Anda di halaman 1dari 2

Ma'rifat Kepada Allah Dengan Pikiran

Mengenal Allah yang biasa disebut dengan ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah
berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui dzat Allah tetapi mengenal-Nya lewat
tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya).Mengenal Allah merupakan tahapan penting perjalanan diri
manusia.

Ma’rifat bagian dari disiplin ilmu tasawuf yang memberikan urgensi yang penting dalam kehidupan
manusia dalam mengenal Sang Pencipta melalui sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis atau
sunnah Nabi yang diinternalisasikan di dalam kehidupan Rasulullah saw. Ma’rifatmenurut subtansi al-
Qur’an, memiliki maksud sebagai pengenalan yang baik serta mendalam berlandaskan pengetahuan
yang menyeluruh, serta mendalam dan rinci sehingga membuahkan kesadaran spritual dalam diri
manusia untuk senantiasa melakukan amal yang baik dan Ma’rifatpun sebagai media untuk
mendekatkan diri hubungan yang sangat dekat dan baik kepada Allah. Dari makrifat kepada Allah itulah
bercabang makrifat kepada para nabi dan rasul serta hal-hal yang berhubungan dengannya, mengenai
kemaksuman, tugas-tugas dan sifat-sifatnya serta hajat umat manusia terhadap diutusnya para nabi,
juga yang dimasukkan sebagai persoalan yang erat hubungannya dengan para nabi dan rasul seperti
masalah mukjizat, kewalian, kekeramatan dan kitab-kitab suci yang diturunkan dari langit. Bahkan dari
makrifat kepada Allah Taala itu juga bercabang makrifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini,
seperti malaikat jin dan ruh. Juga dari makrifat kepada Allah itu pulalah timbul makrifat perihal apa yang
akan terjadi setelah kehidupan di dunia ini berakhir, juga mengenai kehidupan di alam barzakh,
kehidupan di alam akhirat yang berupa kebangkitan kembali dari kubur, hisab (perhitungan amal),
pahala, siksa, surga dan neraka.

Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Dengan
ma'rifatullah manusia bisa mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya. 1Dari beberapa pemikiran
tokoh Islam banyak sekali memaparkan tentang konsep ma’rifatullah, seperti menurut al-Ghazali bahwa
seseorang tidak akan mampu menggapai derajat ma’rifatullah sebelum iasadar serta mengenal dirinya
sendiri. Oleh karena itu, manusia dapat mencapai derajat ma’rifatullah tergantung pada kemampuannya
kesadaran dalam mengenal diri sendiri. Ma’rifat merupakan pengetahuan yang objeknya bukan hal-hal
yang bersifat eksoteris (zahiri), tetapi lebih mendalam terhadap penekanan aspek esoteris (batiniyyah)
dengan memahami rahasia-Nya. Maka pemahaman ini berwujud penghayatan atau pengalaman
kejiwaan.

Untuk bermakrifat kepada Allah swt. Cara yang bisa kita lakukan yaitu dengan menggunakan akal pikiran
dan memeriksa secara teliti ciptaan Allah Taala yang berupa benda-benda yang beraneka ragam ini. 2
Akal sehat manusia jika digunakan untuk memikirkan dan merenungkan apa yamg ada di sekelilingnya
dari ciptaan Allah dapat menjadikan pemiliknya sampai pada ma'rifatullah yang sempurna. Alqur-an
menjelaskan dalam berbagai ayatnya pengaruh perenungan makhluk terhadap pengenalan kepada sang
khaliq. Setiap anggota tentu ada tugasnya, tugas akal ialah merenung, memeriksa, memikirkan dan

1
https://mahadibnuauf.com/marifatullah-mengenal-allah

2
https://sites.google.com/site/sinhucenter/blog/makrifat-kepada-allah
mengamati. Jika kekuatan semacam ini menganggur maka hilang pulalah pekerjaan akal, juga
menganggurlah tugasnya yang terpenting dan ini pasti akan diikuti oleh terhentinya kegiatan hidup. Jika
ini sudah terjadi, akan menyebabkan pula adanya kebekuan, kematian dan kerusakan akal itu sendiri.
Agama Islam menghendaki agar akal bergerak dan melepaskan kekangannya segera bangun dari tidur
nyenyaknya kemudian mengajak untuk mengadakan perenungan dan pemikiran. Pekerjaan yang
sedemikian ini termasuk inti peribadatan kepada Tuhan. Allah Taala berfirman,

ُ ‫ض‌ؕ َو َما تُ ۡغنِى ااۡل ٰ ٰي‬


َ‫ت َوالنُّ ُذ ُر ع َۡن قَ ۡو ٍم اَّل ي ُۡؤ ِمنُ ۡون‬ ‫قُ ِل ا ْنظُر ُۡوا َما َذا فِى السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬
ِ ‫ت َوا َ ۡر‬
“Katakanlah! ‘Perhatikanlah olehmu semua apa-apa yang ada di langit dan bumi." (Q.S.

Barangsiapa yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka menggunakannya untuk sesuatu yang
semestinya dikerjakan oleh akal, melalaikan ayat-ayat dan bukti-bukti tentang wujud dan kekuasaan
Allah Taala, maka orang semacam itulah yang patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan. Malah Allah
Taala sendiri telah mencela sekali orang semacam itu dengan firman-Nya,

ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬


ِ ‫ض يَ ُمرُّ ونَ َعلَ ْيهَا َوهُ ْم َع ْنهَا ُمع‬
َ‫ْرضُون‬ ِ ‫َوكَأَيِّن ِّم ْن َءايَ ٍة فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

“Alangkah banyaknya ayat (tanda kekuasaan Tuhan) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi
mereka itu semua membelakanginya saja (tidak memperhatikannya).” (Q.S. Yusuf:105)

Anda mungkin juga menyukai