Anda di halaman 1dari 13

WAKE UP FOR A LONG DREAM

Maulida Aqilah S.L

Nama aku Annie,aku berusia 15 tahun. Saat kecil aku mahir dalam
bermain piano ,sehingga ibuku selalu mengajariku yang kadang tak tahu
waktu. Ibuku melakukan itu karena ingin menjadikanku seorang pianis terkenal
seperti dirinya .Ibuku menang dalam segala kompeti si piano ,sehingga aku
yang harus mewarisi itu .

Suatu hari saat aku berusia 12 tahun, Ibuku meninggal setelah aku
mengikuti kompeti si piano internasional . Aku kalah untuk pertama kalinya.
Aku malu karena aku seorang anak pianis terkenal bisa kalah dalam
kompeti si internasional ini .Apakah ini hukumanku karena sebelum ibuku
meninggal aku menentangnya ?.Aku kira disaat aku memenangkan kompeti si ibuku
akan sembuh. Di saat tujuh hari sebelum kompeti si ajang Internasionalku
dimulai ,aku bertanya kepadanya.

"Apakah ibu akan sembuh jika aku memenangkan kompetisi nasional ini ?."
Tanyaku

Waktu itu.’’

"Iya Annie, menangkan lah kompetisi ini demi ibu." Jawabnya.

Ternyata itu semua bohong,setelah aku memenangkan kompeti si nasional dan


lanjut ke internasional, ibuku koma lima hari ti dak sadarkan diri.Aku kecewa
dengan semua kebohongan itu,saat ibuku sadar aku ingin berbicara empat mata
dengannya.

"Kenapa balasan ibu seperti ini ?." Tanyaku sambil meneteskan air mata.
"Maafkan ibu,tapi ibu lebih mendingan saat mendengar bahwa kamu memenangkan
banyak
Kompetisi tanpa kehadiran ibu.’’jawab ibuku.
"Ibu bohong,jika perjuanganku ini malah menjadikan ibu semakin parah,aku ingin berhenti
Memainkan piano!’’ Kataku sedikit marah.

Aku kira jawaban ibuku akan menyetujui pendapatku,justru sebaliknya,ibuku


memarahiku sedangkan kondisinya ti dak stabil.Aku takut menentangnya karena
melihat kondisi ibuku yang seperti itu. Aku hanya diam dan mendengar semua kata
- kata yang keluar dari mulut ibuku.Sehingga aku muak dan terbawa emosi.

"Kenapa ibu terus memaksaku ?,apa yang aku perjuangakan selama ini kurang ?. Sudah
banyak kompetisi yang aku menangkan. Jika ibu sudah tiada aku akan lebih mudah
melanggar perintah ibu.’’Kataku langsung meninggalkan tempat ibuku.

Aku ti dak tahu harus bagaimana . Apakah kata- kata yang tadi aku lontarkan itu
salah?.Aku terlalu memikirkan hal itu sampai aku lupa bahwa aku menang dalam
kompeti si dan lanjut ke kompeti si piano internasional. Acara itu dimulai dua hari
setelah ibuku koma,tetapi lati hannya masih belum sempurna . Dan seperti
dugaanku ,itu saat pertama kalinya aku kalah dalam kompeti si,aku malu,tapi harus
bagaimana lagi . Padahal aku ini sudah dipercaya oleh guru pengganti ibuku. Ibuku
meninggal setelah aku menyelesaikan kompeti si,padahal aku belum memberi tahu
bahwa aku pertama kalinya kalah. Masa lalu yang menyedihkan,aku harap saat
tahun terakhirku di SMP mempunyai kenangan yang baik.

Suatu keti ka,aku bertemu seseorang yang ti dak sengaja kutemui di depan halte.
Entah mengapa dia sangat menarik perhati anku sehingga aku ingin berkenalan
dengan nya. Bus yang aku tunggu sudah datang,dan ternyata anak itu menaiki bus
yang sama denganku. Aku terus memperhati kannya apapun yang dia lakukan. Saat
aku turun,ternyata tujuan kita sama,Perumahan Asri. Kemana saja aku ,selama ini
anak itu satu perumahan denganku,hanya saja dia blok B dan aku blok A.

Saat di sekolah,aku sedang jalan menuju kanti n bersama Avrile,anak yang tak
sengaja kutemui di halte itu menabrak ku ,kita terjatuh. Aku refl ek langsung
meminta maaf,saat anak itu membalikkan badan,aku melihat tanda nama di dada
kirinya. Justi n Degryse namanya,nama yang indah bagiku,cocok sekali dengan
orangnya. Dia juga meminta maaf padaku.
"M-maafkan aku,aku terburu - buru ". Katanya. "(Aku hanya menganggukkan kepala)".

Tampan sekali saat bertatapan dengannya,bulu mata lenti k dan alis yang
membujur sempurna. Dia seperti terburu - buru,Avrile menolongku berdiri.

" Apakah kamu baik - baik saja ?". Tanya Avrile.


" Aku baik - baik saja ". Jawabku.
" Apakah kamu menyukainya ?,pandanganmu berbeda ketika melihatnya,hayo ada yang
jatuh
cinta nih ". Kata Avrile.
" A - Apaan sih kamu,aku kan kaget doang,itu juga pertama kali aku tatapan sedekat itu
dengan laki - laki “. Jawabku.
" Hmmm,yaudah ayo ke kantin,laper nih ". Ajaknya.

Sepulang sekolah,aku menemui Justi n sedang mengumpulkan buku - buku yang


berjatuhan,aku menolongnya,dan ternyata dia mempunyai banyak sekali buku -
buku kunci gitar .

" Apakah ini semua buku milikmu? Banyak sekali kunci gitar ". Tanyaku
" Iya,ada juga yang aku pinjam dari perpustakaan.(menunjukkan buku) ini sangat susah
didapat. Ahhh ... pusing jadi gitaris itu ya.Kamu juga seorang pianis kan?".
" Kok kamu tahu tentangku ? ". Tanyaku kaget.
" Tahulah,kan aku selalu menonton kompetisi mu saat kecil,mukamu juga tidak
berubah,aku pasti mengenalmu". Jawabnya.
" Iya aku seorang pianis,itu dulu. Aku hanya orang biasa saat ini ". Jawaku sangat pelan.

Setelah buku terkumpul,kebetulan kita di perumahan yang sama,kita sengaja


berjalan,karena ti dak terlalu jauh dari sekolah. Dan kita juga membuka topik
pembicaraan.
" Kenapa berhenti ? Aku tidak pernah melewatkan jika kompetisi itu kamu yang menjadi
pesertanya,kamu itu seorang pemusik,dan pemusik itu selalu mencurahkan perasaannya
dalam musik. Tapi disaat itu kenapa kamu seperti seolah - olah tidak pernah bisa
memainkan
piano ?". Tanyanya .

Kata - kata itu seolah - olah mengingatku pada ibuku,aku terdiam ti dak
menjawabnya.

" Maaf jika kata - kataku salah, aku tidak akan menanyakannya lagi ". Jawabnya sedikit
Khawatir.
"T-tidak kok,eh nama aku Annie,kita belum kenalan kan ? Salam kenal ya ". Aku
mengalihkan Topik.
" Salam kenal, namaku Justin Degryse,panggil saja Justin ". Jawabnya.
" Kamu ternyata tinggal di perumahan yang sama ya denganku,kamu di Perumahan Asri
blok B kan ?". Tanyaku.
" Kok kamu tahu,padahal aku jarang melihatmu,eh kamu di blok apa ?". Jawabnya dan
tanya Kembali padaku.
" Di blok A,nomor 134. Jangan lupa mampir ya,aku bisa memasakkan mu apa saja jika kamu
mau hehe ". Jawabku.

Pembicaraan kita terasa sangat singkat,aku merasa ingin banyak tahu dari dia,
ingin menanyakan banyak hal lagi,tapi sudah sampai rumah. Aku harap bisa
bertemu dengannya lagi dan membicarakan banyak hal.

Di keesokan harinya, aku berangkat awal karena berjaga - jaga jika ada tugasku
yang belum aku selesaikan. Saat sampai sekolah,aku melewati ruang
ekstrakulikuler musik, aku mendengar permainan violin yang sangat indah,aku
berhenti sejenak mendengarkannya sampai selesai. Saat pintu ruang musik ada
yang membuka pintu,ternyata Justi n yang baru saja membukanya. Aku
terkejut,karena aku menguping dari depan pintu.
" Ehhh ayam,ehh maaf aku menguping dari sini, habisnya kamu memainkannya dengan
sangat indah hehehe ". Ujar ku sedikit malu.
" Tenang saja, aku sedang latihan untuk kompetisi violin besok. Apa kamu mau mencoba
bermain piano lagi ?,aku ingin mendengarkan permainan piano darimu ". Katanya.
" Heheh tapi aku sepertinya sudah lupa caranya,aku menemani kamu saja,sambil melihat
Teknik gitar mu ". Jawabku.

" Oke baiklah,asal kamu tahu,musik itu dikembangkan dari diri kita loh, kita bukanlah piano
dan kita bukan not yang dimainkan sesuai keinginan manusia.Kitalah manusia yang
memainkan piano sesuai keinginan kita ". Ujarnya.

Kata - katanya menyentuh diriku yang selama ini menjauh dari dunia musik.

" Tapi duniaku akan menjadi monokrom seperti piano jika aku memainkannya,tidak ada yang
pernah memberiku kata - kata seperti ini,hanya kamu yang pertama kali mengatakannya
kepadaku. Selama ini aku hanya mendengar ocehan orang tentang diriku,manusia
monokrom lah,manusia tidak punya hati. Itu karena saat kompetisi yang aku ikuti dulu,aku
meninggalkan ibuku yang hampir sekarat,padahal perintah ibuku untuk melanjutkan
kompetisi itu. Orang - orang hanya melihatku sebelah mata,tidak tahu yang sebenarnya.
Jadi,jika aku main piano lagi, masa - masa itu seperti menghantuiku ". Ujarku.

" Aku paham dengan masa lalu mu,tapi jika kamu bermain piano dengan tujuan dan
menuangkan segala perasaan kita pada musik,duniamu akan berwarna kembali. Dan
seseorang pernah berkata .’’ saat aku bertemu dengannya hidupmu berubah.Semua yang
kulihat,semua yang kudengar,semua yang kurasakan, segala hal disekitarku mulai
berwarna.Seluruh dunia mulai berkilauan ". Maka carilah sesuatu yang membuat duniamu
berwarna kembali ". Katanya.
" Ting - ting - ting, pelajaran pertama ting - ting - ting".
" AAAAA PR KU BELUM SELESAI,AKU MASUK KE KELAS DULU YA,SAMPAI NANTI ". Kataku
sambil berteriak dan buru - buru.

"Dan seseorang pernah berkata " saat aku bertemu dengannya hidupmu berubah.Semua
yang
kulihat,semua yang kudengar,semua yang kurasakan, segala hal disekitarku mulai
berwarna.Seluruh dunia mulai berkilauan ". Maka carilah sesuatu yang membuat duniamu
berwarna kembali ".

Kalimat itu terus terpikirkan dalam benakku selama pelajaran. Entah mengapa aku
tersentuh oleh kalimatnya, apa yang dia ucapkan selalu menyentuh perasaanku.
Apa nama perasaan ini ?. Selama pelajaran, aku terpikirkan apa yang membuat
duniaku berwarna kembali.

" ( Avrile melempar kertas ) Kenapa kamu ini ?,kamu hanya mencoret - coret gajelas ".
Tanya Avrile.
" Hah, gakpapa kok cuma liat cicak di dinding ".
" Hmm kamu ini selalu aneh ".

Bel isti rahat berbunyi,seperti biasa Avrile mengajakku ke kanti n lebih awal,agar
ti dak kehabisan makanan kesukaan dia. Aku memulai membuka topik pembicaraan
yang biasanya Avrile yang pertama mengajakku bicara.

" Apa yang buat dunia kamu berwarna ?". Tanyaku dalam keramaian.
" Hah ? " Jawabnya yang tidak mendengar pertanyaanku.

Aku mengulangi pertanyaannku saat sudah kembali dari kanti n.


" Tadi itu aku tanya sesuatu apa yang buat dunia kamu berwarna ? " Tanyaku.
" Kamu ini,tanya kok lagi ramai, ya nggak denger lah.Yang buat duniaku berwarna apa
ya.Sesuatu yang telah tercapai setelah aku impikan,rasanya puas dan menikmati dunia ini
".
jawabannya.
" Kalau kamu apa ? ". Tanya Avrile kembali.
"(Aku seketika teringat dimana duniaku penuh arti ketika aku bermain piano bersama ibu)
A- aku? Aku belum ada sih" Jawabku.
" Annie,aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan,kamu seperti terbebani masalah dan
bertindak Aneh .Jika ada yang dipendam, ceritakan semua kepadaku.Dunia yang berwarna
itu bisa kita
buat dan tidak datang sendirinya,jika kamu mengharapkan sesuatu,berjuanglah sampai
kamu mendapatkannya,aku selalu bersamamu,kapanpun mau siang,malam,pagi buta,kalu
kamu butuh bantuan,aku akan hadir ". Ujar Avrile.

Seketi ka aku melongo mendengar ocehan Avrile,seperti ada api yang menyala dari
dalam jiwa ini. Masa laluku yang suram biarlah masa lalu, dan aku akan memulai
hidup yang akan menjadi masa lalu yang berharga.

Tidak terasa aku sudah kelas 9,tahun terakhirku di SMP. Seperti baru kemarin aku
berkenalan dengan Avrile dan 5 bulan lagi kita sudah berpisah.Dunia ini seperti
mimpi,ingin ku gapai tapi ti daklah nyata dan harus ada usaha untuk
menjadikannya nyata. Apakah aku hidup dalam mimpi ?. Karena dari hari itu disaat
pertama kali bertemu dengan Justi n, semuanya terlihat ti dak nyata.

Aku diajak Avrile melihat kompeti si violin di gedung Anthena. Kata Avrile,Justi nlah yang
menjadi peserta perwakilan sekolah tahun ini. Aku langsung ingin melihatnya bermain
violin.Sesampainya di gedung Anthena,aku diajak Avrile memasuki ruangan persiapan
Justi n.

"Hai Justin,ini aku ajak Annie nih,kamu menyuruhku kan ". Ujar Avrile degan nada jahil.
" Apaan sih kamu,aku kan cuma nawarin kalo mau aja ". Jawab Justin sedikit malu.
“ Eh ayo ayo udah mau mulai nih,ayo Annie cari tempat duduk “. Ajak Avrile.

Aku pun duduk bersebelahan dengan Avrile,dan menunggu giliran Justi n. Panggung
yang berbau debu,semua penonton ti dak terlihat,dan hanya ada sinar
panggung,rasanya sering sekali dulu mendatangi tempat seperti ini sampai aku
bosan. Dan hanya ada suara pianoku.

Sekarang giliran Justi n ,entah mengapa, ada perasaan tersendiri


kepadanya.Permainan pun dimulai.Suara yang violi yang dimainkannya sangatlah
indah dan ti dak membosankan,aku melongo karena apa yang dia katakan itu
benar.
“ Jika kamu bermain piano dengan tujuan dan menuangkan segala perasaan kita pada
musik,duniamu akan berwarna kembali “ .

Ternyata berlaku juga pada pendengarnya. Dari nada – nadanya seperti ada
perasaan terhadap seseorang yang pertama kali ia llihat,sungguh permainan yang
hebat, aku harap dia bisa menang dalam kompeti si ini.

Tak lama kemudian,ternyata Justi n benar – benar masuk ke babak fi nal nasional.
Aku ikut bahaigia atas kemenangannya. Ternyata seorang pianis seperti diriku
salah memilih jalan. Setelah kemenangan tersebut, Justi n mengajakku jalan – jalan
karena Avrile pulang terlebih dahulu.

“Kamu itu membohongi diri sendiri ya,padahal kamu itu suka main piano kenapa
berhenti ?“.
Tanya dia.
“Musik itu santai saja,siapa bilang musik itu harus tegang,nikmati dengan sepenuh hati.
Apakah kamu merasakan perasaanku tadi saat aku bermain?Bagaimana jika itu
perasaanku
padamu?”. Katanya yang tidak sengaja dikatakan.
“ Ehh kamu bilang apa?”. Tanyaku yang kaget.
“ Tidak apa- apa kok heheh,keceplosan aja" Jawabnya.
“ Eh iya maukah kamu jadi pengiringku di kompetisi besok? Tanggal 20 November.Bisa ya
aku
mohon,kita akan latihan terus,karena berjuang bersama akan lebih mudah". Ajaknya.
“ Bermain piano? A-aku tidak bisa,aku sudah tidak bisa bermain piano lagi". Jawabku.
“ Kamu tidak perlu membohongi diri sendiri, ketika melihat piano matamu selalu
berkilauan,seakan – akan ingin memainkannya,aku akan terus membimbingmu .Kita ini
pemusik, dua raga satu jiwa,dan aku ada dalam dirimu “. Ujarnya sambil memegang
tanganku.

Apakah ini arti kehidupan?.Kata – kata tak pernah gagal membuatku seperti api
bergejolak. Aku melongo dan seti ap kata yang ia katakan sangat tercatat di
benakku.Apakah ini yang selama ini aku cari untuk merubah duniaku?. Dan
akhirnya aku mencoba untuk mengikuti kompeti si piano.

Seti ap hari,seti ap pulang sekolah aku selalu lati han bersama Justi n di ruang
musik.Hari – hariku mulai tampak berwarna dan aku seperti ada yang
mendampingi. Dia ti dak pernah lelah membimbingku terus - menerus padahal aku
sudah putus asa.Orang atau apa dia,semangatnya ti dak pernah padam. Dan di
mana aku selalu mengingat bahwa aku pernah berkata kepada ibuku,aku akan
berhenti barmain piano.Kenapa aku malah bermain,justru itu yang membuatku
jauh dari ibu. Dan aku melepaskan tanganku dari piano.

“Kenapa?kamu mengingatnya lagi ya?. (Justin memegang tanganku ) Kesalahan masa lalu
itu
perlu dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang ,kamu salah telah berhenti
bermain
piano,apa yang ibumu katakan? Ibumu akan bahagia kan jika kamu terus bermain dan
memenangkan kompetisi piano.Kenapa kamu tidak meneruskan itu? Biarkanlah ibumu
mendengar dari surga,buat ibumu senang,jangan pernah membuat ibumu kecewa karena
kepercayaan yang sudah diberikan padamu.Jika ibumu pernah memarahimu,percayalah
dia
ingin memberikan terbaik untukmu,dan ibumu sudah menjalankan tugas dengan baik
sampai
akhir hayatnya “. Ujarnya dengan perkataan yang lagi-lagi menyentuh hatiku
“(aku menangis) aku harus membahagiakan ibu? Bukankan ini hukuman karena aku
menentang ibu?”.
“ Kamu tidak salah,kamu hanya terbawa oleh emosi,sudahlah jangan menangis,tenangkan
dirimu,ayo aku belikan camilan". Ujarnya.
“(aku mengusap air mata) ayo,maafkan aku,aku cengeng ya?”.Ujarku.
“ Hahahah,nggak kok,kamu itu kuat,semangat ! ". Katanya dengan menyemangatiku.
“ Kamu itu tidak seperti lelaki lain ya,kamu itu humble,friendly,nggak dingin – dingin amat
“.
Kataku.

Setelah kita membeli camilan,kita makan di taman pinggir jalan,dan saling


bertukar cerita di masa lalu.Ah... benar – benar seperti mimpi.

Kita terus berlati h sampai di hari kompeti si dimulai. Sejak hari itu,entah mengapa
aku ti dak memikirkan masa lalu,aku berlati h penuh semangat karena Justi n terus
ada di sampingku.Aku juga ti dak lupa mengajak Avrile melihat kompeti siku
bersama Justi n,dia juga penyemangatku dan mood ku saat aku sedih atau sedang
ti dak mood. Semoga aku bisa memulainya lagi.Kompeti si pun dimulai,giliran
pertama adalah aku dan Justi n.

“ Ibu,aku bermain piano lagi,semoga ibu bahagia di surga “. Kataku dalam hati.
‘’siap?’’Tanya dia.
‘’siap’’. Balasku.
Permainan pun dimulai.Ternyata ini rasanya bermain sesuai keinginan hati .Aku
mengingat masa – masa ibuku bermain piano bersamaku,perlahan – lahan duniaku
mulai berwarna. Aku seperti kerasukan nyawa ibuku,sakan – akan aku sedang
berada diposisi bermain piano bersama ibuku.Dan aku mengiringi seseorang yang
membuatku selalu melihat ke atas untuk menggapai mimpi.Duniaku tambah
berwarna keti ka melihat dia,apakah nama perasaan ini? Apakah ini yang aku
cari,yaitu cinta.

"Dan seseorang pernah berkata " saat aku bertemu dengannya hidupmu
berubah.Semua yang
kulihat,semua yang kudengar,semua yang kurasakan, segala hal disekitarku mulai
berwarna.Seluruh dunia mulai berkilauan ". Maka carilah sesuatu yang membuat
duniamu
berwarna kembali ".
“ Jika kamu bermain piano dengan tujuan dan menuangkan segala perasaan kita
pada
musik,duniamu akan berwarna kembali “ .

Hanya itu kata-kata yang terus tercatan selama bermain piano. Akhirnya aku sudah
menemukan dan melakukannya untuk mengubah duniaku.

“Ahhh.. rasanya puas ya bermain sesuai hati yang tenang”. Ujarku.


“ Iringanmu seperti seolah – olah meninggalkan masa lalu dan memulai kehidupan baru
karena kehadiran seseorang “. Kata Avrile.

“ Sudah kubilang,kamu itu pasti bisa,dan berkat kamu,kita lolos (seperti senyum palsu)”.
Katanya justin.
“ Justin,senyumu kayak palsu,apa kemenangan kita nggak buat kamu seneng ?”. Tanyaku.
“ Ehhh seneng ,menang kok nggak seneng”. Jawabnya dengan ekspresi yang sama.
“Ngomong aja sama kita,aku juga berterimakasih karna udah mau nemenin aku latihan
terus".
Ujarku.
“ Nggak usah dipendem gitu kali “. Kata Avrile.
‘’Kalo aku menang kompetisi ini,aku akan pindah sekolah ke luar negeri sama ayahku’’.
Jawab justin.

Aku terbangun dari tempat ti dur,hati ku terasa gelisah dan aku juga berkeringat.

“Ini mimpi nggak sih ?,kenapa nyata banget ? “. Kataku dengan jantung yang berdebar –
Debar.
“Siapa cowok itu, kenapa semua kelihatan nyata banget “. Kataku yang masih tidak
percaya.
“Ibu apakah engkau datang dengan menyamar menjadi seseorang? Apakah aku harus
memulai kehidupan baru setelah masa lalu itu? Jika memang keinginan ibu, aku akan
melakukannya lagi ,berbahagialah di surga. Karena jiwa ibu ada di dalam jiwaku. Entah
mengapa ibu, perkataan cowok itu membangunkanku bermain piano lagi “. Ujarku dalam
hati.

Keesokan harinya, aku kembali sekolah seperti biasa dengan mimpi yang terus aku
pikirkan. Mimpi itu terlihat sangat nyata dan aku seperti bangun dalam mimpi dan
hidup dalam mimpi. Jika seseorang lelaki dan perempuan yang ada dalam mimpiku
itu nyata, aku sangat bersyukur mendapat teman seperti itu. Kenapa hanya mimpi
saja.

“eh eh eh ada anak baru tuh,katanya seorang gitaris terkenal “. Kata anak yang sedang
berbicara di depan kelasnya.

“Hah anak baru? Gitaris terkenal? “. Aku terkejut dan mengingat mimpiku.
Aku menolehkan pandangan ke belakang. Dan ternyata dia seperti lelaki yang
datang di mimpiku.

“Apakah ini halusinasli ? Aku kira aku hanya halusinasi aja yang pengen dapet cowok kaya
dia.
AAAA HALUSINASIKU JADI NYATA ! “.

Teriakku dalam hati sambil melongo keti ka anak itu lewat.

Dan aku juga bertemu Gabriel yang wajahnya mirip sekali dengan Avrile. Ini yang
dinamakan mimpi menjadi nyata, aku ti dak percaya dengan semua ini. Aku dengan
Gabriel berteman sejak bertemu di coff e dekat sekolah. Sifatnya ti dak jauh beda
dengan Avrile. Aku dikenalkan dengan juga oleh lelaki itu oleh Gabriel,karena
ternyata mereka berdua bertetangga. Dan namanya Harry. Duniaku berwarna
setelah mimpi itu. Dan aku juga sudah memulai mengikuti kompeti si piano kesana
kemari, entah mengapa dalam diriku ada seseorang yang mendorongku bermain
piano lagi. Dan hari – hariku berarti sejak bertemu dua orang itu.

“ Ahhhh.... semoga tidak mimpi lagi “. Ujarku dalam hati.

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai