Anda di halaman 1dari 4

Dakwah di Perkotaan

Islam kata muhammad iqbal dalam the recontruction thought of religius islam, adalah agama
yang berdimensi keyakinan dan lebih mementingkan amal atau tidakan. Isinya berisi ajaran dan
anjuran. Salah satu ajaran islam yang paling penting da berorietasi praktis dan strategis adalah ajakan
kepada manusia agar berada dan tetap berada dalam jalan benar yang populer disebut dakwah. Oleh
karena itu, dakwah dalam islam menjadi bulit in dalam keseluruhan bangunan sentral kajian dan
praktik islam.

Keberhasilan dakwah teradi melalui proses yang sangat intensif dan gelombang yang
terkadang memilukan. Islam diterima oleh orang-orang yang hidupnya sudah terukur dan teratur
seperti pada masyarakat perkotaan maupun orang pinggiran. Mengapa menerima islam? Kira-kira ada
dua kerangka pikir yang bisa diajukan. Pertama, karena ajaran islam itu sendiri. Islam bukan untuk
kmunikasi tertentu, tidak harus menjadi rahmat bagi sekalian alam meskipun islam tegas memegang
prinsip demi kemaslahatan manusia. Kedua, karena da’inya. Da’i tak hanya cukup berpegetahuan luas
dan berilmu tetapi pada masa sekarang da’i harus memiliki kecukupan material, menjadi teladan,
cerdas dan berwawasan luas, dan memiliki komitmen kuat terhadap peningkatan kualitas umat islam.

Fokus utama kajian tulisan ini adalah menjawab pertanyaan bagaimana dakwah islam pada
masyarakat pertkotaan dan model pendekatan dakwah bagaimana yang tepat diterapkan.

A. Karakteristik Budaya Masyarakat Perkotaan

Kehidupan masyarakat kota umumnya heterogen. Hetergogenitas masyarakat kota pada satu sisi
memberi peluang terciptanya kompetisi dan kreasi-kreasi baru. Pluralisme keyakian dalam beragama
juga sangat nyata sebagai ciri kehidupan masyarakat kota. Begitu pula dalam bidang politik dan
ekonomi. Meskipun begitu, masyarakat kota umumnya relatif sangat menghormati waktu karena
tuntutan demi kelangsungan hidup.

Masyarakat kota memiliki akses informasi lebih cepat karena dekat dengan pusat-pusat informasi.
Perubahan mental terjadi sangat cepat, mengikuti perubahan sosial, budaya maupun politik. Arus
perubahan membawa pula pada oergeseran dengan nilai-nilai agama.sikap keberagamaan
yangmengambang secara soisologis sangat kentara pada masyarakat kota. Hal demikian,
dikhawatirkan dapat mememngaruhi sikap mental beragamaannya.

Apabila diperhatikan, setidaknya terdapat tiga kelompok yang merespons kegamangan


keberagamaann masyrakat kota, orang islam khususnya, terhadap semaraknya kehidupan kota dengan
segala atributnya. Pertama, kelompok yang menolak segala bentuk yang diklaim tidak islami. Kedua,
kelompok masyarakat yang menerima, baik secara terpaksa maupun mengikuti, terhadap segala pola
hidup dan kebudayaan kota. Ketiga, mereka yang menerima dan mengikuti setiap arus budaya yang
datang dan menganggap sebagai bagian kehidupan kota.

Dari gambaran diatas, maka karakteristik budaya masyarakat perkotaan dapat diringkas sebagai
berikut :

1. dalam usaha pencarian hidup,masyarakat perkotaan banyak menggunakan fasilitas-fasilitas


kebih modern.
2. pada masyarakat kota, sistem kemasyarakatan teratata demikian jelas dan setiap anggota
masyarakat memiliki status sesuai profesinya.
3. dalam berkomunikasi, umumnya masyarakat kota memakai bahasa yang lebih menasional,
yaitu bahasa indonesia bagi masyarakat kota indonesia.
4. sistem pengetahuan pada masyarakatkota lebih cenderung pragmatis, setelah selesai sekolah,
apapun sekolahnya, yang penting kerja. Pragmatisme masyarakat kota, juga terlihat dalam
sikap keberagamaan mereka. Ritual keagamaan mengikutiorientasi arus pragmatis dan lebih
praktis.
5. Masyarakat kota umumnyasangat heterogen. Plitalisme hidup beragama misalnya, hubungan-
hubungan sosial antar pemeluk agama tidak lagi hanya sebatas hubungan muamalat, tetapi
sudah meliputi hubungan keluarga.

B. Semarak Dakwah di Perkotaan

Semarak umat islam di perkotaan akhir-akhir ini memberi catatan penting, khususnya umat islam
di indonesia. Aktivitas-aktivitas keagamaan masyarakat kota, kaum muda khususnya sangat kuat.
Mereka umumnya kalangan pelajar dan mahasiswa yang terpusat pada kajian islam, seperti klub
diskusi dan mesjid-mesjid kampus. Untuk ibu-ibu biasanya dilakukan dirumah, tempat pengajian.
Akan tetapi, banyak pula kelompok-kelompok islam dengan semangat gairah keagamaannya sangat
keterlaluansebagai sikap teaktif terhadap situasi politik akibat semburan budaya baru sebagai bentuk
responsifnya.

Bukti lain, sebagai indikasi semarak dakwah di kota adalah makin kuatnya umat islam dalam
memperjuangkan hak-haknya dengan cara masuk dalam struktur partai politik. Perolehan suara PKS
sebagai partai politik baru pada Pemilu 2004 misalnya, adalah indikasi tak terbantahkan tentang
menguatnya islampolitik yang memiliki basis kelompokislam termaksud diatas. Kita juga
menyaksikan dengan kontraks ribuan umat islam berduyun-duyun menghadiri dzikir akbar, tablig
akbar, dan studi islam eksklusifyang di lakukan di lapangan terbuka atau di hotel. Ini
merupakanfenomena islam di perkotaan yang tidak terduga sebelumnya.
C. Pendekatan Dakwah Antar Budaya

Manusia adalah makhluk berbudaya. Perbedaan manusia yang paling krusial dan dinamis justru
karena perbedaan watak dan kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap pola hidup dan
kebudayaan. Krusialitas dan kompleksitas budaya, khususnya di negara atau masyarakat multikultur
danmultietnis menjadi suatu tantangan dan permasalahan tersendiri dalam proses dinamika kehidupan
dan pembangunan. Indonesia merupakan salah satu negara yang bisa dikategorikan sebagai bangsa
yang multikultur tersebut.

Tantangan multikultur ini, juga menjadi tantangan dalam aktivitas dakwah islam dengan cara
mengubah dan menata kembali cara-cara serta orientasi dakwah ke depan. Salah satu strategi dakwah
yang sedang berkembang dan di anggap lebih ramah adalah strategi dakwah antarbudaya. Dakwah
antarbudaya didefinisikan sebagai proses dakwah yang mempertimbangkan keragaman budaya antar
da’i dan mad’u dan keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada tingkat intra dan
antarbudaya agar pesan dakwahdapat tersampaikan dengan tetap terpelihara situasi damai.

Adapun wujud produk dari dakwah antarbudaya, ketika terjadi proses interaksiantar nilai islam
dengan budaya-budaya lokal, akan menghasilkan wujud budaya islami yang bertentangan dengan
masing-masing nilai, terjadi pembauran, penerimaan salah satunya sehingga menimbulkan hegemoni
nilai budaya atau terjadi perpaduan yang saling mengisi. Dinamika ini sekaligus menjadi taruhan yang
tak terbantahkan bahwa islam akan selalu hidup sesuai zaman dan perkembangan budaya manusia.

D. Tantangan Dakwah pada Era Demokrasi

Apabila demokrasi membawa pada kemajuan dan kesejahteraan manusia, umat islam tidak bis
atidak, harus menerimanya. Demokrasi adalah produk budaya manusia, dan karenanya,selama baik,
umat islam berhak bahkan wajib menjaganya. Demokrasi semisal bejana, dan bejana itu mau diisiapa
dan dipakaiapasaja bergantungpada si pemakainya. Ini adalah tantangan, dan tantangan harus
adaelemen-elemen pengimbang agar proses demokratisasi beralan dengan harmonis dan benar.
Demkrasi bukan budaya serbabebas dan tanpabatas melakukan tindakan,tetapi merupakan betuk
intrumentasi yang memerlukan kesdaran dan ketahanan moral serta patuh pada aturan yang disepakati
bersama.
KESIMPULAN
Dakwah di perkotaan memiliki beberapa karakteristik yang harus dipahami oleh seorang da’i.
Dengan segala katakteristiknya, masyarakat perkotaan semakin semarak dalam menerima aktivitas
keagamaan khususnya kaum muda. Contoh lain semaraknya masyarakat kota dalam dakwah ialah
mulai masuknya kedalam struktur plitik yang bertuuan untuk memperuangkan hak-haknya.
Selanjutnya sebagai serag da’i di daerah perkotaan harus memiliki cara pendekatan khusus yaitu salah
satunya adalah dakwah antarbudaya.

Anda mungkin juga menyukai