Anda di halaman 1dari 38

PENERAPAN MODEL ASESSMEN UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA


KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 10 BOMBANA

Oleh :

IRMAWATI
A1N119026

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

v
PENERAPAN MODEL ASESSMEN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA
KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 10 BOMBANA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Proposal Seminar
Sejarah Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

IRMAWATI
A1N119026

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL ASESSMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 10
BOMBANA

Oleh :

IRMAWATI
NIM A1N119026

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk


dipersentasikan di hadapan Panitia Ujian Seminar Proposal pada Jurusan
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu
Oleo.

Kendari, September 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Mursidin T., M.Pd Prof. Dr. H. Anwar, M.Pd


NIP. 19631231 199003 1 034 NIP.19611108 198703 1 022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
DAFTAR ISI …….………………………………...………………………….....iv
RANCANGAN DRAF…………………………………………………………...v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Konsep Pembelajaran Sejarah.......................................................................6
B. Konsep Model Assessme dalam Pembelajaran.............................................7
C. Langkah-Langkah Model Asessmen dalam Pembelajaran Sejarah...............9
D. Efektivitas Guru..........................................................................................11
E. Aktivitas Siswa...........................................................................................12
F. Hasil Belajar................................................................................................13
G. Penelitian Relevan.......................................................................................14
H. Kerangka Pikir............................................................................................16
I. Hipotesis......................................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................19
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................19
B. Subjek Penelitian.........................................................................................19
C. Jenis Penelitian............................................................................................20
D. Desain dan Prosedur Penelitian...................................................................20
E. Teknik pengumpulan data...........................................................................21
F. Teknik Analisis Data...................................................................................22
G. Indikator Kinerja.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
RANCANGAN DRAF

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pembelajaran Sejarah
B. Konsep Model Assessmen Dalam Pembelajaran
C. Langkah-Langkah Model Asessmen dalam Pembelajaran Sejarah
D. Efektivitas Guru
E. Aktivitas Siswa
F. Hasil Belajar
G. Penelitian Relevan
H. Kerangka Pikir
I. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Desain dan Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indicator Kinerja
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Geografi Umum Bombana
B. Gambaran Demografis Umum Bombana
C. Awal Mula Kedatangan Suku Bugis di Bombana
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keefektifan guru dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 1 SMA Negeri
10 Bombana
B. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran sejarah kelas XI IPS 1 di SMA
Negeri 10 Bombana
C. Hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah kelas XI IPS 1 di SMA
Negeri 10 Bombana
D. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan


kualitas bangsa. Melalui pendidikan diharapkan dapat dihasilkan sumber daya
manusia yang sesuai dengan tuntutan era globalisasi dan kemajuan teknologi. Jadi
pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, pelaksanaan Asessmen di sekolah merupakan bagian
dari proses pembelajaran yakni refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau
kemajuan siswa secara individual. Pelaksanaan Asessmen di sekolah-sekolah
dapat meliputi kegiatan mengamati, mengumpulkan, memberi skor/penilaian,
mendestkripsikan dan menginterprestasikan informasi mengenai proses
pembelajaran siswa.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1) menyatakan
bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh
pendidik; b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c) Penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa
penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan
ulangan kenaikan kelas. Dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap
guru tidak hanya menentukan tes sebagai alat evaluasi akan tetapi juga
menggunakan non tes dalam bentuk tugas, wawancara, dan lain sebagainya
(Sanjaya, 2008: 62). Jadi dalam hal ini guru tidak hanya mengambil nilai pada
saat berakhirnya suatu materi tertentu, melainkan selama proses belajar mengajar
berlangsung guru berperan aktif dalam proses penilaian.
Asessmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk
memperoleh sejumlah informasi mengenai perkembangan peserta didik selama
kegiatan pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pendidik
untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar peserta didik.
Pelaksanaan asessmen di sekolah maupun di perguruan tinggi merupakan bagian
dari proses pembelajaran yakni refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau
kemajuan peserta didik secara individual. Asessmen dapat dilakukan tanpa
evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya asessmen (Yusuf,
2017: 16).
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang
terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil
belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan
itu dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan
keputusan. Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai
dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit
terdahulu kita sebut dengan asessmen. Dalam proses asessmen ini, pendidik akan
memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai
sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masing-masing sekolah. Oleh
karena itu penerapan asessmen merupakan salah satu bagian penting dalam suatu
proses pembelajaran yang terkait dengan pencapaian hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengkaji suatu kegiatan penerapan asessmen dalam mata pelajaran
sejarah kelas X di tingkat satuan pendidikan SMA. Assessment memiliki
pemahaman yang berbeda dengan evaluasi (Suwandi, 2010: 73).
Asessmen adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil
dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau criteria yang telah
ditetapkan, sedangkan evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan
termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum
dan penilaian (asessmen) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan
kemampuan guru, pengelolaan (management) pendidikan, dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan. Jadi apabila dicermati pengertian tersebut.
asessmen merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh guru satuan pendidikan termasuk penilaian internal (internal
asessmen), Assessment yang dikaji dan menjadi fokus utama dalam penelitian ini
adalah penilaian berbasis kelas atau penilaian kelas.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari
tingkat sekolah paling dasar sampai pada tingkat satuan pendidikan menengah
atas. Proses pembelajaran sejarah di sekolah menengah menuntut keterlibatan
peserta didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan aspek kognitif, afektif,
serta psikomotor terbentuk pada diri siswa. Tujuan mempelajari sejarah adalah
agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir historis dan pemahaman
sejarah.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sejarah banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Untuk
meningkatkan kemampuan dan kemauam perlu adanya penerapan dalam
pembelajaran sejarah yang sesuai. Dengan penerapan pembelajaran yang sesuai
diharapkan hasil belajar siswa menjadi meningkat dan lebih baik. Peningkatan
hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai factor yang memperngaruhinya,
dalam hal ini diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didiknya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah sebagaimana telah disampaikan di atas, maka


dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model Asessmen dapat meningkatkan keefektifan guru
dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana?
2. Apakah penerapan model Asessmen dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajarn sejarah kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 10 Bombana?
3. Apakah penerapan model Asessmen dapat meningkatkan hasil belajar sejarah
kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 10 Bombana ?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk meningkatkan keefektifan guru dalam pembelajaran sejarah melalui
penerapan model Asessmen kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana.
2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajarn sejarah melalui
penerapan model Asessmen kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 10 Bombana.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah melalui
penerapan model Asessmen kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 10 Bombana.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
yang berharga bagi dunia pendidikan khususnya bidang penilaian
pembelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru
di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombama dan Hasil-hasil penelitian ini
dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti bidang
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada peserta
didik tentang penerapan model asessmen dimana siswa mendapatkan
pengalaman yang bermakna dalam pembelajaran ini sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan peniliaian terhadap proses belajar siswa dalam mata pelajaran
sejarah. Dalam hal ini penelitian tidak hanya bertumpu pada tes tetapi juga
mempertimbangkan seluruh aktivitas dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak
sekolah, terutama dalam penerapan penilaian dalam pembelajaran sejarah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang memiliki peran yang


sangat penting dalam pembangunan karakter bangsa, pembelajaran sejarah akan
mengembangkan aktifitas peserta didik untuk melakukan telaah berbagai
peristiwa, untuk kemudian di pahami dan di internalisasikan berbagai peristiwa,
untuk kemudian dipahami dan internalisasikan berbagai nilai yang ada dibalik
peristiwa itu sehingga melahirkan contoh untuk bersikap dan kemudian bertindak
(Sardiman, 2012: 210).

Pembelajaran sejarah merupakan bidang ilmu yang memiliki tujuan agar


setiap peserta didik membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan sehingga
peserta didik sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang
memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam
berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional (Widja, 1989: 30).

Pembelajaran sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah


tentang asal-usul dan perkembangan serta penanan masyarakat pada masa lampau
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik (Sapriya,
2012: 209).

Pembelajaran sejarah juga merupakan cara untuk membentuk sikap social,


adapun sikap social tersebut antara lain saling menghormati, menghargai
perbedaan, toleransi dan kesediaan untuk hidup berdampingan dalam nuansa
multikulturalisme.

Pembelajaran sejarah memiliki peran yang sanagat penting di dalam


pembentukan watak, sikap, dan perkembangan bangsa yang bermakna dalam
pembentukan bangsa Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan, intelektual,
menghargai perjuangan bangsanya dan rasa nasionalisme.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran sejarah adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik yang bertujuan menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta
peranan maasyarakat pada masa lampau yang mengandung nilai-nilai kearifan
yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan
kepribadian peserta didik.

B. Konsep Model Assessment dalam Pembelajaran

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah (Permendikbud, 2013: 1).
Hamalik (2011: 159) berpendapat, penilaian adalah keseluruhan kegiatan
pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Asessmen adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memperoleh
suatu informasi mengenai kondisi peserta didik. Kegiatan yang dilakukan oleh
guru adalah mencari informasi pada peserta didiknya dengan cara melakukan
penilaian. Oleh karena itu untuk mendapatkan suatu informasi tersebut
dilakukanlah suatu kegiatan penilaian (asessmen) dengan suatu cara tertentu yang
disebut dengan teknik penilaian. Jadi asessmen yang dimaksud adalah penilaian
pada pembelajaran.
Menurut Febru (2011: 7) terdapat tiga jenis Asessmen menurut tujuannya,
yaitu (1) Asessmen diagnostic, (2) Asessmen formatif, (3) Asessmen sumatif.
Jenis-jenis Asessmen tersebut dalam pelaksanaan, tujuan dan kegunaan berbeda
antara satu dengan yang lain.
Sejalan dengan hal tersebut Anonim (2012: 9) menyatakan bahwa pada
dasarnya penilaian pemebalajaran yang dilakukan di sekolah dapat dibedakan
atas: (1) penilaian formatif, adalah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah mereka mengikuti program pembelajaran tertentu, hasil
penilaian formatif memiliki peranan penting bagi guru untuk melakukan umpan
balik (feed back) terhadap pelaksanaan program pembelajaran yang telah
dilakukan; (2) penilaian sumatif, adalah penilaian terhadap hasil belajar peserta
didik setelah mereka selesai mengikuti beberapa program pembelajaran tertentu
(missal pembelajaran untuk satu standar kompetensi); (3) penilaian penempatam,
merupakan penilaian terhadap keadaan pribadi peserta didik untuk kepentingan
penempatan mereka ke dalam program pembelajaran yang sesuai; (4) penilaian
diaknostik, adalah penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam situasi belajarnya.
Penilaian kelas memiliki tujuan sebagai berikut: (1) pendidik dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran atau setelahnya; (2) pendidik
dapat langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik; (3) pendidik dapat
terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik; (4)
hasil pantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki
metode, pendekatan,kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan kebutuhan siswa; (5) hasil Asessmen dapat memberikan
informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan
(Uno & Koni, 2012: 4-6).
Penilaian oleh pendidik merupakan bagian yang tidak terpisahkan/tidak
terlepas dari pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh pendidik selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran untuk menilai kesiapan, proses, dan hasil
belajar peserta didik yang mengarah pada ketercapaian kompetensi yang meliputi
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Permendikbud RI No. 23 tahuan 2016, mekanisme penilaian hasil
belajar peserta didik oleh pendidik yaitu (a) perancangan strategi penilaian oleh
pendidik pada saat penyusunan rencana pembelajaran (RPP) beserta silabus, (b)
penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik
penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas
atau guru kelas, (c) penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai, (d) penilaian
keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai; (e) peserta didik yang belum
mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti pembelajaran remedy; dan (f)
hasil penilaian pencapaian pengetahuan peserta didik disampaikan dalam bentuk
angka dan atau skripsi.
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam proses penilaian adalah
perencanaan (dapat dilakukan melalui penilaian terhadap atau penilaian ulang),
kegiatan pemberian tugas atau soal, observasi kinerja, pengambilan hasil obsevasi
dan pemberian nilai kahir (Ristekdikti, 2016: 7).

C. Langkah-Langkah Model Asessmen dalam Pembelajaran Sejarah

Dalam melakukan asessmen proses dan hasil pembelajaran ada beberapa


langkah yang harus dilakukan. Dari berbagai pendapat yang disampaikan oleh
sejumlah pakar, termasuk Anderson (2003) dan Sudjono (2005), secara garis besar
terdapat 7 (tujuh) langkah pokok asessmen pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Menyusun rencana asessmen atau evaluasi hasil belajar. Dalam
merencanakan asessmen atau evaluasi hasil belajar, Anda perlu melakukan
setidaknya enam hal, yaitu: (a). Merumuskan tujuan dilakukannya asessmen
atau evaluasi, termasuk merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya
asessmen; (b). Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek
kognitif, afektif, atau psikomotor; (c). Memilih dan menentukan teknik yang
akan digunakan; (d). Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar para peserta didik. (e); Menentukan metode
penskoran jawaban siswa; (f). Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan
asessmen atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama; (g) Mereviu
tugas-tugas assesmen.
2. Menghimpun data, Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih
teknik tes dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan
melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan
instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide
atau angket. Ketika melakukan asessmen prestasi peserta didik, para guru
harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis.
Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asessmen
berlangsung, guru juga harus memonitor jalannya asessmen dan membantu
agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Melakukan verifikasi data. Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat
memisahkan data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran
mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik”
(yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
4. Mengolah dan menganalisis. Data Tujuan dari langkah ini adalah
memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun. Agar data yang terh
impun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik statistik dan/atau
teknik non statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
5. Melakukan penafsiran atau interpretasi dan menarik kesimpulan. Kegiatan ini
pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung
pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu
pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
6. Menyimpan instrumen asessmen dan hasil asessmen. Langkah keenam ini
memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para guru, sebab
dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal
yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban
siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen,
sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada
tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu
saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit
pelajaran yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti hasil evaluasi. Berdasarkan data yang telah dihimpun,
diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator
bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut
konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian
yang telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai
perubahan dan atau perbaikan.

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka penilaian hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
dimana guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar dituntut untuk menilai
secara menyeluruh terhadap siswa, baik dari segi pemahaman materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan
(aspek afektif) dan pengalamannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek tersebut
tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses penilaian pembelajaran.

D. Efektivitas Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar


mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusiawi
yang berpotensial dibidang pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang no. 14
tahun 2005 guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah seseorang yang mengabdikan diri dalam dunia pendidikan
dan pembelajaran dengan berbagai syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Guru dalam menjalankan aktivitasnya dibutuhkan adanya kepedulian dan jiwa
membangun, karena dalam melakukan praktik pembelajaran dibutuhkan banyak
persiapan dan stategi ketika menghadapi sikap dan perilaku siswa (Buchory,
2008: 1).
Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri (Jamaluddin,
1978: 23).
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat
kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrative yang satu sama lain tak
dapat di pisahkan dengan yang lain (Sopian, 2016: 90).
Menurut Sanjaya (2009: 7) Terdapat empat wilayah kemampuan secara
umum yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kegiatan proses pembelajaran
yaitu (1) Pemahaman tentang teori belajar dan perilaku siswa, (2) Pemahaman
tentang berbagai sikap, (3) Pemahaman tentang materi atau bahan ajar yang harus
disampaikan, dan (4) Kemampuan tentang berbagai keterampilan mengajar.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan guru adalah sebagai
seorang pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan yang
bertanggung jawab untuk mendidik peserta didiknya dengan memberikan
bimbingan yang bersadarkan pengetahuan.
E. Aktivitas Siswa

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan


kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses pembelajaran
yang dilakukan didalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96).
Aktivitas belajar merupakan serangakian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep dengan bantuan guru sebagai
fasilitator (Ahmadiyanto, 2016: 983)
Nilai aktivitas dalam pembelajaran, yaitu: (1) Para Siswa mencari
pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, (2) Beraktivitas sendiri akan
mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral, (3) Memupuk
kerjasama yang harmonis di kalangan siswa, (4) Para siswa bekerja menurut minat
dan kemampuan sendiri, (5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana
belajar menjadi demokratis, (6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat,
dan hubungan orang tua dengan guru, (7) Pembelajaran dilaksanakan secara
konkret sehingga mengembangkan pemahaman berfikir kritis serta menghindari
verbalitas, (8) Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas
dalam kehidupan di masyarakat (Hamalik, 2011: 175).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan kegiatan atau tindakan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh
individu untuk membangun pengetahuan dan keterampilan dalam diri dalam
kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar akan menjadikan pembelajaran yang
efektif, guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan keterampilan saja.
Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam belajar.
F. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan


perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang
berikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Purwanto, 2008: 46).
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pengalaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya (Ahmadiyanto, 2016: 984).
Menurut Howard Kingsley dalam buku (Sudjana, 2005: 85) membagi 3
macam hasil belajar: 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan
pengertian; dan 3) Sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini
menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan
melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang
lebih baik.

G. Penelitian Relevan

Penelitian mengenai penerapan model Asessmen untuk meningkatkan hasil


belajar sejarah kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana belum pernah dilakukan
sama sekali, namun ada beberapa penelitian yang membahas hal serupa. Beberapa
tulisan relevan sepererti penelitian yang dilakukan Ahoy (2016: 67). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penilaian hasil belajar sejarah
siswa kelas X di SMA N 1 Koto Salak dengan berdasarkan beberapa prinsip yang
menggunakan Permendikbud No 66 Tahun 2013 seperti, Prinsip Shahih, Prinsip
Objektif, Prinsip Adil, Prinsip Terpadu, Prinsip Terbuka, Prinsip Menyeluruh,
Prinsip Sistematis, Prinsip Acuan Kriteria dan Prinsip Akuntabel. Sudah
dilakukan menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,
penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik, meskipun hal
tersebut belum sepenuhya terlaksana. Dengan kata lain guru dituntut untuk bisa
melaksanakan penilaian dalam hasil belajar, sebab semua teknik yang dijelaskan
di atas tercakup dalam penilaian hasil belajar. Tetapi didalam penilaian hasil
belajar guru belum belum menjelaskan kriteria penilaian yang jelas. Serta
keterbukaaan penilaian guru bersama beserta didik belum sepenuhnya dilakukan.
Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2013: 174). Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan model-model Asessmen dalam
pembelajaran sejarah di SMA N SeKabupaten Semarang menggunakan teknik tes
dan non tes. Teknik tes yang diterapkan dalam pembelajaran sejarah di kelas X
meliputi tes lisan dan tes tertulis. Penilaian dengan menggunakan teknik non tes
terdiri dari penilaian sikap, penilaian produk, penilaian unjuk kerja dan penilaian
proyek. Penilaian non tes sering diterapkan sebagai nilai tugas terkecuali nilai
sikap. Penilaian sikap dilakukan dengan cara mengobservasi siswa dengan
pemberian skornya mengikuti kriteria yang sudah dipersiapkan yang terdiri dari
keaktifan siswa ketika mengikuti pelajaran sejarah, kedisiplinan siswa dengan
selalu mengikuti matapelajaran sejarah, kerapian, kesopanan dan kejujuran siswa,
ketepatan waktu dan disiplin mengumpulkan tugas. Penilaian produk diterapkan
dengan siswa membuat hasil karya berupa pembuatan silsilah keluarga, peta
persebaran, paper dan kliping, foto dinding, dan miniatur. Penilaian unjuk kerja
diterapkan dengan siswa melakukan presentasi di depan kelas. Sedangkan
penilaian proyek diterapkan dengan siswa melakukan penelitian dapat melalui
kunjungan objek sejarah atau melakukan penelitian asal-usul daerah tempat
tinggal.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aji, dkk (2017: 78). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan penilaian pada aspek sikap
menunjukkan guru sejarah di SMA Negeri 2 Sukoharjo telah menggunakan
berbagai teknik dan instrumen penilaian yang bervariasi sesuai dengan
implementasi kurikulum 2013 yaitu observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan jurnal dengan menggunakan instrumen berupa rubrik yang telah
dibuat oleh guru dan sekolah. Akan tetapi guru belum mampu membuat indikator
sikap yang lebih spesifik yang mendukung materi yang diajarkan. Pelaksanaan
penilaian pada aspek pengetahuan menunjukkan guru sejarah di SMA Negeri 2
Sukoharjo telah memiliki kemampuan menentukan metode dan teknik penilaian
yang dianggap paling sesuai dengan tujuan pembelajaran pada aspek pengetahuan.
Namun, belum maksimal dalam menggunakan tipe soal yang ada. Pelaksanaan
penilaian aspek keterampilan menunjukkan guru sejarah di SMA Negeri 2
Sukoharjo telah mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai
metode dan teknik penilaian yang dianggap paling sesuai dengan tujuan
pembelajaran pada aspek psikomotor karena sudah menggunakan berbagai teknik
dan instrumen penilaian yang bervariasi sesuai dengan implementasi kurikulum
2013, yaitu teknik penilaian tes praktik, portofolio, proyek, dan produk. Namun,
indikator pada lembar pengamatan diskusi yang dibuat oleh guru masih
menunjukkan indikator yang seharusnya terdapat pada lembar penilaian sikap.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persamaan
penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan
tekhnik dan instrument penilaian dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu
teknik teknik tes dan non tes dan juga menggunakan teknik observasi hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan perbedaan yang peneliti laksanakan
adalah pada jenis penelitian, kelas penelitian, dan lokasi penelitian, oleh karena itu
penulis optimis bahwa penelitian yang akan dilaksanakan juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui model
Asessmen.
H. Kerangka Pikir

