Anda di halaman 1dari 21

RESIKO DAN PENGENDALIAN KECURANGAN DRIVER PADA TRANSPORTASI

BERBASIS ONLINE DI PT. GOJEK MALANG

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh :

Hamzah Syahid Ramadhan


145020301111087

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RESIKO DAN PENGENDALIAN KECURANGAN DRIVER PADA TRANSPORTASI
BERBASIS ONLINE DI PT. GOJEK MALANG

Hamzah Syahid Ramadhan, Bambang Hariadi, M. Ec., Ak.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: hamzahsr17@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai macam resiko kecurangan driver transportasi
online yang terjadi di PT. Gojek Malang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Proses penelitian ini mencakup pengidentifikasian terhadap bentuk-bentuk kecurangan dan
sistem pengendalian. Pengumpulan data serta informasi penelitian dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi, dokumentasi serta dukungan data primer lainnya, untuk mengindentifikasi bagaimana bentuk
penyimpangan dan kecurangan yang terjadi serta sistem pengendaliannya. Hasil penelitian yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah terdeteksi adanya beberapa bentuk kecurangan serta penyimpangan di PT.
Gojek Malang, sistem pengendalian PT. Gojek Malang yang sudah cukup baik dengan beberapa
perbaikannya serta tindaklanjutnya dalam mengatasi dan mencegah kecurangan dan penyimpangan
tersebut.

Kata Kunci: Transportasi Online, Kecurangan, Pengendalian Internal

A. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan salah satu bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Pentingnya peranan transportasi ini menyebabkan sistem tatanan transportasi harus
diperhatikan secara terpadu dan mampu menyediakan jasa transportasi yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat dan hemat biaya. Manusia sebagai makhluk
sosial memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Adanya
kemungkinan bahwa seluruh kegiatan atau kebutuhan tidak dapat terpenuhi di satu lokasi, sehingga manusia
memerlukan transportasi untuk melakukan pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan menggunakan transportasi (Salim, 2000).
Seiring dengan berjalannya waktu di era perkembangan teknologi ini, budaya transportasi juga ikut
berkembang. Perubahan transportasi dari yang awalnya menggunakan tenaga hewan seperti kuda, kerbau,
sapi, lalu ada becak hingga sampai sekarang sudah menggunakan mesin berbahan bakar seperti motor,
mobil, kereta, pesawat dan lainnya. Perkembangan teknologi ini juga memicu inovasi dalam bidang
transportasi, yaitu yang sekarang kita kenal dengan sebutan transportasi online yang belakangan ini sudah
menjadi pilihan bagi masyarakat untuk solusi transportasi. Transportasi online adalah sistem transportasi
yang menawarkan jasa layanannya dengan melalui internet dan pemesanan menggunakan sebuah aplikasi
di smartphone. Sebenarnya cara kerjanya sama namun yang berbeda adalah pada cara pemesanannya dan
tarifnya.
Transportasi konvensional dalam pelaksanaanya customer menemui driver yang biasanya ada
disuatu pangkalan, sedangkan pada transportasi online, customer menghubungi drivernya dengan
menggunakan aplikasi. (Andika, 2016). Penggunaan aplikasi inilah yang ditawarkan oleh transportasi
online kepada para pengguna atau masyarakat yang diharapkan dapat membantu memudahkan untuk
mencari ojek atau driver secara mudah dan cepat. Aplikasi ini juga diharapkan tidak hanya membantu
masyarakat pengguna saja, namun juga dapat membantu para driver untuk mendapatkan customer dengan
lebih mudah juga, sehingga tidak perlu berlama-lama lagi menunggu customer di pangkalan ojeknya.
Masyarakat dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari pasti akan memilih transportasi yang lebih
efektif untuk mobilisasinya. Salah satunya adalah dengan memilih ojek, karena dirasa dengan ojek bisa
menghindari kemacetan yang mungkin terjadi di jalan daripada menggunakan mobil. Seperti yang sudah
disinggung sebelumnya, pada ojek awalnya customer harus menuju pangkalan ojek jika ingin menggunakan
jasanya dan untuk tarif biasanya antara customer dan driver bisa saling tawar menawar, namun bagi
masyarakat yang kurang paham mengenai tarif ojek konvensional biasanya bisa menjadi korban dari para
pengendara nakal yang memberikan tarif lebih tinggi. (Handayani, 2018)
Transportasi online menawarkan berbagai macam kemudahan dengan inovasinya. Dalam hal ini,
Gojek hadir sebagai pelopor ojek online di Indonesia. Menurut peneliti, kota malang cukup layak untuk
menjalankan bisnis transportasi online ini, mengingat jumlah penduduk kota malang yang mulai cukup
padat dan ditambahnya lagi oleh para pendatang yang berasal dari luar kota malang. Salah satu bisnis yang
berkembang saat ini adalah bisnis jasa transportasi ini. Perbandingan pada awalnya, ojek dikelola secara
manual atau sendiri, sekarang hadir Gojek menyediakan jasa transportasi online yang dikelola secara
professional. Semakin banyaknya jenis transportasi umum dan pribadi yang beroperasi di kota malang
menyebabkan semakin bertambahnya kemacetan. Beberapa jenis transportasi umum yang beroperasi dikota
malang yaitu, ojek pangkalan, angkutan umum, becak, taxi dan lainnya. Beberapa jenis transportasi tersebut
bagi masyarakat masih dianggap belum terlalu memadai. Namun, di kota seperti malang ini juga memiliki
peluang besar untuk terus mengembangkan kualitas transportasinya menjadi lebih baik.
Hadirnya ojek online berupa Gojek ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi kehidupan
masyarakat. Gojek menawarkan berbagai macam layanan selain mengantar penumpang. Ada layanan
pengiriman barang, belanja, pemesanan makanan dan lainnya yang mempermudah kegiatan masyarakat
sehari-hari. Bagi driver, adanya gojek ini mempermudah mereka karena transportasi ini berbasis aplikasi
dalam mencari customer yang biasanya mereka harus menunggu berjam-jam di pangkalan, tapi dengan
adanya gojek bisa mempersingkat waktu kosong mereka hanya dengan menggunakan aplikasi, sehingga
customer bisa menghubungi mereka kapan pun. Customer hanya perlu memesan lewat aplikasi dan driver
akan datang ke alamat customer tersebut.
Transportasi online saat ini dirasa sudah memberikan manfaat bagi masyarakat, namun fenomena
yang terjadi dengan adanya gojek ini menuai respon negatif dari beberapa ojek konvensional. Hal ini
menyebabkan perselisihan antara gojek sebagai ojek online dengan para ojek pangkalan sebagai ojek
konvensional. Fenomena ini menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial antara ojek konvensional dengan
ojek online. Para pengemudi ojek online merasa bahwa kehadiran ojek online merebut sumber pendapatan
ekonomi mereka. Sejak munculnya gojek ini, para ojek konvensional merasa pelanggan nya menjadi sepi
karena para konsumennya lebih memilih menggunakan ojek online. Tidak heran jika para ojek
konvensional melakukan penolakan atau demo terhadap ojek online bahkan sampai ada yang berujung
dengan kekerasan. Padahal dalam hal ini, gojek hadir untuk memperbaiki sistem layanan transportasi untuk
menjadi lebih baik lagi. Gojek hadir bukan untuk menjadi pesaing melainkan untuk mengajak para ojek
untuk bergabung dengan sistem kelola yang teratur.
Gojek saat ini selain memberi kenyamanan bagi pelanggan, sebenarnya gojek juga memberi
keuntungan bagi driver dengan adanya sistem bonus yang dijalankan oleh gojek. Adanya perkembangan
dan kecanggihan sistem inilah yang membuat gojek unggul. Kontribusi dan hal-hal positif memang bisa
dirasakan oleh pengguna gojek, namun dilain sisi, gojek juga masih memiliki beberapa kelemahan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Adanya sistem bonus di gojek yang diharapkan bisa memotivasi para
driver justru malah disalahgunakan oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mencari
keuntungan secara illegal. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan peneliti untuk menentukan tema
penelitian mengenai gojek. Peneliti juga mengutip berita seputar gojek yang mengindikasikan masih adanya
kelemahan dalam sistem gojek itu sendiri.
Polisi bagian cybercrime Polda Metro Jaya berhasil menangkap 4 orang pelaku order fiktif pada
aplikasi transportasi online. Pelaku tersebut dalam hal ini menggunakan kegiatan curangnya melalui
aplikasi gojek. Cara kerjanya seakan-akan pelaku melakukan order dan direkayasa sedemikian rupa
sehingga terlihat ada riwayat perjalanannya yang sebenarnya tidak terjadi. Pelaku menggunakan alat-alat
yang mereka punya untuk memanipulasi data seolah-olah ontentik untuk mengelabui operator. Diduga
setiap pelaku meraup keuntungan 7 hingga 10 juta per hari nya. Tentunya dengan terjadinya hal tersebut
merugikan masyarakat, pihak gojek dan driver lainnya yang masih jujur. ( wartakota.tribunnews.com )
Dapat kita ketahui dari sumber berita diatas bahwa ternyata masih ada kelemahan sistem yang
dialami oleh gojek itu sendiri. Adanya kemungkinan terjadinya kecurangan atau fraud yang mungkin bisa
dilakukan oleh beberapa oknum baik itu mungkin berasal dari para pekerja driver maupun dari manajemen
gojek itu sendiri. Sebagai contoh dari sumber diatas, karena bisnis ini menggunakan aplikasi smartphone,
beberapa driver gojek bisa melakukan selforder di aplikasi gojek atau temannya yang melakukan order
sehingga terkesan adanya pelanggan yang melakukan pemesanan. Mungkin masih ada bentuk-bentuk
kecurangan lainnya baik itu dari pihak driver maupun dari pihak manajemen. Hal ini tentunya menjadi
bahan pertimbangan dan evaluasi bagi manajemen gojek itu sendiri, untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan
atau program-program yang telah dijalankan, ketika memang masih ada hal-hal yang dapat merugikan
perusahaan salah satunya dengan terjadinya kecurangan seperti berita tadi ataupun kecurangan -kecurangan
lain yang masih belum diketahui. Pengendalian internal perusahaan dalam hal ini sangat penting untuk
mengidentifikasi dan mendeteksi hal-hal apa saja yang sekiranya bisa menyebabkan terjadinya kecurangan
baik dari pihak manajemen gojek itu sendiri maupun dari pihak drivernya.
Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses yang dijalankan oleh manajemen untuk
memberikan keyakinan terkait dengan efektifitas operasi serta kepatuhan hukum dan peraturan yang
berlaku. Pengendalian merupakan tanggapan dari suatu ancaman, maka dari itu langkah bagi manajemen
saat mengevaluasi rancangan pengendalian dengan menentukan resiko yang perlu dicegah serta
memastikan bahwa pengendalian yang dirancang dapat mencegah resiko atau ancaman tersebut.
(Sukrisno,2012). Adapun sesuai dengan tujuannya, jika memang nantinya ditemukan aktivitas-aktivitas
yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut, pengendalian internal diharapkan dapat mendeteksi serta
menanggulangi secara tepat untuk menghindari kerugian perusahaan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Fraud
Fraud (kecurangan) didalam literatur akuntansi atau auditing, diterjemahkan sebagai praktik
kecurangan dan fraud sering diartikan sebagai irregularity atau ketidakteraturan dan penyimpangan
(Priantara,2013). Terdapat banyak definisi dan pengertian mengenai fraud beberapa diantaranya yaitu :
1. Definisi menurut Black Law Dictionary (8th Ed)
“ Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang
tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain, baik karena
suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri “
2. Definisi menurut Standard the Institute of Internal Auditors tahun 2013
“ Segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk
mendapatkan uang, asset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan
/ manfaat pribadi dan bisnis. “
3. Definisi menurut Wikipedia
“ Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk
merugikan oranglain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau perbuatan yang dengan
sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta
benda atau jasa ataupu keuntungan dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat tercapai melalui
pemalsuan terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana disebut dengan pencurian dengan penipuan,
pencurian dengan tipu daya muslihat, pencurian dengan penggelapan dan hal serupa lainnya “
Dapat kita pahami dari beberapa definisi diatas bahwa fraud merupakan sesuatu yang disebabkan
oleh keinginan seseorang yang teraplikasi dalam bentuk perilakunya untuk melakukan suatu tindakan yang
menyalahi aturan.
Resiko fraud ada resiko yang dialami oleh suatu perusahaan atau institusi karena faktor terjadinya
tindakan fraud atau kecurangan yang disengaja, baik kerugian secara materi maupun non-materi, dimana
kerugian materi diukur dari segi finansial dengan mengacu pada mata uang dan kerugian no-materi
menyangkut dengan yang bersifat non-keuangan seperti menurunnya kepercayaan publik pada perusahaan.
Fraud dan Errors
Perbedaan antara fraud dan errors didasarkan pada kesengajaan dan ketidaksengajaannya. Fraud
merupakan kesalahan yang sengaja dilakukan oleh individu atau kelompok misalnya oleh manajemen atau
karyawan perusahaan yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan
ataupun memanipulasi sistem sedemikian rupa, untuk mencari keuntungan secara illegal. Sedangkan Errors
merupakan kesalahan yang timbul akibat tindakan tidak disengaja yang dilakukan oleh individu atau
kelompok misalnya manajemen atau karyawan perusahaan yang mengakibatkan kesalahan teknis
perhitungan, pemindah bukuan, human errors dan lain-lain.
Unsur Fraud
Adapun unsur-unsur fraud yang harus ada di setiap kasus fraud sebab jika tidak ada, maka kasus
itu baru dalam tahap error atau kelalaian, pelanggaran etika atau pelanggaran komitmen pelayanan. Dengan
kata lain seluruh unsur-unsur dari kecurangan harus ada. Beberapa unsur tersebut diantaranya yaitu :
1. Terdapat pernyataan yang dibuat salah atau menyesatkan ( misrepresentation ) yang dapat berupa suatu
laporan, data atau informasi ataupun bukti transaksi.
2. Merupakan perbuatan yang melanggar peraturan, standar, ketentuan, dan dalam situasi tertentu
melanggar hukum.
3. Terdapat penyalahgunaan kedudukan atau jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi
4. Meliputi masa lampau karena terkait dengan kejadian yang sudah terjadi.
5. Didukung fakta yang bersifat material (material fact), artinya mesti didukung oleh bukti objektif dan
sesuai dengan hukum
6. Kesengajaan perbuatan atau ceroboh yang disengaja, apabila kesengajaan itu dilakukan terhadap suatu
data atau informasi untuk pihak lain terpengaruh atau tertipu dalam membaca atau memahami data.
7. Ada pihak yang menderita kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang mendapatkan keuntungan secara
tidak sah baik dalam bentuk uang, harta, ataupun dalam bentuk keuntungan ekonomis lainnya.
Penyebab terjadinya Fraud
1. Segitiga Fraud ( fraud triangle )
Konsep fraud triangle saat ini digunakan secara luas dalam praktik Akuntan Publik pada Statement
of Auditing Standard (SAS) No.99. Konsep ini bertumpu pada riset Donald Cressey (1953) yang
menyimpulkan bahwa fraud mempunyai tiga sifat umum, yaitu :
1. Tekanan ( incentive/pressure )
Tekanan disini adalah dorongan seseorang untuk melakukan fraud. Pada umumnya tekanan muncul
karena kebutuhan atau masalah finansial, tapi ada juga karena terdorong keserakahan. Misalnya
penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya yang sedang membutuhkan keuangan yang mendesak.
2. Peluang/Kesempatan ( opportunitiy )
Adanya peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas
mereka tidak akan terdeteksi. Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat meningkatkan adanya peluang atau
kesempatan untuk berbuat fraud, yaitu sistem pengendalian internal yang lemah dan tata kelola organisasi
yang buruk.
3. Rasionalisasi ( rationalization )
Terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud. Para
pelaku fraud meyakini bahwa tindakannya bukan merupakan suatu fraud tetapi adalah sesuatu yang
memang merupakan haknya dan merasa wajar bila dilakukan. Misalnya dalam beberapa contoh pelaku
tergoda untuk melakukan fraud karena rekan kerjanya juga melakukan hal yang sama, serta tidak menerima
sanksi atas tindakannya tersebut.

2. Berlian Fraud ( diamond theory )


Adapun menurut David T Wolfe dan Dana Hermanson, ada faktor keempat yang dapat
dipertimbangkan dalam seseorang untuk melakukan fraud. Selain tekana, kesempatan, dan rasionalisasi,
yaitu kemampuan individu ( capability )
Jenis-Jenis Fraud
Klasifikasi fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners ( ACFE ) membagi menjadi
3, yaitu :
1. Penyimpangan atas asset ( asset misappropriation )
Meliputi penyalahgunaan, penggelapan, atau pencurian asset atau harta perusahaan oleh pihak
didalam dan pihak di luar perusahaan.
2. Pernyataan atau pelaporan yang menipu atau dibuat salah ( fraudulent statement )
Seringkali diidentikan dengan management fraud atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
sebab mayoritas pelaku memang berada pada tingkat atau jabatan manajerial, eksekutif atau senior.
3. Korupsi ( corruption )
Jenis kecurangan ini sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain atau kolusi,
karena sama-sama menikmati keuntungannya. Adapun didalamnya seperti penyalahgunaan wewenang,
penyuapan, penerimaan yang tidak sah, dan pungutan liar.
Adapun klasifikasi jenis-jenis fraud lainnya yaitu,
1. Employee fraud
Kecurangan yang dilakukan oleh pegawai untuk menguntungkan dirinya sendiri. Misalnya seperti
office boy yang memainkan bon pembelian makanan serta pegawai yang memasukan pengeluaran pribadi
untuk keluarganya sebagai biaya perusahaan.
2. Customer fraud
Seperti pelanggan tidak membayar barang yang dibeli, atau mendapatkan sesuatau tanpa apa-apa,
menipu perusahaan untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya tidak ia dapatkan.
3. Cybercrime
Kecurangan jenis ini dibidang teknologi informasi, komunikasi dan multimedia. Kecanggihan
teknologi digunakan oleh para pelaku untuk melakukan kecurangannya.
4. white collar crime
Kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang berdasi, maksudnya kalangan atas misalnya seperti
mafia tanah, paksaan secara halus untuk merger dan lain-lain
Pencegahan Fraud
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, fraud timbul selain karena adanya niat pelaku, juga karena
adanya kesempatan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku. Oleh karena itu, menurut (Albrecht,2012), tahap
awal pencegahan fraud adalah menghilangkan kesempatan atau peluang melakukan fraud dengan
membangun pengendalian internal dan tata kelola perusahaan yang baik serta menciptakan lingkungan
budaya yang sehat, jujur, terbuka dan saling tolong menolong
Adapun 4 faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan lingkungan budaya yang baik, yaitu
:
1. Menyusun dan mengkomunikasikan kode etik yang mudah dipahami dan dihormati, yang selanjutnya
adalah memantau keefektifan implementasi kode etik dan menegakkan aturan bila ada yang melanggar.
2. Memilih mempekerjakan orang-orang yang jujur melalui penyaringan latar belakang perilaku dan
riwayat penyimpangan serta mendidik pegawai tentang kesadaran bahaya fraud dan program anti-fraud di
perusahaan.
3. Menyediakan program yang membantu masalah finansial, psikologi, atau sosial pegawai.
4. Menciptakan lingkungan kerja yang positif sehingga mengurangi adanya potensi kearah yang tidak
diinginkan seperti fraud.
Adapun faktor yang perlu diperhatikan juga dalam membangun pengendalian internal dan tata
kelola perusahaan yang baik, yaitu :
1. Menerapkan pengendalian internal yang baik untuk mencegah dan mendeteksi fraud
2. Mencegah terjadinya kolusi, yaitu fraud yang dilakukan secara berkelompok yang mana bisa
menyebabkan kerugian yang lebih besar.
3. Mendorong pihak ketiga ( pemasok dan pelanggan ) untuk mematuhi kebijakan perusahaan
4. Memantau dan mengenal pegawai khususnya perilaku yang menyimpang sehingga dapat lebih dini
membina pegawai tersebut
5. Sistem pelaporan atau pengaduan fraud
6. Hukuman. Ketakutan pelaku dan pelaku potensial akan hukuman yang jelas dan tegas menghalangi
terjadinya fraud .
Tujuan Pencegahan Fraud.
Pencegahan fraud yang efektif memiliki lima tujuan, yaitu :
1. Prevention, Mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini organisasi
2. Deterrence, Menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat coba-coba karena pelaku
potensial meliat sistem pengendalian resiko fraud efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas
sehingga membuat jera para pelaku potensial.
3. Disruption, Mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin
4. Identification, Mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan kelemahan pengendalian
5. Civil action prosecution, Melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi yang setimpal atas perbuatan curang
pada pelakunya.

Pengendalian Internal
IAPI (2011:319) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris,manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini yaitu, keandalan pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Adapun pendapat mengenai pengendalian dari salah satu ahli Valery G. Kumaat (2011:15)
mendefinisikan bahwa pengendalian internal adalah suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan
mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan
(fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud ( seperti
reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang ).
Secara umum dan keseluruhan, pengendalian internal bisa dipahami sebagai prosedur dan proses
yang digunakan perusahaan untuk melindungi asset perusahaan, mengelola informasi secara akurat, serta
memastikan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus
memperhatikan pengendalian internalnya supaya berjalan dengan baik.
Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal tentunya harus memiliki tujuan yang jelas agar dapat berjalan dengan baik
sesuai harapan. Adanya pengendalian internal akan membuat tata kelola perusahaan menjadi baik untuk
mencapai tujuan perusahaan. Adapun menurut (Sukrisno 2012:100) bahwa ada tiga tujuan umum dalam
pengendalian internal, yaitu :
1. Keandalan Laporan Keuangan
Manajemen memiliki tanggungjawab untuk membuat laporan keuangan dan memiliki tanggungan
hukum serta professional untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar dan sesuai dengan
ketentuan pelaporan.
2. Efisiensi dan Efektifitas Kegiatan Operasi
Pengendalian internal suatu perusahaan akan membuat penggunaan sumber daya perusahaan secara
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Keteepatan informasi yang ada tentang keuangan
dan non keuangan mengenai kegiatan perusahaan bisa berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
3. Peraturan yang berlaku serta ketentuan hukum yang ada harus dipatuhi oleh perusahaan ataupun
organisasi
Komponen Pengendalian Internal
Pengendalian internal memiliki lima elemen dasar yang saling terkait dalam menjalankan
fungsinya,(Priantara 2013:197) yaitu,
1. Lingkungan Pengendalian
Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengndalian internal, menyediakan
disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai estetika, komitmen terhadap
kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, dan kebijakan praktik manusia
2. Penaksiran resiko
Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapat timbul atau
berubah karena perubahan dalam lingkungan operasi, personil baru, sistem informasi yang baru, teknologi
baru, lini produk, produk atau aktivitas baru, operasional diluar negeri, standar atau regulasi yang baru.
3. Pengendalian aktivitas
Kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan penelaahan terhadap kinerja, pengolahan
informasi, pengendalian fisik, pemisahan tugas dan fungsi.
4. Informasi dan komunikasi
Identifikasi, pengumpulan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Sistem informasi mencakup sistem akuntansi.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual
berkaitan dengan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
5. Pemantauan
Proses memastikan mutu, kinerja dan pengendalian internal sepanjang waktu. Hal ini mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan
berbagai kombinasi dari keduanya.

C. METODE PENELITIAN
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis Data
Penentuan dalam mengumpulkan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data penelitian yang
dibutuhkan. Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif maka jenis data yang nantinya
dikumpulkan dan dianalisis berupa kata-kata baik itu secara lisan maupun tulisan dan perbuatan atau
perilaku manusia. Peneliti tidak menghitung data kualitatif karena tidak menganalisis angka-angka.
Sumber Data
Sumber data yaitu dari mana data itu diperoleh. Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh
merupakan data primer yaitu, data yang diperoleh langsung nantinya dari objek penelitian secara
pengamatan langsung serta wawancara atau pengajuan pertanyaa terhadap pihak manajemen gojek itu
sendiri, driver, serta masyarakat sekitar yang berkaitan dengan penelitian.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Malang pada PT.Gojek Malang yang berlokasi di Jalan Laksamana
Martadinata No. 04-06, Sukoharjo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi yang diperlukan didalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, oleh karena
itu untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini, berikut metode pengumpulan yang
akan dilakukan peneliti :
1. Dokumentasi
Mencari data-data mengenai literatur berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
dokumen-dokumen dan sebagainya (Arikunto,1993:117). Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data
yang sifatnya tertulis seperti profil perusahaan, struktur organisasi, kepengurusan dan lainnya.
2. Observasi
Pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Metode ini mengamati secara
langsung terhadap informasi-informasi yang mendukung penelitian . Seperti mengamati segala kegiatan
driver, terhadap masyarakat mengenai adanya transportasi online, manajemen gojek yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Wawancara
Metode ini dengan melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi langsung di lapangan
dari beberapa orang yang berkaitan atau relevan dengan penelitian. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang valid terkait dengan tujuan penyelidikan, biasanya dalam proses tanya jawab
ada dua orang atau lebih (Sutrisno, 1983:193). Dalam pelaksanaanya peneliti melakukan tanya jawab
langsung kepada pihak manajemen gojek, terhadap driver, dan juga masyarakat sekitar.
Teknik Analisis Data
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik untuk memeriksa keabsahan data yang diambil, maka menurut peneliti perlu untuk
melakukan triangulasi. Triangulasi itu sendiri adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan
gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti (Herdiansyah,2010:201), dalam
penelitian itu yang digunakan adalah triangulasi data, yaitu teknik dengan menggunakan lebih dari satu
metode pengumpulan data dalam suatu kasus. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penelitian
kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data berupa dokumensati, observasi, serta wawancara
untuk meneliti suatu fenomena atau kasus.
Teknik Analisis Data
Analisis data dari penelitian ini merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil dokumentasi, observasi, serta wawancara yang telah dilakukan dan
diorganisasikan kedalam kategori, penjabaran, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
akan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2016:333).
Pada penelitian ini menggunakan tiga tahapan dalam menganalisis data penelitian kualitatif menggunakan
model Miles dan Huberman, yaitu :
1. Proses Reduksi Data
Tahapan proses ini merupakan kegiatan meringkas atau merangkum informasi-informasi pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema polanya. Data atau informasi yang direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Proses
reduksi ini dilakukan dengan cara observai yang mendalam sehingga ditemukan hal-hal yang peneliti
anggap penting.
2. Proses Penyajian Data
Proses pengumpulan informasi-informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan
pemahaman kasus sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis data. Penyajian
data yang peneliti dapatkan merupakan hasil dari sumber-sumber data yang ada serta hasil kutipan
wawancara dari informan.
3. Proses Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan ini merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian
berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan awal yang dikemukakan sementara bisa berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan yang
dikemukakan diawal jika didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka, kesimpulan yang
dikemukakan bersifat terpercaya (Sugiyono,2016:252)
Data-data penelitian yang sudah berhasil diikumpulkan akan diklasifikasi sesuai sub pembahasan
dan kemudian dianalisa secara kualitatif, karena data-data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat yang
berasal dari informan atau narasumber sehingga nantinya disusun menjadi kalimat yang mudah dimengerti
dan dipahami.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Penelitian


Hadirnya gojek di kota malang memberikan dampak yang baik bagi masyarakat kota malang.
Layanan-layanan yang ditawarkan gojek setidaknya mampu untuk memudahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan serta menjalani kehidupan sehari-hari. Masalah yang timbul adalah ketika awal gojek
muncul dengan layanan sistem transportasi baru yang mungkin dirasa asing bagi beberapa kalangan
masyarakat kota malang, mengakibatkan adanya pro-kontra mengenai kehadiran Gojek sebagai transportasi
online di kota malang.
Munculnya gojek ini akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi perubahan sistem transportasi
umum di kota malang. Gojek sesuai dengan visi nya menghadirkan inovasi-inovasi transportasi online
untuk menjadikan layanan transportasi lebih baik lagi dengan menggunakan kemajuan teknologi.
Perubahan-perubahan tersebut dapat kita lihat di tabel berikut,
Tabel 4.1
Inovasi Ojek Online
No. Transportasi umum ( sebelum ada ojek Adanya Ojek Online
online )
1 Pemesanan nya masih secara manual Pemesanan ojeknya sudah bisa menggunakan
aplikasi, tinggal menunggu dijemput driver dan
diantar

2 Tempat dan waktu bagi operasi transportasi Siap sedia 24 jam


umum terbatas
3 Untuk beberapa transportasi seperti roda dua Bisa menjadi alternative pilihan saat macet
atau lebih mudah terkena macet
4 Keamanan transportasinya kurang memadai Ojek online memiliki jaminan keamanan yang
baik
5 Pekerjaan tukang ojek masih di pandang Profesi ojek online merupakan pekerjaan yang
rendah terjamin dan bergengsi

6 Tidak ada regulasi atau peraturan yang baku Memiliki standar pedoman pelayanan yang
pada pelayanan jasa transportasi ramah, bersih, rapih dan menjamin keamanan
kendaraan
7 Masih belum menggunakan teknologi Menggunakan teknologi komunikasi internet
komunikasi internet dalam bisnis untuk mempermudah pemasanan layanan jasa.
transportasi nya.

Dari tabel diatas dapat kita pahami bahwa dengan adanya ojek online sebenarnya membantu
masyarakat dalam memesan layanan trasnportasi menjadi lebih praktis hanya dengan menggunakan
aplikasi, lalu ojek online juga bisa menjadi pilihan jika jalanan sedang macet, lalu ojek online memiliki
jaminan keamanan yang baik. Mungkin ini salah satu alasan juga mengapa konsumen lebih memilih ojek
online ketimbang ojek konvensional ketika gojek hadir. Karena sudah dikelola secara professional maka
ojek online sudah bisa dianggap sebagai profesi yang menjanjikan dan tentunya mengutamakan
kenyamanan pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang ada.
4.2.1 Bentuk Kecurangan Driver yang Terjadi di PT. Gojek Malang
Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi serta
merugikan orang lain. Sebelum hadirnya transportasi online gojek dimalang, sebenarnya praktik
kecurangan driver oleh ojek konvensional juga sudah terjadi. Hal ini dapat kita perhatikan dalam sistem
skema tarif yang dikenakan oleh para ojek konvensional. Mereka tidak memiliki ukuran tertentu dalam
menetapkan ongkos terhadap penumpangnya. Penetapan ongkosnya ditentukan dengan perkiraan jarak
ataupun dengan bernegosiasi dengan penumpang. Beberapa penumpang sudah memahami sistem
penentuan ongkos ini, namun bila ada beberapa penumpang lain yang tidak begitu paham mengenai ongkos
ojek konvensional biasanya menjadi korban dari praktik-praktik ojek yang nakal sehingga penumpang yang
tidak paham tersebut dikenai ongkos yang tinggi. Disitulah praktik kecurangannya terjadi. Hal terkait juga
disampaikan oleh salah satu driver yang sempat peneliti wawancarai yaitu bapak Rete, beliau mengatakan,
“ Waktu saya masih di pangkalan itu ada sistem ngojek nya ngantri dulu dek karna yang mangkal
bukan saya aja, kalo ongkos saya sih uma ngira-ngira aja, jadi kalo misalnya deket ya paling saya ongkosin
10 sampe 15 ribuan, kalo udah yang sekiranya jauh-jauh saya bisa ongkosin 20 sampe 50 ribuan. “ (
Wawancara di Indomaret Kalpataru Malang )

Gojek pun hadir dengan inovasinya menawarkan jasa layanan transportasi online dengan kemajuan
teknologinya. Sesuai dengan visinya gojek ingin memperbaiki struktur transportasi di Indonesia. Salah
satunya yaitu memperbaiki sistem skema tarif yang ada pada ojek. sehingga praktik-praktik yang ada pada
ojek konvensional tadi tidak terjadi lagi. Bapak Irsan Lazuardi selaku Lead Operational Officer di PT.
Gojek Malang memberi penjelasan mengenai skema tarif di gojek,
“ Jadi skema pemberian tarif di gojek itu seperti ini dek, ongkos ditentukan sesuai dengan jarak
yang terdeteksi di sistem aplikasi, misalnya adek mau pulang dari kampus ke kos dan di aplikasi tertera
misalnya ongkos Rp. 8000,- maka, adek hanya perlu membayar sesuai yang tertera di aplikasi, tidak perlu
negosiasi harga lagi” ( Wawancara di Kantor Gojek Malang )
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa gojek memiliki skema tarif yang bersifat tetap
disesuaikan dengan aplikasi sehingga driver tidak bisa melakukan praktik nakal seperti di ojek
konvensional tadi.
Contoh diatas menjelaskan bagaimana inovasi teknologi yang dibawa oleh gojek itu sendiri mampu
memperbaiki praktik yang tidak baik. Namun, dengan perkembangan teknologi yang ada justru praktik
nakal dibidang transportasi ini juga berkembang. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Irsan Lazuardi selaku
Lead Operational Officer di PT. Gojek Malang, bahwa
“ Karena kita ini kan perusahaan jasa layanan transportasi online yang memanfaatkan kemajuan
teknologi ya, jadi ancaman yang ada sekarang juga dari pihak yang menggunakan teknologi, di gojek sendiri
banyak terjadi kasus pelanggaran dan kecurangan, yang paling sering terjadi bahkan sampai sekarang pun
masih terjadi yaitu kasus order fiktif yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
bahkan ada juga dari pihak driver gojek itu sendiri”
( Wawancara di PT. Gojek Malang )
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa masih ada praktik nakal seiring dengan
berkembangnya teknologi gojek, dilain sisi berkembang pula praktik ancaman terhadap gojek. Beberapa
informasi praktik kecurangan di kota malang yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan Bapak
Irsan Lazuardi selaku Lead Operational Officer PT. Gojek Malang diantaranya :
1. Order Fiktif
Order fiktif itu sendiri pada awal kemunculannya adalah adalah pemesanan palsu yang dilakukan
oleh beberapa oknum, oknum yang satu berperan sebagai pemesan, oknum satunya sebagai driver.
Pemesanan dilakukan seolah-olah terjadi pengantaran padahal tidak. Order fiktif ini dilatarbelakangi dari
adanya sistem bonus dalam gojek itu sendiri, sehingga jika seorang driver semakin banyak melakukan
order maka semakin banyak juga mendapat bonus. Hal inilah yang dimanfaatkan para oknum untuk meraup
keuntungan secara illegal
2. Penggunaan Aplikasi lain selain aplikasi dari Gojek
Pada Kasus ini, seorang pelaku menggunakan aplikasi khusus dalam menjalankan praktik jahatnya.
Ia menggunakan aplikasi seperti fake GPS untuk mengelabui sistem gojek. Cara kerjanya pelaku
menggunakan dua smartphone, hape yang 1 digunakan sebagai pemesan yang satunya digunakan sebagai
driver. Jadi aplikasi ini membebaskan si pelaku menaruh posisi baik itu posisi driver maupun posisi
customer. Ketika order dijalankan sang pelaku hanya tinggal menggeser posisi driver di peta lokasi
smartphone dangan jari sehingga seakan-akan sang driver melakukan perjalanan antar jemput.
Para pelaku dalam melakukan praktik kejahatannya pasti memiliki tujuan dan motif. Tujuan
utamanya tidak lain adalah untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Seperti yang sudah dibahas
sebelumnya fraud atau kecurangan bisa terjadi karena hal-hal seperti adanya tekanan, kesempatan atau
peluang, rasionalisasi dan juga ada yang namanya kemampuan individu terkait dengan praktik
kecurangannya. Jika dihubungkan dengan teori tersebut maka dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tekanan
Pada kasus gojek ini, driver mendapat tekanan dari segi sistem skema perhitungan bonus dengan
pencapaian poin tertentu, sehingga jika ingin mendapat bonus dan keuntungan yang banyak, maka harus
sering melayani order maka dilakukanlah order fiktif yang mana bisa mengahasilkan order yang banyak
dengan jalan pintas.
2. Kesempatan / Peluang
Kecurangan terjadi karena adanya kesempatan atau celah yang bisa dimanfaatkan untuk mencari
keuntungan. Dalam kasus gojek ini, para pelaku melihat ada celah kelemahan sistem keamanan gojek pada
aplikasinya sehingga dimanfaatkan oleh para pelaku memanipulasi sistemnya untuk mendapatkan
keuntungan
3. Rasionalisasi
Pada kasus ini, para pelaku menganggap kasus order fiktif ini sudah ada dari awal gojek muncul.
Makan muncullah didalam pemikirannya bahwa praktik ini merupakan hal yang biasa. Pendapat lain
dikemukan oleh salah satu driver yang peneliti wawancarai yaitu Ibu Vetri,
“ pernah sih dek tapi udah lama dulu, waktu itu emang saya lagi kepepet banget butuh uang, karena
saya udah punya anak juga jadi saya ikut temen saya bikin order fiktif supaya dapet orderan banyak “ (
Wawancara di teras Ayam Geprek Kak Ros Malang )
Dari penjelasan ibu vetri diatas dapat kita pahami bahwa beliau melakukan kecurangan karena
kondisi ekonomi butuh uang untuk keluarganya. Jadi hal tersebut dijadikan dasar pembenaran bagi beliau
untuk melakukan praktik kecurangan tersebut.
4. Kemampuan Individu
Pada kasus gojek ini, pelaku yang melakukan kecurangan order fiktif atau penggunaan aplikasi
selain gojek memiliki pehaman dibidang teknologi. Namun, pemahaman teknologinya itu pelaku gunakan
untuk melakukan praktik kecurangan. Dengan kemampuannya itu, pelaku bisa meraup keuntungan secara
illegal.
4.2.2 Bentuk Pengendalian Internal PT. Gojek Malang dalam Mengatasi Kecurangan.
Pengendalian internal merupakan aspek yang berperan penting bagi suatu perusahaan. Salah satu
perannya yaitu untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud atau kecurangan serta melindungi sumber
daya organisasi Valery G. Kumaat (2011:15). Pengendalian internal dalam hal ini sangat berperan penting
bagi gojek untuk mengatasi dan membasmi kecurangan-kecurangan tersebut. Selaras dengan hal tersebut
Bapak Irsan Lazuardi juga menjelaskan bahwa,
“ Setiap adanya pelanggaran atau kecurangan yang dilakukan oleh driver sebenarnya sudah
terdeteksi dari aplikasi gojek, gojek memiliki sistem Suspend kepada para driver yang terdeteksi melakukan
hal-hal tersebut, kami dari pihak manajemen juga ingin melindungi para driver lain yang jujur. Suspend
ini ada yang bersifat sementara sebagai peringatan dan ada juga yang bersifat permanen sebagai bentuk
hukuman yang diharapkan memberi efek jera bagi pelaku” ( Wawancara di Kantor Gojek )
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa PT.Gojek Malang sudah memiliki pengendalian
internalnya dalam mengatasi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi yaitu dengan sistem Suspend.
Adapun sistem Suspend ini dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Auto Suspend, biasanya terhadap pelanggaran atau kecurangan driver yang terdeteksi secara automatis
di aplikasi gojek
2. Manual Suspend, biasanya terhadap pelanggaran atau kecurangan driver yang berasal dari laporan, baik
itu pihak customer maupun masyarakat.
Adapun sistem auto suspend dan manual suspend yang ada di PT. Gojek Malang bisa kita lihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Auto Suspend
NO. Bentuk Pelanggaran / Kecurangan Bentuk Tindakan / Sanksi
1 Praktik Order Fiktif Pemutusan mitra kerja gojek serta dikenai denda
sebesar Rp. 300.000
2 Penggunaan Aplikasi lain selain aplikasi Pemutusan mitra kerja gojek serta dikenai denda
dari Gojek atau Penggunaan aplikasi untuk dengan sisa deposit yang pada saat itu ada di
memanipulasi sistem. aplikasi driver

3 Adanya jumlah order yang tidak wajar Pemutusan mitra kerja gojek serta dikenai denda
dilakukan driver sesuai dengan sisa deposit yang pada saat itu ada
di aplikasi driver
4 Terdeteksi terlalu sering melakukan Dikenakan Suspend, apabila terindikasi order
penyelesaian order dengan customer yang fiktif maka sanksi yang dikenakan sama dengan
sama. order fiktif
5 Driver mendapat rating yang rendah Dikenakan Suspend, dalam hal ini driver bisa
melakukan protes banding jika memang ada
alasan tertentu mengenai rating rendahnya.
6 Praktik manipulasi data/order pada saat Dikenakan Suspend, apabila terindikasi order
menjalankan order fiktif maka sanksi yang dikenakan sama dengan
order fiktif.

( Sumber : Data PT. Gojek Malang )

Tabel 4.3
Manual Suspend
NO. Bentuk Pelanggaran / Kecurangan Bentuk Tindakan / Sanksi
1 Berperilaku atau berbicara dengan bahasa yang Pemutusan mitra kerja gojek dan sisa deposit
mengarah ke pelecehan seksual dengan lisan driver yang ada di aplikasi dikembalikan.
maupun tulisan
2 Terjadinya tindak criminal Pemutusan mitra kerja gojek dan sisa deposit
driver yang ada di aplikasi dikembalikan
3 Keterlambatan saat menjemput pelanggan. Diberi peringatan melalui aplikasi, jika
kejadian berulang bisa dikenakan suspend
selama 1 hari.
4 Driver tidak mematuhi lalu-lintas Dikenakan Suspend selama 1 hari, apabila
kejadian berulang bisa dikenakan tambahan
suspend selama 3 hari
5 Driver merokok, helm untuk penumpang kotar Diberi peringatan melalui aplikasi, jika
dan lainnya yang menyebabkan customer kejadian berulang bisa dikenakan suspend
menjadi tidak nyaman selama 1 hari.
6 Menyuruh customer untuk membatalkan Diberi peringatan melalui aplikasi, jika
pesanan. kejadian berulang bisa dikenakan suspend
selama 1 hari.
7 Driver tidak menjalankan pemesanan tanpa Dikenakan Suspend selama 1 hari, apabila
memberi penjelasan kepada customer kejadian berulang bisa dikenakan tambahan
suspend selama 3 hari.

8 Driver merusak barang pesanan customer Dikenakan suspend, serta 2 kali peringatan dan
melakukan ganti rugi pelanggan. Apabila
kejadian berulang bisa berlanjut ke pemutusan
mitra kerja gojek
9 Driver menurunkan pelanggan tidak ditempat Dikenakan Suspend, serta 2 kali peringatan,
tujuannya jika kejadian berulang bisa berlanjut ke
pemutusan mitra kerja gojek

10 Driver tidak menggunakan atribut dengan Dikenakan Suspend selama 1 hari, jika keadian
lengkap berulang bisa dikenakan tambahan suspend
selama 3 hari.
11 Nomor plat yang ada pada kendaraan tidak Dikenakan Suspend, serta 2 kali peringatan,
sama dengan yang ada di aplikasi atau yang jika kejadian berulang bisa berlanjut ke
didaftarkan pemutusan mitra kerja gojek
12 Customer tidak diberi perlengkapan Go-jek Diberi peringatan melalui aplikasi, jika
seperti, helm, masker ataupun penutup kepala kejadian berulang bisa dikenakan suspend
untuk keamanan selama 1 hari

13 Driver menggunakan kendaraan yang tidak Diberi peringatan, jika kejadian berulang bisa
layak untuk menjalankan kegiatan gojek dikenakan suspend selama 1 hari
14 Driver mengantarkan barang yang tidak sesuai Dikenakan Suspend selama 1 hari, jika
dengan pesanan pelanggan kejadian berulang bisa dikenakan tambahan
suspend selama 3 hari

( Sumber : Data PT. Gojek Malang )


Tabel 4.3 memaparkan jenis-jenis pelanggaran atau kecurangan yang terjadi yang terdeteksi secara
otomatis dalam aplikasi gojek. Tabel 4.4 memaparkan jenis-jenis pelanggaran atau kecurangan yang terjadi
dengan adanya laporan dari pihak luar baik itu dari customer maupun masyarakat. Pengendalian internal
ini dirancang sedemikian rupa karena gojek ingin melindungi konsumen setianya serta melindungi driver
gojek lain yang jujur. Gojek juga ingin memberikan citra yang baik terhadap masyarakat sehingga
pengendalian ini diharapkan bisa dijadikan informasi atau pedoman untuk driver dalam memberikan
pelayanan terbaiknya. Namun, pengendalian internal gojek suspend juga dirasa masih belum begitu
sempurna, begitupun juga seperti yang dijelaskan oleh Bapak Irsan Lazuardi selaku Lead Operational
Officer PT. Gojek Malang.
“ Karena perusahaan ini berbasis aplikasi, pengendalian kita terhadap beberapa pelanggaran dan
modus kecurangan yang terjadi juga kita coba deteksi dan cegah dengan sistem aplikasi yang sudah kita
rancang, kita juga membuat sistem lapor banding kepada para driver yang menjadi salah sasaran dari deteksi
sistem atau laporan yang tidak valid “ ( Wawancara di Kantor Gojek )
Bapak Irsan menjelaskan bahwa gojek juga memiliki sistem lapor banding untuk mendampingi
kekurangan yang ada pada sistem suspend. Selama perjalanannya, beberapa driver ada yang terdeteksi
melakukan kecurangan padahal tidak, begitupun juga dengan laporan dari pihak luar yang belum tentu
valid.
Adapun sistem lapor banding itu adalah misalnya untuk contoh kasus driver tidak sengaja mendapat
pelanggan yang sama, lalu oleh aplikasi terdeteksi bahwa sang driver terindikasi melakukan kecurangan
yang bisa menyebabkan driver di suspend. Seorang driver bisa mengajukan protes atau banding ke kantor
gojek untuk klarifikasi bahwa kejadian tersebut terjadi tanpa kesengajaan. Hal yang sama dengan kasus
yang berbeda juga terjadi pada seorang driver yang sempat peneliti wawancarai yaitu Bapak Anam, beliau
bercerita bahwa,
“ Pernah dek waktu itu saya dapat pelanggan, saya dapet bintang 1 trus dilaporkan ke kantor, gara-
gara waktu itu saya jemput customer terlambat, itu pun juga karena tidak sengaja waktu itu lagi ada
perbaikan jalan “ ( Wawancara di Warung Nasi Bu Ratih Malang )
Bapak Anam dalam kasus ini mengajukan banding ke kantor gojek untuk klarifikasi agar akun
gojeknya tidak di suspend dan beliau bisa melanjutkan orderan kembali.
Pengendalian internal dengan sistem suspend ini diharapkan bisa mencegah para driver gojek
untuk melakukan praktik kecurangan. Jadi dapat dipahami disini, pengendalian internal ini selain untuk
melindungi konsumen setia gojek kami juga melindungi driver sebagai mitra gojek untuk memberikan
pelayan kepada masyarakat, karena mitra driver memegang peran penting dalam Gojek ini.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengidentifikasian yang telah peneliti lakukan mengenai resiko
dan pengendalian kecurangan driver pada transportasi berbasis online di PT. Gojek Malang, maka peneliti
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Bentuk-bentuk kecurangan utama yang terjadi di PT.Gojek Malang yaitu ada 2 jenis bentuk
kecurangan :
1. Order Fiktif
2. Penggunaa Aplikasi lain selain Aplikasi dari Gojek
Adapun imbas dari adanya kedua bentuk kecurangan tersebut menimbulkan buntut bentuk-bentuk
kecurangan lain di PT. Gojek Malang, diantaranya yaitu :
1. Driver melakukan order dengan jumlah yang tidak wajar
2. Driver melakukan penyelesaian order dengan customer yang sama
3. Driver melakukan praktik manipulasi data/sistem pada saat menjalankan order customernya

Sebagai tanggapan dari adanya bentuk-bentuk kecurangan tersebut, PT. Gojek Malang juga
memiliki pengendalian internal dalam rangka untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud atau
kecurangan serta pelanggaran yang dilakukan oleh driver PT. Gojek Malang. Setidaknya ada 2 sistem yang
dilakukan dalam PT. Gojek Malang, diantaranya yaitu :
1. Dengan menerapkan sistem Suspend yang terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Auto Suspend, yaitu tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran atau kecurangan yang
terdeteksi secara otomatis
b. Manual Suspend, yaitu tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran atau kecurangan yang
berasal dari laporan pihak luar baik itu customer maupun masyarakat.
2. Penerapan sistem Lapor Banding
Sistem ini diterapkan untuk mendampingi sistem suspend dalam pengendalian segala bentuk-
bentuk pelanggaran maupun kecurangan yang tejadi di PT. Gojek Malang.

Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dengan hasil yang telah dipaparkan, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi PT. Gojek Malang dan Driver PT. Gojek Malang
PT. Gojek Malang bisa terus berinovasi dan memberikan layanan terbaiknya untuk kebutuhan
masyarakat luas. Terkait dengan penelitian, Gojek bisa terus mengupayakan pengembangan dan perbaikan
dibidang pengendalian terhadap kecurangan dan pelanggaran yang ada agar tidak ada lagi pihak yang
dirugikan. Untuk driver harus memiliki kejujuran dan integritas dalam bekerja, jangan lagi mencoba-coba
untuk melakukan praktik curang, karena sudah jelas konsekuensi nya.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat setelah melihat dan mengetahui fenomena ini diharapkan bisa membantu pihak
manajemen Gojek dalam memberantas oknum-oknum driver yang nakal, jika memang masyarakat
mendapati oknum-oknum tersebut bisa langsung melaporkan ke pihak gojek agar oknum tersebut bisa
segera di tindaklanjuti.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk para peneliti yang ingin meneliti dengan tema yang sama mungkin
bisa ditambah informasi mengenai dampaknya terhadap keuangan perusahaan dengan cara mencari atau
meminta izin dulu kepada pihak-pihak terkait jika memungkinkan, sehingga data-data yang nantinya akan
dipaparkan bisa lebih lengkap lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, W., Albrecht O., Albrecht C., & Zimbelman, F. (2012). Fraud Examination.
(edisi4) ISBN /978-0-538-47084-1.
Andika, W. (2016). Aspek Hukum Bisnis Transportasi Jalan Online. Jakarta:PT. Sinar Grafika
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2019). Kajian Literatur tentang Upaya
Pencegahan Fraud. Diakses dari http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/1999
Gufandri, A. (2016). PENGENDALIAN INTERN : Pengertian, Struktur, Jenis-Jenis Tujuan
Siklus dan Alat. Diakses dari http://www.rankingkelas.net/2016/08
Handayani, P. (2018). Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan Tranportasi
Online. Jurusan Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha, Yogyakarta
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta:Salemba Humanika
IBK. Bayangkara. (2015). Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi.
Jakarta:Salemba Empat
Kumaat, Valery G. (2011). Internal Audit. Jakarta:Penerbit Erlangga
Malau, B. (2019). 4 Pelaku Order Fiktif Aplikasi Transportasi Online Dibekuk Petugas Polda
Metro Jaya. Diakses dari http://www.wartakota.tribunnews.com/2019/02/13/4
Moleong, Lexy J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi
Bandung:Rosda
Priantara, D. (2013). Fraud Auditing & Investigation. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media
Salim, A. (2000). Manajemen Transportasi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
Santoso, A. (2014). Analisis Perilaku Kecurangan Akademik pada Mahasiswa Akuntansi dengan
Menggunakan Konsep Fraud Triangle. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB vol.2, no.2
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta
Sukrisno, A. (2014). Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan. Edisi 4
Sutrisno, H. (1983). Metodologi Research II. Yogyakarta: Badan Penerbit Psikologi UGM
Utomo, Agus Prasetyo (2006). Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Proses
Auditing dan Pengendalian Internal. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. Volume XI (No. 2),
Hal: 66-74
Yos, Feto Daan. (2010). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Tunai untuk Meningkatkan
Pengendalian Intern pada PT. Gendish Mitra Kinarya. Fakultas Ekonomi,
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai