Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

PERANCANGAN DAN KINERJA STRUKTUR DENGAN METODE SRPMK


(Studi Kasus: Gedung IRD Payangan Hospital)
I Wayan Gunawan1, Gede Pringgana2, dan Putu Deskarta2
1 Alumni Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar
2 Dosen Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar
e-mail: gunawan17.068@gmail.com
Abstrak: Gedung IRD Payangan Hospital dirancang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK), dimana desain struktur menggunakan material beton bertulang dan baja. Desain dan analisis
struktur menggunakan software ETABS v18.1.1 dan SPColumn. Perancangan struktur hanya pada
struktur primer bagian atas meliputi pelat, balok, dan kolom. Pembebanan pada struktur meliputi beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa. Berdasarkan hasil analisis sesuai dengan SNI
1726:2019, diketahui 12 ragam getar (mode) telah menghasilkan lebih dari 90% dari massa aktual pada
sumbu X dan Y, rasio gaya geser antara respons spektrum dengan statik ekivalen telah memenuhi syarat
100%, simpangan antar tingkat telah kurang dari simpangan izin, efek P-delta pada struktur tidak
diperhitungkan dalam analisis, dan struktur dinyatakan mengalami ketidakberaturan horizontal dan
ketidakberaturan vertikal sehingga telah dirancang untuk memenuhi syarat pasal referensi pada SNI
1726:2019. Perencanaan elemen struktur beton bertulang telah memenuhi persyaratan lentur, geser, dan
persyaratan pendetailan struktur SRPMK. Elemen struktur baja memiliki stress ratio < 1,0 sehingga
telah memenuhi persyaratan SNI 1729:2015. Berdasarkan distribusi sendi plastis pada analisis pushover,
diketahui untuk mencapai tingkat kinerja operational level, struktur dapat menerima gaya geser lebih
besar dari hasil analisis respons spektrum.
Kata Kunci: struktur beton bertulang, sistem rangka pemikul momen khusus, analisis pushover.

STRUCTURE DESIGN AND PERFORMANCE WITH SPECIAL MOMENT FRAME SYSTEM


(Case Study: Emergency Tower of Payangan Hospital)
Abstract: The Emergency Tower of Payangan Hospital was designed using special moment frame
system (SRPMK), where the structure used reinforced concrete and steel materials. Structural design
and analysis using ETABS v18.1.1 and SPColumn software. Structure designed only on the upper
primary structure include plate, beam, and column. Loads on the structure include dead load, live load,
wind load, and earthquake load. Based on the results of the analysis in accordance with Indonesian
Standard (SNI 1726:2019), it is known that 12 modes of vibration have produced more than 90% of the
actual mass in each horizontal direction, the base shear between the response spectrum and the static
equivalent has met the requirements of 100%, the story drift is less than the allowable drift, the effect of
P-delta on the structure can be ignored, and the structure is declared to have horizontal and vertical
irregularities so that it has been designed to qualify the reference in SNI 1726:2019. The design of
reinforced concrete structural element has met the requirements for bending, shearing, and structural
detailing requirements of the SRPMK. Steel structural elements have a stress ratio of < 1.0 so that they
have met the requirements for double and single symmetrical structural components to withstand
bending and axial forces in SNI 1729:2015. Based on the distribution of plastic hinges in the pushover
analysis, it is known that to achieve the operational level performance level, the structure can receive a
shear force greater than the planned shear force from the response spectrum analysis.
Keywords: reinforced concrete structure, special moment frame system, pushover analysis.

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  1
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

PENDAHULUAN Analisis Beban Gempa


Indonesia termasuk daerah kegempaan Berdasarkan SNI 1726:2019 terdapat tiga
aktif dimana tercatat 71.628 kejadian gempa jenis dalam metode beban gempa, yaitu analisis
bumi selama kurun waktu 11 tahun pengamatan statik ekuivalen, analisis dinamik respons
(2009-2019). Berdasarkan 34 wilayah provinsi spektrum, dan analisis dinamik riwayat waktu.
di Indonesia dan dihitung statistik frekuensinya, Hal yang mempengaruhi pemilihan metode
maka wilayah Indonesia memiliki rata-rata analisis adalah KDS dan ketidakberaturan
aktivitas gempa tektonik sebanyak 6.512 struktur. Ketidakberaturan cenderung
kejadian per tahunnya, 543 kejadian per menggunakan analisis dinamik. Analisis statik
bulannya dan 18 kejadian gempa per harinya ekuivalen adalah analisis struktur dimana
(Sabtaji, 2020). Sebagai contoh, pada Januari pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai
2021 telah terjadi gempabumi dengan beban statik horizontal yang diperoleh dengan
magnitudo 6,2 SR yang menghancurkan Rumah hanya memperhitungkan respon ragam getar
Sakit Mitra Manakarrah dan Rumah Sakit yang pertama, sedangkan analisis dinamik
Umum Daerah (RSUD) Mamuju, Sulawesi respons spektrum merupakan metode analisis
Barat. dimana kontribusi dari setiap getaran ragam
Rumah sakit merupakan bangunan vital natural dari suatu struktur diukur untuk
dikarenakan korban akibat gempa akan dirawat mengindikasikan respon maksimum dari suatu
di rumah sakit. Struktur bangunan rumah sakit struktur dalam mengalami beban seismik.
harus tetap beroperasi setelah gempa dengan
jumlah pasien yang meningkat. Dengan Ketidakberaturan Bangunan
demikian bangunan rumah sakit tidak boleh Layout struktur sederhana dan simetri
rusak atau harus tetap dalam kondisi diketahui mempunyai perilaku yang baik akibat
operational level untuk melayani pasien yang beban gempa, tetapi pada kenyataannya masih
datang (Satyarno, 2010). banyak bangunan dengan ketidakberaturan. Hal
Peraturan perencanaan struktur tahan ini terjadi karena beberapa alasan, misalnya
gempa belum sepenuhnya diterapkan pada karena alasan posisi site, alasan arsitektural,
pelaksanaan struktur gedung di Indonesia, ataupun karena alasan hal ini belum dipahami.
khususnya pada struktur struktur gedung beton Struktur diklasifikasikan beraturan atau tidak
bertulang (Imran and Hendrik, 2010). beraturan berdasarkan konfigurasi horizontal
dan vertikal dari struktur sesuai dengan SNI
DASAR TEORI 1726:2019 pasal 7.3.2.
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) Analisis Non-Linier Pushover
Berdasarkan ketentuan SNI 2847:2019, Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa
sistem struktur beton pemikul gaya seismik analisis linear tidak dapat mengetahui perilaku
yang berlaku untuk KDS D, E atau F adalah struktur terhadap gempa besar. Hal ini karena
SRPMK. SRPMK merupakan suatu sistem terjadi plastifikasi di berberapa tempat,
rangka yang memenuhi ketentuan-ketentuan sehingga struktur menjadi berperilaku non-
pendetailan pada 18.2.3 hingga 18.2.8 dan 18.6 linear. Analisis statik non-linier pushover
hingga 18.8 SNI 2847:2019. Berdasarkan SNI merupakan metode performance-based design
1726:2019, SRPMK memiliki nilai koefisien yang bertujuan untuk mencari kapasitas suatu
modifikasi respons (R) sebesar 8. Dalam struktur. Analisis dilakukan dengan
perencangan struktur dengan SRPMK harus memberikan beban dorong yang nilainya
diperhatikan prinsip sebagai berikut: ditingkatkan secara bertahap, sampai mencapai
− Aman dari kegagalan geser pada balok, target displacement atau mencapai mekanisme
kolom dan joint. diambang keruntuhan.
− Terjadi perilaku daktail dengan
pendetailan struktur. Standar Kinerja Struktur
− Pada tiap tingkat terjadi perilaku strong- Evaluasi kinerja struktur bangunan
column/weak-beam (SCWB). dilakukan untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan akibat gempa bumi. Performance-
based design menurut Applied Technologi
Council-40 (ATC-40) digunakan level kinerja

