Anda di halaman 1dari 12

Pengertian sampel

Secara umum

 Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik mirip dengan
populasi itu sendiri. Sampel disebut juga contoh. Nilai hitungan yang diperoleh dari
sampel inilah yang disebut dengan statistik.

Menurut para ahli

 Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti”


(Djarwanto, 1994:43).
 Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 85), Sampel adalah sebagian dari populasi yang
dapat dijangkau serta memiliki sifat yang sama dengan populasi yang diambil
sampelnya tersebut.

Kriteria Sampel

Ada dua kriteria sampel yaitu:

1. Kriteria inklusi, Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96).
2. Kriteria eksklusi, adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97).

Pertimbangan dalam menentukan kriteria eksklusi antara lain:

 Subjek membatalkan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian, dan


 Subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.

Beberapa alasan mengapa penelitian lebih cenderung menggunakan sampel dibandingkan


populasi:

1. Ukuran populasi terlalu besar


Bila ukuran populasi terlalu besar, rasanya sangat sulit untuk melakukan penelitian.
Penggunaan sampel akan jauh lebih efektif dan efisien untuk menghasilkan data yang
dibutuhkan.
2. Efisiensi biaya
Dalam prosesnya, bisa jadi penggunaan populasi akan menimbulkan biaya yang
sangat besar.
3. Waktu yang lebih cepat
Penelitian menggunakan sampel memungkinkan penyajian data dalam waktu yang
relatif lebih cepat daripada populasi.
4. Sumber daya yang lebih efisien
Sumber daya yang dimaksud adalah hal-hal pendukung lain seperti peralatan
teknologi informasi pengolah data. Untuk mengolah data populasi dengan jumlah
jutaan, tentunya membutuhkan perangkat penyimpan data dan komputer dengan
spesifikasi yang tinggi. Hal ini akan jauh berbeda bila pendataan dilakukan dalam
bentuk sampel.
5. Penelitian yang tidak mungkin menggunakan populasi
Dalam beberapa contoh penelitian, bisa jadi penggunaan populasi tidak dimungkinkan
dan akan membahayakan objek dari populasi itu sendiri. Sebagai contoh, apakah kita
yakin bahwa warna darah manusia itu seluruhnya berwarna merah? Apakah kita yakin
darah yang berada di kepala dan di kaki benar-benar berwarna merah? Untuk
memastikan hal tersebut, kita tidak perlu menyedot seluruh darah dan memeriksa
hasilnya. Cukup mengambil beberapa tetes di setiap bagian tubuh dan tentunya kita
sudah bisa menarik kesimpulan dari hal tersebut.

Langkah-langkah Penentuan Sampel Sampling (supardi)

Proses penentuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tetapkan Luas Populasi


Langkah pertama dalam upaya menentukan sampel penelitian adalah menentukan luas
(besaran) populasi atau jumlah anggota populasi. Besaran populasi dapat ditentukan
atau dibatasi dengan judul penelitian. Misal pada contoh judul penelitian yang
pertama di atas, manakala seluruh mahasiswa Universitas PTS dianggap terlalu luas,
maka dapat disempitkan dengan merubah judul penelitian menjadi "Analisis Biaya
Hidup Mahasiswa FakultasEkonomi Universitas PTS)". Denganjudul bam ini akan
nampak bahwa jumlah anggota populasi hanya mahasiswa Fakultas Ekonomi,
sementara mahasiswa fakultas yang lain tidak termasuk menjadi anggota populasi. Di
samping itu, dalam pengertian jumlah anggota populasi tersebut, pada langkah yang
pertama ini peneliti hams pula mampu menentukan sifat populasi
penelitianapakahpopulasifinitatau infiniL Kesemuanyaini akanmempermudah dan
dipergunakan pada langkah-langkah selanjutnya dalam menentukan sampel penelitian
ini.
2. Kenali Kualitas Anggota Populasi
Peneliti secara dini melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui dan
mencermali kualitas dan atau ciri-ciri para anggota populasi. Hal ini diperlukan agar
peneliti mampu mengambil suatu kesimpulan apakah keadaan anggota populasi
cenderung homogen (seragam) atau cenderung heterogen (beragam). Di samping itu,
dengan mengenali ciri-ciri anggota populasi ini, maka peneliti akan lebih mudah
untuk menentukan langkahlangkah selanjutnya, baik dalam upaya menentukan
besamyasampel (sampelsize) maupun dalam rangka memilih teknik pengambilan
sampel penelitian
3. Tetapkan Besaran Sampel (SampclSize)
Pekeijaan selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel yang akan dipergunakan
untiik mewakili anggota populasi dalam penelitian. Kiranya belum terdapat standar
baku sebagai patokan untuk menentukan jumlah sampelpenelitian yang refresentati f
(mewakili) anggota populasi. Oleh karena itu, uraian berikut merupakan faktor-faktor
yang harus memperoleh perhatian para peneliti dalam menentukan besaran (jumlah)
sampel penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Tingkat homogenitas anggota populasi, artinya manakala anggota populasi
cenderung atau bersifat homogen, maka jumlah sampel kecilpun sudah dapat
dipertanggungjawabkan untuk mewakili populasi. Dansebaliknyamakin
heterogen, maka diperlukan jumlah sampel yang Icbih banyak.
2) Presisi" yang diharapkan peneliti, yaitu makin tinggi presisi yang dikehendaki
peneliti, maka diperlukan sampel yang makin besar. Presisi adalah derajat
perbandinganhasil yang didapatdarisampel dengan hasil yang didapat dari
populasi^ yang secara statistik dikenal adanya standard-error. Atau dengan
lebih barangkali tingkat keakuratan yang dikehendaki peneliti, dalam
menggambarkan hasil penelitian.
3) Rancahgan analisis data penelitian. Jumlah sampel harus menjamin bahwa
data yang diperoleh akandapatdianalisis dengan rancangan analisis data, baik
secara deskriptif maupun analisis statistik. Misalnya, peneliti akanmelakukan
analisis kai/chi kuadrat dari besamya biaya hidup mahasiswa dengan latar
belakang pekerjaan orang tuanya, dan jikalau latar belakang orang tua
mahasiswa terbagi menjadi (misal) pegawai, wiraswasta, petani dan ABRI,
makajangansampai masing-masing item pekeijaan tersebut,teijadi kekosongan
sampelnya.Jadiharusdapatterw^ili dalam sampel masing-masing jenis
pekerjaan tersebut.
4) Ketersediaan dana, waktu dan tenaga penelitian. Kendala seperti ini
kadangkadang menjadi pertimbangan utama namun bagi para peneliti hal ini
diharapkan bukan merupakan kendala yang sangat menentukan, apalagi bagi
peneliti-peneliti pemula.
Sebagai petunjuk kiranya beberapa buku acuan telah menyebutkan pedoman
tentang jumlah sampel ini. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi serta
Nasution menyebutkan jumlah sampel penelitian tidak boleh kurang dari 10
%. Scdang Winamo Surakhmad menyebutkan populasi dengan jumlah 100,
maka jumlah sampel sebanyak 50 % nya bila jumlah anggota populasi 1.000,
maka jumlah sampel 15 % nya sudah dapat dibenarkan.
5) Langkah yang terakhir di dalam menentukan sampel, penelitian adalah
menentukan teknik pengambilan sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel penelitian

Teknik sampling adalah suatu cara atau teknik yang dipergunakan untuk menentukan sampel
penelitian. Teknik pengambilan sampel ini dalam beberapa buku sering disebut dengan teknik
sam pling. Untuk menentukan atau memilih teknik sampling ini, peneliti harus
memperhatikan danmendasarkan diripada langkah-langkah penentuan sampel pada uraian di
atas. Teknik sampling dalam penelitian secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
teknik dengan probability sampling dan teknik dengan non probability sampling.

1. Teknik Probability Sampling


Teknik ini sering juga disebut dengan random sampling, yaitu pengambilan
sampel penelitian secara random. Teknik sampling ini cocok dipilih untuk populasi
yang bersifat finit, artinya besaran anggota populasi dapat ditentukan lebih dahulu.
Pada teknik sampling ini, penentuan sampel penelitian dengan memberikan
kemungkinan (probability) yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel terpilih. Dengan demikian pada teknik sampling ini alat analisis statistik dapat
dipergunakan untuk membantu penentuan sampel terpilih. Teknik probability
sampling ini ada beberapa model yaitu : simple random sampling (acak sederhana
maupun bilangan random); sitematik random sampling; stratified random sampling
dan clusterran dom sampling.
Simple random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian dapat
dipergunakan dengan acak sederhana (undian) atau menggunakan pendekatan
bilangan random.
Pada pendekatan acak sederhana, yang dilakukan peneliti adalah : - Menyusun
daftar seluruh anggota populasi
- Menuliskan nama/simbul anggota populasi pada secarik kertas dan kemudian
diguluhg
- Masukkan gulungan kertas tersebut ke dalam sebuah kaleng atau tempat
sejenisnya - Aduklah kaleng tersebut secukupnya, agar setiap gulungankertas benar-
benar akan memperoleh kesempatan yang 104 sama untuk diambil atau keluarsebagai
sampel teipilih - Ambillah gulungan kertas tersebutsatu persatu sampai sejumlah
sampel yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya (lihaturaian 11.4.3)
Sedangkan pendekatan dengan menggunakan bilangan random bahwa sampel
penelitian ditetapkan dengan menggunakan bilangan random yang telah disusun
dalam bentuk tabel bilangan ran dom. tabel bilangan random ini pada setiap buku
statistik dan atau buku metodologi penelitian umumnya terdapat pada lampiran buku.
Proses pengambilan sampel penelitian pendekatan ini dapat diuraikan dan dengan
contoh sebagai berikut: Suatu misal penelitian dengan jumlah anggota populasi (N)
sebanyak 900 orang. Sementara peneliti akan mengambil sampel sebanyak (n) 90
orang, maka peneliti dapat melakukan pemilihan dengan proses sebagai berikut: -
Siapkan tabel bilangan random - Susunlah nomor anggota populasi dari angka 001
sampai dengan angka 900 - Undilah atau tetapkan suatu nomor bilangan pada
tabelrandom, baik secara baris atau kolom, sehingga diketemukan sebuah kelompok
angka. Diketahui bahwa jumlah 900 mempakan bilangan dengan 3 digit, yang berarti
peneliti akan menemukan angka pertama dengan 3 digit Misal dengan undian atau
ketetapan peneliti bahwa angka pertamasebagaisampelpertamadipilih pada baris ke 5
kolom ke 3, maka pada tabel bilangan random akan diketemukan angka 05531 -
Selanjutnya peneliti ihengambil angka tiga digit, misal ditetapkan angka 055, maka
nomor anggota populasi dengan angka055 menjadisampelterpilihyang
pertama - Sedang anggota sampel penelitian terpilih sel^jutnya, berdasarkan arah
gerakan nomor yang ditetapkan oleh peneliti. Misal pergerakan arah kekanan dengan
membentuk mekanisme spiral dengan gerakan angka 3 digit, maka anggota sampel
berikutnya adalah nomor : 318;.029:735; 648; 520; 617; 042; dst
sampaimencapaisejumlah 90 nomor sebagai .sampel yang telah ditetapkan.
Sebagaicatatanbahwaangka-angka937; 936; 903; 987; yangsebenamya dilewati oleh
arah gerakan ke kanan membentuk spiral tersebut, namun tidak dijadikan sampel
penelitian terpilih. Hal ini dipahami bahwa nomor terbesar dari daftar nomor anggota
populasi hanya sampM dengan angka 900, maka angkaangka tersebut tidak terpilih.

Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari
populasi. Sampel yang merupakan sebagian dari populasi tersebut, kemudian diteliti dan hasil
penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).

Pengambilan sampel Non-Probabilitas dan Probabilitas

1. Nonprobability Sampling

Dalam nonprobability sampling, peneliti dapat sesukanya atau secara sadar memutuskan

apakan elemen-elemen masuk ke dalam sampel. Artinya, kemugkinan atau peluang seseorang

atau benda untuk terpilih menjadi anggota sampel tidak diketahui. Hal ini dikarenakan pada

teknik ini terlalu percaya pada pendapat pribadi peneliti dari pada kesempatan untuk memilih

elemen-elemen. Dalam teknik ini juga kurang memperhitungkan penilaian secara objektif
dari sampel yang diperoleh secara tepat. Adapun yang tergolong dalam teknik nonprobability
sampling meliputi;

a) convenience sampling,
b) judgmental sampling,
c) quota sampling, dan
d) snowball sampling.

Masing-masing teknik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Convenience sampling ( sampel secara kebetulan


Convenience sampling sering juga disebut sebagai accidental sampling technique.
Dalam teknik sampling ini, yang diambil sebagai anggota sampel adalah orang-
orangyang mudah ditemui atau yang berada pada waktu yang tepat, mudah ditemui
dan dijangkau. Responden diambil biasanya karena mereka diharapkan berada pada
waktu dan tempat yang tepat. Beberapa contoh yang termasuk convenience sampling
adalah;
1) Kelompok siswa, remaja masjid, dan organisasi sosial.
2) Melakukan wawancara mall intercep tanpa mengkualifikasi responden.
3) Departemen store yang menggunakan daftar akuntansi.
4) Angket atau daftar pertanyaan di majalah.
5) Wawancara dijalan.
b. Judgmental sampling (sampel menurut tujuan)

Judgmental sampling atau disebut purposive sampling merupakan salah satu bentuk dari
convenience sampling. Dalam teknik ini sampel dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan
dari para ahli berdasarkan tujuan dan maksud penelitian. Peneliti memilih elemen-elemen
yang dimasukan dalam sampel, karena dia percaya bahwa elemen-elemen tersebut adalah
wakil dari populasi. Contoh dari judgmental sampling adalah sebagai berikut ;

1) Tes pasar yang dipilih untuk menentukan kekuatan/potensi dari produk baru.
2) Watak yang dipilih dalam penelitian perilaku.

Perlu dicatat bahwa dengan memilih jenis penarikan sample pertimbangan, seorang peneliti
sudah harus siap untuk menghadapi ketidakpastian dalam hal bobot dan arah sample. Sebuah
pertimbangan tidak memerlukan definisi. Yang utama hanyalah validasi pertimbangan.
Dalam praktik, penarikan sample pertimbangan tidak banyak dipergunakan oleh peneliti.

c. Quota sampling (sampel beradasarkan jumlah)

Quota sampling mungkin kelihatan seperti two-stage restricted judgmental sampling. Tahap
pertama terdiri dari pengembangan kategori kontrol atau quota dari elemen-elemen populasi.
Untuk mengembangkan dan membuat quota ini, peneliti mendaftar karakteristik kontrol yang
relevan dan menentukan distribusi dari karakteristik ini dalam populasi target. Karakteristik
kontrol yang relevan misalnya, jenis kelamin, umur dan ras diidentifikasi berdasarkan
penilaian peneliti. Teknik ini seringkali mirip dengan teknik stratified random sampling,
kecuali tanpa menggunakan teknik acak. Dengan kata lain, quota sampling menyatakan
bnahwa komposisi dari sampel adalah sama dengan komposisi populasi yang berkaitan
dengan karakteristik minat. Tahap kedua, elemen-elemen sampel dipilih berdasarkan
convenience atau judgment. Setelah quota-quota tersebut dikelompokkan, terdapat kebebasan
untuk memilih elemen-elemen untuk dimasukan dalam sampel. Satu-satunya persyaratan
adalah elemen-elemen tersebut dipilih untuk disesuaikan dengan karakteristik kontrol. Dalam
proses ini peneliti secara eksplisit berupaya memperoleh sample yang serupa dengan populasi
yang didasari suatu tolok ukur, karakteristik pengendalian, yang sudah ditentukan
sebelumnya. Contoh yang sederhana di mana peneliti hanya memakai satu karakteristik saja
sebagai tolok ukur. Misalny, pewawancara mewawancarai separuh reponden yang diatas 30
tahun dan separuh lagi yang dibawah 30 tahun dengan demikian, pengendaliannya adalah
usia responden.

d. Snowball sampling (sampel seperti bola salju)

Dalam snowball sampling, pertama-tama kelompok responden dipilih secara random. Setelah
diwawancarai, responden-responden ini disuruh untuk mengidentifikasi responden-responden
lain yang merupakan bagian dari populasi target. Tujuan utama dari snowball sampling
adalah untuk menafsirkan karakteristik yang jarang terjadi dalam populasi. Keuntungan dari
snowball sampling adalah adanya peningkatan kecenderungan menempatkan karakteristik-
karakteristik yang diinginkan dalam populasi.

2. Probability sampling
Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan secara random atau acak.
Periset pemasaran perlu mengetahui teknik-teknik dimana dia dapat memilih suatu
sampel untuk setiap unit dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih. Jika setiap unit dalam populasi diberi suatu angka yang berbeda, suatu roda
seimbang yang sempurna dengan angka-angka terhadapnya paralel dengan angka-
angka dari populasi dapat dibangun dan hasil pemutaran (pilihannya) dicatat. Jika
roda berputar sebanyak item dalam sampel, setiap item dalam populasi yang akan
diikutkan dalam sampel akan diidentifikasi.
Jika rata-rata pendapatan yang diinginkan, rata-rata pendapatan dari yang
terpilih dalam sampel akan dapat dihitung. Jika maksudnya adalah menentukan
proporsi dari populasi yang memeliki karakteristik tertentu, misalnya kepemilikan
mobil tertentu, informasi akan dapat dicari dari orang-orang dalam populasi yang
dipilih untuk diikutkan dalam sampel. Dengan menggunakan roda pemilihan sampel
acak dengan setiap unit di dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi dapat dimungkinkan (diwujudkan).
Keacakan adalah seringkali diperoleh oleh ahli statistik dengan menggunakan
suatu tabel angka acak. Pemakai dapat memulai dari halaman, kolom atau baris mana
saja dari tabel selama dia tidak dengan sengaja menetapkan terlebih dahulu suatu
angka tertentu. Setelah memilih posisi untuk melanjutkan pada salah satu arah untuk
memilih nomor/angka untuk diikutkan dalam sampel. Suatu contoh untuk tehnik ini
akan menggambarkan penggunaannya.
Diasumsikan bahwa sampel sebanyak 20 akan diambil dari populasi sebesar
300. Setiap unit dalam populasi diidentifikasi dengan suatu angka/nomor tertentu
antara 1 dan 300. Karena 300 adalah nomor tiga digit, maka hal ini memerlukan
pemilihan nomor tiga digit untuk sampel kita. Jika nomor pertama yang terpilih
adalah 161. Hal ini berarti bahwa nomor ke 161 dari populasi kita telah terpilih untuk
diikutkan dalam sampel. Selanjutnya, nomor 008 muncul, mewakili pemilihan
anggota nomor ke 8 dalam populasi. Jika nomor yang sama muncul lebih dari sekali,
kita abaikan kemunculnya lagi karena nomor tadi telah diikutkan dalam sampel. Jika
suatu nomor sepeti 620 muncul, hal ini diabaikan karena lebih besar dari ukuran
populasi 300.
Probability sampling dapat digolongkan menjadi simple random sampling,
systematic random sampling, stratified sampling, dan cluster sampling.
a. Simple random sampling
Dalam simple random sampling, masing-masing elemen populasi
mempunyai kemungkinan pemilihan yang sama. selanjutnya setiap
kemungkinan sampel dari ukuran tertentu ini mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dipilih. Hal ini berarti setiap elemen dipilih dengan bebas dari
setiap elemen lainnya. Sampelnya diperoleh dengan prosedur random dari
kerangka sampling. Metode ini hampir sama dengan sistem lotre, yang nama-
namanya ditempatkan dala suatu wadah, dan wadah tersebut dikocok-kocok.
Nama dari pemenangnya diambil dengan cara yang tidak mengandung bias.
Untuk melakukan simple random sampling, peneliti dapat membuat kerangka
sampling yang mana masing-masing elemennya dikelompokkan dalam nomor
pengidentifikasian yang unik. Sebagai contoh, kita memiliki 500 elemen
populasi, sedangkan yang akan dipilih adalah sebanyak 50, maka setiap
elemen mempunyai peluang 0,1 untuk dipilih.
b. Systematic sampling

