Anda di halaman 1dari 15

Pemasangan Instalasi Listrik

Berdasarkan PUIL 2000 pekerjaan perencanaan pemasangan dan pemeriksaan/pengujian


instalasi listrik di dalam atau di luar bangunan harus memenuhi ketentuan yang berlaku, sehingga
instalasi tersebut aman untuk digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya,
mudah pelayanannya dan mudah pemeliharaannya. Pelaksanaannya wajib memenuhi ketentuan
keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerjanya, sesuai dengan peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diberi tanggung jawab atas semua pekerjaan : perancangan, pemasangan, dan
pemeriksaan/pengujian instalasi listrik harus ahli di bidang kelistrikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, antara lain :
a. Yang bersangkutan harus sehat jasmani dan rohani;
b. Memahami peraturan ketenagalistrikan;
c. Memahami ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Menguasai pengetahuan dan keterampilan pekerjaannya dalam bidang instalasi listrik;
e. Dan memiliki ijin bekerja dari instansi yang berwenang.

2. Tempat Kerja

Untuk pekerjaan perancangan bisa dilakukan dikantor, setelah mendapatkan data-data alamat,
gambar denah beserta ukuran-ukuran ruangannya. Namun untuk jenis pekerjaan pemasangan dan
pemeriksaan instalasi listrik dikerjakan di tempat bangunan yang dipasang instalasi listrik
tersebut. Tempat kerja pemasangan instalasi listrik harus memenuhi keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Disamping itu harus tersedia
perkakas kerja, perlengkapan keselamatan, perlengkapan pemadam api, perlengkapan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), rambu-rambu kerja dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
Bila menggunakan perlengkapan peralatan yang dapat menimbulkan kecelakaan atau kebakaran,
wajib dilakukan pengamanan yang optimal. Di tempat kerja pemasangan instalasi listrik harus

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


ada pengawas yang ahli di bidang ketenagalistrikan. Untuk tempat kerja yang dapat mengganggu
ketertiban umum, harus dipasang rambu bahaya dan papan pemberitahuan yang menyebutkan
dengan jelas pekerjaan pekerjaan yang sedang berlangsung, serta bahaya yang mungkin timbul,
dan harus dilingkupi pagar dan diterangi lampu pada tempat yang pencahayaannya kurang.

3. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Listrik

Bila pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah selesai, maka pelaksana pekerjaan pemasangan
instalasi tersebut secara tertulis melaporkan kepada instansi yang berwenang bahwa pekerjaan
telah selesai dikerjakan dengan baik. Memenuhi syarat proteksi dengan aturan yang berlaku dan
siap untuk diperiksa/diuji. Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi yang telah memenuhi
standar juga dibuat secara tertulis oleh pemeriksa/penguji instalasi listrik jika hasilnya belum
memenuhi standar yang berlaku, maka dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga sampai
memenuhi standar.
Pada waktu uji coba, semua peralatan listrik yang terpasang dan akan digunakan terus dijalankan
baik secara sendiri-sendiri ataupun serempak sesuai dengan rencananya dan tujuan
penggunaannya.

4. Wewenang dan Tanggung Jawab

Perancang suatu instalasi listrik bertanggung jawab terhadap ruangan instalasi yang dibuatnya.
Pelaksana instalasi listrik bertanggung jawab atas pemasangan instalasi listrik sesuai dengan
rancangan instalasi listrik yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang. Jika terjadi
kecelakaan yang diakibatkan oleh karena instalasi tersebut dirubah atau ditambah oleh pemakai
listrik (konsumen/user), atau pemasangan instalasi lain, maka pelaksana pemasangan instalasi
listrik yang terdahulu dibebaskan dari tanggung jawab. Setiap pemakai listrik bertanggung jawab
atas penggunaan yang aman, sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut.
Instansi yang berwenang berhak memerintahkan penghentian seketika penggunaan instalasi
listrik yang dapat membahayakan keselamatan umum atau keselamatan kerja. Perintah tersebut
harus dibuat secara tertulis disertai dengan alasannya.

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Instalasi Penerangan 3 Fasa

1. Acuan
Agar terselenggaranya segala bentuk instalasi yang baik dari berbagai seluk beluk yang
menyangkut keamanan instalasi, penempatan instalasi dan juga perlengkapan serta bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi, maka sangat penting suatu acuan guna mendapat apa yang
diinginkan dimana acuan tersebut dapat berupa:
a. Gambar -gambar simbol instalasi listrik.
b. Cara penyambungan penghantar kedalam suatu komponen instalasi listrik.
c. Pengenalan kode, tanda uji, warna dan segala bentuk penandaan suatu komponen listrik.
d. Mengerti fungsi masing- masing komponen alat ukur yang digunakan.
e. Mengerti mengenai perbedaan perhitungan dengan pengukuran.

Hal tersebut diatas tidak terlepas dari tujuan, standarisasi instalasi listrik yang berfungsi untuk
keseragaman dalam bentuk atau ukuran, menggambar, cara kerja dan juga mutu bahan. Bahkan
dalam peraturan instalasi listrik yang baik dan benar mengenai peralatan, kesalahan manusia dan
gedung di aplikasikan pada tempat yang sebenarnya, disana juga dituntut bahwa instalasi
penerangan harus memenuhi prinsip-prinsip dasar, yaitu :
a. Keandalan.
b. Ketertiban.
c. Ketersediaan.
d. Keindahan.
e. Keamanan.
f. Ekonomis.

2. Syarat-Syarat Instalasi Listrik


a. Syarat ekonomis
Instalsi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi itu,
ongkos pemasangan dan ongkos pemeliharaannya semurah mungkin.
b. Syarat keamanan

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat
kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya
peralatan dan benda-benda di sekitarnya dari kerusakan akibat adanya gangguan seperti
hubung pendek, beban lebih, tegangan lebih dan sebagainya.
c. Syarat keandalan
Kelangsungan pemberian / pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin secara
baik.

3. Ketentuan rancangan instalasi listrik

Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang digunakan
sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik. Rancangan instalasi
listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik.
Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.

Rancangan instalasi listrik terdiri dari :


1. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat instalasi
tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber tenaga listrik.
2. Gambar instalasi yang meliputi:
a. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik beserta
sarana kendalinya (pelayanannya), seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor listrik,
PHB dan lain-lain.
b. Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti hubungan
lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur
kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau cabang sirkit akhir.
c. Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b) dan PHB yang
bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas mengenai hubungan
tersebut.
d. Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


3. Diagram garis tunggal, yang meliputi :

a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran pengenal
komponennya;
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya;
c. Sistem pembumian
d. Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.

4. Gambar rinci yang meliputi :


a. Perkiraan ukuran fisik PHB;
b. Cara pemasangan perlengkapan listrik;
c. Cara pemasangan kabel;
d. Cara kerja instalasi kendali.
e. Catatan gambar rinci dapat juga diganti dan atau dilengkapi dengan keterangan atau uraian.
5. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :
a. Susut tegangan;
b. Perbaikan faktor daya;
c. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;
d. Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;
e. Tingkat penerangan.
6. Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
a. Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;
b. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;
c. Jumlah dan jenis PHB;
d. Jumlah dan jenis luminer lampu.
7. Uraian teknis, yang meliputi :
a. Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada 3.17;
b. Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya;
c. Cara pengujian;
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
8. Perkiraan biaya

4. Ketentuan Warna Kabel


a. Ketentuan umum
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar yang tercantum
dalam pasal ini berlaku untuk semua instalasi tetap atau sementara, termasuk instalasi
dalam perlengkapan listrik. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan kesatuan pengertian
mengenai penggunaan sesuatu warna atau warna loreng yang digunakan untuk mengenal
penghantar, guna keseragaman dan mempertinggi keamanan.

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


b. Penggunaan warna loreng hijau-kuning
Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar yang menghubungkan ikatan penyama
potensial ke bumi.
c. Penggunaan warna biru
Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat tengah, pada instalasi
listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan kesalahan, warna biru tersebut
tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya. Warna biru hanya dapat
digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi listrik tersebut tidak terdapat penghantar
netral atau kawat tengah. Warna biru tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian.
d. Penggunaan warna untuk pengawatan dengan kabel berinti tunggal

Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar hanya digunakan satu
warna, khususnya warna hitam, selama tidak bertentangan dengan 7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila
dalam pembuatan dan pemeliharaan perlengkapan tersebut, dianggap perlu menggunakan
lebih dari satu warna, maka penggunaan warna lain dan warna loreng lain tidak dilarang.
Jika diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi bagian pengawatan secara
terpisah, dianjurkan mendahulukan pemakaian warna coklat.
e. Pengenal untuk inti atau rel

Sebagai pengenal untuk inti atau rel digunakan warna, lambang, atau huruf seperti tersebut
dalam Tabel 7.2-1. Untuk kabel berisolasi polyethylene selanjutnya disingkat PE, polyvinyl
chloride selanjutnya disingkat PVC, dan cross linked polyethylene selanjutnya disingkat
XLPE yang bertegangan pengenal lebih dari 1000 V, pengenal tersebut di atas tidak
diharuskan.
f. Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal

Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral, kawat tengah, atau
penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang terlihat (bagian yang dikupas
selubungnya) dibalut dengan pembalut berwarna yang dibuat khusus untuk itu, atau dengan
cara lain yang memenuhi Tabel dibawah ini

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Tabel Pengenal inti atau rel

Sumber : PUIL 2000

g. Warna selubung kabel

Tabel warna selubung kabel

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Tabel di atas adalah warna selubung kabel berselubung PVC dan PE untuk instalasi.
(PUIL, 2000)

5. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) Penghantar

Kemampuan hantar arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang diijinkan dan sejumlah panas
yang dipindahkan.Kemampuan hantar arus dari suatu penghantar yang berbeda-beda
tergantung dari spesifikasi penghantar yang ada. Penghantar sirkit akhir yang menyuplai
motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh.
Disamping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan penghantar yang cukup ukurannya

6. Menentukan Penampang Penghantar

Luas penampang dan jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi ditentukan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Kemampuan hantar arus
b. Kondisi suhu
c. Susut tegangan
d. Sifat lingkungan
e. Kemungkinan perluasan

Semua penghantar harus mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan arus yang mengalir
melaluinya, yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk penghantar netral mempunyai KHA sebagai berikut:

a. Penghantar netral saluran dua kawat harus mempunyai KHA sama dengan penghantar fasa
(PUIL 2000 ayat 3.16.2.2 hal 77).
b. Penghantar netral saluran banyak harus mempunyai KHA sesuai dengan arus maksimum yang
mungkin timbul dalam keadaan tidak seimbang yang normal (PUIL 2000 ayat 4.2.2.2.3 hal
109).

Bila saluran fasa banyak melayani sebagian besar dari beban diantara penghantar fasa dan netral,
maka penampang dari penghantar netral harus tidak kurang dari ½ penampang fasa bila
penghantar fasa mempunyai penampang sama atau lebih dari 25 mm2.

Sampai sini lanjut ke pembumian

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


7. Pembumian
Beradasarkan PUIL, sistem pembumian mencakup sistem tenaga listrik TN, TT, dan IT.
Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT (Bagian
Konduktif Terbuka) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi.
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar proteksi yaitu
sebagai berikut :
1. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh sistem (lihat
Gambar 4).
2. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di sebagian sistem (lihat Gambar 5).
3. Sistem TN-C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal
di seluruh sistem (lihat Gambar 6).

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Gambar 4. Pembumian Sistem TN-S (PUIL, 2000)

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Gambar 5. Pembumian Sistem TN-C-S
Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem
(PUIL, 2000)
Gambar 6. Pembumian Sistem TN-C
Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh sistem
Sumber : PUIL 2000
Sistem tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi
dihubungkan ke elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem tenaga
listrik (lihat gambar 7).

Gambar 7. Pembumian Sistem TT

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


(PUIL, 2000) 20

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan secara
independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem (lihat gambar 8).
Gambar 8. Pembumian Sistem IT
(PUIL, 2000)
a. Tujuan Pembumian

Tujuan dari Pembumian adalah sebagai pengaman dari kejut listrik dan kerusakan alat yang
disebabkan karena rusaknya isolasi.
b. Penghantar Pembumian

Penghantar Pembumian harus sesuai dengan PUIL terutama berkenaan dengan: bahan dan tipe
konduktor, dan ukuran konduktor
Sebagai tambahan, penghantar pembumian adalah tembaga dan alumunium. Pemasangan
penghantar juga dapat dilihat pada PUIL.
c. Elektrode Bumi

Elektrode Bumi dijelaskan pada PUIL. Pemasangannya harus dapat dilihat untuk pengujian
penglihatan dan harus sesuai PUIL juga dalam hal metode pemasangan dan pengamanannya.
d. Resistansi Penghantar Pembumian

Untuk menjainin bekerjanya peralatan pengaman dengan baik maka resistansi pembumiannya
harus kurang dari 2 . 12122 OhmPHB2 Ohm
Gambar 9. Resistansi Penghantar Pembumian
(PUIL, 2000) 21

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


8. Sistem pengaman (Fuse)

Fuse adalah jenis pengaman alat-alat pemakai listrik terhadap arus yang melebihi kapasitas batas,
yaitu arus yang masuk melebihi arus nominal yang dapat menyebabkan kerusakkan terhadap
peralatan listrik, bagian dari fuse ialah :
a. Rumah fuse.
b. Pengepas patron dengan kawat lebur didalamnya.
c. Tutupan fuse.
d. Dudukan fuse.

Untuk instalasi-instalasi penerangan umumnya menggunakan fuse ini, yang bagian penghubung
arusnya dinamakan patron dimana didalamnya berisi kawat lebur, apabila dialiri listrik yang
lebih besar dari pada yang telah ditentukan maka akan terjadi lebur, dan hubungan listrik
terputus.
Fuse selalu dihubungkan dengan penghantar fasa secara seri karena fungsi dari fuse ialah
mengamankan alat pemakai dari arus yang lebih yang mungkin mengalir masuk, dengan
menghubungkan fuse ke penghantar fasa kerusakan terhadap peralatan listrik dapat dihindarkan
karena sebelum arus lebih masuk kedalam peralatan maka kawat lebur dari fuse akan terputus
labih dahulu.
Jika kawat lebur putus harus diganti dengan ukuran dan kemampuan sama seperti yang semula
sehingga tidak menghilangkan fungsi fuse, untuk melakukan pencabangan penghantar fasa
jaringan harus melalui fuse, dari percabangan sampai ke instalasi dipergunakan tiga buah fuse,
yaitu :
a. Fuse tiang (pal fuse).
b. Fuse utama.
c. Fuse kelompok instalasi.

Ketiga buah fuse tersebut diatas masing-masing mempunyai daya tahan arus yang berlainan,
pabrik-pabrik yang membuat fuse telah menggunakan tanda warne yang telah dinormalisasikan
untuk menyatakan kekuatan daya tahan arus dari kawat lebur sebagai berikut :
Tabel 4. DAYA TAHAN
Normalisasi Fuse ARUS
WARNA
Merah muda 2A
Coklat 4A
Hijau 6A
Merah 10 A
Abu – abu 16 A
Biru 20 A

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM


Kuning 25 A

IPL kelas XII TITL oleh : Ir. A. Irwandi, MM

Anda mungkin juga menyukai