Human Library

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Fadilla Izzah P.

1D IPI

Human Library

(perpustakaan dimana buku adalah manusia dan bacaan adalah dialog)

Di negara-negara seperti Denmark, Norwegia, India, dan Amerika terdapat


perpustakaan manusia (human library). Koleksi utama perpustakaan ini bukanlah
buku melainkan manusia dengan berbagai ilmu dan keahlian. Pengunjung bisa
datang kesana untuk mengobrol, berbagi ilmu, dan berbagi pengalaman langsung
dari seseorang. Di perpustakan ini tidak diminta untuk menciptakan keheningan,
sebagai gantinya, ajukan pertanyaan dan dengarkan seseorang menceritakan kisah
mereka, hal ini akan membuat pemustaka (pengguna) dan koleksi perpustakannya
(narasumber) dapat terhubung secara emosional. Human library merupakan
metode inovatif yang khusus didesain untuk mengajak ''berdialog'', melenyapkan
''prasangka'', dan menggalakkan kesadaran serta pengertian.

Lalu apakah human library ini termasuk perpustakaan, walaupun


koleksinya bukanlah buku?

Tentu saja, karena bahan pustaka itu berupa grafis dan non-grafis. Semua
rekaman dalam bentuk digital, cetak, dan non-cetak. Disisi lain, Human library
hadir karena melihat manusia dan ilmu pengetahuan selalu berkembang dan
berproses, sehingga bersifat dinamis seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi.
Dan saat ini, bahkan pengalaman manusia itu sendiri dapat dijadikan sebagai
sumber informasi. Oleh karena itu pergeseran paradigma tentang perpustakaan
juga dibutuhkan demi meningkatkan kepuasan pengguna.

Perpustakaan merupakan media untuk mencari tahu segalanya. Karena


dalam perpustakaan terdapat buku-buku yang menyembunyikan ilmu dan
informasi. Perpustakaan manusia ini akan membawa pemustaka kepada suatu
pengalaman untuk mencari tahu dengan “proses dan waktu” untuk menemukan
apa yang mereka ingin tahu.
Human library biasanya, menampilkan orang yang mendapat stigma,
diskriminasi atau prejudice (prasangka) untuk bisa berkomunikasi langsung
dengan orang atau masyarakat yang mencari tahu informasi langsung kepada
korban, dimana informasi tersebut tidak bisa didapat dari buku atau media lain.

Karena manusia itu sendiri menjadi buku, maka bagi orang yang ingin
menggunakan human library hanya datang ketempat dimana human library
terdapat, lalu bertemu dengan buku itu sendiri (narasumber) kemudian melakukan
wawancara atau dialog terkait informasi yang ingin dicari.

Human library merupakan wahana yang bagus untuk menantang


pandangan kita yang dapat menimbulkan persepsi negatif dengan menstigma atau
mendiskriminasi orang karena prilaku atau perlakukan mereka dimasa lalu untuk
belajar mengetahui mengapa prasangka timbul atasnya. Human library ini sudah
ada hampir di 60 negara dan sangat membantu mengubah pandangan seseorang
untuk lebih toleran dan menghapus prejudice bagi korban social punishment.

Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/nety_tarigan/5a9654c9bde5752d050a3c15/belajar-
mengubah-prajudis-dengan-human-library

https://www.indozone.id/life/V6sJ3ja/perpustakaan-manusia-bermula-dari-
sebuah-gerakan-sosial

https://www.voaindonesia.com/a/proyek-perpustakaan-manusia/5204452.html

https://www.voaindonesia.com/a/meminjam-manusia-sebagai-buku-hidup-di-
perpustakaan-laporan-voa-31-agustus-2015/2938979.html

Anda mungkin juga menyukai