Toaz - Info Analisis Bahan Tambahan Pangan Pada Mie Instan PR
Toaz - Info Analisis Bahan Tambahan Pangan Pada Mie Instan PR
DISUSUN OLEH
NAMA :
NIM :
KELAS :
Mie instan yang cukup populer dikalangan masyarakat Indonesia. Mie instan
paling banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat karena cara penyajiannya
yang cukup praktis yakni cukup dengan menyeduhnya dengan air panas dan mi
siap dihidangkan. Proses pengeringan mie instan dapat dilakukan dengan duas
cara yakni penggorengan dan pengeringan dengan menggunakan dengan udara
panas. Bahan baku utama pembuatan mi adalah tepung terigu, tepung tapioka
dan air. Sedangkan untuk bumbu tambahan mie terdiri dari garam, gula,
monosodium glutamat (MSG), minyak bumbu, bawang goreng , kecap, dan saos
sambal pasta.
Menurut Suyati (2008), secara garis besar proses pengolahan mie instan
terdiri dari enam tahap yakni pencampuran dan pengadukan, pemotongan
lembaran mie, perebusan, pendinginan dan pencucian, dan pengemasan. Tujuan
dari pencampuran dan pengadukan adalah untuk mencampurkan air dan bahan
baku lainnya sehingga terbantuk campuran yang homogen. Selain itu juga
berfungsi untuk membentuk gluten dan membentuk warna mi. Untuk proses
pemotongan dapat dilakukan dengan dua cara yakni pemotongan kecil dan
pemotongan besar. Cara untuk melakukan proses pemotongan adalah dengan
memesukkan lembaran mi kedalam alat pemotong dan dan alat putar sampai
lembaran mie terpotong habis. Setelah itu potongan mie ditaburi dengan tepung
tapioka untuk kemudian dimasak atau disimpan. Setelah itu dilakukan perebusan
dengan cara memasukkan potongan – potongan mie kedalam air mendidih
dengan api besar. Perebusan dilakukan selama 2 menit sambil diaduk. Setelah
selesai langkah berikutnya adalah dilakukan pencucian. Tujuannya adalah untuk
mencegah mie lewat masak, menghilangkan tapioka yang melekat pada
permukaan mie, dan mencegah agar mie tidak lengket satu sama lain. Langkah
terakhir adalah pengemasan. Tujuan dilakukannya pengemasan yakni untuk
mencegah produk dari kerusakan. Selain itu kemasan juga berfungsi untuk
memberikan informasi produk, cara penggunaan, dan komposisi produk pada
konsumen.
Komposisi mi instan terdiri dari tepung terigu, minyak sayur, garam,
pengental nabati, pengatur keasaman, pewarna tartrazin Cl 19140, dan zat besi.
Sementara kompoisi bumbun penyedap mi terdiri dari minyak sayur, bawang
merah, kecap manis, gula, air, garam kedelai, dan pengawet natrium benzoat.
Sedangkan faktor yang membatasi umur simpan produk mie instan lebih
dipengaruhi oleh cemaran mikroba. Umumnya mikroba yang sering mencemari
produk mie instan berupa bakteri dan kapang karena bahan baku mie instan
sendiri berasal dari tepun terigu yang mengandung pati dan lemak yang tinggi.
Menurut Christensen (1974) dalam Azriani (2006). Beberapa mikroba golongan
bakteri yang sering mencemari produk mie instan umumnya berasal dari
golongan Pseudomonas, Micrococcus, Lactobacillus, serta Acromobacterium.
Sedangkan untuk golongan kapang umunya berasal dari golongan Aspergillus,
Mucor, Fusarium, dan Peniccilium. Umumnya cemaran mikroba terjadi pada
produk mie instan basah. Gejala yang timbul akibat adanya cemaran mikroba
tersebut adalah berubahnya warna dan aroma. Biasanya mie yang tercemar
mikroba aromanya akan menjadi asam. Selain itu jika kontaminasi mikroba sudah
semakin parah, maka akan timbul lendir pada permukaan mie.Adakalanya
terdapat beberapa produk mie instan yang tercemar mikroba akan muncul
bercak- bercak kuning kemerahan pada permukaan mie (Azriani, 2006).
3. Kebutuhan Bahan Tambahan Pangan
Untuk mencegah kerusakan produk mie instan berupa reaksi oksidasi yang
menimbulkan ketengikan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kontaminasi
mikroorganisme, maka dibutuhkan suatu bahan tambahan pangan (BTP). Untuk
mecegah ketengikan pada memproduk mie instan adalah dengan cara merendam
bahan baku pembuatan tepung yang akan dijadikan mie instan. Misalkan pada
pembuatan mie instan dari ubi jalar merah. Pada pembuatan mie dari tepung ubi
jalar merah, setelah ubi jalar dipotong menjadi chips,kemudian dilakukan
perendaman dengan larutan natrium metabisulfit 200 ppm selama 1 jam dalam suhu
ruang. Selain dapat mencegah ketengikan larutan natrium metabisulfit juga dapat
mengontrol pertumbuhan mikroorganisme kontaminan yang dapat mencemari
produk (Diniyati, 2012).Selain itu, untuk mencegah pertumbuhan jamur / kapang
dan bakteri pada produk bisa ditambahkan natrium benzoat (Praja, 2015).Selain
kedua cara diatas, untuk mencegah ketengikan dan kontaminasi mikroorganisme
dapat juga ditambahkan senyawa Metil p- Hydroxybenzoate atau yang biasa disebut
dengan nipagin (Praja, 2015).
Diniyati, Bintang. 2012. Kadar Beta Karoten, Protein, Tingkat Kekerasan, dan Mutu
Organoleptik Mie Instan dengan Substitusi tepung Ubi Jalar Merah (Lpomea
batatas) dan Kacang Hijau (Vigna radiata) (Artikel penelitian). Semarang:
Universitas Diponegoro Semarang.
Nastiti, Maita Atmi ; Hendrawan, Yusuf ; & Yulianingsih, Rini. 2014. Pengaruh
Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan Suhu Pengeringan Terhadap
Karakteristik Tepung Ampas Tahu. Jurnal Biopres Komodita Tropis, 2 (2):
104.
Pahrudin. 2006. Aplikasi Bahan Pengawet Untuk Memperpanjang Umur Simpan Mie
Basah Matang. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Praja, Deny Indra. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya . Yogyakarta:
Garudhawaca.
Siaka, I.M. 2009. Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat Yang Beredar
Di Wilayah Kota Denpasar. Jurnal Kimia 3 (2) Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran: 87-92.
Siswanti, Nana Diah ; Juni SU ; dan Junaini. 2013. Pemanfaatan Antioksidan Alami
Flavonol Untuk Mencegah Proses Ketengikan Minyak Kelapa . Surabaya:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Sugih, Asaf kleoplas dan Muljana, Henky. 2013. Pengujian dan peningkatan masa
Simpan Produk Mie Instan Berbasis Hanjeli (Laporan penelitian). Bandung:
Universitas Katolik Parahyangan.
Taufiqurrohman. 2016. 3 Bahan Kimia Berbahaya Bagi Tubuh. Jakarta: Pusat ilmu.