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  2
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

bangunan sebagai dasar perancangan, Pemodelan dan Pembebanan Struktur


diantaranya meliputi operational level, Sistem struktur dimodelkan sebagai portal
immediate occupancy, damage control, life terbuka. Berdasarkan pasal 6.6.3.1 SNI
safety, dan collapse prevention. 2847:2019, untuk memperhitungkan pengaruh
keretakan beton ketika terjadi gempa, maka
Simpangan Antar Tingkat momen inersia penampang struktur beton
Pengecekan simpangan antar tingkat bertulang direduksi, dimana kolom sebesar
mengacu pada pasal 7.12.1 dan Tabel 20 SNI 70%Ig, balok 35%Ig, dan slab datar 25%Ig.
1726:2019, dimana simpangan antar tingkat
dapat dihitung dengan persamaan:
(𝛿(𝑥+1) −𝛿𝑥 ) 0,015 ℎ𝑠𝑥
∆𝑖 = 𝐶𝑑 < ∆𝑎 = (1)
𝐼𝑒 𝜌
Dimana: 𝛿𝑥 adalah simpangan di tingkat ke - x,
Ie adalah faktor keutamaan gempa, 𝐶𝑑 adalah
faktor pembesaran defleksi, ℎ𝑠𝑥 adalah tinggi
tingkat dibawah tingkat ke - x, dan 𝜌 adalah
faktor redundansi.

Sendi Plastis
Sendi plastis merupakan bentuk
ketidakmampuan struktur dalam menahan
gaya-gaya dalam yang terjadi. Pemodelan sendi Gambar 1 Model 3-D struktur
plastis adalah rigid dan tidak memiliki efek Pembebanan mengacu pada SNI
pada perilaku linear. Sendi plastis didefinisikan 1727:2020, diantaranya meliputi beban mati,
terletak pada masing-masing ujung elemen beban hidup, beban angin dan beban gempa.
balok dan kolom. Tahapan terbentuknya sendi 1. Beban Mati
plastis menunjukan pola keruntuhan struktur. Berat sendiri struktur dihitung otomatis
Untuk mencapai perilaku strong column-weak oleh ETABS, beban mati tambahan pada pelat
beam, maka diharapkan terjadi mekanisme lantai 1-4 sebesar 1,45 kN/m2 dan beban mati
keruntuhan pada balok, dimana dimana sendi pelat atap sebesar 1,32 kN/m2.
plastis pertama terbentuk pada balok, baru 2. Beban Hidup
kemudian diikuti dengan keruntuhan pada Untuk rumah sakit, beban hidup pada
kolom. ruang operasi, laboraturium, dan klinik sebesar
2,87 kN/m2, koridor sebesar 3,83 kN/m2, ruang
METODE PERANCANGAN pasien sebesar 1,92 kN/m2, ruang pertemuan
Data Perencanaan dan Penetapan Dimensi sebesar 4,79 kN/m2, ruang kantor sebesar 2,4
Perancangan diawali dengan pengumpulan kN/m2, dan beban ruang CT scan diambil 16
data proyek gedung IRD Payangan Hospital, kN/m2.
meliputi gambar arsitektur, gambar struktur, 3. Beban Gempa
dan spesifikasi material untuk kemudian Beban gempa statik terhitung secara
didefinisikan pada program ETABS. otomatis menggunakan auto lateral load pada
Perancangan struktur menggunakan material program ETABS. Parameter beban gempa telah
beton bertulang dan baja, dimana kuat tekan didefinisikan berdasarkan sifat tanah di daerah
beton (f’c) sebesar 25 MPa, mutu baja tulangan Payangan-Gianyar, dengan kelas situs tanah
ulir (fy) sebesar 400 MPa, mutu baja tulangan diasumsikan batuan (SB). Analisis gempa
polos (fys) sebesar 240 MPa, dan material baja dinamik menggunakan Rensponse Spectrum.
profil BJ37 dengan tegangan ultimit (fu) sebesar 4. Beban Angin
370 MPa. Dimensi struktur didefinisikan sesuai Berdasarkan data BMKG prakiraan
dengan eksisting data proyek, kemudian kecepatan angin dasar di Payangan adalah 6,944
dilakukan perubahan apabila elemen struktur m/s, dengan kategori eksposur C.
mengalami overstress.

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  3
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

HASIL DAN PEMBAHASAN b. Gaya Geser Dasar


Rasio Partisipasai Modal Massa Total berat struktur (Σ𝑉vt) = 2.158.998 kN
Berdasarkan hasil analisis pada ETABS, 𝑉 = 𝐶𝑠 . 𝛴𝑉𝑣𝑡 = 824,459 kN
diketahui 12 ragam getar (mode) telah Tabel 2 Base shear ratio respons spektrum
menghasilkan lebih dari 90% dari massa aktual dengan statik ekivalen
pada sumbu X dan Y. Hasil dari periode alami
Global IFX Global IFY
struktur dan rasio partisipasi massa ditampilkan
kN kN
pada tabel 1:
Tabel 1 Rasio partisipasi massa Respon Spektrum 824,4589 824,4589
Period
Case Mode UX UY Statik Ekivalen 460,4364 359,2390
sec
Ratio 56% 44%
Modal 1 1.601 0.0352 0.437
Modal 2 1.449 0.7429 0.047 Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal
7.9.1.4.1, diketahui base shear ratio respons
Modal 3 1.271 0.013 0.3014
spektrum dengan statik ekivalen belum
Modal 4 0.573 0 0.0934
memenuhi syarat 100%, maka dilakukan
Modal 5 0.534 0.1366 0.0002 koreksi terhadap nilai faktor skala.
Modal 6 0.455 0.0001 0.0434 824,4589
Faktor koreksi arah X = ×
460,4364
Modal 7 0.439 0.0001 0.0036
1838,747 = 3.292,466
Modal 8 0.388 0 0.0087 824,4589
Faktor koreksi arah Y = ×
Modal 9 0.357 0.0044 0.0117 359,2390
Modal 10 0.348 0.0216 0.0035 1838,747 = 4.219,952
Modal 11 0.304 0.0063 0.0005
Faktor skala yang telah dikoreksi
kemudian didefiniskan kembali pada load case
Modal 12 0.301 0.0074 0.0018
untuk dilakukan analisis ulang pada ETABS,
TOTAL 97% 95% dengan hasil setelah penyesuaian ditampilkan
pada Tabel 3.
Periode Fundamental Struktur Tabel 3 Base shear ratio respons spektrum
Perioda fundamental struktur dihitung dengan statik ekivalen hasil koreksi
dengan pendekatan berdasarkan parameter
sebagai berikut. Global IFX Global IFY
− Koefisien batas atas (Cu) = 1,4 kN kN
− Perioda pendekatan (Ct) = 0,0466 dan x =
Respon Spektrum 824,4589 824,4589
0,9; untuk semua sistem struktur lainnya.
− Ketinggian struktur (ℎ𝑛 ) = 23,374 m Statik Ekivalen 824,4588 824,4588
Ta = Ct. hnx = 0,795 detik
Ratio 100% 100%
Tmaks = Cu. Ta = 1,113 detik
Berdasarkan Tabel 1, diketahui Tcy = 1,601
detik > Tmaks, dan Tcx = 1,449 detik > Tmaks, Simpangan Antar Tingkat
maka digunakan nilai T sebesar Tmaks = 1,113 Hasil analisis menunjukan bahwa
detik. simpangan antar tingkat memenuhi persyaratan
dalam Tabel 20 Pasal 7.12.1 SNI 1726:2019.
Faktor Skala Gempa Hasil analisis simpangan antar tingkat
a. Koefisien respons seismik ditampilkan pada Gambar 2.
𝑆
𝐶𝑆 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝐷𝑆𝑅 = 0,1106 4
(𝐼 )
𝑒
𝑆𝐷1 3
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑅 = 0,0389
Story

𝑇( ) ∆X
𝐼𝑒
𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0,044𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 = 0,0354 2 ∆Y

Syarat: 𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝐶𝑆 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 1


∆Izin

Sehingga nilai Cs yang digunakan adalah 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50


0,0389. Simpangan (mm)

Gambar 2 Simpangan antar tingkat

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  4
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

Analisis P-Delta Tabel 5 Ketidakberaturan vertikal


Hasil analisis P-delta pada struktur Tipe Status
ditampilkan pada Gambar 3. Diketahui bahwa V. 1a Tidak Ada
koefisien stabilitas (𝜃) < 𝜃𝑚𝑎𝑘𝑠 . Berdasarkan
V. 1b Tidak Ada
pasal 7.9.1.6 SNI 1726:2019, maka pengaruh P-
V. 2 Ada
Delta pada struktur tidak diperhitungkan dalam
analisis. V. 3 Tidak Ada

4 V. 4 Tidak Ada
V. 5a Tidak Ada
3
V. 5b Tidak Ada
Story

Ɵx
2 Ɵy
Ɵmax
Perencanaan Pelat Beton Bertulang
1 Luas tulangan lentur minimum (Asmin)
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800
Ɵ
pada pelat beton bertulang telah disediakan
sesuai dengan Tabel 7.6.1.1 SNI 2847:2019.
Gambar 3 Analisis P-delta Luas tulangan geser minimum (Av min) telah
disediakan pada semua penampang, dimana
Ketidakberaturan Horizontal kuat geser beton reduksi (ϕVc) harus kurang dari
Berdasarkan Tabel 13 SNI 1726:2019, kuat geser terfaktor (Vu). Perencanaan pelat
diketahui terdapat ketidakberaturan horizontal beton bertulang yang ditinjau adalah pada tipe
pada desain struktur, sehingga telah dirancang S1, dengan tebal 150 mm. Dari hasil analisis
untuk memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal diperoleh luas serta jarak antar tulangan yang
refrensi berdasarkan kategori desain seismik. diperlukan. Hasil perencanaan pelat beton
Hasil analisis ketidakberaturan horizontal dapat bertulang ditampilkan pada tabel 6.
ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 6 Hasil perencanaan pelat beton
Tabel 4 Ketidakberaturan horizontal bertulang
Mu As D s
Tipe Status Posisi
kNm mm2 mm mm
H. 1a Ada
Tump. X 25,842 630,299 10 100
H. 1b Ada 16,117 402,5 10 150
Lap. X
H. 2 Ada Tump. Y 23,524 628,97 10 100
H. 3 Tidak Ada Lap. Y 10,609 367,5 10 200

H. 4 Tidak Ada
Perencanaan Balok Beton Bertulang
H. 5 Tidak Ada Berdasarkan hasil analisis pada program
ETABS, diperoleh output gaya-gaya dalam
Ketidakberaturan Vertikal maksimum serta luas tulangan perlu pada
Berdasarkan Tabel 14 SNI 1726:2019, daerah tumpuan dan lapangan elemen struktur
diketahui bahwa terjadi ketidakberaturan balok. Dalam perhitungan manual ditinjau
vertikal pada desain struktur, sehingga telah balok induk tipe B1 dengan dimensi 300x500
dirancang untuk memenuhi persyaratan dalam mm. Hasil perencanaan balok beton bertulang
pasal-pasal refrensi berdasarkan kategori desain ditampilkan pada Tabel 7.
seismik. Hasil analisis ketidakberaturan vertikal Tabel 7 Hasil perencanaan balok beton
pada struktur ditampilkan pada Tabel 5. bertulang
Balok B1 (300/500)
Tulangan Terpasang Tumpuan Lapangan
Tarik 7D16 6D16
Tekan 4D16 5D16
Transversal Ø10-90 mm Ø10-200 mm

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  5
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

Perencanaan Kolom Beton Bertulang Tabel 9 Hasil perencanaan pelat metal deck
Kolom beton bertulang SRPMK Pelat S3 (t = 135 mm)
direncanakan sesuai dengan SNI 2847:2019 Posisi Tumpuan Lapangan
pasal 18.7.4. Rasio (ρ) luas tulangan Mu (kNm) 13,865 8,511
longitudinal (As) sebesar 1%Ag -6%Ag, dimana
As perlu (mm2) 385,809 352,1
Ag merupakan luas penampang bruto. Kapasitas
kolom dan konfigurasi tulangan longitudinal As pakai (mm2) 405,269 1166,7
dianalisis menggunakan program SPcolumn, Spesifikasi Steel deck
Wiremesh M9
Terpasang 0,7 mm
dimana beban yang terjadi dari kombinasi
beban terfaktor masih dalam kapasitas kolom
yang ditunjukan oleh load point dari masing- Perencanaan Balok Baja
masing kondisi gaya maksimum berada di Berdasarkan hasil analisis pada program
dalam diagram interaksi kolom. Dalam ETABS, diperoleh output gaya-gaya dalam
perhitungan manual ditinjau kolom tipe K1, maksimum pada elemen struktur balok baja.
dengan dimensi 400x400 mm. Hasil Dalam perhitungan manual ditinjau balok induk
perencanaan kolom beton bertulang tipe BB1 IWF 250x125x6x9. Hasil perencanaan
ditampilkan pada Tabel 8. balok baja ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 8 Hasil perencanaan kolom beton Tabel 10 Hasil perencanaan balok baja
bertulang Balok Baja BB1 (IWF 250x125x6x9)
Kolom K1 (400/400) Kontrol Hasil Analisis Cek
Posisi Tumpuan Lapangan Kelangsingan 6,944 < 12,99 Kompak
penampang balok 41,667 < 70,725
Ag (mm2) 160000
As (mm2) 4826 Pemeriksaan 0,81 < 1,0 OK
pengaruh tekuk lateral
ρ (%) 3
Tul. Utama 24D16 Pemeriksaan kuat 0,264 < 1,0 OK
Tul. Transversal 3Ø10-90 mm 2Ø10-90 mm geser balok

Pemeriksaan interaksi 0,732 < 1,0 OK


Perencanaan Hubungan Balok Kolom lentur dan geser
Hubungan Balok Kolom (HBK) telah
direncanakan sesuai persyaratan pada SNI Perencanaan Kolom Baja
2847:2019. Dalam perhitungan manual ditinjau Berdasarkan hasil analisis pada program
HBK pada kolom K1 dengan balok B1. ETABS, diperoleh output gaya-gaya dalam
Berdasarkan hasil analisis diketahui luas efektif maksimum pada elemen struktur kolom baja.
joint (Aj) sebesar 160.000 mm2, tulangan Dalam perhitungan manual ditinjau kolom tipe
transversal digunakan 3Ø10-90 mm, dimana KB1 IWF 300x300x10x15. Hasil perencanaan
telah memenuhi persyaratan kekuatan geser kolom baja ditampilkan pada Tabel 11.
joint, dan tulangan dengan kait 900 diambil Tabel 11 Hasil perencanaan kolom baja
panjang penyaluran (ldh) sebesar 240 mm. Kolom Baja KB1 (IWF 300x300x10x15)
Sedangkan untuk tulangan lurus diambil Kontrol Analisis Cek
panjang penyaluran sebesar 3,25 ldh yaitu 770 Kelangsingan 10 < 12,99 Kompak
mm. penampang balok 43,013 < 61,06

Perencanaan Pelat Metal Deck


Pemeriksaan pengaruh 0,208 < 1,0 OK
Perencanaan pelat metal deck dan tekuk lateral
penghubung geser untuk komponen struktur
komposit telah memenuhi persyaratan sesuai Pemeriksaan interaksi 0,643 < 1,0 OK
dengan pasal I 3.2c SNI 1729:2015. lentur dan geser
Perencanaan pelat metal deck yang ditinjau
Pemeriksaan Strong 2,19 > 1,0 OK
adalah pada tipe S3, dengan tebal 135 mm. Dari Column Weak Beam
hasil analisis diperoleh spesifikasi ketebalan
steel deck dan diameter wiremesh yang
diperlukan. Hasil perencanaan metal deck
ditampilkan pada tabel 9.

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  6
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

Perencanaan Sambungan Baja Pushover arah X, dan gaya geser sebesar


Perencanaan sambungan baja digunakan 4058,946 kN untuk Pushover arah Y.
sambungan baut, dimana menggunakan tipe Tabel 14 Distribusi sendi plastis
baut yaitu A-307 dan A-325. Hasil perencanaan Analisis Pushover X Pushover Y
sambungan baja ditampilkan pada Tabel 12. Step 1 2 1 2
Tabel 12 Hasil perencanaan sambungan baja
No Profil Sambungan Monitored
53,944 150,38 71,242 149,414
Balok Induk- Displ
ASTM A325 (mm)
1 Kolom
Sambungan Momen
Terprakualifikasi (4E) Base
4 M22 1670,6 437,011 2018,04 4058,9
Force
(kN)
2 Balok Anak- ASTM A307
Balok Induk 4 M12 1584 1568 1584 1577
A-IO
3 Kolom-kolom ASTM A307
Badan: 4 M12 0 12 0 6
IO-LS
Sayap: 24 M12
0 2 0 0
Base plate-kolom ASTM A325 LS-CP
4
pedestal 4 M19
Total 1584 1584 1584 1584
Hinges
Analisis Pushover
Berdasarkan analisis pushover, diketahui RINGKASAN
titik kinerja (performance point) desain struktur Berdasarkan hasil analisis struktur,
ditampilkan pada Tabel 13. perancangan elemen struktur, dan pemeriksaan
Tabel 13 Performance point kinerja struktur, dapat disajikan ringkasan
Sa;Sd V D sebagai berikut:
Analisis
(g;mm) (kN) mm 1. Simpangan antar tingkat telah memenuhi
Pushover X 0,280;121,96 4595,706 165,072 persyaratan pasal 7.12.1 SNI 1726:2019.
Pushover Y 0,322;150,96 5135,484 210,419 Simpangan pada arah sumbu Y lebih kaku
Dimana Sa: spectral acceleration, Sd: sebesar 2% daripada simpangan arah
spectral displacement, V: gaya lateral, dan D: sumbu X struktur.
displacement. 2. Rasio partisipasi modal massa sebagai
berikut:
Mekanisme Sendi Plastis Mode 1 = 44 % translation Y
Berdasarkan analisis pushover, mekanisme Mode 2 = 74 % translation X
terbentuknya sendi plastis pada arah X maupun Mode 3 = 46 % rotation
arah Y desain struktur ditampilkan pada Tabel 3. Struktur dinyatakan mengalami
14. Diketahui struktur mencapai kinerja ketidakberaturan horizontal dan
operational level (A-IO) pada analisis pushover ketidakberaturan vertikal sehingga
arah X adalah pada step 1, dimana gaya geser struktur telah dirancang untuk memenuhi
sebesar 1670,598 kN > gaya geser respons syarat pasal referensi pada SNI 1726:2019.
spektrum (Vx) sebesar 824,459 kN, dengan 4. Perencanaan elemen balok beton
displacement (D) sebesar 53,944 mm. Pada bertulang, kolom beton bertulang, dan
analisis pushover arah Y adalah pada step 1, hubungan balok-kolom telah memenuhi
dimana gaya geser sebesar 2018,049 kN > gaya persyaratan lentur, geser, dan persyaratan
geser respons spektrum (Vx) sebesar 824,459 pendetailan struktur SRPMK, serta telah
kN, dengan displacement (D) sebesar 71,242 memenuhi pesryaratan Strong Column-
mm. Maka dapat diketahui untuk mencapai Weak Beam.
tingkat kinerja operational level, struktur 5. Elemen struktur baja memiliki stress ratio
mampu memikul gaya geser lebih besar dari < 1,0 sehingga telah memenuhi
gaya geser rencana hasil analisis respons persyaratan SNI 1729:2015, serta rasio
spektrum. momen kolom dan balok > 1,0, sehingga
Sendi plastis pertama terbentuk pada step berdasarkan SNI 7860:2015 telah
2 dengan gaya geser sebesar 4337,011 kN untuk memenuhi pesryaratan SCWB.

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  7
JURNAL ELEKTRONIK INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL

6. Analisis Pushover dilakukan berdasarkan Gedung Pendidikan Bersama Fkub


hasil perancangan penulis, sehingga tidak Dengan Variasi Konfigurasi Bresing
dapat mewakili secara mutlak kinerja Baja.” Universitas Brawijaya.
struktur eksisting Gedung IRD Payangan Pawirodikromo, W. 2012. Seismologi Teknik
Hospital, dikarenakan terdapat perbedaan Dan Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta:
hasil jumlah tulangan pada struktur beton Penerbit Pustaka Pelajar,.
bertulang. Adapun hasil titik performa Sabtaji, A. 2020. Statistik Kejadian Gempa
analisis pushover adalah sebagai berikut: Bumi Tektonik Tiap Provinsi Di Wilayah
V pushover X = 4.595,706 kN Indonesia Selama 11 Tahun Pengamatan
D pushover X = 165,072 mm (2009-2019). 1: 31–46.
V pushover Y = 5135,484 kN Satyarno, I. 2010. Keamanan Rumah Sakit
D pushover Y = 210,419 mm Terhadap Bahaya Gempa (Kenyataan
7. Berdasarkan distribusi sendi plastis pada Kenyataan Pada Beberapa Beberapa
analisis pushover, dapat diketahui struktur Gempa Terakhir Terakhir ).
dapat menerima gaya geser lebih besar dari Suganda, A., Samsurizal, E., Sutandar, E. 2018.
gaya geser rencana hasil analisis respons “Perencanaan Struktur Baja Pada
spektrum untuk mencapai tingkat kinerja Bangunan Kantor Sewa Tujuh Lantai Di
Operational Level Pontianak.” Universitas Tanjungpura.
Wongpakdee, N., Leelataviwat, S. 2017.
SARAN Influence of Column Strength and
Berdasarkan pada ringkasan, adapun hal Stiffeness on the Inelastic Behavior of
yang dapat disarankan oleh penulis yaitu pada Strong-Column-Weak-Beam Frames.
perancangan ini digunakan analisis dinamik Journal of Structural Engineering (United
respon spektrum, sehingga disarankan untuk States), 143.
dilakukan perbandingan analisis dengan
metode-metode yang lain, misalnya seperti
analisis time history.

DAFTAR PUSTAKA
AISC 358-16. (2016). Prequalified
Connections for Special and Intermediate
Steel Moment Frames for Seismic
Applications. ANSI.
Andika, Z., Yanto, N., Imani, R. 2019. Evaluasi
Kinerja Struktur Gedung Rumah Sakit
Paru Sumatera Barat Dengan Pushover
Analysis. Civil Engineering
Colaboration, 1(1 1-9).
Applied Technology Council (ATC) 1996.
Seismic Evaluation and Retrofit of
Concrete Buildings, ATC-40, Volume 1,
Report No.SSC 96-01
Asroni, H.A. 2010. Balok dan Plat Beton
Bertulang. 1st Ed. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Badan Standardisasi Nasional. 2019.
Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung Dan Penjelasannya
(ACI 318M-14 Dan ACI 318RM-
14,MOD)-SNI 2847:2019. In
BSN.Jakarta.
Pangestu, I.M.S.W., Wibowo, A., .W, M.N.
2017. “Analisis Statik Non-Liner
Pushover Pada Optimalisasi Desain

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali  8

Anda mungkin juga menyukai