Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH : SUPERVISI PENDIDIKAN

TUGAS MAKALAH
SUPERVISI MANAJERIAL DAN KENDALANYA
Dosen Pengampu : Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd.

Dibuat oleh :
KELOMPOK VIII
1. Bustamil Arifin (NPM. 18510025)
2. Endah Cipta Ningrum (NPM. 18510063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
APRIL 2019
TUGAS MAKALAH
SUPERVISI MANAJERIAL DAN KENDALANYA
Dosen Pengampu : Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd.
pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Supervisi Pendidikan

Dibuat oleh :
KELOMPOK VIII
1. Bustamil Arifin (NPM. 18510025)
2. Endah Cipta Ningrum (NPM. 18510063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
APRIL 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul Supervisi Manajerial dan Kendalanya. Tak lupa sholawat
serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang
kita harapkan syafaatnya di dunia maupun di akhirat kelak.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini walaupun
dengan bentuk dan isi yang sederhana. Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan
tugas kelompok perkuliahan Program Studi Manajemen Pendidikan (S2),
Program Pascasarjana UPGRIS, mata kuliah Supervisi Pendidikan yang diampu
oleh Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M. Pd. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses
pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi pembaca untuk memperluas wawasan dan juga pengetahuan
tentang Supervisi Manajerial dan Kendalanya. Kami sangat menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna karena berbagai keterbatasan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 27 April 2019

Pemakalah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 3
C. Tujuan ……………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Manajerial..………………………………………… 4
B. Tujuan Supervisi Manajerial ..……………………………………………. 5
C. Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial…..………………………………….. 6
D. Peranan Supervisi Manajerial ……………………………………………. 7
E. Sasaran Supervisi Manajerial …………………………………………….. 8
F. Kompetensi Supervisor Manajerial ………………………………………. 9
G. Metode dan Teknik Supervisi Manajerial ………………………………... 11
H. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Manajerial ……………… 15

BAB III PENUTUP


A. Simpulan …………………………………………………………………. 18
B. Saran ……………………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan sesuai dengan
dinamika kehidupan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, hal ini ditandai dengan perubahan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Banyak hal yang mengalami perubahan dalam undang-
undang tersebut. Perubahan yang menonjol adalah perubahan paradigma
pelaksana pendidikan. Ada dua sebutan untuk pelaksana pendidikan, yakni
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Seiring dengan itu Departemen
Pendidikan Nasional melakukan restrukturisasi organisasi, maka lahirlah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Struktur Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Dalam struktur itu
muncul direktorat jenderal baru, yaitu Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Direktorat ini berkonsentrasi
meningkatkan mutu pendidik dan dan tenaga kependidikan. Dengan
demikian hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah bersungguh-
bersungguh menangani pendidikan di Tanah Air.
Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan, dengan tugas dan
fungsinya di sekolah tentu mengacu kepada UU RI No. 20 Tahun
2003 beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 118 Tahun 1996, bab
I, pasal 1, ayat (1) menyatakan, ”Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, dan wewenang secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di
sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, dasar, dan
menengah.”

1
Di dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
teknis pendidikan berubah menjadi bidang akademik dan administrasi
menjadi bidang manajerial.
Supervisi merupakan salah satu strategi untuk memastikan bahwa
seluruh langkah pada proses penyelengggaraan dan semua komponen hasil
pendidikan yang akan dicapai memenuhi target. Supervisi adalah strategi
manajemen yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa
mutu yang diharapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan
evaluasi memenuhi standar yang telah ditentukan. Praktik supervisi selalu
berubah seiring dengan tumbuhnya kesadaran para pemangku kepentingan
untuk meningkatkan penjaminan mutu. Kesadaran akan pentingnya
meningkatkan mutu terkait dengan peran, fungsi, dan pembagian tugas dalam
organisasi. Pelaksanaannya selalu terkait pada konsistensi lembaga, kegiatan
akademik, profesionalisme, dan kesungguhan penyelenggara pendidikan akan
pentingnya memastikan bahwa mutu yang diharapkan dapat terus terjaga
sejak langkah perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauannya.
       Ditinjau dari objek yang disupervisi, maka terdapat tiga macam bentuk
supervisi, yaitu supervisi akademik, supervisi manajerial dan supervisi
lembaga. Supervisi akademik yaitu menitikberatkan pengamatan supervisor
pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada
dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam
proses pembelajaran. Supervisi manajerial yaitu menitikberatkan pengamatan
supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dan pelancar terlaksananya pembelajaran. Dan supervisi lembaga yaitu
menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di
sekolah.
Berdasarkan uaraian di atas, pada kesempatan kali ini, kelompok kami
akan membahas mengenai supervisi manajerial yaitu mengenai konsep dasar
dan apa saja kendala-kendalanya.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan supervisi manajerial?
2. Apa tujuan, prinsip, peranan dan sasaran supervisi manajerial?
3. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh supervisor manajerial?
4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi manajerial?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian supervisi manajerial.
2. Untuk mengetahui tujuan, prinsip, peranan dan sasaran supervisi
manajerial
3. Untuk mengetahui kompetensi supervisor manajerial
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi
manajerial

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Manajerial


Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik.
Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek
pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik

3
menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik,
berupa pembelajaran yang baik di dalam maupun di luar kelas.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, disyaratkan bahwa
pengawas sekolah dituntut untuk menguasai kompetensi supervisi manajerial.
Ruang lingkup supervisi manajerial terdiri dari pemantauan, penilaian, dan
pembinaan. Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dalam supervisi manajerial adalah monitoring dan evaluasi.
Tetapi metode lainnya dapat digunakan sesuai dengan kondisisekolah dan
masalah yang akan dipecahkan di sekolah.
Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan,
pembinaan, dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen
sekolah lainnya dalam mengelola, mengadministrasikan, dan melaksanakan
seluruh aktivitas sekolah, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah dan memenuhi
standar pendidikan nasional.
Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas (2009) menyatakan bahwa
supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM)
kependidikan dan sumber daya lainnya.
Supervisi manajerial yang dimaksud oleh penulis adalah suatu usaha
pemberian bantuan yang diberikan oleh supervisor kepada pendidik dan
tenaga kependidikan dalam rangka pembinaan, pemantauan, dan penilaian
mulai dari rencana program, proses, sampai dengan evaluasi, hasil dan
laporan kegiatan. Bimbingan dan bantuan yang dimaksud diberikan kepada
kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah. Supervisi
manajerial ini juga menitik beratkan pada pengamatan dalam aspek
pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran.

4
B. Tujuan Supervisi Manajerial
Menurut Mohyani (2012), tujuan supervisi manajerial yaitu
memampukan (enabling) kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dan memimpin sekolah/madrasah
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di madrasah secara
berkelanjutan.
Berubahnya kurikulum dari KTSP 2006 ke KTSP 2013 secara langsung
menuntut peningkatan fungsi supervisi manajerial seorang pengawas. Dengan
munculnya manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah,
pengawas harus melakukan pendampingan secara efektif sebagai wujud
tajamnya supervisi manajerial dengan target berlangsungnya perubahan-
perubahan di sekolah dengan baik untuk implementasi kurikulum 2013.
Supervisi manajerial dilakukan agar pengawas memastikan bahwa
administrasi sekolah dapat:
1. Memberi arah dalam penyelenggaraan sekolah
2. Menjadi umpan balik bagi perbaikan proses dan hasil pendidikan
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah
4. Tertib administrasi
5. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif,
inovatif,kreatif, efektif, dan menyenangkan.
6. Menunjang tercapainya program sekolah secara efektif dan efisien.
.
C. Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial,
adalah:
1. Pengawas harus menjauhkan dir dari sifat otoriter, dimana bertindak
sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan
2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat
terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972)

5
3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan
tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu –wakitu jika ada
kesempatan (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973)
4. Supervisi harus demokratis. Supervisi tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif
dan kooperatif
5. Program supervisi harus integrasi. Di dalam setiap organisasi pendidikan
terhadap bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu
tujuan pendidikan (Alfonso, dkk 1981)
6. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup
keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan
aspek lainnya
7. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari
kesalahan-kesalahan guru
8. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi keberhasilan program supervisi harus obyektif .
obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi
itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang
dihadapi sekolah.

D. Peranan Supervisi Manajerial


Di dalam buku Jerry H. Makawimbang (2011:79) dalam melaksanakan
supervisi manajerial, pengawas sekolah memiliki peranan khusus sebagai :
1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2. Programmer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi,
misi, tujuan, dan program pendidikan di sekolah.
3. Komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas
di sekolah.

6
4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di
sekolah.
5. Builder yaitu
a. Membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen)
dan administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dan
b. Membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah:
1) Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah
dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya
di sekolah
2) Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional
pendidikan di sekolah dan
3) User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk
membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.
E. Sasaran Supervisi Manajerial
Menurut Jerry (2011), supervisi manajerial menitikberatkan
pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai
pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran. Sasaran supervisi
manajerial adalah membantu kepala sekolah dan tenaga kependidikan di
sekolah di bidang administrasi sekolah yang meliputi :
1. Administrasi kurikulum
2. Administrasi keuangan
3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan
4. Administrasi tenaga kependidikan
5. Administrasi kesiswaan
6. Administrasi hubungan dan masyarakat dan
7. Administrasi persuratan dan pengarsipan

7
Supervisi manajerial ditujukan pada pelaksanaan administrasi dan
pengelolaan sekolah. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan
metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat. Administrasi sebagai
tugas (kewajiban) dalam konteks pendidikan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi:
1. Administrasi standar isi
2. Administrasi standar kompetensi lulusan
3. Administrasi standar proses
4. Administrasi standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Administrasi standar sarana dan prasarana
6. Administrasi standar pengelolaan
7. Administrasi standar pembiayaan,dan
8. Administrasi standar penilaian.
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah
terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa administrasi sekolah adalah
pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya sekolah secara efisien
dalam penyelenggaraan pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah
tercapai secara optimal.

F. Kompetensi Supervisi Manajerial


Kompetensi utama seorang supervisor terletak pada kemampuan
personalnya. Persyaratan untuk semua supervisor, yaitu: teknikal, human,
manajerial atau administrative. Ketiga kompetensi tersebut disebut gabungan
keterampiilan (skill mix). Dimensi teknikal berkaitan dengan kemampuan
menggunakan pengetahaun, metode, tekhnik, dan peralatan dalam
melaksanakan kurikulum dan sistem pengalamannya. Keterampilan
manajerial mencangkup perencanaan, organisasi, staffing, pendelegasian
tanggung jawab, manajemen. Keterampilan manajerial supervisor juga
mencangkup kemampuan menghubungkan kerja unit dengan unit yang lain

8
bagian dari lembaga pendidikan. Kerja unit ini bisa berupa hasil kerja guru
satu dengan lainnya atau kerja dari staf administrasi sebagai pendukungnya.
Keterampilan human dalam supervisi merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan perubahan untuk perbaikan
atau peningkatan. Untuk itu seorang supervisor harus mampu berkomunikasi
dengan baik, termasuk kemampuan menyampaikan saran dengan baik, yaitu
mudah dipahami. Jadi seorang supervisor  harus menguasai pengetahuan
tentang substansi yang dipantau dan dievaluasi, memiliki keterampilan
berhubungan dengan orang lain termasuk berkomunikasi, dan memiliki
keterampilan dalam pengelolannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh supervisor dapat juga
disebut sebagai berikut:
1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang
tepat.
2. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program
pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat.
3. Memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi.
4. Menyusun program supervisi pendidikan.
5. Melaksanakan program supervisi pendidikan.
6. Memanfaatkan hasil-hasil supervisi.
7. Melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor dalam
melaksanakan tugas dan tunggung jawab dalam rangka pembinaan dan
penyegaran terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian
a. Menyadari akan tugass dan tanggung jawabnya sebagai pengawas
satuan pendidikan yang professional:
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan
dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas profesinya.
c. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang profesional.

9
2. Manajerial
a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
b. Menyusun program kepengawasan berdassarkan visi-misi-tujuan dan
program sekolah-sekolah binaanya.
c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.
d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan
berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS).
e. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan
pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan
pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, keuangan, lingkungan sekolah dan peran
serta masyarakat.
f. Membantu kepala sekolah  dalam menyusun indicator keberhasilan
mutu pendidikan di sekolah.
g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggung jawabnya.
h. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku.
i. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah
binaanya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan
dan program pengawasan berikutnya.
j. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan
dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
k. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepala guru
dan kepala sekolah.
l. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada
sekolah-sekolah binaanya.

10
G. Metode dan Teknik Manajerial
1. Metode-metode supervisi manajerial
Dalam buku Jamal Ma’mur Asmani (2012:115) merujuk pada tulisan
yang dipublikasikan oleh Direktorat Jendral Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas (2008), berikut adalah
beberapa metode supervisi manajerial yang dapat dikembangkan oleh
para pengawas sekolah.
a. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dan supervisi manajerial yaitu monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditunjukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah. Misalnya,
mencari kesesuaian penyelenggaraan pendidikan dengan rencana,
program dan/atau standar yang telah ditetapkan. Selain itu, juga
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam
pelaksanaan program (Rochiat, 2008: 115).
Monitoring berpusat pada pengontrolan selama program
berjalan dan bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh
umpan-balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk
menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati
dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangkan dan dijalankan
dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan
monitoring ini, tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan
perangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indicator sekolah
yang harus diamati dan dinilai.
Secara tradisional, pelaksanaan pengawasan melibatkan
tahapan (a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b)
mengukur prestasi, (c) menganalisis prestasi atas standar yang harus
dipenuhi, dan (d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak
memenuhi standar (Nanang Fattah, 1996: 102). Dalam

11
perkembangan trakhir, kecendrungan pengawas dalam dunia
pendidikan juga mengikuti sesuatu yang dilakukan pada industri,
yaitu dengan menerapkan total quality control. Pengawasan ini tentu
saja terfokus pada pengendalian mutu dan bersifat internal.
Oleh karena itu, pada akhir-akhir ini, setiap lembaga
pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu. Sedangkan,
evaluasi ditunjukan mengetahui tingkat kesuksesan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah atau keberhasilan yang telah dicapai dalam
kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a)
mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui
keberhasilan program, (c) mendapat bahan/masukan dalam
perncanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian
(judgment) terhadap sekolah.

b. Refleksi dan Focused Group Discussion


Sesuai dengan paradigma baru dalam manajemen sekolah,
yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgment keberhasilan
atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau
mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas sekolah.
Hasilmonitoring yag dilakukan oleh pengawas sekolah hendaknya
disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan guru.
Secara bersama-sama, pihak sekolah dapat melakukan refleksi
terhadap data yang terkumpul, kemudian menemukan sendiri faktor-
faktor penghambat dan pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD),
yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok
terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan
kebutuhan, tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan
pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan
kelemahan) sekolah, dan menentukan langkah-langkah starategis

12
maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah.
Peran pengawas sekolah dalam hal ini adalah sebagai fasilitator
sekaligus narasumber apabila diperlukan untuk memberikan
masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

c. Metode Delphi
Metode Delhpi dapat digunakan oleh pengawasan sekolah
dalam membatu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya.
Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS), sebuah sekolah harus memiliki
rumusan visi, misi, dan tujuan yang jelas, serta realistis yang digali
dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, dan  pandangan
seluruh stakeholder.
Sejauh ini, kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi
dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi filosofi dan
pendalaman terhadap potensi yang dimiliki. Akibatnya, visi dan misi
tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga
sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan
banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status
yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah.
Misalnya, sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah,
dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid dan guru.
Dengan demikian, biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh
orang-orang berbicara di forum. Selebihnya, peserta hanya menjadi
pendengar yang pasif.
Metode Dephi dapat disampaikan oleh pengawas sekolah
kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang
melibatkan banyak pihak.
Langkah-langkahnya, menurut Gorton (1976:26-27), adalah
sebagai berikut:

13
1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap
memahami persoalan dan hendak diminta pendapatnya mengenai
pegembangan sekolah.
2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama/identitas.
3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh
peserta yang minta pendapatnya.

d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang
dapat ditempuh oleh pengawas sekolah dalam melakukan supervisi
manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat
melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan/atau
perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan
tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan
kelompok kerja kepala sekolah atau organisasi sejenis lainnya.
Sebagai contoh, pengawas sekolah dapat mengambil inisiatif untuk
mengadakan workhshop tentang pengembangan KTSP, sistem
administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian, dan lain
sebagainya.

2. Teknik-teknik Supervisi Manajerial


Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat
menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada

14
kepala Sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus
dan bersifat perorangan.
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala
Sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi
(http://urayiskandar.blogspot.com/2012/06/penggunaan-metode-dan-
teknik-supervisi.html).

H. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Manajerial


Kendala pelaksanaan supervisi manajerial yang ideal dapat
dikategorikan dalam dua aspek, yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur
birokrasi pendidikan di Indonesia ditemukan kendala antara lain sebagai
berikut :
1. Secara legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan
supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang
pendidikan yang masih dekat dengan era inspeksi.
2. Lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan pada pengawasan
administrasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Asumsi yang
digunakan adalah apabila administrasinya baik, maka pengajaran di
sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru.
3. Rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus
dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa
misalnya, seorang pengawas harus menempuh puluhan bahkan ratusan
kilo meter untuk mencapai sekolah yang diawasinya
4. Persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan
promosi terhadap jabatan pengawas juga belum mencerminkan perhatian

15
yang besar terhadap pentingnya implementasi supervisi pada ruh
pendidikan, yaitu interaksi belajar mengajar di kelas. 

Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain :


1. Para pengambil kebijakan tentang pendidikan belum berpikir tentang
pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka
mutu pendidikan yang diminta oleh customers sebenarnya justru terletak
pada kualitas interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal
ini belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja
para pelaksana di lapangan.
2. Nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa dalam interaksi
fungsional dan professional antara pengawas, kepala sekolah dan guru.
Budaya ewuh-pakewuh, menjadikan pengawas atau kepala sekolah tidak
mau masuk terlalu jauh´ pada wilayah guru.
3. Budaya paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun
hubungan professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas.
Guru menganggap mereka sebagai atasan sebaliknya pengawas
menganggap kepala sekolah dan guru sebagai  bawahan. Inilah yang
menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang
menjadi syarat pelaksanaan supervisi.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi
dan efektivitas sekolah yang mencangkup perencanaan, koordinasi,

16
pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.
2. Tujuan supervisi manajerial yaitu memampukan (enabling) kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan meningkatkan kinerjanya dalam
mengelola dan memimpin sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan di madrasah secara berkelanjutan. Prinsip-
prinsip supervisi manajerial yaitu supervisi harus dilakukan secara
berkesinambungan, supervisi harus demokratis, program supervisi harus
integrasi, supervisi harus  komprehensif, supervisi harus konstruktif,
supervisi harus obyektif, dsb. Dalam melaksanakan supervisi manajerial,
pengawas sekolah memiliki peranan khusus sebagai konseptor,
programmer, komposer, reporter dan builder. Sedangkan sasaran
supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan tenaga
kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah.
3. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh supervisor yaitu
mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang
tepat, mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program
pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat, memahami dan
menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi, menyusun program
supervisi pendidikan, melaksanakan program supervisi pendidikan,
memanfaatkan hasil-hasil supervisi, melaksanakan umpan balik dari hasil
supervisi.
4. Kendala pelaksanaan supervisi manajerial dikategorikan secara struktural
(jabatan pengawas bukan supervisor, lingkup tugas pengawas, rasio
pengawas-sekolah, persyaratan kompetensi) dan secara kultural
(kurangnya budaya mutu, nilai budaya interaksi sosial kurang positif,
budaya paternalistik)

B. Saran

17
1. Pelaksanaan supervisi manajerial hendaknya menjadi kebutuhan sekolah,
sehingga tidak ada kesan bahwa melaksanakan supervisi manajerial
hanya untuk pemenuhan tugas administratif saja.
2. Dalam pelaksanaan supervisi manajerial hendaknya benar-benar ada
program tindak lanjut yang optimal sehingga mutu sekolah juga akan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Suverpisi Pendidikan Sekolah.


Jogjakarta: DIVA press.

Dirjen PMPTK Depdiknas. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi


Manajerial (Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas
Sekolah) . Jakarta.

Makawimbang, Jerry H. 2011. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan.


Bandung: Alpabeta.

Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:


Alpabeta.

Sahertian,  A. Piet. 1981. Prinsip & tehnik SUPERVISI PENDIDIKAN. Surabaya:


Usaha Nasional.

Daftar Laman

http://mohyani.blogspot.com/2012/12/kompetensi-supervisi-manajerial.html

http://uray-iskandar.blogspot.com/2012/06/penggunaan-metode-dan-teknik-
super visi.html

18

Anda mungkin juga menyukai