Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANTROPOLOGI

Nama : Syahman Lain


NIM : P07133020029
Kelas / Semester : 2A / III

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU


JURUSAN SANITASI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Fungsi dan Cara Pengoperasian Alat-Alat
Laboratorium ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada mata kuliah ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan). Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi yang selama ini di bahas bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bpk dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Ttd

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. METODE PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. ANTROPOLOGI
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
C. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
D. KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI
E. OBJEK STUDI DAN PENGAMATAN ANTROPOLOGI
F. ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN
G. KONSEP BUDAYA BELAJAR PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
H. APLIKASI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kajian tentang hubungan manusia dan lingkungannya lebih banyak ditekankan pada
tema adaptasi pandangan ini dalam antropologi mengalami pasang surut pendekatan.
Pandangan terakhir tentang pola hubungan ini mencoba menjelaskan bahwa pola hubungan
manusia dan lingkungannya tidak selalu bertujuan menjaga homeostatis (keseimbangan). Ini
bergerak dari pandangan bahwa walaupun adaptasi tertentu kelihatannya baik untuk jangka
waktu pendek dan bijaksana dimata masyarakat bersangkutan, tetapi dalam jangka waktu
panjang justru terlihat merugikan keseimbangan lingkungan, kesehatan manusia, bahkan
merugikan masa depan satuan sosio-kultural tersebut.
Untuk memahami perilaku-perilaku responsif seperti ini, dari sudut antropologi harus
juga melihatnya sebagai suatu perangkat proses psikologis yang universal atau hampir
universal sekaligus suatu perangkat respon perilaku baru yang diadaptasikan pada situasi-
situasi dan waktu-waktu tertentu.
Masalah lain yang menjadi sorotan dalam antropologi adalah perbedaan antara fungsi
pengendalian pada tahapan individu, kelompok dan masyarakat. Pengendalian kebutuhan-
kebutuhan individual dipandang tidak relevan bagi pengendalian sumber alam oleh kelompok
atau masyarakat, karena dalam mengendalikan penggunaan sumber alam, suatu kelompok
atau masyarakat bisa saja menyalahgunakan sumber alam lainnya. Lagi pula pemanfaatan
yang rendah oleh individu bisa mengakibatkan pemanfaatan yang tinggi oleh kelompok
masyarakat atau sebaliknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian Antropologi dan apa sajakah cabang-cabang antropologi serta ruang
lingkupnya?
2.      Jelaskan sejarah perkembangan antropologi !
3.      Jelaskan hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya !
4.      Apasajakah konsep-konsep anrtopologi ?
5.      Bagaimanakah ketrkaitan antara antropologi dan pendidikan ?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian antropologi , cabang-cabang antropologi serta ruang lingkup
antropologi
2.      Mengetahui hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
3.      Mengetahui konsep-konsep antropologi.
4.      Mengetahui keterkaitan antropologi dan pendidikan.

D.    METODE PENULISAN


Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode pustaka, yakni dengan
bereferensi pada buku-buku bacaan dan juga artikel-artikel dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANTROPOLOGI
a. Pengertian
Istilah anrtopologi berasal dari bahasa yunani , asal kata anthropos berarti manusia dan ligos
berarti ilmu. Dengan demikian secara harfiah antropologi berarti manusia. Para ahli antropologi
(antropolog) sering mengemukan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk
memperoleh , dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia (Haviland 1999:7;koentjaraningrat,1987:1-2).
Defenisi antropologi menurut para ahli :
·                  William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
·                  David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
·                  Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu
sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek
fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek
politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.

Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang
manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.

b.      Cabang-cabang ilmu antropologi

Secara garis besar, antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari:

  Anthropologi Fisik , terdiri dari :


1.      Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2.      Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan
mengamati ciri-ciri fisik.

Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organism biologis


yangtekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari
variasi-variasi biologis dalam species manusia. Sedangkan antropologi budaya
berusahamempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat
merupakanperaturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Di antara
ilmu-ilmu social, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan,manfaat yang unik
karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku
manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologismanusia dan perilakunya di
semua masyarakat, konsep antropologi dan hubungannyadengan ilmu lain

Antropologi Budaya, terdiri dari :


1.      Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan
budaya manusia mengenal tulisan.
2.      Etnolingustik antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di
dunia atau bumi.
3.      Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia didalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4.      Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu
pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada
konsep tertentu.

c. Ruang lingkup
Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji evolusi
fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda, dan antropologi
budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun kebudayaan
yang sudah punah. Secara umum antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang
mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan- kebudayaan yang
masih punah, etnologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang
hidup yang masih dapat di amati secara langsung.
Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-
orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat – sifat semua jenis manusia
secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk
penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas
Negara-Negara di luar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang
lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di
Negara-Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan
kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli
antropologi masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu
dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai
dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih
mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI


Tahap pertama, antropologi muncul ketika orang pribumi di Asia, Afrika dan Amerika
didatangi oleh orang Eropa. Orang Eropa tertarik kepada orang pribumi karena kebudayaan
orang Eropa sangat berbeda dengan kebudayaan orang pribumi.
Tahap kedua, antropopologi telah berkembang dengan tujuan utama untuk mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian
tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.
Tahap ketiga, pada fase perkembangan ketiga ini, antroplogi menjadi suatu ilmu yang
praktis, dengan tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa
di luar Eropa guna kepentingan kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.
Tahap keempat, antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik
mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti maupun mengenai
ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Pada masa perkembangan ini, antropologi
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.
Tujuan akademis dari ilmu ini adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta
kebudayaan, sedang tujuan praktis dari ilmu antropologi adalah mempelajari manusia
dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Dari tahap-tahap perkembangan ilmu antropologi tampak bahwa sebagaimana halnya dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang lain ilmu pengetahuan antroplogi pun terus mengalami
perkembangan. 
Pada tahap awal sejarah perkembangannya, antropologi hanya bersifat deskripsi,
kemudian dalam perkembangannya bahasan/ulasan antropologi disertai penjelasan atas dasar
analisis dari interaksi antara manusia dengan kebudayaannya. Di samping itu, antropologi
mempunyai perhatian utama adanya perbedaan dan persamaan (keanekawarnaan) berbagai
manusia (ras) dan budaya di muka bumi.

C.           HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA


1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan
antar manusia dan proses- proses yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat.Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan
kontekssosial budayanya.
Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi
kajian pokok antropologi. Hal ini disebabkan hubungan erat antara kebudayaan dan
masyarakat diibaratkan semut dan lebah bermasyarakat, tetapi tidak berkebudayaan.
Sehingga daapt ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih mendasar dan merupakan tanah
dimana kebudayaan itu tumbuh.
Kebudayaan selalu berbentuk atau bercorak sesuai dengan masyarakatnya. Menurut
Ralph Linton, kata masyarakat menunjuk pada segolongan manusia yang pandai dan bekerja
sama, sedangkan kata kebudayaan menunjuk pada cara hidup yang khas dari golongan
manusia tersebut. Dengan kata lain, masyarakat merupakan fungsi-fungsi yang asasi dalam
hubungan manusia, sedangkan kebudayaan adalah cara fungsi itu dilaksanakan.
Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan
golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu,
keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya
saja, penekanan antara keduanya berbeda. Kedua spesialisasi ini sering digabungkan menjadi
satuan bagian.
Adapun bidang yang menjadi bahan kajian antara sosiologi dan antropologi  meliputi
hal-hal berikut :
 Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
 Sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia diseluruh dunia dan penyebarannya.
 Masalah terjadinya persebaran dan perkembangan berbagai kehidupan diseluruh
dunia.
 Masalah dasar kebudayaan dalam kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang
tersebar dimuka bumi sampai sekarang.

2.Hubungan Antropologi dengan Sosiologi Psikologi


pada hakikatnya mempan kelajari perilaku manusia dan proses- prosesmentalnya.
Psikologi pun membahas faktor- faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti
motivasi, minat, sikap, konsep diri dan lain- lain. Sedangkan dalamantropologi khususnya
antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal yaitu lingkunganfisik, lingkungan keluarga
dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsur itu salungberinterkai satu sama lain yang
menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses belajar.Denagn demikian keduanya
memerlukan interaksi yang intens untuk memahami pola- polabudaya masyarakat terntentu
secara bijak.

3.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sejarah


Lebih menyerupai hubungan ilmu arkeologi dengan antropologi. Antropologi
memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa didunia.
Selain itu banyak persoalan dalam historiografi dari sejarah suatu bangsa dapatdipecahkan
dengan metode antropologi. Konsep- konsep tentang kehdupan masyarakatyang
dikembangkan oleh antropologi dan ilmu- ilmu sosial lainnya akan memberi
pengertianbanyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa
politikdalam sejarah yang menjadi objek penelitiannya. Demikian juga sebaliknya bagi para
ahliantropologi jelas memerlukan sejarah sterutama sekali sejarah dari suku- suku bangsa
dalam daerah yang didatanginya.

4.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geografi


Diantara berbagai macam bentuk hidup di bumi yang berupa flora dan fauna
itu,terdapat sefatnya yang beraneska ragam di muka bumi ini. Disinilah antropologi
berusahamenyalami keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis maupun
budayanya.Begitupun sebaliknya seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu
geografi karenatidak sedikit masalah- masalah manusia baik fisik maupun kebudayaannya
tidak lepas daripengaruh lingkungan alamnya.

5.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi


Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktivitas
kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan
dan sikap hidup dari warga masyarakat. Seorang ahli ekonomi yang akanmembangun
perekonomiannya itu tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenaimisalnya sikap
terhadap kerja, sikap terhadap kekayaan, system gotong royong dansebagainya yang
menyangkut bahan komparatif tentang berbagai unsur dari systemkemasyarakatan. Untuk
pengumpulan keterangan komparatif tersebut ilmu antropolgimemiliki manfaat yang tinggi
bagi seorang ekonom.
6.Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik
Penting halnya jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti ataupun menganalisis
kekuatan- kekuatan politik di Negara- Negara yang sedang berkembang agar dapat
memahami latar belakang dan adat istiadat dari suatu suku bangsa tertentu maka metode
analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat
pengertian tentang tingkah laku dari partai politik yang ditelitinya.

D.    KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI


a.       Kebudayaan
Pengertian
Secara umum pengertian kebudayaan mengacu kepada kumpulan pengetahuan yang
secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Makna itu, kontras dengan pengertian kebudayaan sehari-hari yang hanya merujuk kepada
bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian.
Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama dalam jangka waktu
yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kebudayaan merupakan cara hidup dari
masyarakat tersebut atau hal-hal yang mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat
mungkin saja memiliki satu kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.

Isi kebudayaan
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas,
gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat
diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai
kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan
tersebut.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun
secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap
kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari
masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana
koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya.
Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan
dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar
dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi
kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan
makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan
makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya.
 Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi
terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan
tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi
dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah
menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.

Sifat kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti: 
 Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga
karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
 Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda,
serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap
anggotanya.
 Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang
yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut
tidak dapat diterangkan.
 Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-
tindakan yang aktual.
 Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan
stabilitas terhadap elemen budaya.

Teori-teori kebudayaan , yaitu :


1)      Superorganik
Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung individualnya
dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan superorganik adalah
kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu mesti dijelaskan dengan
hukum-hukumnya sendiri.
Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya
sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-
sumber bisa menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu
sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan
kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.
Pandangan superorganik mempunyai implikasi terhadap pendidikan. Yang pertama
adalah bahwa pendidikan ialah sebuah proses mengontrol manusia dan membentuknya sesuai
dengan tujuan kebudayaan. Kebijakan pendidikan ditentukan oleh individu-individu, tetapi
individu-individu hanya alat melalui mana kekuatan-kekuatan budaya mencapai tujuannya.
Jika kebudayaan menentukan perilaku anggota-anggotanya, kurikulum mesti dikembangkan
atas kajian langsung dari keadaan kebudayaan sekarang dan masa depan.
Pandangan superorganik juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat
dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan dalam diri generasi muda
atas gagasan-gagasan, sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan
kebudayaan.

2)      Konseptualis
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk
menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum
konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis.
Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan
semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian.
Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus mempelajari warisan budaya sesuai
dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya sendiri dengan mengetes pengalaman
belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan dan hal yang objektif mengenai
kebudayaan.

3)      Realis
Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris.
Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah
entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena.
 Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan
realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata
karena tidak berbeda dalam mengamatinya.
Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan menanamkan pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan
melatih individu untuk merubah kebudayaannya.

b.      Evolusi
Secara sederhana , konsep evolusi mengacu pada sebuah transformasi yang
berlangsung secara bertahap. Dalam pandangan antrpolog, istilah evolusi merupakan gagasan
bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu bentuk, ke bentuk lain melalui mata
rantaitransformasi dan modifikasi yang tak pernah putus, pada umumnya diterima sebagai
awallandasan berpikir mereka.

c.       Daerah budaya (Culture area)


Suatu daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhankebudayaan
yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang akan mendesak unsurlama ke arah
pinggir, sekeliling daerah pusat pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, jikapeneliti ingin
memperoleh unsure budaya kuno, maka tempat untuk mendapatkannyaadalah daerah-daerah
pinggir yang dikenal dengan maginal survival.

d.      Enkulturasi
Konsep enkulturasi, memiliki hakikat bahwa setiap orang sejak kecil sampai
tuamelakukan proses pembelajaran kebudayaan, mengingat manusia sebagai makhluk
yangdianugerhi kemampan untuk berpikir, dn bernalar sangat memungkinkan untuk
setiapwaktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.

e.       Difusi
Proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas, sehingga melewatibatas
tempat dimana kebudayaan itu timbul. Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep
inovasi.

f.       Aklturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling mempengaruhi dari
sutukebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga nsur-unsur asing tersebut, lambat
laundiakomodasikan dan diintregasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri, tanpa kehilangan
kepribadiannya.

g.      Etnosentrisme
  Etnosentrisme yaitu, pemikiran yang enganap bahwa kebudayaan dirinya
adalahsuperior(Lebih baik dan lebih segalanya) daripada semua budaya yang lain.
Etnosentrismemerupakan penghambat ketiga dalam keterampilan komunikasi intercultural
setelahkecemasan dan pengumpamaan persamaan sebagai perbedaan.

h.      Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagiandari
suatu budaya yang telah lama dikenal segingga menjadi adat istiadat dan kepercayaansecara
turun temurun.

i.        Ras dan etnik


Ras adalah sekelompok orang yang memiliki sejumlah ciri biologi(fisik) tertentu atau
suatu populasi yang memiliki suatu persamaan dalam sejumlah unsurbiologi atau fisik ras
yang disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan. Sedangkankajian etnik lebih
menekankan sebagai klompok sosial bagain dari ras yang memiliki ciri-ciribudaya yang
sifatnya unik.

j.        Stereotik
Istilah yng berasal dari bahasa Yunani yaitu stereos yang berarti solid dan tuposyang
berarti citra atau kesan. Suatu stereotik mulanya adalah sesuatu rencana cetakan yangbegitu
terbentuk sulit diubah. Lippman (1922) mengemukakan bahwa stereotik merupakanfungsi
penting dari penyederhanaan kognitif yang berguna untuk mengelola realitas ekonomi
dimana tanpa penyederhanaan maka realitas tersebut menjadi sangat kompleks

k.      Kekerabatan
Istilah kekerabatan merupakan konsep inti dalam antropologi. Konsepkekerabatan
tersebut merujuk kepada tipologi klasifikasi kerabat menurut pendudukberdasarkan aturan-
aturan keturunan dan aturan perkawinan. Radcliffe-Brownberpandangan bahwa system
kekerabatan yang lebih luas dibangun dibangun diatas pondasi keluarga namun bila keluarga
secara universal bersifat bilateral-ikatan ibu danayah- kebanyakan masyarakat lebih
menyukai satu sisi dalam keluarga untuk tujuan- tujuanpublic sebab fungsi utama keturunan
adalah untuk meregulasi transmisi dan kepemilikandan hak masyarakat dari generasi ke
generasi.

l.        Magis
Merupakan ilmu pseudo dan slaah satu khayalan yang paling merusak yangpernah
menggerogoti manusia.Magis juga merupakan penerapan yang salah pada duniamateriil dari
hukum pikiran dengan maksud untuk mendukung system palsu dari hukumalam.

m.    Tabu
Istilah tabu berasal dari polinesia yang berarti terlarang. Secara spesifik apa yang
dikatakan terlarang adalah persentuhan antara hal- hal duniawi dengan hal yang
keramat,termasuk yang suci dan yang cemar (mayat)

n.      Perkawinan
Secara umum konsep perkawinan tersebut mengacu pada proses formal pemaduan
hubungan dua individu yang berbeda jenis yang dilakukan secara ceremonial simbolis dan
makin dikarakterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan dan kebersamaan dalam
memulai hidup baru dalam hidup berpasangan.

E.     OBJEK STUDI DAN PENGAMATAN ANTROPOLOGI

Objek studi antropologi dapat dipilah menjadi dua, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sasaran yang menjadi perhatian dalam penyelidikan.
Mengingat lingkup pelajaran antropologi manusia dan budaya, maka sasaran penyelidikan
sebagai objek material sangat luas. Sasaran penyelidikan yang banyak tersebut pada
umumnya juga menjadi sasaran penyelidikan ilmu pengetahuan sosial lainnya: maka objek
formallah yang membedakan ciri ilmu pengetahuan antropologi dengan yang lain. Yang
dimaksud objek formal adalah cara pendekatan dalam penyelidikan terhadap objek yang
sedang menjadi pusat perhatiannya.

Ada tiga cara pendekatan dalam ilmu antropologi, yaitu:


Pertama, pengumpulan fakta. Dalam pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode
observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat
hidup. Sedangkan metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu ini adalah penelitian di
lapangan (utama), dan penelitian perpustakaan.

Kedua, penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir
ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta
yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Adapun ilmu antropologi yang bekerja dengan
bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan
kebudayaan dari seluruh dunia, dalam hal mencari ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta
masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode membandingkan atau metode
komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya dimulai dengan metode klasifikasi.

Ketiga, verifikasi. Dalam kaitan ini, ilmu antropologi menggunakan metode verifikasi yang
bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu ini mencoba memperkuat
pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang
hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam.

F.      ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN


Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara
lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran
agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara
di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi
antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang
sedang membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli
antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam
antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan
perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami
sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian, yaitu antropologi
fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah –
pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk Antropologi
Pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam
rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam
antropologi.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan
dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui
lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu
keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan
waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan
tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru
diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus
saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling
berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil
prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri
pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta
merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi
terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah
diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam
lingkungan social budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan
menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan
mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan
dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap
pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan,
1989)
Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat
bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan
oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi
pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah
dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya,
sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang
menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.
Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori. Pertama,
pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang
ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua, pendekatan teori pendidikan yang bersumber
dari filsafat.
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan social budaya
dikategorikan menjadi empat orientasi:
a.       Orientasi teoritik yang focus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini
merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
b.      Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori
ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi
yang menjadi andalanya
c.       Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber
teori dating dari rumpun teori structural.
d.      Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala
interdependensi antar Negara, dimana teori multicultural termasuk didalamnya.

Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan
sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog.
Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Dalam konteks transmisi kebudayaan, diperlukan piranti tertentu. Piranti ini adalah
berbagai institusi social, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan
sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.
a.       Lingkungan Pendidikan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah unit social terkecil yang memiliki peran penting dalam
internalisasi. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seorang anak dapat mengenal
keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara terdekat maupun saudara jauh. Seorang ayah
yang berperan sebagai kepala keluarga dikenalnya melalui tindakan-tindakannya. Demikian
pun kegiatan ayah dalam pekerjaan sehari-hari memungkinkan terjadinya identifikasi (bentuk
peniruan) oleh anak-anaknya. Upaya peniruan yang pada mulanya dilakukan sambil lalu ini,
secara perlahan akan menjadi bagian dalam transmisi buadaya. Para orang tua berfungsi
sebagai nara sumber utama.
Secara tersirat budaya belajar dari peniruan, baik secara individual maupun kelompok
memungkinkan terjadinya pemahaman utuh antar genersi (orang tua versus anak).
Lingkungan keluarga menjadi salah satu  focus kajian antropologi pendidikan. Terutama
mengenai system kebudayaan. Di dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan
dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali, apalagi bagi masyarakat yang belum
mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal. Dalam lingkungan keluarga
terdapat tiga fungsi utama dalam keluarga, yaitu:
 fungsi seksual.
 fungsi ekonomi
 fungsi edukasi.
Fungsi eduksi berkaitan dengan pewarisan budaya. Keluarga bukan hanya sebagai
tempat melahirkan anak, tetapi sekaligus sebagai tempat membesarkannya. Anak dalam
lingkungan keluarga belajar berbahasa, mengumpulkan berbagai pengertian serta belajar
menggunakan nilai yang berlaku dalam kebudayaan. Dengan demikian, keluarga berfungsi
meneruskan nilai budaya yang dimilikinya. Suasana edukasi berlangsung penuh kasih sayang,
keakraban dan penuh tanggung jawab. Dengan kata lain kegiatan edukasi dilakukan secara
terus-menerus dengan berbagai cara baik.
 Inti dari proses pewarisan budaya dalam keluarga adalah terjadinya interaksi penuh
makna dalam suasana informal. Proses pewarisan budaya di lingkungan keluarga telah
banyak mendapat perhatian antropolog. Seperti yang dilakukan oleh Margaret Mead, yang
meneliti adat istiadat pengasuhan anak-anak di masyarakat Manus (sebelah utara irian).
Bersama F. Cooke Mac Gregor. Med mengadakan penelitian tentang gerak-gerak tubuh anak-
anak Bali, yang kemudian hasilnya dibukukan dengan judul Growth and Culture (1951).

b.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat


J.P Gillin (1951) mengartikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang tersebar,
dan yang memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan peranan untuk hidup bersama. Masyarakat
terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Pada prinsipnya suatu masyarakat terwujud
apabila diantara kelompok individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup
bersama secara menetap. System perwarisan budaya lewat lingkungan masyarakat
berlangsung dalam berbagai pranata social, diantaranya pemilihan hak milik, perkawinan,
religi, system hokum, system kekerabatan, dan system edukasi. Sebagai suatu komunitas
yang lebih luas, masyarakat memiliki struktur.
              Pewarisan budaya menjadi tugasbersama bagi seluruh anggota masyarakat di
lingkungannya. Bila seorang anak melakukan hubungan pertemanan, maka hubungan atau
interaksi social itu menunjukan hubungan yang lebih luas. Mereka akan menerima berbagai
pembelajaran nilai dan norma, memperlakukan orang lain, menghormati orang yang lebih
tua, dan sebagainya. Mereka juga menyerap berbagai pengetahuan dari lingkungan,
mendapatkan bimbingan, dan nilai-nilai lain yang berkembang pada masyarakatnya. Pada
saat anak melakukan kekeliruan, maka anggota masyarakat lainnya akan memberikan nasihat
atau koreksi terhadap perilakunya yang tidak sesuai tersebut. Demikian selanjutnya seorang
anak diberi pelajaran dan bimbingan oleh anggota masyarakat lainnya.
c.       Lingkungan Pendidikan sekolah
Sekolah adalah institusi yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk
melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja
yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan untuk menghaluskan moral dan menjadikan
akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pada
dasarnya lembaga sekolah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
dibidang pembelajaran. Kebutuhan masyarakat tentang pembelajaran semakin hari semakin
banyak. Oleh karena itu, sekolah pada dasarnya menyiapkan dan membekali peserta didik
untuk kehidupan di masa yang akan datang.

d.      Lingkungan Pendidikan Media Massa


Media massa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita,
opini, pengetahuan dan sebagainya. Sifat media massa adalah mencari dan mengolah bahan
pemberitaan yang actual, menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama.
Berdasarkan sifatnya, media massa berfungsi sebagai control social terhadap segala bentuk
penyimpangan dari nilai, norma, dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan pemberitaan
yang baik dan benar masyarakat menjadi tahu terhadap setiap peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar.
            Salah satu fungsi media massa adalah fungsi pendidikan bagi masyarakat. Banyaknya
informasi yang diberikan, baik berupa pendapat-pendapat, masalah social budaya secara
langsung maupun tidak dapat memperluas wawasan para pembacanya. Melalui media massa
terjalin hubungan atau kontak social secara tidak langsung antar anggota masyarakat.
Keseluruhan itu menunjukan besarnya peran media massa dalam proses transformasi budaya
bagi seluruh anggota masyarakat.

G.    KONSEP BUDAYA BELAJAR PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


Budaya atau kebudayaan tidak hanya berupa fenomena yang berwujud material semata,
baik yang berupa benda, tindakan ataupun emosi, melainkan sesuatu yang abstrak yang
terdapat dalam pikiran manusia, yaitu berupa model system pengetahuan manusia yang
digunakan oleh pemiliknya untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi (Geodenough
dalam Spradley, 1972). Tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosio budaya yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan pengalaman, lingkungannya yang menjadi kerangka landasan untuk
menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980). Berdasarkan konsep
tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia
mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan
benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Cara pandang budaya belajar sebagai system pengetahuan mengisyaratkan bahwa,
budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint
(pedoman hidup) yang dianut secara bersama” (Keesing & Keesing, 1971). Sebagai sebuah
pedoman, budaya belajar digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya, yang dapat menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan
melakukan berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan
yang telah digariskan bersama. 
Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia dengan lingkungannya,
baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. System pengetahuan belajar
digunakan untuk adaptasi dalam kerangka memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni:
1)      Syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan
makan, minum, menjaga stamina, menjadikan organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi
2)      Syarat kejiwaan, yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari
perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
3)      Syarat dasar social, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat
melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari
serangan musuh. (Suparlan, 1980, Bennet, 1976: 172)
Lebih lanjut Bunnet (1976) menjelaskan, bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan
dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya,
atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
keinginan dan tujuannya. Pada kenyataannya manusia memang tidak hanya sekedar
menerima lingkungan dengan apa adanya, melainkan belajar untuk menanggapi bergabai
masalah yang ada  di lingkungannya. Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat
terdapat ragam bentuk tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya
terdorong oleh sikap adaptif mereka. Upaya manusia melakukan belajar menyesuaikan
dengan lingkungannya senantiasa berhubungan dengan pranata social, psikologis, ekonomi
dan juga fisik nya. (Montagu, 1969, Smith, 1982: 85-S89).
Dalam kaitannya itu, maka budaya belajar dapat dipandang juga sebagai strategi
adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang mencakup serangkaian aturan,
petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya(spradley, 1972). Resep-resep tersebut
berisikan pengetahuan belajar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan
dan tata cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan sebagai pranata social selalu berbeda dalam tatanan system social
masyarakat pendukungnya, yang memiliki kedudukan penting yang relative sama dengan
pranata keluarga, agama dan pemerintahan dalam menentukan tata kelakuan seseorang dan
kelompok. Oleh karena itu kepribadian seseorang adalah produk dari budaya masyarakat
pendukung kebudayaan itu.

H.    APLIKASI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI BAGI PENDIDIKAN


MULTIKULTURAN
Bagi pendidik persoalan pendidikan multicultural merupakan sesuatu yang sensitive
dalam pengertian isu yang kompleks dan unik yang mesti diantisipasi. Dalam kaitannya
dengan menumbuhkan kesadaran terhadap keberagaman ini, secara dini harus terjadi suasana
saling memahami melalui interaksi yang bermakna anatr satu dengan yang lainnya. Dengan
memperhatikan keragaman sebagai bagian dari lingkungan dan perilaku yang dibentuk oleh
budaya, maka pembelajaran seyogyanya berpusat pada keragaman latar sosiobudaya.

Berdasarkan pandangan ini, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang
pendidik antara lain:
1. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu pada kesadaran adanya keberagaman
2. Memahami dan mengenai pengalaman setiap individu peserta didik berdasarkan pada
etnis dan keturunan, dst.
3. Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju keberasamaa.
4. Kiat mempromosikan perbedaan yang ditujukan untuk membangun kesamaan dan
tidak memperbesar perbedaan.
5. Memahami peran organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber belajar
potensial dalam pelaksanaan dan peningkatkan proses pembelajaran, pendidikan dan
pelatihan.
Pendidikan multicultural tidak hanya dimaksudkan memberikan akses kepada kelompok
etnik dan minoritas untuk memperoleh akses pendidikan secara baik. Tetapi menciptakan
interaksi antara individu dari kelompok tersebut agar tercipta harmoni kehidupan dalam
masyarakat plural. Melalui pendekatan pendidikan multicultural akan tercipta :
a.       Saling memahami perbedaan sosiobudaya.
b.      Menciptakan harmoni kehidupan dalam suasana berbeda budaya, sebab kesadaran
bagaimana mengelola keragaman sosiobudaya untuk harmoni kehidupan dalam masyarakat
plural telah muncul sejak tahun 1900.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang di peroleh dari makalah ini, yaitu :


1.    Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan
“logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial.
2.    Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3.    Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan
golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu,
keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi.
4.    Teori-teori kebudayaan terdiri dari superorganik, konseptualis dan realis.

B. SARAN.

Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan


kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa
kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat
dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan
umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.1989. Antttopologi Pendidikan.Jakarta: P2LPTK.


http://id.shvoong.com/social-sciences/1827094-asik-nya-belajar-
antropologi/Diunduh pada tanggal 26
September 2012.
Anonym.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT. IMTIMA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi. Diunduh pada tanggal 26
September 2012.
Anonim.2012. PENGERTIAN-DAN-RUANG-LINGKUP-ANTROPOLOGI.
http://www.scribd.com/doc/48735759. Diunduh pada tanggal 27
September 2012.
Koenjaraningrat.1982.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta: Universitas Islam.
Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai