Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ANALISA BUDAYA TERKAIT KESEHATAN


(SOSIAL BUDAYA DAN UNSUR BUDAYA)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Anastasia Keliat (2002022004)


Dara Juita Damanik (2002022007)
Desrina Nasution (2002022008)
Eodiah (2002022011)
Mutiara Ulina Simbolon(20020220025

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA


PRODI S-1 JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol atau dipengaruhi
oleh factor-faktor dari luar manusia melalui kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya. Interaksi ini menghasilkan pola- pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis,
manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Dapat kita simpulkan dari anggapan teori ini
bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat maka itulah
yang akan membentuk diri individu.

Menurut Gerald corey, konseling perilaku (konseling behaviour) adalah penerapan aneka
ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Penerapan prinsip –
prinsip belajar ini berakar pada teori pengkondisian klasikdari Ivan Pavlov maupun pada teori
pengkondisian operan dari B.F. Skinner.

Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini ialah atas pertimbangan bahwa konselor
membantu orang (konseli ) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan membantu dalam
proses belajar menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga konseli dapat mengubah
perilakunya serta memecahkan masalahnya.

Konseling kognitif perilaku merupakan penggabungan tekhnik – tekhnik dari perspektif


perilaku dengan tekhnik – tekhnik dari perspektif kognitif, karena dalam perkembangannya para
teoris dan praktisi teori KP menyadari adanya keterbatasan dalam teori – teori belajar dan
mengakui peran kognisi ( bahkan emosi ) dalam mempengaruhi perilaku.

Pengenalan Lingkungan sebagaimana diketahui hidup manusia ialah dalam hubungannya


dengan lingkungannya. Seorang individu dewasa tidak hanya dituntut untuk mengenal diri
sendiri, melainkan juga dituntut untuk mengenal lingkungannya. Seperti pada penerimaan diri
sendiri, individu juga hendaknya menerima lingkungan sebagaimana adanya. Ini tidak berarti
bahwa individu harus ‘nrimo’ atau tunduk saja terhadap lingkungan, melainkan dia dituntut
untuk mampu bensikap positif terhadap lingkungannya itu. Lingkungan yang kurang
menguntungkan misalnya tidak membuat dia putus asa, melainkan dia menerimanya secara wajar
dan berusaha memperbaikinya. Dengan kata lain, pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap
positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Perpaduan yang tepat dan serasi
antara unsur-unsur pribadi dan unsur-unsur lingkungan akan dapat membawa keuntungan timbal
balik antara individu dan lingkungannya. Pelayanan bimbingan dan konseling selalu berusaha
membantu tercapainya perpaduan yang tepat dan serasi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling
Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari bimbingan. Konseling juga
merupakan salah satu tekhnik dalam bimbingan.Konseling merupakan inti dalam bimbingan.Ada
yang menyatakan bahwa konseling merupakan ‘’jantungnya’’ bimbingan.Sebagai kegiatan inti
atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak dilakukan
konseling.

Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan ‘’penyuluhan’’.Penerjemahan penyuluhan


atas kata konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering menimbulkan salah
persepsi.Dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling disekolah termasuk madrasah,
konseling dengan arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya penyuluhan pertanian, hokum,
kelurga berencana, dan lain-lain, dimana orang dikumpulkan dalam jumlah yang banyak lalu
penyuluh memberikan ceramah.Dalam dunia pendidikan (disekolah atau madrasah), praktik
konseling (yang diterjemahkan penyuluhan) dilakukan dalam suasana hubungan atau komunikasi
yang bersifat individual.

Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris ‘’coungseling’’ di dalam kamus
artinya dikaiykan dengan kata ‘’counsel’’ memeliki beberapa arti yaitu nasihat (to obtain
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel), berdasarkan arti di atas,
konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan
bertukar pikiran.

Seperti halnya bimbingan, secara terminologis konseling juga dikonsepsikan sangat


beragam oleh para pakar bimbingan dan konseling. Rumusan tentang konseling yang
dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literature bimbingan konseling, memiliki makna
yang satu sama lain ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat
dilihat dari kata kunci tentang konseling dalam tataran praktik, dimana konseling merupakan: (1)
proses penemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik antara pembimbing dengan
klien, (2) dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau
pembicaraan yang disebut dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam
hampir semua rumusan tentang konseling.

Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan


antarpribadi dimana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman
dan kecakapan menemukan masalahnya. Dalam pengertian ini jelas menunjukkan bahwa
konseling merupa kan situasi pertemuan atau hubungan antar pribadi (konselor dan konseli
atau klien) dimana konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman dan kecakapan
menemukan masalah yang dihadapinya.

Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien yang
berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga
klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.Pengertian ini menunjukkan
bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien
dimana konselor membantu klien memcahkan masalah yang dihadapi klien berdasrkan
pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri,
artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.

Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang individu
(konselor dengan klien) dimana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian
tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada saat
ini dan yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa konseling adalah kontak atau hubungan
timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang
didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas, secara terintegrasi dapat rumuskan
makna bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan
oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui petemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduannya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau
proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada
konseli melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduannya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu
menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah
yang dihadapinya.

2. Sasaran Konseling

Kata sasaran terdiri dari kata dasar sasar dan akhiran –an, menyasar artinya membidik
atau menuju.. Sedangkan sasaran mempunyai beberapa arti yaitu bulan-bulanan (yang ditembak,
dipanah, dibom dsb) dan sesuatu yang menjadi tujuan (yang dikritik, dimarahai dsb). Tapi yang
dimaksud sasaran konseling di sini adalah sesuatu yang menjadi arah tujuan konseling.

2.1. Tujuan Konseling

Tujuan konseling adalah :


 Membantu kemampuan klien untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistik,
 Menuntut perilaku klien agar mampu mengemban konsekuensinya
 Memberikan informasi dan edukasi.
 agar klien memperoleh pemahaman dirinya, mengarahkan dirinya, sehingga mencapai
aktualisasi diri yang pada gilirannya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
dimana ia berada.
 Menghapus atau menghilangkan tingkah laku maldatif (masalah) untuk digantikan
dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan oleh klien.

Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.


2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).
3. Pengembangan potensi semaksimal mungkin.
4. Pemecahan masalah dengan baik dan realistis
2.2. Fungsi Konseling
Konseling berfungsi untuk :
1. Fungsi Pencegahan Preventif
Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi
tercegahnya atau terhindarnya konseli atau kelompok konseli dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang dapat mengganggu menghambat atau
menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu
2. Sebagai solusi atau tindakan dalam proses.
3. pelayanan bantuan kepada klien baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi sosial belajar
maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.

2.3 Peran dan Fungsi Konselor


Adapun peran dan fungsi dari konselor adalah senagai berikut
1. Melaksanakan sebuah assesmenfungsional yang seksama untuk mengidentifikasi kondisi
yang dipertahankan dengan pengumpulan informasiyang sistematis tentang penyebab
situasi, dimensimasalah tingkah laku dan akibat dari masalah itu
2. Membuat tujuan dari treatment awal dan mendisine serta menerapkan rencana teratmen
untuk melaksanakan tujuan ini
3. Menggunakan strategi untuk menciptakan generalisasi dan dan memelihara perubahan
tingkah laku
4. Mengevaluasi kesuksesan rencana perubahan dengan mengukurkenajuan kea rah tujuan
selama durasi treatmen
5. Melaksanakan assesmen selanjutnya
BAB III
PENUTUP

Konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud,
dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah
klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Dengan adanya konseling
diharapkan dapat menghapus atau menghilangkan tingkah laku maldatif (masalah) untuk
digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan oleh klien.

Dengan ini menunjukkan bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap
muka antara konselor dengan klien dimana konselor membantu klien memcahkan masalah yang
dihadapi klien berdasrkan pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecahan masalah
dilakukan oleh klien sendiri, artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai