Disusun Oleh :
CHANDRA AGI SUPENI
NIM. PO7224219 1915
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
AYU WANDIRA
Oleh:
AYU WANDIRA
KETUA
PENGUJI I PENGUJI II
HALAMAN PENGESAHAN
KETUA PENGUJI
MENGETAHUI,
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir saya yang berjudul :
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Tanggal, .............................
Penulis
Materai 6000
AYU WANDIRA
NIM: PO7224219 1913
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal/Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. X G1 P0 A0 H0 usia XX tahun di Praktik
Mandiri Bidan “SRI INDRAYANI STr. M.Keb” Tanjungpinang Tahun 2020
dengan baik dan tepat waktu.
Proposal/Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan pada Program studi
D III Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungpinang Dalam penyusunan
proposal/Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1 Bapak Iwan Iskandar, SKM., MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang.
2 Ibu Rahmadona, M.Keb selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
3 Ibu, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan
serta motivasi kepada penulis, sehingga proposal ini dapat terwujud.
4 Ibu selaku Pembimbing Pendamping yang juga telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan proposal
ini.
5 Ibu selaku Penguji yang juga telah memberikan bimbingan, arahan serta
motivasi kepada penulis dalam penulisan proposal.
6 Pimpinan Praktik Mandiri Bidan “SRI INDRAYANI STr. M.Keb”
beserta pegawai yang telah memberi izin.
7 Ibu .................. yang telah bersedia menjadi subjek dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini. (nanti kalau sudah pada Laporan Hasil)
8 Orang tuaku tercinta bapak Suyatiman dan Ibu Suwarni yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta kasih sayang
yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.
9 Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Tanjungpinang yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi
maupun kompetisi yang sehat dalam penyusunan proposal/Laporan Tugas
Akhir ini.
10 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut
andil dalam terwujudnya proposal/Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kesempurnaan
itu hanya milik Allah, SWT oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
proposal/Laporan Tugas Akhir ini.
Tanjungpinang,.......
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator derajat kesehatan suatu Negara dilihat dari kesehatan
ibu dan anak yang berkualitas serta rendahnya Angka Kematian ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan pengamatan World Health
Organization (WHO), AKI pada tahun 2015 yaitu 216 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup. WHO
menyatakan bahwa kematian ibu dan anak tertinggi terjadi di negara
berkembang (WHO,2018).
Jumlah wanita kehilangan nyawa di seluruh dunia selama
kehamilan dan melahirkan pada tahun 2017 mencapai hingga 279.000-
340.000 jiwa. Negara Sahara afrika dan asia selatan menyumbang sekitar
86% dari semua kematian ibu hamil di seluruh dunia. Rasio kematian ibu
secara global, jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
diperkirakan 199-243 per kelahiran hidup. Mayoritas kematian ibu dapat
dicegah melalui manajemen kehamilan dan perawatan yang tepat saat
melahirkan, termasuk perawatan antenatal oleh penyedia kesehatan yang
terlatih, bantuan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil, serta
perawatan dan dukungan dalam minggu-minggu setelah melahirkan. Data
dari 2014 hingga 2019 menunjukkan bahwa sekitar 81% dari semua
kelahiran secara global terjadi dengan adanya tenaga kesehatan yang
terampil, meningkat dari 64% pada periode 2000-2006 (WHO,2020).
Kematian ibu karena kehamilan dan melahirkan pada tahun 2017
mencapai hingga 279.000-340.000 jiwa, sedangkan antara tahun 2000 dan
2018 angka kematian balita di dunia turun dari 76 per 1000 kelahiran
hidup menjadi 39 per kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal
menurun dari 31 per 1000 kelahiran hidup menjadi 18 per 1000 kelahiran
hidup. Banyak kematian anak dapat dicegah melalui intervensi seperti
imunisasi, pemberian ASI eksklusif, tepat nutrisi, dan pengobatan umum
yang tepat (WHO,2020).
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana masih
terdapat AKI dan AKB. Indonesia didorong untuk melakukan intervensi
struktural,salah satunya adalah dengan mencantumkan target penurunan
AKI ke dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra
Kemenkes) 2015-2019. Dalam Renstra Kemenkes 2015-2019,pemerintah
menargetkan penurunan AKI dari 359 menjadi 306/100.000 KH, serta
penurunan AKB dari 32 menjadi 24/1.000 KH (Kemenkes RI,2015).
Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) (2015), AKI
di Indonesia adalah 305/100.000 KH, serta AKB di Indonesia adalah
15/1.000 KH. Walaupun telah berada dibawah target Renstra Kemenkes
2015-2019,hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu lagi
memperjuangkan penurunan AKI serta AKB. Kematian ibu dan bayi
seharusnya bisa dituntaskan untuk menjamin kehidupan yang sehat dan
menaikkan derajat kesejahteraan bagi semua orang di segala usia
khususnya ibu dan anak.
Provinsi Kepulauan Riau terdapat AKI yaitu 98 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2018 sebesar 120
per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI paling tinggi disebabkan oleh
perdarahan. Selain itu, jumlah AKB di Provinsi Kepulauan Riau pada
tahun 2019 sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2018 sebesar 33 per 1.000 kelahiran hidup
dengan didominasi oleh kasus BBLR (Dinkes Provinsi Kepulauan
Riau,2019).
AKI di Kota Tanjungpinang yang merupakan salah satu kota di
Kepulauan Riau terjadi penurunan pada tahun 2020 sebesar 107,47 per
100.000 kelahiran hidup dibandingkan tahun 2019 AKI berjumlah 130,86
per 100.000 kelahiran hidup dengan 5 kasus kematian ibu disebabkan oleh
emboli air ketuban, syok HPP+emboli air ketuban, eklamsia dan oedema
paru dan kelainan jantung. Selain itu terjadi penurunan AKB di kota
Tanjungpinang pada tahun 2019 yaitu 5,96 per 1.000 kelahiran hidup
dibandingkan tahun 2018 yaitu 6,02 per 1.000 kelahiran hidup dengan 23
kasus kematian (Dinkes Kota Tanjungpinang,2020).
Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan
pasca persalinan bagi ibu dan bayi. Salah satu upaya pemerintah yaitu
melalui pelaksanaan kelas ibu hamil dan program perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K). Sedangkan upaya kesehatan anak yang
dimaksud Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 dilakukan melalui pelayanan
kesehatan janin dalam kandungan, kesehatan bayi baru lahir, kesehatan
bayi, anak balita, dan prasekolah. Salah satu upaya pemerintah untuk
menurunkan AKB yaitu dengan Audit Maternal Perinatal (Kemenkes RI,
2020).
Dalam masa pandemi COVID-19 diharapkan bidan tetap
memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas. COVID 19 merupakan
virus baru yang berasal dari Wuhan, Cina. Ditemukan pada akhir
desember pada tahun 2019. Infeksi virus corona bisa menyebabkan infeksi
pernapasan ringan sampai dengan sedang, seperti Flu, atau infeksi sistem
pernapasan dan paru-paru. virus ini ditularkan dari manusia ke manusia,
infeksi virus corona ditandai dengan beberapa gejala, seperti demam,
batuk, dan sesak napas. Bahkan ada yang terpapar namun tidak
menunjukan gejala (Yuliana, 2020).
Dalam situasi pandemi covid-19, banyak pembatasan hampir ke
semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Kemudian pemerintah menerapkan prinsip-prinsip pencegahan pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan selalu cuci tangan,
menggunakan masker, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olahraga dan
istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikkan
etika batuk-bersin (Kemenkes RI,2020).
Sejalan dengan program pemerintahan bidan juga berperan dalam
pelayanan kebidanan yaitu melalui pelaksanaan asuhan kebidanan
komprehensif dengan mendeteksi secara dini penyakit ataupun hal yang
tidak normal. Asuhan kebidanan komprehensif atau continuity of care
adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus
menerus antara seorang wanita dan bidan. Pelayanan kebidanan dilakukan
mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran,
sampai 6 minggu pertama postpartum (Legawati,2018).
Asuhan kebidanan komprehensif bisa didapatkan di praktik
mandiri bidan (PMB), salah satunya di PMB Hj.Siswati, SST. Pelayanan
yang diberikan di PMB Hj.Siswati sudah terstandarisasi, sesuai teori,
pelayanannya ramah, fasilitasnya sudah memadai dan selalu menerapkan
ilmu-ilmu kebidanan yang up to date. Di PMB Hj.Siswati.,SST juga
menerapkan protokol kesehatan untuk terhindar dari virus covid-19,
seperti menjaga jarak, tetap memakai masker dan mencuci tangan. Dalam
pelayanan sudah sesuai standar praktik kebidanan, jumlah kunjungan ANC
dan INC tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018, AKI dan AKB
tidak ada, dan bidan Hj.Siswati, SST sudah mengikuti TOT (Training of
Trainer) sehingga sering menjadi pelatih dalam pelatihan kebidanan,
diantaranya CTU, APN, dan Midwifery Update di tahun 2019.
Berdasarkan laporan tahun 2019 di praktik mandiri bidan Hj.Siswati.,SST
didapatkan pemeriksaan kehamilan sebanyak 80 orang, dengan kunjungan
K1 sebanyak 45 orang, dan K4 sebanyak 35 orang. Jumlah ibu bersalin
pada tahun 2019 adalah sebanyak 134 orang, kunjungan nifas lengkap
sebanyak 41 orang, kunjungan neonatus lengkap sebanyak 41 orang, dan
juga mengalami 6 kasus rujukan yang disebabkan karena masalah-masalah
kegawatdaruratan seperti solusio plasenta dan atonia uteri. (Siswati,2019).
Dari uraian diatas, sangat penting jika seorang bidan untuk
melakukan asuhan kebidanan komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta untuk menurunkan
AKI dan AKB. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan “Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. X, GPAH Umur XX Tahun di PMB
Hj.Siswati.,SST Tahun 2021”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. X GPAH
umur XX Tahun di PMB Hj.Siswati.,SST Tahun 2021?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.X
GPAH Umur 33 Tahun di PMB Hj.Siswati.,SST Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.X
GPAH Umur XX Tahun di PMB SRI INDRAYANI STr.
D. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta skill dalam
penerapan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil TM III,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan pendokumentasian SOAP.
2. Praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan untuk
pengembangan materi perkuliahan pada program pendidikan dan
studi kepustakaan.
b. Bagi institusi pelayanan
Dapat mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan asuhan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
c. Bagi klien
Dapat menerapkan pengetahuan yang didapat selama masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
E. Sistematika Tulisan
Pada sistematika penulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab yaitu :
1. BAB I PENDAHULUAN, yang meliputi pendahuluana berisi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang meliputi tinjauan kepustakaan
berisi asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidanan persalinan,
asuhan masa nifas, asuhan pada bayi baru lahir, dan kerangka teori.
3. BAB III PERSIAPAN PELAKSANAAN TINJAUAN KASUS, yang
meliputi persiapan pelaksanaan pengkajian berisi tempat, waktu,
subjek, definisi operasional, dan teknik pengumpulan data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ga
m bar
1.
Pemeriksaan leopold
Sumber : (Yulizawati,dkk. 2017).
a) Timbang berat badan dan tinggi badan, tinggi badan ibu untuk
menentukan gizi dan minimal BB ibu naik sebanyak 9 kg atau
setiap bulan nya naik 1kg.
b) Ukur tekanan darah, jika tekanan darah > 140/90 mmHg ibu
dinyatakan hipertensi.
c) Nilai status gizi ( ukur Lingkar Lengan Atas ), jika LILA <
23,5 cm ibu dinyatakan Kurang Energi Kronik (KEK).
d) Ukur TFU (Tinggi Fundus Uteri).
e) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ),
untuk melihat kelainan letak janin atau masalah lain.
f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
bila diperlukan.
g) Beri Tablet tambah darah ( Tablet Fe), ibu mendapatkan
minimal 90 tablet selama kehamilan.
h) Tes atau periksa laboratorium.
i) Tata laksana atau penanganan kasus, apabila ditemukan
masalah segera ditangani atau di rujuk.
j) Temu wicara atau konseling, dilakukan saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan.
C. Asuhan Kebidanan Persalinan
1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Sukarni,dkk,2017).
2 Tujuan Asuhan persalinan
Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai
dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal
(Kurniarum,2016).
3 Standar Asuhan Persalinan
Standar pertolongan persalinan terdiri atas 4 standar, yaitu
sebagai berikut:
a) Standar sembilan asuhan persalinan kala satu
Asuhan persalinan kala I memiliki tujuan untuk
memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman
untuk ibu dan bayi.
1) Pernyataan standar
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah
mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan
yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan
klinis, selama proses persalinan berlangsung.
2) Hasilnya
Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang
memadai dan tepat waktu apabila diperlukan,
meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi
lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih,
berkurangnya kematian atau kesakitan ibu atau bayi
akibat partus lama (Maharani,2017).
b) Standar 10 persalinan kala dua yang aman
Persalinan kala dua yang aman bertujuan untuk
memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan
bayi.
1) Pertanyaan standar
Mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta, dan selaput ketuban secara
lengkap.
2) Persyaratan
Persyaratan yang harus dipatuhi yaitu, bidan
dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban
pecah, bidan sudah terlatih dan terampil dalam
menolong persalinan secara bersih dan aman,
tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk
sarung tangan steril, perlengkapan alat yang cukup
(Maharani,2017).
c) Standar 11 penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga memiliki
tujuan membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan, memperpendek kala tiga, mencegah atonia
uteri dan retensio plasenta.
1) Pernyataan standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar
untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap (Maharani,2017).
d) Standar 12 penanganan tali pusat dengan Gawat Janin melalui
Episiotomi
Penanganan kala dua dengan Gawat janin melalui
episiotomi bertujuan mempercepat persalinan dengan
melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada
saat kepala janin meregangkan perineum.
1) Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat
janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan
episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum
(Maharani,2017).
4 Tanda-tanda persalinan
a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa
bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang
sesak, tetapi sebaiknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih
sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota
bawah (Kurniarum,2016).
b) Pollakisurie
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada
kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam
pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kemih
tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang
disebut polakisuria (Kurniarum,2016).
c) False labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. Ciri-cirinya nyeri
yang hanya terasa di perut bagian bawah, tidak teratur, lamanya
his pendek tidak bertambah kuat dan bila dibawa berjalan
malah sering berkurang, tidak ada pengaruh pada pendataran
atau pembukaan cervix (Kurniarum,2016).
d) Perubahan serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa serviks yang
tadinya tertutup, panjang, dan kurang lunak, kemudian menjadi
lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masing-masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih
dalam keadaan tertutup (Kurniarum,2016).
e) Peningkatan Energi
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-
kira 24-28 jam sebelum persalinan dimulai (Kurniarum,2016).
f) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang
sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler
darah terputus (Kurniarum,2016).
g) Premature rupture of membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah
atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam
24 jam setelah air ketuban keluar (Kurniarum,2016).
5 Tahapan persalinan
a) Kala I persalinan
Persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Proses ini berlangsung
kurang lebih 18-24 jam, yang terjadi menjadi 2 fase, yaitu fase
laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm,
dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan
10 cm. Dalam fase aktif masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu
fase akselerasi, yakni dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3
menjadi 4 cm; fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm; fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi
lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
10 cm (Utami, dkk,2019).
b) Kala II persalinan
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan
cepat kurang lebih 2-3 menit sekali (Utami, dkk,2019).
c) Kala III persalinan
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Utami, dkk, 2019).
d) Kala IV persalinan
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Observasi yang harus dilakukan dikala IV adalah:
a) Tingkat kesadaran ibu
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya pendarahan, pendarahan dianggap normal jika
jumlahnya tidak melebihi 500cc (Utami, dkk ,2019).
6 Kebutuhan dasar ibu bersalin
a) Kebutuhan oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses
persalinan perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I
dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting
artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen
yang tidak adekuat dapat menghambat kemajuan persalinan
dan dapat mengganggu kesejahteraan janin (Kurniarum,2016).
b) Kebutuhan cairan dan nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh
ibu selama proses persalinan. Asupan makanan yang cukup
( makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber
dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Kadar gula yang rendah akan
mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang
kurang akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin
(Kurniarum,2016).
c) Kebutuhan eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan
perlu difasilitasi, untuk membantu kemajuan persalinan dan
meningkatkan kenyamanan pasien. Kandung kemih yang
penuh dapat menghambat proses penurunan bagian terendah
kedalam rongga panggul. Anjurkan ibu untuk berkemih secara
spontan sesering mungkin atau minima 2 jam sekali selama
persalinan. Apabila memungkinkan, anjurkan ibu untuk
berkemih ke kamar mandi, namun apabila sudah tidak
memugkinkan bidan dapat membantu ibu untuk berkemih
dengan wadah penampung urin. Tidak dianjurkan untuk
melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin
(Kurniarum,2016).
d) Kebutuhan kebersihan personal
Kebutuhan hygiene ibu bersalin perlu diperhatikan
dalam memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin, karena
personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman
dan nyaman, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan
integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan
psikis (Kurniarum,2016).
e) Kebutuhan istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan
istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama
proses persalinan yang dimaksud adalah memberikan
kesempatan kepada ibu untuk mencoba rileks tanpa adanya
tekanan emosi dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his,
ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his,
makan atau minum, atau melakukan hal yang menyenangkan
yang lain untuk melepas lelah (Kurniarum,2016).
f) Posisi dan ambulasi
Bidan dapat membantu agar ibu tetap rileks dan tenang,
maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan
posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam
memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta
menjelaskan alternatif- alternatif posisi persalinan bila posisi
yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan harus memahami posisi-
posisi melahirkan, bertujuan agar proses kelahiran bayi dapat
berjalan senormal mungkin (Kurniarum,2016).
3 Tahapan Nifas
a) Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
jalan-jalan.
b) Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama nya
6-8 minggu.
c) Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
(Sukma,2017)
4 Perubahan Fisiologis Nifas
a) Permulaan hingga proses laktasi.
b) Perubahan fisiologis dalam berbagai sistem tubuh lain.
c) Perubahan tanda-tanda vital
1) Temperatur, selama 24 jam pertama dapat meningkat
sampai 38 derajat sebagai akibat efek dehidrasi persalinan.
Setelah 24 jam wanita tidak harus demam (Asih,2016).
2) Denyut nadi, pada kisaran normal adalah 60-80x/menit.
3) Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit
saat istirahat (Asih,2016).
d) Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus, akan berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi )
sehingga akhirnya kembali seperti semula (Walyani,2017).
2) Lochea, adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
a) Lochea rubra ( cruenta ), berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari postpartum
(Walyani,2017).
b) Lochea sanguinolenta, berwarna kuning berisi darah
dan lendir, dari hari ke 3-7 postpartum (Walyani,2017).
c) Lochea serosa, berwarna kuning cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 post partum (Walyani,2017).
d) Lochea alba , sejak 2-6 minggu setelah persalinan,
warnanya putih kekuningan mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati
(Asih,2016)
3) Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3
jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
(Walyani,2017).
4) Vulva dan vagina dalam beberapa hari pertama , kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah
3minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol (Walyani,2017).
5) Perineum, segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala
bayi yang bergerak maju. Pada postpartum hari ke 5,
perineum sudah mendapat sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendor dari pada keadaan sebelum
melahirkan (Walyani,2017).
5 Perubahan Psikologis
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain :
a) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Ibu berfokus pada dirinya sendiri, sehingga
cenderung pasif terhadap lingkungannya. Gangguan psikologi
yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah kekecewaan
pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik
yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui
bayinya, kritikan suami atau keluarga tentang perawatan
bayinya (Asih,2016).
b) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan
adalah komunikasi yang baik dan dukungan (Asih,2016).
c) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya.Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan.Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan
diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran baru nya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya
(Asih,2016).
6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a) Nutrisi dan cairan
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional
dengan jumlah ASI yang dihasilkan dan lebih tinggi selama
menyusui dibanding pada saat hamil. Nutrisi yang digunakan
oleh ibu menyusui pada 6 bulan pertama = 640-700 kal/hari
dan 6 bulan kedua = 510 kal/hari. Dan tambahan zat besi
diperoleh dari pil zat besi (Fe) untuk menambah zat gizi
setidaknya diminum 40 hari pasca persalinan (Sutanto,2018).
b) Ambulasi dan Mobilisasi dini
1) Melancarkan pengeluaran lochea.
2) Mengurangi infeksi puerperium.
3) Mempercepat involusi uterus.
4) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.
5) Mempercepat fungsi ASI.
6) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
7) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c) Eliminasi
Ibu nifas akan merasakan nyeri dan panas saat buang air
kecil kurang lebih selama 1-2 hari, terutama dialami oleh ibu
yang baru pertama kali melahirkan melalui persalinan normal
padahal BAK secara spontan normalnya terjadi setiap 3-4 jam.
Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh trauma usus
bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara usus tidak
berfungsi dengan baik (Sutanto,2018)
d) Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 x
sehari, melakukan perawatan perineum untuk mencegah infeksi
(Sutanto,2018).
e) Seksual
Dinding vagina akan kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu. Hubungan seksual dapat
dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh
dan lochea telah berhenti dan sebaiknya dapat ditunda sedapat
mungkin hingga 40 hari setelah persalinan (Sutanto,2018).
f) Latihan senam nifas
Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan
panggul karena dapat mengurangi sakit punggung. Jelaskan
bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu seperti (Sutanto,2018) :
1) Latihan kegel.
2) Latihan pernafasan diafragma.
3) Latihan mengangkat pinggul.
4) Latihan mengangkat kepala.
5) Latihan meluncurkan kaki.
7 Kunjungan Nifas
Frekuensi kunjungan pada masa nifas menurut Walyani
(2017) adalah:
1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi
hipotermi.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan penyulit.
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1. Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
8 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
a) Memeriksa tanda-tanda vital ibu
Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah
ibu secara teratur minimal sekali dalam satu jam jika ibu
mengalami masalah kesehatan.
b) Membersihkan alat kelamin ( personal hygiene)
Cucilah alat kelamin dari atas ke bawah menjauhi
vagina. Berhati-hatilah untuk tidak membawa apapun naik ke
atas dari anus menunju vagina, karena sepotong kecil feses
yang kasat mata bisa menyebabkan infeksi.
c) Mencegah perdarahan hebat.
d) Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainnya.
e) Bantu ibu buang air.
f) Perhatikan gejala infeksi pada ibu (Walyani,2017).
E. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
1 Definisi
Menurut Saifuddin (2002) di Rahayu (2017) bayi baru lahir
adalah bayi yang baru dilahirkan selama satu jam pertama
kelahiran. Lahirnya pada usia gestasi 38-42 minggu. Sedangkan
menurut Depkes RI bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-
4000 gram.
2 Tujuan
Secara umum, tujuan atau aspek penting dari asuhan bayi baru
lahir normal adalah sebagai berikut :
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
b) Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan ikut
ibunya dengan segera.
c) Menjaga pernapasan.
d) Merawat mata ( Putra,2012 ).
3 Kunjungan neonatus
Menurut Kemenkes RI (2020) di dalam buku KIA agar
kondisi bayi baru lahir tetap sehat dan optimal maka mendapatkan
pemeriksaan dan pelayanan yang dilakukan oleh bidan :
a) 0 - 6 jam setelah lahir
b) 6 – 48 jam setelah lahir (KN 1)
c) Hari 3 – 7 setelah lahir (KN 2)
d) Hari 8 – 28 setelah lahir (KN 3)
4 Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir
a) Kebutuhan Asuh, kebutuhan dasar fisik seperti nutrisi,
pakaian, tempat tinggal,
b) kebutuhan perawatan kesehatan dasar, hygiene dan sanitasi
lingkungan, beraktivitas, istirahat, rekreasi.
c) Kebutuhan Asih, kebutuhan terhadap emosi dan kasih sayang
seperti kasih sayang orang tua, rasa aman.
d) Kebutuhan Asah, kebutuhan akan stimulasi mental seperti
pendidikan dan pelatihan (Setiyani,dkk, 2016).
5 Asuhan bayi baru lahir
Menurut Rahayu (2017) asuhan pada bayi baru lahir yaitu :
a) Pastikan pernafasan bayi baru lahir, melakukan resusitasi
neonatus setelah bayi lahir yang tidak menangis.
b) Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu
pendek dan harus diawasi setiap hari.
c) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu
bertuliskan nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan atau
kaki.
d) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.
e) Meletakkan bayi dalam transisi ( jika keadaan umum baik),
atau dalam inkubator jika ada indikasi.
f) Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus,
atau rawat intensif.
g) Melakukan prosedur rujukan bila perlu.
6 Perawatan pada bayi baru lahir
a) Melakukan penilaian
b) Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme kehilangan panas :
1) Evaporasi
Penguapan air ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin , seperti
meja, timbangan, dan tempat tidur.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin.
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
c) Membebaskan jalan napas
d) Merawat tali pusat
e) Mempertahankan suhu tubuh bayi
f) Pencegahan infeksi
1) Memberikan vitamin K
2) Memberikan obat tetes mata atau salep mata, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0,5% sedangkan salep
mata diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
g) Identifikasi bayi (Sinta,2019).
F. Pendokumentasian SOAP
1 Data Subjektif
Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama
adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Sudarti dan
Afroh, 2011).
2 Data objektif
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama adalah
pengkajian data, terutama data yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya (Sudarti dan
Afroh, 2011).
3 Assessment
Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,
dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun
data objektif (Sudarti dan Afroh, 2011).
4 Planning
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya
(Sudarti dan Afroh, 2011).
G. Upaya pencegahan umum yang dapat dilakukan oleh ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada pandemi covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020), Upaya pencegahan umum yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut:
1 Bagi ibu hamil
a Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan
dokter agar tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke
fasyankes tetap melakukan pencegahan penularan COVID-19
secara umum.
b Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan
PencegahanKomplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter
melalui media komunikasi.
c Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam
buku KIA), maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika
tidak terdapat tanda-tanda bahaya,pemeriksaan kehamilan
dapat ditunda.
e Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan
setelah usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin
(minimal 10 gerakan per 2 jam).
f Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan
diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil / yoga /pilates / aerobic / peregangan secara mandiri
dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.
g Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
h Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi bebas
dari pandemi COVID-19.
2 Bagi ibu bersalin
a Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.
b Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke
fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
c Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai
tatalaksana persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.
d Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan sebelumnya.
3 Bagi ibu nifas dan bayi baru lahir
a Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa
nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya,
maka periksakan diri ke tenagakesehatan.
b Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas
yaitu :
1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua)
hari pasca persalinan;
2) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)
hari pascapersalinan
3) ;KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28
(dua puluh delapan) hari pascapersalinan;
4) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai
dengan 42(empat puluh dua) hari pasca persalinan.
c Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan
menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya
pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas,ibu dan
keluarga.
d Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan
membuat perjanjian dengan petugas.
e Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial
saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali
pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian
salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.
f Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas
kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital
(SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
g Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan
upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas
ataupun ibu dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal yaitu :
1) KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48
(empat puluh delapan) jam setelah lahir;
2) KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)
hari setelah lahir;
3) KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari setelah lahir.
h Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk
ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
(sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan
tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau
permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
H. Kerangka Teori
ASUHAN KEHAMILAN
ASUHAN PERSALINAN
Pemeriksaan kehamilan dengan
standar 10 T yaitu: TB, TD, LILA, Asuhan persalinan normal 60
TFU, Imunisasi, TT, Tablet Fe, langkah APN dengan prinsip
Presentase & DJJ, Temu wicara, sayang ibu dan sayang bayi
Tes laboratorium, Tata laksana
meliputi:
kasus minimal 6 kali selama
kehamilan:
Kala I
2 kali trimester I
1 kali trimester II Kala II
3 kali trimester III Kala III
Kala IV
Asuhan nifas terdiri dari 3 kali Asuhan neonatus terdiri dari 3 kali
kunjungan: kunjungan yaitu: