1 SM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

DALAM REKONSTRUKSI BAHASA MANDAILING

RAHMAWATI
Universitas Prima Indonesia
rahmawati165@gmail.com

ABSTRAK
Linguistik Komparatif Historis adalah cabang linguistik yang meneliti perkembangan
bahasa dari satu waktu ke waktu yang lain, mengamati cara-cara perubahan bahasa,
dan meneliti penyebab perubahan bahasa. tugas utama linguistik komparatif adalah
menganalisis dan memberikan penjelasan tentang sifat perubahan bahasa. Secara
umum, sifat bahasa yang pertama memiliki struktur (dimensi sinkronis) dan kedua
bahasa selalu mengalami perubahan (dimensi diakronis). Linguistik Historis
Komparatif dalam Bahasa Mandailing meliputi Rekonstruksi Morfem, netralisasi,
reduplikasi, bentuk infleksi, rekonstruksi atas morfem dan penerapan rekonstruksi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Linguistik Historis Komparatif Dalam Bahasa
Mandailing. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara.
Rekonstruksi dalam bahasa mandailing terdiri dari adanya alomorf, netralisasi,
reduplikasi, dan infleksi. Rekonstruksi di atas morfem terjadinya rekonstruksi dari
kata *aso dan *aen. Penerapan rekonstruksi terdapat contoh kata *babah dan *igung.

Kata kunci: Linguistik Komparatif Historis, Rekonstruksi, Bahasa Mandailing

A. PENDAHULUAN atau Linguistik Bandingan Historis


adalah cabang ilmu linguistik yang
Linguistik Historis Komparatif
menelaah perkembangan bahasa dari
(Historical Comparative Linguistics)

31
satu masa ke masa yang lain, dan lain-lain. Sedangkan analisis
mengamati cara bagaimana bahasa- bahasa secara diakronik yaitu
bahasa mengalami perubahan, serta menganalisis bahasa tidak hanya
mengkaji sebab akibat dari perubahan bagian-bagian bahasa yang
bahasa. Menurut Robins (1975) mengalami perubahan tetapi juga
Linguistik Komparatif termasuk perkembangan bahasa. Seperti yang
dalam bidang kajian linguistik diketahui bahwa bahasa-bahasa
memiliki peran yang sangat penting modern pada saat ini dulunya
dalam memberikan sumbangan memiliki bahasa awal. Melalui
berharga bagi pemahaman tentang analisis diakronik dicari hubungan
hakekat kerja bahasa dan antara bahasa-bahasa modern yang
perkembangan (perubahan ) bahasa- diduga berasal dari satu bahasa awal,
bahasa di dunia. Sehubungan dengan yaitu dengan menentukan bentuk
hal itu, tugas utama dari linguistik kognat (bentuk leksiko atau semantik
komparatif adalah menganalisis dan dua bahasa sama dan artinya juga
memberikan penjelasan mengenai sama atau mirip) dan pseudokognat
hakekat perubahan bahasa. Pada (bnetuk leksiko dua bahasa sama tapi
umumnya, hakekat bahasa itu (i) artinya berbeda).
mempunyai struktur (dimensi Metode kuantitatif juga dapat
sinkronis) dan (ii) bahasa selalu digunakan untuk menganalisis bahasa
mengalami perubahan (dimensi dari segi dimensi sinkronis dan
diakronis). diakronis, namun juga dapat
Analisis bahasa secara digunakan dalam kajian linguistik
sinkronis mempelajari hakikat bahasa tipology dan linguistik kontrasif .
bahwa bahasa-bahasa pada masa linguistik tipology dengan metode
tertentu mempunyai struktur-struktur komparatif digunakan untuk mengkaji
atau unsur-unsur bahasa yang disebut bahasa secara struktural berdasarkan
unsur fonologi, morfologi, sintaksis dimensi sinkronis. Tujuannya untuk

32
mengamati persamaan dan perbedaan bahasa Austronesia telah dilakukan
tipe bahasa-bahasa di dunia oleh para ahli. Terbukti bahwa
berdasarkan kajian struktural berbagai sejumlah karya tulis berupa
tataran kebahasaan secara sinkronis. disertasi yang menelaah sejarah
Sedangkan linguistik kontrasif bahasa-bahasa sekerabat di wilayah
dengan metode komparatif bertujuan Indonesia Barat itu telah dilakukan
untuk membandingkan bahasa-bahasa oleh para ahli. Sejumlah karya tulis
berdasarkan kajian struktur berbagai yang dimaksud antara lain karya
tataran kebahasaan secara sinkronis Nothofer (1975), Sneddon (1978),
untuk tujuan didaktis tertentu dalam Adelaar (1985), dan Usup 1986).
rangka mencapai keberhasilan Sejauh yang dapat diamati, untuk
pengajaran bahasa. Linguistik penelitian dalam bidang yang sama
diakronik (Linguistik komparatif) di Indonesia Timur baru tercatat
untuk menentukan hubungan tiga karya yang menelaah masalah
kekerabatan bahasa yaitu dengan tersebut secara mendalam, yaitu
menggunakan 3 metode yaitu metode karya Stressmann (1928), Collin
kuantitatif dengan teknik (1983), dan Fernandez (1988).
leksikostatistik dan teknik Ketiga karya tersebut juga dalam
grotokronologi, metode kualitatif wujud disertasi. Karya Stressmann
dengan teknik rekonstruksi dan dan karya Collin-Fenandez
metode sosiolinguistik. Metode dihasilkan dalam selang masa lebih
kualitatif dengan teknik dari setengah abad.
grotokronologi digunakan untuk
menentukan waktu pisah antara
bahasa-bahasa yang berasal dari B. KAJIAN TEORI
bahasa awal. 1. Rekonstruksi Dalam
Rekonstruksi dalam:
Penelitian linguistik historis rekonstruksi yang dilakukan dalam
komparatif (LHK) terhadap bahasa-

33
satu bahasa untuk mendapatkan Bahasa Jerman Modern memiliki
bentuk-bentuk tuanya. Dalam hal ini sejumlah konsonan, di antaranya enam
kita hanya menggunakan bahan-bahan konsonan yang sering menimbulkan
dari satu bahasa saja, yaitu masalah, yakni /p/, /t/, /k/, /b/, /d/, dan
rekonstruksi atas alternasi /g/. keenamnya dapat muncul pada
morfofonemis atau atas alomorf- posisi awal dan tengah tetapi dalam
alomorf suatu morfem. posisi akhir hanya ada /p/, /t/ dan /k/.
Rekonstruksi ini bertujuan kata dasar dari kata benda dan kata
untuk memulihkan suatu bahasa pada sifat yang berakhir dengan sebuah stop
tahap perkembangan tertentu pada akan memperlihatkan dua polanya
masa lampau, dengan tidak berlainan bila ditambah akhiran
mempergunakan bahan-bahan dari infleksi:
bahasa lain, melainkan hanya (1) Ty.p – ty.pen ‘tipe’
mempergunakan data dari bahasa itu (2) Tawp – tawben ‘tuli’
sendiri. Rekonstruksi dalam dapat Dalam analisis deskriptif gejala
dilakukan karena beberapa kenyataan ini juga dipersoalkan. Biasanya
berikut dalam sebuah bahasa: dikatakan bahwa konsonan /b/, /d/, dan
1. Adanya alomorf /g/ secara deskriptif mengalami proses
Dalam bahasa Indonesia kita netralisasi pada posisi akhir, dan
jumpai sejumlah bentuk kata seperti: diganti dengan konsonan /p/, /t/. /k/.
berjalan, bermain, berdiri, belajar, Kenyataan ini akan memberi peluang
berumah dan sebagainya. Dalam untuk menarik kesimpulan lebih jauh
Linguistik Historis Komparatif kita bahwa secara historis dalam bahasa
mempersoalkan bagaiman bentuk Jerman yang lebih tua, konsonan /b/,
dasarnya pada masa lampau. Apakah /d/ dan /g/ harus muncul juga pada
bentuknya itu ber-, atau be-, atau bel. posisi akhir.

2. Netralisasi 3. Reduplikasi

34
Reduplikasi merupakan peristiwa internal melalui rekonstruksi internal
atau gejala lain dalam bahasa yang untuk menentukan protobahasa jawa.
dapat dipergunakan untuk mengadakan
rekonstruksi dalam. Misal dalam
bahasa Sansekerta, Yunani dan Latin
2. Rekonstruksi di atas Morfem
terdapat reduplikasi pada bentuk
perfek kata kerja: Pengguna metode
Sans : da – dau ‘saya telah memberi’ korespondensi fonemis, metode
Yun : de – do – ka ‘saya telah rekonstruksi fonemis, dan rekonstruksi
memberi’ morfemis mengandung asumsi bahwa
Lat : de – di ‘saya telah memberi’ terdapat relasi antar bahasa-bahasa
yang dibandingkan itu. Dengan
4. Bentuk infleksi
mengadakan rekonstruksi melalui
korespondensi fonemis dapat disusun:
Kasus mengenai hilangnya
aspirata terdapat dalam bentuk
1. Fonem proto: yaitu fonem
infleksi, khususnya dalam infleksi
purba yang menurunkan satu
nomen. Bentuk nominatif dari kata
fonem atau lebih dalam bahasa-
rambut dalam bahasa Yunani adalah
bahasa sekarang
thriks, sedangkan bentuk genitifnya
2. Morfem proto: yaitu morfem
adalah trikhos. Dalam kasus nominatif
purba yang menurunkan satu
aspirata hilang dari konsonan /k/
morfem atau morfem-morfem
karena ada penanda /s/.
dalam bahasa sekarang
3. Bahasa proto: yaiutu bahasa
Contoh:
yang menurunkan beberapa
Rekonstruksi dalam:Rekonstruksi
bahasa baru
bahasa jawa: bahasa jawa dialek
Tengger, dialek banyumas, dialek solo,
dialek jawa timuran dianalisis secara

35
3. Penerapan Rekonstruksi dari yang lain, maka secara logis dapat
diterima bahwa akan timbul empat
Perkembangan dari suatu
bahasa baru. Mengadakan rekonstruksi
bahasa proto ke bahasa-bahasa kerabat
(fonemis dan morfemis) pada
yang sekarang ada, tidak terjadi
prinsipnya merupakan suatu usaha
sekaligus. Artinya dari suatu bahasa
untuk menelusuri kembali jejak
proto tidak secara serta-merta terjadi
perpisahan itu.
sejumlah bahasa kerabat. Proses
perubahan selalu terjadi secara
bertahap. Malahan dalam kenyataan
C. METODE PENELITIAN
ada kemungkinan bahwa dalam proses
pencabangan itu ada bahasa yanh
Metode penelitian itu
hilang dari pemakaian, entah karena
merupakan cara ilmiah agar bisa
penutur-penuturnya lenyap atau karena
memperoleh dan bisa mengumpulkan
pendukung-pendukungnya sudah
data-data dengan fungsi dan tujuan
beralih menggunakan bahasa lain.
tertentu. Tujuan penelitian ini adalah
Dalam teori yang di cetuskan sarjana
untuk mengetahui Linguistik Historis
bahasa abad XIX dikatakan bahwa dari
Komparatif Dalam Bahasa
suatu bahasa proto hanya diturunkan
Mandailing. Sesuai dengan tujuan
dua bahasa baru, tidak lebih dari itu.
penelitian diatas maka metode yang
Sekarang kita member peluang lain
digunakan dalam penelitian ini adalah
bahwa dari suatu bahasa proto dapat
metode kualitatif.
diturunkan labih dari dua bahasa,
Menurut Sugiyono (2010:15),
tergantung dari faktor yang
menjelaskan bahwa Metode
mendominasi terjadinya pencabangan
penelitian kualitatif merupakan
itu. Bila suatu masyarakat bahasa yang
metode penelitian yang berlandas-kan
homogen tiba-tiba dicerai-beraikan
pada filsafat positivisme, digunakan
oleh bencana alam ke empat daerah
untuk meneliti pada kondisi obyek
yang secara geografis berpisah satu

36
yang alamiah, (sebagai lawannya bahwa bentuk-bentuk tersebut diatas
adalah eksperimen) dimana peneliti terdiri dari morfem terikat dan morfem
adalah sebagai instrumen kunci, dasar. Ada morfem dasar : dalan,
pengambilan sampel sumber data lojong, tabusi, tampar, sintak, siram.
dilakukan secara purposivedan Disamping itu ada morfem terikat :
snowbaal, teknik pengumpulan mar-, mana-, manyi-. Secara deskripsi
dengan trianggulasi, analisis data dijelaskan bahwa bentuk-bentuk itu
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil bervariasi karena lingkungan yang
penelitian kualitatif lebih menekan dimasukinya. Berdasarkan prosedur
makna dari pada generalisasi. tertentu lalu ditetapkan bahwa ada satu
morfem untuk masing-masing
kelompok variasi bentuk diatas,
D. HASIL DAN sedangkan ketiga bentuk dari tiap
PEMBAHASAN satuan disebut alomorf.
Sesuai dengan prinsip
Suatu tingkat rekonstruksi yang
rekonstruksi morfemis melalui
lain adalah rekonstruksi morfemis
rekonstruksi fonemis, kita dapat
(antar bahasa kerabat), yang
menentukan bagaimana bentuk
mencakup pula rekonstruksi atas
morfem-morfem terikat. Berdasarkan
alomorf-alomorf (rekonstruksi untuk
prinsip kesederhanaan, serta melihat
menetapkan bentuk tua dalam satu
distribusi tiap alomorf, maka dapat
bahasa).
disimpulkan bahwa bentuk pr oto
1. Adanya alomorf
alomorf diatas adalah :*/mar/.
Dalam bahasa mandailing-
angkola kita jumpai sejumlah bentuk
1. Netralisasi
kata seperti mardalan, marlojong,
beberapa gejala nusantara
manabusi, manambar, manyintak,
dapat memperkuat hipotesa ini yaitu
manyiram dan sebagainya. Dalam
adanya posisi */z/ pada posisi akhir
analisa linguistik deskriptif dikatakan
dalam kata bozoka, ijazah, inza yang

37
diucakapkan dengan */s/ : /basoka/ Sadari : sadari-sadari
/jasah/ /insa/. Kata tersebut pertama : sasadari
disebarluaskan dengan tulisan bukan
melalui bahasa lisan. 3. Bentuk Infleksi
Bentuk infleksi tidak terdapat
2. Reduplikasi dalam bahasa mandailing.
Reduplikasi merupakan
peristiwa atau gejala lain dalam bahasa 4. Rekonstruksi di atas Morfem
yang dapat dipergunakan untuk
Dalam bahasa mandailing-
mengadakan rekonstruksi dalam.
angkola di temukan pada kata *aso
Dalam bahasa-bahasa Austronesia juga
‘kenapa’ merupakan rekonstruksi dari
terdapat peristiwa bahasa yang sama.
kata mandailing-angkola boanso, anso,
Dalam bahasa ini terdapat juga bentuk-
aso. Pada pasangan kata tersebut yang
bentuk reduplikasi pada suku awal
pertama adanya penambahan partikel
seperti kata: sanjongkal-sasanjongkal,
/bo dan n/ kedua menghilangkan
saotik-sasaotik, sadari-sasadari.
partikel /bo/ menjadi anso dan yang
Dalam bahasa mandailing
terakhir menghilangkan partikel /n/.
reduplikasi ini mengalami
Kata *aen ‘karena’ merupakan
pengulangan pada suku kata pertama,
rekonstruksi dari kata mandailing-
misalkan pada kata: sanjongkal, saotik,
angkola binaenni, abenni, benni. Pada
sadari sebagai bentuk dasar
pasangan kata tersebut yang pertama
mengalami reduplikasi dengan
adanya penambahan partikel /bin/
pengulangan suku kata –sa. Bentuk
kedua penambahan partikel /b/ dan
asli dari perulangan pasangan kata-
yang ketiga menghilangkan partikel
kata diatas adalah:
/a/.
Sanjongkal : sanjongkal-
sanjongkal : sasanjongkal
Saotik : saotik-saotik
:sasaotik

38
5. Penerapan Rekonstruksi diikiuti prosedur yang lain yaitu
mengadakan rekonstruksi yang
Untuk mengadakan
bertahap pula. Dari tingkat kemiripan
rekonstruksi menelusuri gerak
struktur fonemisnya pada tahap
perpisahan kita mengambil contoh
pertama diadakan pengelompokkan
berikut. Kata mulut dalam beberapa
bagi pasangan-pasangan yang mirip.
bahasa nusantara adalah sebagai
Dengan demikian proses
berikut: Mandailing: baba, batak toba:
rekonstruksinya adalah sebagai
baba, batak karo: babah, batak
berikut:
simalungun: babah, batak pakpak:
Baba dan babah merupakan pantulan
babah, bahasa jawa: cangkem, dan
dari kata babah
bahasa padang: muluik.
Cangkem dan muluik tidak ditemukan
Langkah pertama yang harus
hubungan kekerabatan.
dilakukan adalah mengadakan
Hasil dari seluruh rekonstruksi
pengelompokkan bentuk-bentuk yang
yang dilakukan diatas menyatakan
identik, yaitu:
bahwa bentuk proto yang menurunkan
1. Baba terdapat dalam 2 bahasa
ke tujuh bentuk kerabat ini adalah
2. Babah terdapat dalam 3 bahasa
*babah.
3. Cangkem terdapat dalam 1 bahasa
Untuk mengadakan
4. Muluik terdapat dalam 1 bahasa
rekonstruksi menelusuri gerak
Dari data tersebut diatas perpisahan kita mengambil contoh
terdapat sejumlah korespondensi berikut. Kata hidung dalam beberapa
fonemis antara /b, c, m/ antara /a, ng, bahasa nusantara adalah sebagai
u/, antara /k, l/, antara /e, i,/. Bila kita berikut: Mandailing: igung, batak toba:
mengikuti prosedur rekonstruksi igung, batak karo: igung, batak
fonemis, maka dari bentuk pantulan ini simalungun: igung, batak pakpak:
langsung di temukan bentuk protonya. egung, bahasa jawa: irung, dan bahasa
Namun berdasarkan prinsip padang: hiduang.
pencabangan yang bertahap, akan Langkah pertama yang harus

39
dilakukan adalah mengadakan igung.
pengelompokkan bentuk-bentuk yang Hasil dari seluruh rekonstruksi
identik, yaitu: yang dilakukan diatas menyatakan
1. Igung terdapat dalam 4 bahasa bahwa bentuk proto yang menurunkan
2. Egung terdapat dalam 1 bahasa ke tujuh bentuk kerabat ini adalah
3. Irung terdapat dalam 1 bahasa *igung.
4. Iduang terdapat dalam 1 bahasa
E. KESIMPULAN
Dari data tersebut diatas
terdapat sejumlah korespondensi Linguistik Historis Komperatif
fonemis antara /i, e,/, antara /g, r, d/, adalah cabang ilmu linguistik yang
antara /u, ua/, antara /ng, ng, ng, ng/. menelaah perkembangan bahasa dari
Bila kita mengikuti prosedur satu masa ke masa yang lain,
rekonstruksi fonemis, maka dari mengamati cara bagaimana bahasa-
bentuk pantulan ini langsung di bahasa mengalami perubahan, serta
temukan bentuk protonya. Namun mengkaji sebab akibat dari perubahan
berdasarkan prinsip pencabangan yang bahasa.
bertahap, akan diikiuti prosedur yang Rekonstruksi dalam terdiri dari
lain yaitu mengadakan rekonstruksi adanya alomorf, netralisasi,
yang bertahap pula. Dari tingkat reduplikasi, dan infleksi. Rekonstruksi
kemiripan struktur fonemisnya pada di atas morfem terjadinya rekonstruksi
tahap pertama diadakan dari kata *aso dan *aen. Penerapan
pengelompokkan bagi pasangan- rekonstruksi terdapat contoh kata
pasangan yang mirip. Dengan *babah dan *igung.
demikian proses rekonstruksinya
adalah sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
Igung dan egung merupakan pantulan Chaer, Abdul, 1998. Tata Bahasa
dari kata igung Praktis Bahasa Indonesia.
Irung dan iduang diturunkan dari kata Jakarta: Penerbit PT Rineka

40
Cipta. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of
Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Linguistics. Stanford and
Bandingan Tipologis. Jakarta: California: Stanford University
Gramedia. Press.
Robins, R.H.. 1190. A Short History of Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik
Linguistics. London dan Newyork: Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Longman. Media.

41

Anda mungkin juga menyukai