Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

AKUNTANSI FORENSIK FRAUD


RISK ASSESMENT

Oleh:

Ni Kadek Dyah Melinda Dewantari


1817051246
7C

PROGRAM
STUDI S1
AKUNTANSI
JURUSAN
EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN TOSHIBA:

Toshiba telah berkiprah dalam industri teknologi di seluruh dunia sejak tahun 1875,
itu artinya sudah 140 tahun Toshiba telah mampu mencuri hati masyarakat di seluruh dunia
dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh, dan layanan pelanggan yang
excellent. Reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya karena pressure yang sangat
tinggi untuk memenuhi target performance unit.

Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintah Perdana Menteri Jepang yaitu Shinzo Abe
yang mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang untuk
menarik lebih banyak investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba menyewa
panelis independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk menyelidiki masalah
transparansi di Perusahaannya. Betapa mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman
yang diterbitkan panel independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan
aktif dalam menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8 miliar (setara dengan Rp
15,85 triliun) sejak tahun 2008.

Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa
eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal computer
sampai ke unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak
realistis. Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir
kuartal/tahun fiskal. Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan
akuntansinya. Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara
terus-menerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi
siapa pun untuk melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

Akibat laporan ini CEO Toshiba, Hisao Tanaka mengundurkan diri dan disusul
keesokan harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain itu Atsutoshi
Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang sekarang menjadi
penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut mengatakan bahwa Tanaka dan
Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik penggorengan laporan keuangan ini.
Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis dan disengaja. Saham Toshiba turun
sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini terungkap. Nilai pasar perusahaan ini
hilang sekitar ¥1,67 triliun (setara dengan Rp 174 triliun). Badan Pengawas Pasar Modal
Jepang kemungkinan akan memberikan hukuman pada Toshiba atas penyimpangan akuntansi
tersebut dalam waktu dekat ini.
Fraud Schemes Risk Checklist Pada Toshiba Corporation, (Singleton & Singleton, 2010):
Fraud Inherent Control Residual Business Red Flags
Schemes Risk Assesment Risk Processes

Fraudule High Low High Pengakuan Peningkata


nt laba dengan n laba yang
Statemen percentage signifikan
ts of
completion
sebagai
metode
pencatatan
akuntansi
untuk
proyek
proyek
jangka
panjang.

Financial:

Overstate High Low High Atas Peningkata


Revenue pengakuan n laba yang
laba senilai signifikan
Rp 15,85
Triliun.

Improper High Low High Metode atas Peningkata


disclosures pengakuan n laba yang
laba signifikan

Menurut (Sartono, 2014), terdapat lima faktor yang melatar belakangi adanya
kecurangan dalam laporan keuangan, yang disingkat sebagai metode CRIME, diantaranya:

Cooks + Recipes + Incentives + Monitoring (lack of) = End result


Berdasarkan studi kasus Toshiba Corporation dapat diringkas kedalam 5 faktor dalam metode
CRIME tersebut, yakni:
1. COOKS (siapa yang melakukan kecurangan) Dalam kasus ini pihak yang melakukan
kecurangan adalah dari pihak Toshiba Corporation dengan melakukan manipulasi pada
Laporan Keuangan sehingga seolah-olah perusahaan memilki profit dan firm value
yang lebih tinggi dari yang seharusnya. Sedangkan untuk pihak auditor eksternal yaitu
Ernst & Young (EY) yang dinilai lalai dan tidak teliti dalam menyajikan laporan
keuangan Toshiba Corporation, dimana pihak auditor pada saat melakukan prosedur
penilaian risiko tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya fraud risk factor yang
menyebabkan Toshiba melakukan salah saji material dalam laporan keuangannya,
sehingga ini dianggap bahwa auditor E&Y tidak melakukan evaluasi pengendalian
internal secara optimal.
2. RECIPE (Penilaian & Alokasi), Selain Ernst & Young (EY), pihak auditor internal
Toshiba Corporation yaitu Seiya Shimaoka juga tidak mau mengungkapkan adanya
manipulasi data pada Laporan Keuangan Toshiba, padahal Seiya Shimaoka sempat
mencurigai adanya kecurangan dan berusaha melaporkan tapi malah dianggap angin
berlalu oleh atasannya sendiri karena Toshiba memiliki budaya perusahaan yang
menuntut kepatuhan terhadap atasan. Dari hasil penilaian kami dari kedelapan prinsip
akuntan yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas,
kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang dilanggar antara lain: tanggung
jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, dan perilaku profesional.
3. INCENTIVES (Motivasi Melakukan Kecurangan), Toshiba Corporation melakukan
kecurangan karena adanya tekanan dari pihak manajemen Toshiba yang menuntut
perusahaan untuk mencapai target Profit yang terlalu tinggi sehingga karyawan
menggunakan cara apapun untuk memperoleh laporan keuangan dengan nilai Profit
yang tinggi, termasuk dengan melakukan manipulasi jumlah pendapatan dan biaya
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. MONITORING (Pengawasan), dikarenakan kurangnya teliti dalam pengawasan,
Toshiba Corporation terbukti melakukan pelanggaran karena melakukan manipulasi
pada Laporan Keuangan. Selain itu, Pasar Modal Jepang kemungkinan akan
memberikan hukuman pada Toshiba atas penyimpangan akuntansi tersebut.
5. END-RESULT (Hasil Akhir atau Sanksi), dengan memperhatikan pelanggaran yang
dilakukan pihak-pihak itu maka CEO Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri yang
kemudian disusul keesokan harinya pengunduran diri dari wakil CEO Toshiba, Norio
Sasaki. Selain itu Atsutoshi Nishida, penasihat Toshiba juga mengundurkan
diri. Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal bulan April ketika isu akuntansi ini
terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar ¥ 1,67 triliun (setara dengan Rp
174 triliun). Nama Toshiba kemudian dikeluarkan dari indeks saham dan juga
menghadapi tuntutan oleh 45 pemegang saham dengan kompensasi sebesar ¥ 16,7
miliar atau setara dengan 162,3 juta dollar AS. Pada akhir tahun 2015, Toshiba telah
merugi sebesar 8 miliar dolar AS.

REFRENSI
Integrity. (2017). Skandal Keuangan Perusahaan Toshiba. Dipetik 10 17, 2021, dari Integrity
Indonesia:https://www.integrity-indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal
keuangan-perusahaan-toshiba/

Udywati, R. L. A., dkk. (2017). Penyimpangan Dalam Penyajian Laporan Keuangan


(Toshiba dan Ernst & Young ShinNihon LLC). Dipetik 10 17, 2021, dari PDF COFEE:
https://pdfcoffee.com/case-toshiba-pdf-free.html

Sartono. (2014). Kecurangan dalam Laporan Keuangan. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis,
177-192.

Singleton, T., & Singleton, A. (2010). Fraud Auditing and Forensic Accounting. New York:
John Wiley and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai