Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju keberasamaa.
4. Kiat mempromosikan perbedaan yang ditujukan untuk membangun kesamaan dan
tidak memperbesar perbedaan.
5. Memahami peran organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber belajar
potensial dalam pelaksanaan dan peningkatkan proses pembelajaran, pendidikan dan
pelatihan.
Pendidikan multicultural tidak hanya dimaksudkan memberikan akses kepada kelompok
etnik dan minoritas untuk memperoleh akses pendidikan secara baik. Tetapi menciptakan
interaksi antara individu dari kelompok tersebut agar tercipta harmoni kehidupan dalam
masyarakat plural. Melalui pendekatan pendidikan multicultural akan tercipta :
a. Saling memahami perbedaan sosiobudaya.
b. Menciptakan harmoni kehidupan dalam suasana berbeda budaya, sebab kesadaran
bagaimana mengelola keragaman sosiobudaya untuk harmoni kehidupan dalam masyarakat
plural telah muncul sejak tahun 1900.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN.