2/Feb/2016
124
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
125
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
126
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
127
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
KUHAP) dikarenakan tidak cukup bukti, undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
bukan merupakan suatu tindak pidana dan dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.”
perkara ditutup demi hukum. Jadi menurut pengertian tersebut
n. Melanjutkan penuntutan terhadap penuntutan terjadi jika suatu perkara telah
tersangka yang dihentikannya penuntutan dilimpahkan ke pengadilan, sehingga batasan
dikarenakan adanya alasan baru (Pasal 140 telah terjadi penuntutan atau belum adalah
(2) huruf d KUHAP). adanya pelimpahan suatu perkara ke
o. Menegakkan penggabungan perkara dan pengadilan negeri.
pembuatannya dalam satu surat dakwaan Secara harfiah arti kata penghentian penun-
(Pasal 141 KUHAP). tutan adalah suatu perkara telah dilimpahkan
p. Mengadakan pemecahan penuntutan ke pengadilan negeri, kemudian perkara
(splitsing) terhadap satu berkas perkara tersebut dihentikan prosesnya dan kemudian
yang membuat beberapa tindak pidana dicabut dengan alasan:
yang dilakukan beberapa orang tersangka - tidak terdapat cukup bukti;
(Pasal 143 (1) KUHAP. - peristiwa tersebut ternyata bukan
q. Melimpahkan perkara ke pengadilan merupakan tindak pidana.
disertai surat dakwaan (Pasal 143 (1) Namun demikian dua alasan tersebut bisa
KUHAP) digunakan juga untuk tidak jadi menuntut oleh
r. Membuat surat dakwaan (Pasal 143 (1) penuntut umum seperti yang ditentukan dalam
KUHAP) Pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Berarti
s. Menyempurnakan atau tidak penuntutan, perkara tersebut belum sampai dilimpahkan ke
penuntut umum dan mengubah surat pengadilan.
dakwaan sebelum pengadilan menetapkan Apakah yang dimaksud perkara ditutup demi
hari sidang atau selambat-lambatnya tujuh hukum? Perkara ditutup demi hukum (Pasal
hari sebelum sidang dimulai (Pasal 144 140 ayat (2) huruf a KUHAP) mempunyai
KUHAP). perumusan lain yang mempunyai maksud yang
Penghentian penuntutan oleh penuntut sama yakni dalam Pasal 14 huruf h KUHAP
umum didasarkan pada bunyi Pasal 140 ayat (2) tentang kewenangan penuntut umum menutup
KUHAP. Dari ketentuan pasal tersebut secara perkara demi kepentingan hukum. Suatu
garis besar dibagi: perkara yang ditutup demi hukum atau
- alasan penghentian penuntutan; menutup perkara demi kepentingan hukum
- prosedur di dalam melakukan penghentian dilakukan oleh penuntut umum sebelum
penuntutan. 11 melakukan penuntutan.12 Perbuatan menutup
a. Alasan Penghentian Penuntutan. perkara demi hukum ini antara lain dapat
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 140 dilakukan oleh penuntut umum, apabila
ayat (2) huruf a KUHAP, alasan penghentian pe- mengenai suatu tindak pidana itu ternyata
nuntutan adalah: terdapat dasar-dasar yang meniadakan
- karena tidak cukup bukti; penuntutan atau ternyata terdapat
- peristiwa tersebut ternyata bukan vervolgingsuitsluitingsgronden, karena dengan
merupakan tindak pidana; adanya dasar-dasar seperti itu menjadi tertutup
- perkara ditutup demi hukum. kemungkinannya bagi penuntut umum untuk
Untuk memperjelas maksud penghentian dapat melakukan suatu penuntutan terhadap
penuntutan, pertama-tama kita kembali kepada seseorang yang oleh penyelidik telah disangka
pengertian penuntutan seperti yang dimaksud melakukan suatu tindak pidana tertentu. Dalam
dalam Pasal 1 butir 7 KUHAP yang berbunyi: suatu tindak pidana itu terdapat dasar-dasar
“Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang meniadakan pidana atau tidak, apakah
untuk melimpahkan perkara pidana ke suatu tindak pidana itu telah dilakukan oleh
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal pelakunya berdasarkan sesuatu unsur schuld
dan menurut cara yang diatur dalam undang-
12
PAF Lamintang, KUHAP dengan Pembahasan secara
11
Lihat Penjelasan Pasal 50 ayat (2) Kitab Undang-Undang yuridis menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan
Hukum Acara Pidana Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 106
128
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
atau tidak, apakah sesuatu tindakan itu bersifat tertinggi secara sukarela
melawan hukum atau tidak, apakah seorang kepada penuntut umum dalam
tersangka itu dapat dipandang sebagai perkara pelanggaran yang
toerekeningsvatbaar atau tidak, dan apakah hanya diancam dengan pidana
tindakan seorang pelaku itu dapat dipandang denda saja;
sebagai toerekenbaar atau tidak, maka setelah 2. dalam Pasal 76 KUHP yang
seorang itu disidik atau dituntut, hanya hakim mengingatkan orang akan
sajalah yang berwenang untuk berlakunya asas ne bis in idem
memutuskannya. di dalam hukum acara pidana,
Apa yang telah penulis katakan di atas itu yakni dengan menentukan
kiranya perlu mendapat perhatian dari para bahwa tidak seorangpun dapat
penuntut umum yaitu untuk menjamin adanya dituntut untuk kedua kalinya
suatu kepastian hukum dan untuk menjamin karena tindak pidana yang
agar fungsi hakim jangan sampai diambilalih sama, apabila karena tindak
oleh penuntut umum. pidana tersebut pelakunya
Dasar-dasar yang meniadakan penuntutan telah mendapatkan suatu
seperti yang dimaksudkan di atas itu, dapat putusan hakim yang telah
dijumpai antara lain dalam buku I KUHP:13 mempunyai kekuatan hukum
a. Bab I, yaitu dalam Pasal-pasal 2-5 yang tetap;
dan Pasal- pasal 7-9 KUHP yang 3. dalam Pasal 77 KUHP yang
mengatur tentang ruang lingkup menentukan, bahwa hak untuk
berlakunya undang-undang pidana melakukan penuntutan itu
di Indonesia. hapus karena meninggalnya
b. Bab V, yaitu dalam Pasal-pasal 61 terdakwa dan;
dan 62 KUHP yang menentukan 4. dalam Pasal 78 KUHP yang
bahwa penerbit dan pencetak itu menentukan, bahwa hak untuk
tidak dapat dituntut apabila pada melakukan penuntutan itu
benda-benda yang telah dicetak gugur karena kadaluwarsa atau
atau diterbitkan itu telah mereka karena lampau waktu.
cantumkan nama serta alamat
orang yang telah menyuruh Sedangkan dasar-dasar yang meniadakan
mencetak benda-benda tersebut, penuntutan di luar KUHP diatur dalam Pasal 14
atau pada kesempatan pertama UUD 1945 yang berbunyi: Presiden memberi
setelah ditegur kemudian telah grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.
memberitahukan nama dan alamat Keempatnya merupakan hak prerogatif (hak
orang tersebut. utama) presiden sebagai kepala negara. Dari
c. Bab VII, yaitu dalam Pasal 72 KUHP keempat bangunan hukum yang menjadi
dan selanjutnya yang menentukan wewenang presiden tersebut yang meniadakan
bahwa tidak dapat dilakukan suatu penuntutan adalah:
penuntutan apabila tidak ada suatu - amnesti;
pengaduan. - abolisi.14
d. Bab VIII, yaitu: Keduanya diberikan oleh presiden berkaitan
1. dalam Pasal 82 KUHP yang erat dengan tindak pidana politik atau tindak
mengatur batalnya hak untuk pidana yang beraspek politik. Wewenang
melakukan penuntutan karena tersebut diberikan setelah presiden mendapat
adanya suatu afdoening buiten nasihat tertulis dari Mahkamah Agung atas
proces atau adanya suatu permintaan Menteri Kehakiman. Sedangkan
penyelesaian tidak melalui cara pemberian amnesti dan abolisi dengan
proses peradilan, yakni dengan
cara membayar jumlah denda 14
Lihat Penjelasan Penuntutan Di luar KUHP yang
meniadakan penuntutan yang dijabarkan dalam Pasal 14
13
Ibid, hal. 108 UUD 1945
129
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
130
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
mengesampingkan perkara hanya ada pada perkara tersebut yaitu dalam bentuk
Jaksa Agung dan bukan pada jaksa di bawah putusan bebas(Vrijpraak) atau putusan lepas
Jaksa Agung (vide Penjelasan Pasal 77 dari segala Tuntutan Hukum(onslag van
KUHAP).16 rechtvervolging). Jadi apabila perkara
Dengan Penjelasan Pasal 35 huruf c Undang- tersebut diteruskan dikemudian hari dan
Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan ternyata terdapat bukti baru, bukti yang
Republik Indonesia sebagaimana tersebut sangat beralasan untuk dapat diproses
diatas, semakin tidak jelas pelaksanaan asas kembali dan dilimpahkan ke sidang
oportunitas tersebut.17 Dengan adanya frase” pengadilan
Setelah memperhatikan saran dan pendapat
dari badan-badan kekuasaan negara yang B. Saran
mempunyai hubungan dengan masalah 1. Diharapkan agar supaya jaksa dalam
tersebut”. Hal ini menjadi semakin kabur melaksanakan tugas sebagai penutut
pengertiannya. Menjadi kabur karena badan- umum sangat selektif dalam hal
badan kekuasaan negara yang mempunyai pelimpahan berkas perkara ke
hubungan dengan masalah tersebut tidak jelas. pengadilan. Jaksa penutut umum
Hal ini berarti wewenang oportunitas dibatasi janganlah mengulur-ulur waktu
secara remang-remang sehingga tidak ada mungkin karena kepentingan politik
kepastian hukum dalam penerapannya. ataukah kepentingan lainnya. Supaya
Demikianlah sehingga dalam prakteknya segera mungkin menutup perkara demi
menjadi sama dengan penerapan asas legalitas hukum dan membuat surat ketetapan
yang menjadi lawan arti asas oportunitas. penghentian penuntutan(SKPP).
2. Diharapkan bahwa mengeyampingkan
PENUTUP perkara demi hukum haruslah sangat
A. Kesimpulan selektif karena bisa muncul
1. Wewenang Jaksa sebagai penuntut umum kepentingan umum bisa saja menjadi
yaitu meneliti berkas perkara apakah berkas suatu alasan dan bisa menimbulkan
perkara tersangka dapat dilimpahkan permasalahan baru.
sampai kepada pemeriksaan di sidang
pegadilan ataukah tidak, atas dasar alasan DAFTAR PUSTAKA
yang benar-benar penting menurut hukum, Abidin A. Zainal, Bunga Rampai Hukum Pidana,
guna kepentingan pemeriksaan atas Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.
penuntutan. Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan
2. Alasan penghetian penuntutan seperti yang Hukum Pidana, Citra Aditya, Bandung, 1996.
disebutkan dalam Pasal 140 ayat (2) huruf a Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia,
KUHAP,alasan penghetian penuntutan Ghalia Indonesia, Bandung, 1984.
adalah: karena tidak cukup bukti, peristiwa Harahap Yahya, Pembahasan Permasalahan
tersebut ternyata bukan merupakan tindak dan Penerapan KUHAp Penyidikan dan
pidana, perkara ditutup demi hukum. Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Namun demikian alasan tersebut bisa Kuffal, HMA, Penerapan KUHAP dalam Praktek
digunakan untuk tidak jadi menuntut oleh Hukum, UMM, Malang, 2004
penuntut umum seperti yang ditentukan Lamintang PAF, KUHAP dengan Pembahasan
dalam pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan
Berarti perkara tersebut belum sampai Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Sinar
dilimpahkan ke pengadilan. Jadi apabila Baru, Bandung, 1984.
berkas perkara dipaksakan untuk Mulyadi Lilik, Hukum Acara Pidana Suatu
dilimpahkan ke sidang pengadilan, sudah Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan,
barang tentu hakim akan memutuskan Eksepsi dan Putusan Pengadilan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2002.
16
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Prakoso Djoko, Eksistensi Jaksa Ditengah-
Grafika, Jakarta, 2008, hal. 20
17 Tengah Masyarakat, Ghalia Indonesia,
Lihat Penjelasan Pasal 35 huruf C, Undang-Undang No.
16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI Jakarta, 1985.
131
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU
No. 8 Tahun 1981)
Kitab Undang-Undang No. 16 Tahun 2004,
tentang Kejaksaan RI
132