Dalam systematic sampling, sampel dipilih dengan cara menyeleksi poin-


poin random awal dan kemudian mengambil beberapa nomor tertentu untuk
mendapatkan kerangka sampling.interval sampling (i) ditentukan dengan cara
membagi ukuran populasi (N) dengan ukuran sampel (n) dan meletakan
disekitar bilangan-bilangan bulat yang terdekat.

Sebagai contoh, ada 1000 orang anggota populasi. Masing-masing diberi


nomor dalam daftar. Jika akan diambil 100 dari 1000 orang tersebut, dengan
kata lain diambil 1 dari 10 atau 1/10. Secara sistematik ambilah angka-angka
yang berjarak 10. Jika pertama kali diambil dengan mata tertutup kebetulan
kena angka 8. Maka sekarang ambilah angka-angka yang berjarak 10 dengan
angka 8 dan seterusnya, yaitu angka- angka 8, 18, 28, 38, 48, 58, 58, 78, dan
98. Atau, jika secara kebetulan yang terambil adalah angka 4, maka 10 orang
yang disampel itu ialah orang-orang yang nomornya: 4, 14, 24, 34, 44, 54, 64,
74, 84, dan 94.

Lain halnya jika yang diambil dari 100 orang itu sampelnya sebanyak 25
orang, dengan kata lain ¼, maka ambila dari tiap empat orang itu, atau
ambilah dari nomer-nomer itu berurutan berjarak 4. Misalnya untuk
menentukan angka yang pertama secara random dengan mat tertutup, anda
mengambil angka 5, maka yang diambil ialah angka-angka: 05, 10, 15, 20, 25,
30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95, 01, dan 05. Karena tidak
ada nomer/orang di atas 100 maka turun lagi ke angka paling bawah.

Systematic sampling memiliki kemiripan dengan simple random sampling,


dimana masing-masing elemen populasi mempunyai kemungkinan pemilihan
yang sama. Perbedaannya terletak pada sampel ukuran n yang dapat diperoleh
mempunyai kemungkinan pemilihan yang sama. sampel ukuran n yang
lainnya mempunyai kemungkinan nol untuk dipilih.

c. Stratified Sampling
Stratified sampling (sampel bertingkat) merupakan suatu proses dua
langkah yang mana populasi dibagi dalam sub populasi atau
strata/tingkatan. Artinya, peneliti harus mengetahui bahwa dalam populasi
ada strata, klas, lapisan, atau ras, misalnya ada klas pegawai negeri,
mahasiswa, dan petani. Strata tersebut harus bersifat mutually exclusive
dan elemen-elemen dalam setiap populasi seharusnya dikelompokkan
menjadi dan hanya satu strata tidak ada elemen populasi yang dihilangkan.
Sebagai contoh, peneliti ingin mengetahui alasan mahasiswa (populasi)
memilih salah satu perguruan tinggi. Di dalam perguruan tinggi tersebut
terdapat 1000 orang mahasiswa yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok laki-laki sebanyak 600
orang (60%), dan perempuan sebanyak 400 orang (40%). Jika sampelnya
ditetapkan sebanyak 500 dari 1000 orang mahasiswa, maka dalam sampel
itu banyaknya masing-masing kelompok harus seimbang sama dengan
dalam populasi. Kelompok laki-laki sebanyak 300 orang (60%), dan
kelompok perempuan sebanyak 200 orang (40%). Mengenai penetapan
siapa-siapa dari masing- masing golongan dilakukan secara acak (random)
seperti dalam simple random sampling.
Perlu dipahami bahwa sampling bertingkat berbeda dengan quota
sampling. Hal ini dikarenakan elemen-elemen sampel lebih cenderung
dipilih berdasarkan kemungkinan dari pada di dasarkan pada penilaian
atau keinginan peneliti. Tujuan utama dari sampling bertingkat adalah
untuk meningkatkan ketepatan tanpa meningkatkan biaya.
d. Cluster sampling
Berbeda dengan teknik-teknik sampling sebelumnya, dalam teknik
sampling ini yang menjadi unit sampling dalam kerangka sampling adalah
kelompok-kelompok bukan individu atau unsur-unsur sampling itu sendiri.
Dalam cluster sampling, populasi target pertama-tama dibagi ke dalam sub
kelompok atau cluster yang eksklusif. Kemudian sampel acak dari cluster
tersebut dipilih berdasarkan teknik probability sampling, misalnya dengan
menggunakan random sampling.
Perbedaan pokok dari cluster sampling dengan sampling bertingkat
adalah dalam cluster sampling hanya sampel dari sub populasi (cluster)
yang dipilih, sedangkan pada sampling bertingkat semua sub populasi
(strata) dipilih untuk sampling/pengambilan sampel lebih lanjut. Tujuan
utama dari cluster sampling adalah untuk meningkatkan ketepatan.
Sebagai contoh, di kota Malang terdapat 200 kelompok usaha keramik,
mereka ini akan diminta tanggapannya tentang kondisi usaha di Malang.
Setelah dipertimbangkan, besarnya sampel representative ialah sebanyak
30 kelompok usaha. 30 kelompok usaha inilah yang disebut sebagau
cluster sampling. Jadi, bukan individu dalam kelompoknya yang menjadi
sampel, akan tetapi kelompok usahanya.
Untuk menetapkan apakah kita akan memilih nonprobability sampling
atau-kah probability sampling, sangat tergantung pada faktor-faktor
pembeda dan kondisi yang menguntungkan bagi penggunaan kedua jenis
teknik sampling tersebut (Malhotra : 1993)

Syarat Sampling

Teknik sampling bisa dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik
yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Dan apabila keadaan populasi bersifat
heterogen, maka sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak dapat
menggambarkan karakteristik populasi.

Contoh

Suatu studi pedesaan, misal ingin mengetahui banyaknya penduduk yang buang air besar di
jamban, diperkirakan 40%. Diinginkan agar penyimpangan pperkiraan tidak lebih dari 1-%
dari proporsi sebenarnya dengan derajat kepercayaan 100% maka jumlah sampel dapat
dihitung sebagai berikut :

Diketahui :

N = 250

Z = 3.0

p = 0,40

d = 0,10

p = 0,50

dengan rumus yang sama kita dapatkan :

()() ❑ ❑
N ❑ () ❑
() ()

N=

()()
()❑ ()()

Anda mungkin juga menyukai