Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 1 (Rusli dan Siti Mulhimah)

Pertanyaan Zaitun:

Apakah jika salah satu tauhid, fiqh dan tasawuf ditiadakan maka apakah hukum Islam juga akan
hancur?

JAWABAN: Apabila salah satu ketiga tersebut tidak bisa dipahami maka akan gagal atau hancur.
Ketiga ajaran tersebut berkaitan satu sama lain dan memantapkan satu sama lain.

Pertanyaan Mukmin Yasin Ahmad: Apa maksud prinsip kemerdekaan dan kebebasan?

JAWABAN: Hukum Islam ditegakkan suka rela bagi pemeluknya. Apabila sudah ditegakkan
namun tidak diikuti maka sia-sia. Maksudnya kesukarelaan umat Islam/muslim dalam mengikuti
hukum tersebut. Hukum Islam sangat menghormati kemerdekaan dan kebebasan.

Pertanyaan Siti Norsaadah: Dalam hukum Islam terdapat 3 istilah, apakah dari 3 tersebut ada
keterkaitan satu sama lain?

JAWABAN: Ketiga tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Apabila qanun bertentangan
dengan kedua yang lain maka akan di hapus syariat ketentuan Allah. (Fiqh: caranya, qanun:
UU).

KELOMPOK 2 (Dita Apriliani dan Andriani)

Pertanyaan Zaitun: Bagaimana cara manusia berhubungan dengan sesama manusia yang
berbeda agama, apakah ada dijelaskan dalam Al-Qur'an maupun hadits? Jelaskan!

JAWABAN: Cara yaitu dengan toleran. Q.S. Al-Mumtahanah:8

Pertanyaan Nurul Hasanah: Bagaimana seharusnya sikap atau akhlak kita terhadap tetangga
yang non muslim?

JAWABAN: Ada mubah, haram. Tergantung niat seseorang untuk apa mengucapkan perayaan
tersebut, jika ingin menghormati maka hukumnya boleh (mubah).

Pertanyaan Suchi Lestari: Bagaimana hubungan antara syariah dan akidah dalam kehidupan?
JAWABAN: Memiliki hubungan yang terkait.

KELOMPOK 3 (Syafira Husna dan Al Munir)

Pertanyaan Zaitun: Jelaskan kenapa hukum adat merupakan hukum yang tertua di Indonesia
dan jelaskan keterkaitan antara hukum adat, hukum Islam dan hukum barat!

JAWABAN: Karena hukum adat merupakan hukum pertama di Indonesia. Hukum Islam dan
hukum barat datang setelah nya. Hukum adat merupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat
sehingga mengikat untuk ditaati. Keterkaitan: Sangat berkaitan dalam aspek kehidupan. Hukum
Islam=Akidah, hukum adat=kebiasaan sedangkan hukum barat. Hukum adat pada dasarnya ada
jauh sebelum Belanda masuk, setelah Belanda masuk Islam sudah mulai tumbuh dan memakai
hukum Islam. Secara politik hukum Islam menjadi hukum adat sehingga hukum Islam tidak di
UU. Hukum publik (hukum barat) jinayat, hudud tidak memakai hukum Islam tapi hukum publik
(hukum barat). Hukum Islam yang di qanunkan di UU yaitu hukum fiqih munakahat.

Pertanyaan Putri Lisna Nuradha: Hukum I'taqiyah jelaskan kembali beserta contohnya!

JAWABAN: Hukum I'taqiyah hukum berkaitan dengan akidah dan kewajiban bagaimana
berperilaku dengan Allah dan Nabi. Contoh beriman kepada Allah/malaikat sedangkan kita tidak
pernah melihat namun kita menjalani keberadaan nya. Berkaitan dengan keyakinan. Tentang
keimanan dan kita percaya ketika apa yang kita jalani kita percaya Tanpa melihat, ketika kita
percaya dan Allah memerintah itu merupakan kewajiban Amaliah. Bahkan kita melakukan
shalat dan Allah melihat apa yang kita lakukan dan menghindari sesuatu yang dilarang maka itu
berakhlak atau bermoral.

Pertanyaan Ravieta Widieyanti: Apakah sumber hukum Islam bisa dijadikan sebagai sumber
hukum di Indonesia sedangkan di negara Indonesia menganut berbagai macam agama?

JAWABAN: Bisa, dimana di Indonesia telah mengatur semua hukum tersebut berdasarkan
hukum Islam itu sendiri tetapi hanya dikhususkan untuk umat Islam. Buktinya dalam pasal 29
UUD 1945. yang menghambat hukum Islam di Indonesia, untum menerapkan hukum Islam di
Indonesia menjadi sebuah hukum perlu terstruktur sistematis. Hukum Islam dalam kehidupan
mengatur bagaimana cara kita beribadah, mengatur keyakinan kita, perilaku kita. Kedudukan
hukum ini menjadi sumber pembentukan hukum nasional yang akan datang disamping hukum
yang lain ada. Hukum Islam bagi umat Islam mengatur segala aspek kehidupan.

KELOMPOK 4 (Ahmad Huzaifi dan Suchi Lestari)


Pertanyaan Zaitun: Apa yang membedakan antara hadis dan Sunnah dan berikan contoh
keduanya!

JAWABAN: Hadis yaitu segala sesuatu ketetapan Nabi, tanpa terkecuali. Hadis bersifat umum
sedangkan Sunnah bersifat Khusus (bernilai ibadah). Contoh Sunnah: Shalat Tarawih.

Pertanyaan Siti Norsaadah: Apakah boleh seseorang menentukan hukum berdasarkan Al-
Qur'an dan Sunnah saja tanpa merujuk kepada kitab-kitab fikih?

JAWABAN: Boleh, sebab setiap orang memiliki cara tersendiri menerima hukum dengan syarat
mengetahui tentang hadis atau Sunnah tersebut.

Pertanyaan Salhah: Bagaimana Jika seseorang menerapkan hadis atau sunah tanpa ia
mengetahui kesahihan dari hadis tersebut?

JAWABAN: Seperti contoh shalat rawatib dan ba'diyah kita banyak tidak mengetahui
keutamaan shalat tersebut. Nilainya lebih rendah daripada orang yang mengetahui. Masalah
Ibadah tidak boleh mengerjakan apa yang tidak disuruh.

KELOMPOK 5 (Yasrin Maulana dan Puteri Lisna Nuradha)

Pertanyaan Rudi :

Bagaimankah kedudukan Ra’yu manusia sebagai salah satu sumber landasan hukum islam?

JAWABAN : penggunaan ra’yu dalam konteks penetapan dalil hkum fiqh, tidak boleh
menyimpang dari Al quran dan sunnah, ra’yu kedudukannya di bawah Al quran dan sunnah.
Selain itu dalam kitab usul fiqh, menurut Imam Ghazali akal sebagai sumber hukum yang
keempat.

Pertanyaan Siti Fatimah :

Mengapa ra’yu dijadikan landasan hujjah dalam menetapkan hukum dan mengapa Ra’yu di
jadikan bagian dari ijtihad?

JAWABAN : karena Ra’yu itu sember hukum setelah Al quran dan sunnah yang fungsinya untuk
menjelaskan atau menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al quran dan sunnah,
supaya tidak ada kesalah pahaman tentang sesuatu yang tidak ada hukumnya dalam Al quran dan
sunnah.
Pertanyaan Zaitun :

Ra’yu dapat digunakan dalam dua hal: 1. Dalam hal-hal yang tidak ada hukumnya sama sekali.;
2. Dalam hal-hal yang sudah di atur dalam nash tetapi penunjukan terhadap hukum tidak secara
pasti sehingga bisa menimbulkan keragaman pemahaman. Saya ingin bertanya pada poin yang
kedua, berikan contohnya?

JAWABAN : seperti keragaman pendaat dalam suatu perkaran contohnya wudhu, menurut Imam
Hanafi bersentuhan antara laki-laki dan perempuan ynag bukan mahram tidak batal, asal tidak
ada unsur syahwat di sana.

KELOMPOK 6 ( Arsaidil dan Siti Nor Sa'adah)

Pertanyaan Maulana Alifanto ;

Apa damkan akibat/ hukum bagi orang yang mampu untuk berijtihad (para mujtihad) tetapi
enggan untuk berijtihad dalam suatu permasalahan?

JAWABAN : Bukan para Mujtihad nya tidak mau tapi pandangan kita berbeda mungkin dari
pandangan kita mampu mujitihad mampu berijtihad tapi menurut diri sendiri belum mampu
berijtihadkarena yang kita ketahui itu syart ijtiha itu besar harus mengetahu tentang hadis dan
macam-macam dalil dalam Al-Qur’an. Kalo mujtihad mampu makna mengenai dalil hadis dan
Al-Qur’an pasti beliau ini mau karena di dalam dalil Hadis dan Al-qur’an ada yang mengatakan
bahwa hukumnya seseorang yang mampu berijtihad itu tapi tidak mau berijtihad hukumnya
haram pasti beliau mau berijtihad.

Pertanyaan Nurul Khasanah :

Jelaskan maksud dari tingkatan Mujtihad Muqyyand, fatwa dan takhrij, dan berikan contoh
jitihad?

JAWABAN : mujtihad Muqayyad adalah seoarang yang berijtihad dalam masalah-masalah yang
tidak ada nasahnya )keteranganya) dalam kitab-kitab mazhab, seperti, Al-Hashafi, Al-Thahwi,
Al-kurih, Al-halwin, Al-Srakhosi, Al-Bazdawi dan Qadill Khan dari kalangan Mahzab. Al-
Hanafiyah, Al-Bahri, Ibnu Abi Zaid, Al-qairawani dari kalangan Mzhab. Al-Mlaikiyah, Abi
Ishaq Al-Syiraji, Al-Mawardzi, Muhammad Bin Jabir, Abi Nashr, Ibnu Khuzamiah dari
kalangan Mazhab. Al-Syafi’iyah, Al-Qadil Abu Ya’la, Al-Qadil Abi Ali bin Abi Musa dari
kalangan Mazhab. Mereka semua di sebut para imam Madzhab mereka, dinamakan wajhan
dalam Mahazab ( satu segi dalam mazhzb) atau satu pendapat dalam mazhab, mereka
berpeganga kepada mazhab bukan kepada imamanya (gurunya), hal ini tersebar dalam dua
mazhab yaitu: Al-Syafi’iyah dan Al-Hanablah. Mujtihad fatwaadlah orang yang senatiasa
mengikuti salah satu mazhab, mengambil dan memahami maslah-masalah yang sulit ataupun
yang mudah, dapat membedakan mana pendapat yang kuat dari yang lemah, mana pendapat
yang rajiah dari yang merajuh, akan tetapi mereka lemah dalam menetapkan dali dan mengedit
dalil-dalilqiyasnya. Seperti para imampengarang matan-matan yang terkemuka dari dai kalangan
Imam Mutaakhir (belakangan), seperti pengarang Al-Kanzu (Kanzul Ummal), pengaranf Al-
Durur Muktar, pengarang Majam’Al-Anhar dari kalangan Al-Hanafiyah, Al-Ramil dan Ibnu
Hajar dari kalangan Al-Syafi’iyah. Mujtihad Takhtij Jumhur Muqayyad dengan mujtihad takhrij,
sedangakan Ibnu Abidin meletakkan thabaqat mujtihad takhrij ditempat keempat setelah
mujtihad muqayyad dengan memberi contoh Ar Razi Al Jashash (meninggal 370) dan yang
setingkat denganya. Mereka adalah deretan ualam yang men-tahkjir beberapa pendapat dalam
mahzab. Kemampuan mereka menguasi prinsip dan pengetahuan mereka dalam memahami
landasan mahzab telah menjadi bekal bagi mereka untuk menguatkan salah sat pendapat.

Pertanyaan Zaitun :

Apakah di zaman sekarang para ulama masih melakuakn Ijtihad?

JAWABAN : Para ulama masih melakukan Ijtihadkarena yang namanya ijtihad adalah
pengambilan keputusan yang tidak ada dalam Al-Qur’an atau Hadis makadilakukanlah para
ualam berijtihad itu. Mislakan pengadaan bualan Maulid lalu para ualam melakukan Ijtihadkerna
seblumnya tidak ada di jaman Rasulullah tentu tidak ada di hadis maka di lakukalah Ijtihad.

KELOMPOK 7 (Rudi dan Sherlintiana)


Pertanyaan Zaitun :

Pekerjaan yang dikenai ibadah disebut mubah yaitu apabila dikerjakan ataupun tidak dikerjakan
tidak mendapatkan dosa ataupun pahala. Lalu buat apa Allah SWT menetapkan ibadah jikalau
dikerjakan ataupun tidak, tidak memberikan dampak yang baok atau buruk nya untuk diri kita?

JAWABAN ; Segala sesuatu yang ditetapkan Allah SWT pasti yang terbaik dan ada tujuan
tertentu. Pada dasarnya Allah memberikan kemudahan kepada mukallaf baik untuk
mengerjakam atau meninggalkan. Semuanya memiliki hikmah dan manfaat , tidak ada yg sia sia

Pertanyaan Marlina :

Dalam makalah kalian ada pembagian Sunnah menurut segi kemungkinan meninggalkan
perbuatan, disitu ada terdapat Sunnah Zaidah yang dimana contohnya yaitu cara cara yang
biasa dilakukan oleh Nabi dalam kehidupan sehari harinya. Yang ingin saya tanyakan yaitu
seperti apakah cara cara yang biasa dilakukan Nabi tersebut dalam kehidupan sehari hari
beliau?

JAWABAN ;

Seperti cara tidur, cara makan, cara minum.dll yang dilakukan oleh beliau. Apabila dikerjakan
mendapat pahala dan tidak masalah apabila tidak dikerjakan

Pertanyaan Arsaidil

Kapankah wajib bisa menjadi haram, haram menjadi boleh, sunah menjadi haram, boleh
menjadi wajib? Tolong berikan contohnya !

JAWABAN ;

Segala sesuatu hal hukum pasti berubah. Wajib menjadi haram misalmya shalat yang sudah
ditetapkan jumlah rakaat tetapi ditambah atau dilebihkan maka akan menjadi haram. Haram
menjadi boleh misalnya tidak sengaja memakan babi yang telah dihidangkan, atau apabila satu-
satunya di dunia hanya ada tersisa babi maka dibolehkan memakan babi tersebut
demipertahankan hidup. Sunnah menjadi haram misalnya mempunyai istri yang lebih dari
empat. Makruh menjadi haram contohnya merokok, dasar hukum rokok makruh namun apabila
terlalu berlebihan (boros) akan menjadi haram. Boleh menjadi wajib misalnya tidur malam
untuk berniat ingin shalat subuh diawal waktu dan merasa segar ketika bangun pagi.

KELOMPOK 8 (Erfandi dan Ravieta)

Pertanyaan Fatimah :

Di makalah tadi sdh di sebutkan beberapa asas asas hukum nah apabila hukum positif
bertentangan dengan asas asas hukum tersebut apakah ada sangksi jika hukum positif tidak
mengiyakan asas hukum itu?

JAWABAN : apabila hukum positif tidak mengindahkan asas hukum, tidak ada sanksi khusus
yang diberlakukan. Jadi, menurut hukum positif di Indonesia seseorang baru bisa dipidana jika
telah ada aturan tentang perbuatan tersebut. Prinsip ini merupakan asas legalitas.

Pertanyaan Yasrin :

Tentang asas Al tadrid (bertahap) dijelaskan bahwa hukum Islam dilaksanakan secara bertahap,
pertanyaannya sebutkan salah satu contoh dalam sejarah bahwa hukum Islam itu dilaksanakan
secara bertahap sehingga tidak memicu terjadinya pemberontakan ?

JAWABAN : Setiap manusia dalam masyarakat mempunyai tradisi atau adat kebiasaan,baik
tradisi yang baik maupun tradisi yang tidak baik bahkan membahayakan. Mereka sudah
terbiasa mempraktekkan tradisi yang dianut sehingga sangat sulit untuk melakukan suatu
perubahan satu tradisi ke tradisi baru yang lain. Ibnu Khaldun pernah mengatakan : suatu
masyarakat akan menentang apabila ada sesuatu yang baru atau sesuatu yang datang
kemudian dalam kehidupan nya,terutama apabila sesuatu yang baru itu bertentangan dengan
tradisi yang ada. Contoh dalam sejarah bahwa hukum Islam dilaksanakan secara bertahap yaitu.
Dicontohkan oleh Rasul kepada kita yang ditetapkan secara bertahap antara lain seperti ajakan
kepada Tuhan yang Maha Esa, aturan hukum sholat, zakat, puasa,haji, pengharaman riba, dan
pengalaman khamar itu semua ditetapkan secara bertahap

Pertanyaan Zaitun :
Di materi telah dijelaskan dan disebutkan mengenai asas hukum pidana ada 3 macam. Saya
minta contoh dari masing2 ketiga asas tersebut?

JAWABAN : 1. Contoh dari asas legalitas

Prinsip legalitas ini diterapkan paling tegas pada kejahatan-kejahatan hudud. Pelanggarannya
dihukum dengan sanksi hukum yang pasti. Prinsip tersebut juga diterapkan bagi kejahatan
qishash dan diyat dengan diletakanya prosedur khusus dan sanksi yang sesuai. Jadi, tidak
diragukan bahwa prinsip ini berlaku sepenuhnya bagi kedua katagori diatas.

Asas legalitas secara jelas di anut dalam hukum islam. Terbukti adanya beberapa ayat yang
menunjukan beberapa asas legalitas tersebut. Allah tidak akan menjatuhkan hukuman bagi
umat manusia dan tidak akan meminta pertanggung jawaban manusia sebelum adanya
penjelasan dan pemberitahuan melalui Rasul-rasulnya-Nya.

Penerapan azas legalitas dalam hukum pidana islam yang menunjukan tidak berlaku misalnya

1. Beristrikan bekas ibu tiri

2. Hukum Riba

3. Masalah Pencurian

2. Contoh asas larangan memindah kan kesalahan pada orang lain

Contohnya pada ayat 38 surah Al muddatsir yaitu Allah menyatakan bahwa setiap orang terikat
kepada apa yang dia kerjakan dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang
dibuat oleh orang lain.

3.Contoh dari asas praduga tidak bersalah :

Dalam hukum pidana Islam pemberlakuan asas praduga tak bersalah tidak dijelaskan secara
spesifik, hanya pada pemutusan sebuah perkara, jadi apabila hakim (qadi) dalam hal
memutuskan sebuah perkara karena kurangnya bukti-bukti yang kuat dan sah yang
menyebabkan keraguan (syubhat) maka, lebih baik hakim membebaskan, jadi seorang hakim
tidak boleh ragu harus berdasar keyakinan tanpa sedikitpun keraguan. Karena keraguan disini,
bisa menjadi alasan dihapuskannya hukuman dalam Islam. Misalnya, dalam hal zina harus ada
empat orang saksi, apabila kurang, maka seseorang tersebut harus dibebaskan karena
kurangnya bukti-bukti. Jadi, dalam hal syubhat disini, sebagai unsur pengecualian saja, tidak
mencakup seluruh peristiwa pidana. Adapun metode yang digunakan disini adalah
menggunakan teori mas}lah}ah} mursalah yakni, untuk mewujudkan kemaslahatan dan
menghindarkan dari kemafsadatan.

Anda mungkin juga menyukai