Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum, Vol. IV/No.

2/Feb/2016

PENGHENTIAN PENUNTUTAN PERKARA disebutkan secara tegas bahwa di lingkungan


PIDANA OLEH JAKSA BERDASARKAN HUKUM Kejaksaan, Jaksa Agunglah yang mempunyai
ACARA PIDANA1 hak mengenyampingkan perkara berdasarkan
Oleh: Daniel Ch. M. Tampoli2 kepentingan umum. Jaksa Agung bisa
menganggap bahwa akan lebih banyak
ABSTRAK kerugiannya apabila menuntut baik untuk
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk masyarakat maupun untuk negara, maka
mengetahui bagaimana tugas dan kewenangan perkara tersebut dikesampingkan. Sebagai
jaksa dalam proses penuntutan dan bagaimana pertanggungjawaban Jaksa Agung atas hak
wewenang jaksa dalam penghentian oportunitas ini, Jaksa Agung
penuntutan pada perkara pidana. Penelitian ini mempertanggungjawabkan pada Presiden
menngunakan metode penelitian yuridis berdasarkan Peraturan Presiden No. 38 Tahun
normatif dan disimpulkan: 1. Wewenang Jaksa 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
sebagai penuntut umum yaitu meneliti berkas Kejaksaan Republik Indonesia.
perkara apakah berkas perkara tersangka dapat Apabila ternyata tetap bahwa cara-cara
dilimpahkan sampai kepada pemeriksaan di pelaksanaan hak tersebut timbul keragu-
sidang pegadilan ataukah tidak, atas dasar raguan, maka Dewan Perwakilan Rakyat dapat
alasan yang benar-benar penting menurut meminta keterangan dari Pemerintah (Presiden
hukum, guna kepentingan pemeriksaan atas atau Jaksa Agung). Pada akhirnya Presiden
penuntutan. 2. Alasan penghetian penuntutan harus mempertanggungjawabkan di Majelis
seperti yang disebutkan dalam Pasal 140 ayat Permusyawaratan Rakyat. Dalam
(2) huruf a KUHAP,alasan penghetian penyampingan perkara, hukum dan penegakan
penuntutan adalah: karena tidak cukup bukti, hukum dikorbankan demi kepentingan umum.
peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan Seseorang yang cukup terbukti melakukan
tindak pidana, perkara ditutup demi hukum. tindak pidana, perkaranya dideponir atau
Namun demikian alasan tersebut bisa dikesampingkan dan tidak diteruskan ke
digunakan untuk tidak jadi menuntut oleh sidang.3
penuntut umum seperti yang ditentukan dalam Pengadilan dengan alasan demi kepentingan
pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Berarti umum. Itulah sebabnya, asas oportunitas
perkara tersebut belum sampai dilimpahkan ke bersifat diskriminatif dan menggagahi makna
pengadilan. Jadi apabila berkas perkara equality before the law atau persamaan
dipaksakan untuk dilimpahkan ke sidang kedudukan di depan hukum. Sebab kepada
pengadilan, sudah barang tentu hakim akan orang tertentu, dengan mempergunakan alasan
memutuskan perkara tersebut yaitu dalam kepentingan umum, hukum tidak diperlakukan
bentuk putusan bebas(Vrijpraak) atau putusan atau kepadanya penegakan hukum
4
lepas dari segala Tuntutan Hukum(onslag van dikesampingkan.
rechtvervolging). Jadi apabila perkara tersebut Apabila diteliti lebih lanjut pemberian
diteruskan dikemudian hari dan ternyata kewenangan pengenyampingan perkara pidana
terdapat bukti baru, bukti yang sangat kepada jaksa sesuai dengan asas hukum acara
beralasan untuk dapat diproses kembali dan pidana yang diatur dalam Undang-Undang No.
dilimpahkan ke sidang pengadilan. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Kata kunci: Penghentian penuntutan, Jaksa, dimana salah satu asasnya mengatur tentang
Hukum Acara Pidana. peradilan yang harus dilakukan dengan cepat,
sederhana dengan biaya ringan serta bebas,
PENDAHULUAN jujur dan tidak memihak harus diterapkan
A. Latar Belakang Masalah secara konsekuen dalam seluruh tingkat
Penjelasan Undang-Undang No. 16 Tahun peradilan. Bila diperhatikan satu persatu
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia mengenai asas tersebut maka dengan
penyampingan perkara pidana oleh jaksa
1
Artikel Skripsi.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. R. Wirjono Prodjodikoro, Op Cit, hal. 82
4
110711115 Andi Hamzah, Op Cit, hal. 153

124
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

proses peradilannya cukup diselesaikan di untuk melakukan penuntutan dan


Kejaksaan sehingga proses peradilan itu tidak melaksanakan penetapan hakim.
memakan waktu yang lama dan panjang. 3. Penuntutan adalah tindakan penuntut
Peradilan yang sederhana dan biaya ringan umum untuk melimpahkan perkara ke
otomatis dapat terwujud bila proses pengadilan negeri yang berwenang
penyelesaian peradilan itu diselesaikan dengan dalam hal dan menurut cara yang diatur
cepat. Sifat sederhana itu diperoleh karena dalam hukum acara pidana dengan
prosesnya tidak berbelit-belit. Administrasi permintaan supaya diperiksa dan diputus
perkara ini jumlahnya banyak dan biasanya oleh hakim sidang pengadilan.6
dibuat dalam beberapa rangkap, tentu saja hal
tersebut membutuhkan biaya yang banyak Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (2), (3) dan
sehingga asas biaya ringan yang ingin dicapai (4) menyebutkan:
akan sulit sekali terwujud.5 (2) Dalam melaksanakan wewenangnya,
jaksa bertindak untuk dan atas nama
B. Perumusan Masalah negara serta bertanggung-jawab
1. Bagaimana tugas dan kewenangan jaksa menurut saluran hierarki;
dalam proses penuntutan? (3) Demi keadilan dan kebenaran
2. Bagaimana wewenang jaksa dalam berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
penghentian penuntutan pada perkara jaksa melakukan penuntutan dengan
pidana? keyakinan berdasarkan alat bukti yang
sah.
C. Metode Penulisan (4) Dalam melaksanakan tugas dan
Penulisan penyusunan karya ilmiah ini ialah wewenangnya jaksa senantiasa
menggunakan metode penelitian norrmatif. bertindak berdasarkan hukum dengan
Pengumpulan bahan-bahan hukum yang mengindahkan norma-norma
diperlukan ialah melalui studi keagamaan, kesopanan, kesusilaan, dan
kepustakaan(library research).Bahan-bahan serta wajib menggali dan menjunjung
hukum primer,seperti peraturan perundang- tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang
undangan, jenis penelitian ini dalam kajian ilmu hidup dalam masyarakat serta
hukum. Oleh karena ruang lingkup penelitian senantiasa menjaga kehormatan serta
hukum normatif mencakup tentang penelitian martabat profesinya.
positif, ini adalah disiplin ilmu hukum pidana.
Ancaman ketentuan yang diatur dalam pasal
PEMBAHASAN 8 ayat (4) tersebut diatur dalam ayat (5) nya,
A. Kewenangan Jaksa Dalam Proses yang berbunyi: Jaksa yang diduga melakukan
Penuntutan tindak pidana, maka pemanggilan,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004. Di pemeriksaan, penggeledahan, penangkapan
dalam Pasal 1 undang-undang tersebut dan penahanan terhadap Jaksa yang
diberikan pengertian-pengertian pokok, atau bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin
tafsir otentik sebagai berikut: Jaksa Agung.
1. Jaksa adalah pejabat yang diberi Ketentuan tersebut diperkuat dengan
wewenang oleh undang-undang ini untuk ketentuan Pasal 37 ayat (1), yang berbunyi:
bertindak sebagai penuntut umum serta Jaksa Agung bertanggungjawab atas
melaksanakan putusan pengadilan yang penuntutan yang dilaksanakan secara
telah memperoleh kekuatan hukum independen demi keadilan berdasarkan hukum
tetap. dan hati nurani. Menurut Pasal 1 ayat (3) di
2. Penuntut umum adalah jaksa yang atas, sebenarnya jaksa di dalam melakukan
diberi wewenang oleh undang-undang ini penuntutan tidak terlalu ketat mengikuti garis
komando seperti saat ini, karena jaksa di dalam
5
penuntutan harus didasarkan keyakinan
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Sinar
6
Grafika, Jakarta, 2009, hal. 37 Ibid, hal. 757

125
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

berdasarkan alat bukti yang sah. Karena jaksa e. pencegahan penyalahgunaan


selaku penuntut umum di dalam persidangan dan/atau penodaan agama;
yang paling mengetahui situasi perkara serta f. penelitian dan pengembangan hukum
perkembangannya yang terungkap dalam serta statistik kriminal.8
sidang.
Untuk menjalankan kewajibannya, Tugas-tugas kejaksaan yang terakhir ini
kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang di bersifat preventif dan edukatif. Tugas-tugas
bidang pidana, bidang perdata dan tata usaha kejaksaan yang lain adalah:
negara serta bidang ketertiban dan 1. Kejaksaan dapat meminta kepada hakim
ketenteraman umum, sebagaimana diatur untuk menempatkan seorang terdakwa di
dalam Pasal 30 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) rumah sakit, tempat perawatan jiwa, atau
sebagai berikut: 7 tempat lain yang layak karena yang
- Di bidang pidana: bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri
a. melakukan penuntutan; atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat
b. melaksanakan penetapan hakim dan membahayakan orang lain, lingkungannya
putusan pengadilan yang telah atau dirinya sendiri (Pasal 31).
memperoleh kekuatan hukum tetap; 2. Kejaksaan dapat diserahi tugas dan
c. melakukan pengawasan terhadap wewenang lain berdasarkan undang-
pelaksanaan putusan pidana undang (Pasal 32).
bersyarat, putusan pidana penga- Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan
wasan, dan keputusan lepas dalam bidang hukum kepada instansi
bersyarat; pemerintah lainnya (Pasal 34).
d. melakukan penyidikan terhadap Di samping mengatur tugas dan wewenang
tindak pidana tertentu berdasarkan umum kejaksaan, di dalam Undang-undang ini
undang-undang; juga diatur khusus tugas dan wewenang Jaksa
e. melengkapi berkas perkara tertentu Agung di dalam Pasal 35, yakni:
dan untuk itu dapat melakukan a. menetapkan dan mengendalikan
pemeriksaan tambahan sebelum kebijakan penegakan hukum dan
dilimpahkan ke pengadilan yang keadilan dalam ruang lingkup tugas dan
dalam pelaksanaannya wewenang kejaksaan.
dikoordinasikan dengan penyidik; b. mengefektifkan proses penegakan
- Di bidang perdata dan tata usaha negara: hukum yang diberikan oleh undang-
Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat undang;
bertindak baik di dalam maupun di luar c. mengesampingkan perkara demi
pengadilan untuk dan atas nama negara kepentingan umum, yakni kepentingan
atau pemerintah. bangsa dan negara dan atau kepentingan
- Di bidang ketertiban dan ketenteraman masyarakat luas (asas oportunitas);
umum, kejaksaan turut d. mengajukan kasasi demi kepentingan
menyelenggarakan kegiatan: hukum kepada Mahkamah Agung dalam
a. peningkatan kesadaran hukum perkara pidana, perdata, dan tata usaha
masyarakat; negara (Undang-Undang Nomor 8 Tahun
b. pengamanan kebijakan penegakan 1981 tentang KUHAP dan Undang-
hukum; Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
c. pengawasan peredaran barang Mahkamah Agung);
cetakan; e. dapat mengajukan pertimbangan teknis
d. pengawasan aliran kepercayaan yang hukum kepada Mahkamah Agung dalam
dapat membahayakan masyarakat pemeriksaan kasasi perkara pidana;
dan negara; f. mencegah atau menangkal orang
tertentu untuk masuk atau keluar
7
wilayah Kesatuan Negara Republik
Lihat Penjelasan Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) Undang-
Undnag No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
8
Indonesia Ibid, hal. 764

126
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Indonesia karena keterlibatannya dalam karena tidak mungkin untuk disimpan


perkara pidana sesuai dengan peraturan sampai putusan pengadilan terhadap
perundang-undangan.9 perkara itu memperoleh kekuatan hukum
tetap, atau mengamankannya dengan
B. Wewenang Jaksa Dalam Penghentian disaksikan oleh tersangka atau kuasanya
Penuntutan Dalam Perkara Pidana (Pasal 45 ayat (1) KUHAP);
g. melarang atau mengurangi kebebasan
Secara garis besar wewenang penuntut hubungan antara penasihat hukum dengan
umum menurut KUHAP dapat diinventarisir tersangka sebagai akibat disalahgunakan
sebagai berikut:10 haknya (Pasal 70 ayat (4) KUHAP);
a. menerima pemberitahuan dari penyidik mengawasi hubungan antara penasihat
dalam hal penyidik telah mulai melakukan hukum dengan tersangka tanpa mendengar
penyidikan dari suatu peristiwa yang isi pembicaraan (Pasal 71 ayat (1) KUHAP)
merupakan tindak pidana dan dalam hal kejahatan terhadap
(Pasal 109 ayat (1) KUHAP) dan keamanan negara dapat mendengar isi
pemberitahuan baik dari penyidik maupun pembicaraan tersebut (Pasal 71 ayat (2)
penyidik PNS yang dimaksud oleh Pasal 6 KUHAP). Pengurangan kebebasan
ayat (1) huruf b KUHAP mengenai hubungan antara penasihat hukum dan
penyidikan dihentikan demi hukum; tersangka tersebut dilarang apabila perkara
b. menerima berkas perkara dari penyidik telah dilimpahkan penuntut umum ke
dalam tahap pertama dan kedua pengadilan negeri untuk disidangkan (Pasal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 74 KUHAP);
(3) huruf a dan b KUHAP. Dalam hal Acara h. meminta dilakukan praperadilan kepada
Pemeriksaan Singkat menerima berkas Ketua Pengadilan Negeri untuk memeriksan
perkara langsung dari penyidik pembantu sah atau tidaknya suatu penghentian
(Pasal 12 KUHAP); penyidikan oleh penyidik (Pasal 80 KUHAP).
c. mengadakan prapenuntutan (Pasal 14 Maksud Pasal 80 ini adalah untuk
huruf b KUHAP) dengan memperhatikan menegakkan hukum, keadilan dan
ketentuan materi Pasal 110 ayat (3), (4) kebenaran melalui sarana pengawasan
KUHAP dan Pasal 138 ayat (1) dan (2) secara horisontal.
KUHAP; i. Dalam perkara konesitas, karena perkara
d. memberikan perpanjangan penahanan pidana itu harus dihadiri oleh pengadilan
(Pasal 24 ayat (2) KUHAP), melakukan dalam lingkungan peradilan umum, maka
penahanan dan penahanan lanjutan (Pasal penuntut umum menerima penyerahan
20 ayat (2) KUHAP Pasal 21 ayat (2) KUHAP, perkara dari oditur militer dab selanjutnya
Pasal 25 KUHAP dari Pasal 29 KUHAP); dijadikan dasar untuk mengajukan perkara
melakukan penahanan rumah (Pasal 22 tersebut kepada pengadilan yang
ayat (2) KUHAP); penahanan kota (Pasal 22 berwenang (Pasal 91 ayat (1) KUHAP);
ayat (3) KUHAP), serta mengalihkan jenis j. Menentukan sikap apakah berkas perkara
penahanan (Pasal 23 KUHAP); telah memenuhi syarat atau tidak untuk
e. atas permintaan tersangka atau terdakwa dilimpahkan ke pengadilan (Pasal 139
mengadakan penangguhan penahanan KUHAP).
serta dapat mencabut penangguhan k. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup
penahanan dalam hal tersangka atau tugas dan tanggungjawab selaku penuntut
terdakwa melanggar syarat yang umum (Pasal 14 huruf f KUHAP).
ditentukan (Pasal 131 KUHAP); l. Apabila penuntut umum berpendapat
f. mengadakan penjualan lelang benda sitaan bahwa dari hasil penyidikan dapat
yang lekas rusak atau membahayakan dilakukan penuntutan maka dalam waktu
secepatnya membuat dakwaan (Pasal 140
9
ayat (1) KUHAP)
Ibid, hal. 764
10 m. Membuat surat penetapan penghentian
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukum,
UMM, Malang, 2004, hal. 216 penuntutan (Pasal 140 ayat (2) huruf a

127
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

KUHAP) dikarenakan tidak cukup bukti, undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
bukan merupakan suatu tindak pidana dan dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.”
perkara ditutup demi hukum. Jadi menurut pengertian tersebut
n. Melanjutkan penuntutan terhadap penuntutan terjadi jika suatu perkara telah
tersangka yang dihentikannya penuntutan dilimpahkan ke pengadilan, sehingga batasan
dikarenakan adanya alasan baru (Pasal 140 telah terjadi penuntutan atau belum adalah
(2) huruf d KUHAP). adanya pelimpahan suatu perkara ke
o. Menegakkan penggabungan perkara dan pengadilan negeri.
pembuatannya dalam satu surat dakwaan Secara harfiah arti kata penghentian penun-
(Pasal 141 KUHAP). tutan adalah suatu perkara telah dilimpahkan
p. Mengadakan pemecahan penuntutan ke pengadilan negeri, kemudian perkara
(splitsing) terhadap satu berkas perkara tersebut dihentikan prosesnya dan kemudian
yang membuat beberapa tindak pidana dicabut dengan alasan:
yang dilakukan beberapa orang tersangka - tidak terdapat cukup bukti;
(Pasal 143 (1) KUHAP. - peristiwa tersebut ternyata bukan
q. Melimpahkan perkara ke pengadilan merupakan tindak pidana.
disertai surat dakwaan (Pasal 143 (1) Namun demikian dua alasan tersebut bisa
KUHAP) digunakan juga untuk tidak jadi menuntut oleh
r. Membuat surat dakwaan (Pasal 143 (1) penuntut umum seperti yang ditentukan dalam
KUHAP) Pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Berarti
s. Menyempurnakan atau tidak penuntutan, perkara tersebut belum sampai dilimpahkan ke
penuntut umum dan mengubah surat pengadilan.
dakwaan sebelum pengadilan menetapkan Apakah yang dimaksud perkara ditutup demi
hari sidang atau selambat-lambatnya tujuh hukum? Perkara ditutup demi hukum (Pasal
hari sebelum sidang dimulai (Pasal 144 140 ayat (2) huruf a KUHAP) mempunyai
KUHAP). perumusan lain yang mempunyai maksud yang
Penghentian penuntutan oleh penuntut sama yakni dalam Pasal 14 huruf h KUHAP
umum didasarkan pada bunyi Pasal 140 ayat (2) tentang kewenangan penuntut umum menutup
KUHAP. Dari ketentuan pasal tersebut secara perkara demi kepentingan hukum. Suatu
garis besar dibagi: perkara yang ditutup demi hukum atau
- alasan penghentian penuntutan; menutup perkara demi kepentingan hukum
- prosedur di dalam melakukan penghentian dilakukan oleh penuntut umum sebelum
penuntutan. 11 melakukan penuntutan.12 Perbuatan menutup
a. Alasan Penghentian Penuntutan. perkara demi hukum ini antara lain dapat
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 140 dilakukan oleh penuntut umum, apabila
ayat (2) huruf a KUHAP, alasan penghentian pe- mengenai suatu tindak pidana itu ternyata
nuntutan adalah: terdapat dasar-dasar yang meniadakan
- karena tidak cukup bukti; penuntutan atau ternyata terdapat
- peristiwa tersebut ternyata bukan vervolgingsuitsluitingsgronden, karena dengan
merupakan tindak pidana; adanya dasar-dasar seperti itu menjadi tertutup
- perkara ditutup demi hukum. kemungkinannya bagi penuntut umum untuk
Untuk memperjelas maksud penghentian dapat melakukan suatu penuntutan terhadap
penuntutan, pertama-tama kita kembali kepada seseorang yang oleh penyelidik telah disangka
pengertian penuntutan seperti yang dimaksud melakukan suatu tindak pidana tertentu. Dalam
dalam Pasal 1 butir 7 KUHAP yang berbunyi: suatu tindak pidana itu terdapat dasar-dasar
“Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang meniadakan pidana atau tidak, apakah
untuk melimpahkan perkara pidana ke suatu tindak pidana itu telah dilakukan oleh
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal pelakunya berdasarkan sesuatu unsur schuld
dan menurut cara yang diatur dalam undang-
12
PAF Lamintang, KUHAP dengan Pembahasan secara
11
Lihat Penjelasan Pasal 50 ayat (2) Kitab Undang-Undang yuridis menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan
Hukum Acara Pidana Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 106

128
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

atau tidak, apakah sesuatu tindakan itu bersifat tertinggi secara sukarela
melawan hukum atau tidak, apakah seorang kepada penuntut umum dalam
tersangka itu dapat dipandang sebagai perkara pelanggaran yang
toerekeningsvatbaar atau tidak, dan apakah hanya diancam dengan pidana
tindakan seorang pelaku itu dapat dipandang denda saja;
sebagai toerekenbaar atau tidak, maka setelah 2. dalam Pasal 76 KUHP yang
seorang itu disidik atau dituntut, hanya hakim mengingatkan orang akan
sajalah yang berwenang untuk berlakunya asas ne bis in idem
memutuskannya. di dalam hukum acara pidana,
Apa yang telah penulis katakan di atas itu yakni dengan menentukan
kiranya perlu mendapat perhatian dari para bahwa tidak seorangpun dapat
penuntut umum yaitu untuk menjamin adanya dituntut untuk kedua kalinya
suatu kepastian hukum dan untuk menjamin karena tindak pidana yang
agar fungsi hakim jangan sampai diambilalih sama, apabila karena tindak
oleh penuntut umum. pidana tersebut pelakunya
Dasar-dasar yang meniadakan penuntutan telah mendapatkan suatu
seperti yang dimaksudkan di atas itu, dapat putusan hakim yang telah
dijumpai antara lain dalam buku I KUHP:13 mempunyai kekuatan hukum
a. Bab I, yaitu dalam Pasal-pasal 2-5 yang tetap;
dan Pasal- pasal 7-9 KUHP yang 3. dalam Pasal 77 KUHP yang
mengatur tentang ruang lingkup menentukan, bahwa hak untuk
berlakunya undang-undang pidana melakukan penuntutan itu
di Indonesia. hapus karena meninggalnya
b. Bab V, yaitu dalam Pasal-pasal 61 terdakwa dan;
dan 62 KUHP yang menentukan 4. dalam Pasal 78 KUHP yang
bahwa penerbit dan pencetak itu menentukan, bahwa hak untuk
tidak dapat dituntut apabila pada melakukan penuntutan itu
benda-benda yang telah dicetak gugur karena kadaluwarsa atau
atau diterbitkan itu telah mereka karena lampau waktu.
cantumkan nama serta alamat
orang yang telah menyuruh Sedangkan dasar-dasar yang meniadakan
mencetak benda-benda tersebut, penuntutan di luar KUHP diatur dalam Pasal 14
atau pada kesempatan pertama UUD 1945 yang berbunyi: Presiden memberi
setelah ditegur kemudian telah grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.
memberitahukan nama dan alamat Keempatnya merupakan hak prerogatif (hak
orang tersebut. utama) presiden sebagai kepala negara. Dari
c. Bab VII, yaitu dalam Pasal 72 KUHP keempat bangunan hukum yang menjadi
dan selanjutnya yang menentukan wewenang presiden tersebut yang meniadakan
bahwa tidak dapat dilakukan suatu penuntutan adalah:
penuntutan apabila tidak ada suatu - amnesti;
pengaduan. - abolisi.14
d. Bab VIII, yaitu: Keduanya diberikan oleh presiden berkaitan
1. dalam Pasal 82 KUHP yang erat dengan tindak pidana politik atau tindak
mengatur batalnya hak untuk pidana yang beraspek politik. Wewenang
melakukan penuntutan karena tersebut diberikan setelah presiden mendapat
adanya suatu afdoening buiten nasihat tertulis dari Mahkamah Agung atas
proces atau adanya suatu permintaan Menteri Kehakiman. Sedangkan
penyelesaian tidak melalui cara pemberian amnesti dan abolisi dengan
proses peradilan, yakni dengan
cara membayar jumlah denda 14
Lihat Penjelasan Penuntutan Di luar KUHP yang
meniadakan penuntutan yang dijabarkan dalam Pasal 14
13
Ibid, hal. 108 UUD 1945

129
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

jalan: - turunan surat ketetapan itu wajib


1. diberikan dengan undang-undang; atau disampaikan kepada tersangka atau
2. berdasarkan undang-undang. penasihat hukum, pejabat rumah tahanan
Diberikan dengan undang-undang berarti negara, penyidik dan hakim;
pemberian amnesti dan abolisi tersebut harus - apabila kemudian ternyata ada alasan baru,
melalui persetujuan antara Presiden penuntut umum dapat melakukan
(pemerintah) dan DPR, dan apabila berdasarkan penuntutan terhadap tersangka. 15
undang-undang, maka pelaksanaannya tidak
perlu dengan persetujuan DPR lagi, tetapi Menurut ketentuan TPP-KUHAP lampiran 1,
cukup dengan Keppres atau Perpres. Contoh turunan surat ketetapan harus dikirimkan juga
amnesti dan abolisi adalah: kepada saksi pelapor atau korban agar mereka
- UU Darurat Nomor 11 Tahun 1954 LN RI bisa menghindarinya dari kemungkinan
Nomor 146 Tahun 1954. diajukannya ke praperadilan. Ketentuan
- Perpres Nomor 13 Tahun 1961 LN RI Nomor tersebut menurut pendapat penulis kurang
265 Tahun 1961. tepat mengingat pengajuan praperadilan
- Keppres Nomor 449 Tahun 1961 LN RI merupakan hak seseorang asalkan memenuhi
Nomor 272 Tahun 1961. ketentuan Pasal 80 KUHAP.
Perbedaan amnesti dan abolisi adalah: Asas oportunitas tercantum di dalam Pasal
Amnesti: dengan pemberian amnesti maka 35 huruf c Undang-Undang No. 16 Tahun 2004
semua akibat hukum pidana terhadap orang- tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
orang yang tersangkut dalam tindak pidana Ketentuan tersebut sebenarnya tidak
yang dimaksud dihapus sehingga: menjelaskan arti asas oportunitas, hanya
a. segala tuntutan yang sedang dikatakan bahwa: “Jaksa Agung mempunyai
dilakukan diberhentikan; tugas dan wewenang menyampingkan perkara
b. terhadap orang-orang yang belum demi “kepentingan umum”. Apa artinya
dituntut tidak diadakan penun- “kepentingan umum” dijelaskan dalam buku
tutan; pedoman pelaksanaan KUHAP, yang dimaksud
c. semua orang yang sudah dijatuhi dengan kepentingan umum adalah sebagai
pidana harus dibebaskan; berikut:”....dengan demikian, kriteria demi
d. segala keputusan hakim tentang kepentingan umum dalam penerapan asas
tindak pidana tersebut dianggap oportunitas di negara kita adalah didasarkan
tidak berlaku. untuk kepentingan negara, dan masyarakat dan
Namun demikian terhadap orang-orang bukan untuk kepentingan masyarakat”.
yang sedang ditahan dalam rangka penyidikan Sedangkan dalam penjelasan Pasal 35 huruf
atau sudah menjalani pidana, tidak dapat minta c Undang-Undang No. 16 Tahaun 2004 tentang
ganti rugi bahkan pemberian amnesti tidak Kejaksaan Republik Indonesia, yaitu:
menghapuskan putusan hakim yang merampas “Yang dimaksud dengan “kepentingan
barang-barang tertentu. umum” adalah kepentingan bangsa dan
Abolisi: dengan pemberian abolisi, maka pe- negara dan/atau kepentingan masyarakat
nuntutan terhadap orang-orang yang luas. Mengesampingkan perkara
tersangkut dalam tindak pidana yang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini
dimaksud ditiadakan. merupakan pelaksanaan asas oportunitas
b. Prosedur di dalam Melakukan Penghentian yang hanya dapat dilakukan oleh Jaksa
Penuntutan. Agung, setelah memperhatikan saran dan
Prosedur penghentian penuntutan diatur pendapat dari badan-badan kekuasaan
dalam Pasal 140 ayat (2) huruf b, c dan d negara yang mempunyai hubungan dengan
KUHAP dan penghentian penuntutan masalah tersebut”.
dituangkan dalam surat ketetapan. Selanjutnya Hal ini berarti kewenangan
harus ditempuh prosedur sebagai berikut:
- isi surat ketetapan tersebut harus 15
Lihat Penjelasan Pasal 140 ayat (2) huruf b,c dan d.
diberitahukan kepada tersangka dan bila
KUHAP, mengenai prosedur melakukan penghentian
ditahan harus dibebaskan; penuntutan

130
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

mengesampingkan perkara hanya ada pada perkara tersebut yaitu dalam bentuk
Jaksa Agung dan bukan pada jaksa di bawah putusan bebas(Vrijpraak) atau putusan lepas
Jaksa Agung (vide Penjelasan Pasal 77 dari segala Tuntutan Hukum(onslag van
KUHAP).16 rechtvervolging). Jadi apabila perkara
Dengan Penjelasan Pasal 35 huruf c Undang- tersebut diteruskan dikemudian hari dan
Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan ternyata terdapat bukti baru, bukti yang
Republik Indonesia sebagaimana tersebut sangat beralasan untuk dapat diproses
diatas, semakin tidak jelas pelaksanaan asas kembali dan dilimpahkan ke sidang
oportunitas tersebut.17 Dengan adanya frase” pengadilan
Setelah memperhatikan saran dan pendapat
dari badan-badan kekuasaan negara yang B. Saran
mempunyai hubungan dengan masalah 1. Diharapkan agar supaya jaksa dalam
tersebut”. Hal ini menjadi semakin kabur melaksanakan tugas sebagai penutut
pengertiannya. Menjadi kabur karena badan- umum sangat selektif dalam hal
badan kekuasaan negara yang mempunyai pelimpahan berkas perkara ke
hubungan dengan masalah tersebut tidak jelas. pengadilan. Jaksa penutut umum
Hal ini berarti wewenang oportunitas dibatasi janganlah mengulur-ulur waktu
secara remang-remang sehingga tidak ada mungkin karena kepentingan politik
kepastian hukum dalam penerapannya. ataukah kepentingan lainnya. Supaya
Demikianlah sehingga dalam prakteknya segera mungkin menutup perkara demi
menjadi sama dengan penerapan asas legalitas hukum dan membuat surat ketetapan
yang menjadi lawan arti asas oportunitas. penghentian penuntutan(SKPP).
2. Diharapkan bahwa mengeyampingkan
PENUTUP perkara demi hukum haruslah sangat
A. Kesimpulan selektif karena bisa muncul
1. Wewenang Jaksa sebagai penuntut umum kepentingan umum bisa saja menjadi
yaitu meneliti berkas perkara apakah berkas suatu alasan dan bisa menimbulkan
perkara tersangka dapat dilimpahkan permasalahan baru.
sampai kepada pemeriksaan di sidang
pegadilan ataukah tidak, atas dasar alasan DAFTAR PUSTAKA
yang benar-benar penting menurut hukum, Abidin A. Zainal, Bunga Rampai Hukum Pidana,
guna kepentingan pemeriksaan atas Pradnya Paramita, Jakarta, 1983.
penuntutan. Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan
2. Alasan penghetian penuntutan seperti yang Hukum Pidana, Citra Aditya, Bandung, 1996.
disebutkan dalam Pasal 140 ayat (2) huruf a Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia,
KUHAP,alasan penghetian penuntutan Ghalia Indonesia, Bandung, 1984.
adalah: karena tidak cukup bukti, peristiwa Harahap Yahya, Pembahasan Permasalahan
tersebut ternyata bukan merupakan tindak dan Penerapan KUHAp Penyidikan dan
pidana, perkara ditutup demi hukum. Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Namun demikian alasan tersebut bisa Kuffal, HMA, Penerapan KUHAP dalam Praktek
digunakan untuk tidak jadi menuntut oleh Hukum, UMM, Malang, 2004
penuntut umum seperti yang ditentukan Lamintang PAF, KUHAP dengan Pembahasan
dalam pasal 46 ayat (1) huruf b KUHAP. Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan
Berarti perkara tersebut belum sampai Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Sinar
dilimpahkan ke pengadilan. Jadi apabila Baru, Bandung, 1984.
berkas perkara dipaksakan untuk Mulyadi Lilik, Hukum Acara Pidana Suatu
dilimpahkan ke sidang pengadilan, sudah Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan,
barang tentu hakim akan memutuskan Eksepsi dan Putusan Pengadilan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2002.
16
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Prakoso Djoko, Eksistensi Jaksa Ditengah-
Grafika, Jakarta, 2008, hal. 20
17 Tengah Masyarakat, Ghalia Indonesia,
Lihat Penjelasan Pasal 35 huruf C, Undang-Undang No.
16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI Jakarta, 1985.

131
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Prodjodikoro R. Wirjono, Asas-Asas Hukum


Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Bandung, 1984.
Prodjohamidjojo Martiman, Komentar Atas
KUHAP, Pradnya Paramita, Jakarta, 1974.
Sembiring Sentosa, Himpunan Lengkap
Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Badan Peradilan dan Penegakan Hukum,
Nuansa Aulia, Bandung, 2006.
Simanjuntak Osman, Teknik Penuntutan dan
Upaya Hukum, Gramedia, Jakarta, 1995.
Soedjono, D, Pemeriksaaan Pendahuluan
Menurut KUHAP, Alumni, Bandung, 1982.
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian
Hukum, UI Press, Jakarta, 1982.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985.
Soesilo R, Hukum Acara Pidana (Prosedur
Penyelesaian Perkara Pidana) Bagi
Penegakan Hukum, Politeia, Bogor, 1974.
Subekti R, Dasar-Dasar dan Keadilan,
Soesoengan, Jakarta, 1955.
Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1971.
Tahir Hadari Djenawi, Pokok-Pokok Pikiran
Dalam Hukum Acara Pidana, Alumni,
Bandung, 1981.
Tanusubroto, S, Peranan Pra-peradilan dalam
Hukum Acara, Alumni, Bandung, 1983.
Utrecht, E, Hukum Pidana I, UI Press, Jakarta,
1960.

Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU
No. 8 Tahun 1981)
Kitab Undang-Undang No. 16 Tahun 2004,
tentang Kejaksaan RI

132

Anda mungkin juga menyukai