Salah satu masalah yang di alami siswa di mata pelajaran sejarah adalah
rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan oleh beberapa yaitu factor guru
dan siswa, diantaranya kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajarn
serta kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran.
Model Asessmen yang digunakan pada proses pembelajaran sejarah yaitu
dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Penggunaan jenis Asessmen
didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang telah dirancang oleh guru demi kebaikan para siswa. Asessmen
ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan
beberapa pertemuan berikutnya. Hasil Asessmen proses memberikan gambaran
tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersbut. Oleh karena itu
basis Asessmen hasil belajar adalah sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa
(Mulyasa, 2002: 103).
Manfaat yang akan didapat bagi siswa apabila pembelajaran dengan
penilaian dilakukan secara optimal cenderung menunjukkan hasil yang lebih baik,
yaitu dengan ciri sebagai berikut (1) kepuasan dan kebanggan yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar intrinsti pada diri siwa; (2) menambah keyakinan
akan dirinya, (3) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi diri sendiri; (4)
hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehesif); (5) kemampuan
siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam
menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya. Oleh karena itu penilaian terhadap proses belajar mengajar tidak
hanya bermanfaat bagi guru tetapi juga bermanfaat bagi siswa yang pada saatnya
akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 2010: 56).
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan dalam bagan kerangka piker
sebagai berikut :

SMA NEGERI 10
BOMBANA
Kondisi Awal
Rendahnya hasil belajar siswa sejarah

Factor guru : Factor siswa


1. Kepribadian guru 1. Kemampuan berfikir
2. Kemampuan mengajar 2. Kurangnya minat belajar
3. Penerapan model 3. Kurangnya keaktifan
pembelajaran siswa dalam proses
pembelajaran

Penerapan model assessment


Tujuan akhir peningkatan
pencapaian hasil belajar

Gambar 1.1 skema kerangka piker

I. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam


penelitian ini adalah :
1. Penerapan model Asessmen dapat meningkatkan keefektifan mengajar oleh
guru sejarah pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana.
2. Penerapan model Asessmen dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana.
3. Penerapan model Asessmen dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMA Negeri 10


Bombana yang beralamat di Desa Toburi Kecamatan Poleang Utara dengan
pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang
melaksanakan kurikulum 2013 dan selama ini belum ada yang meneliti tentang
penerapan model Asessmen untuk meningkatkan hasil belajar sejarah siswa.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan yaitu Oktober
sampai Desember 2021. Jadwal pelaksanaan ini disajikan pada tabel dibawah ini.
No Kegiatan Oktober November Desember
. 2021 2021 2021
1 Persiapan X
2 Pelaksanaan X
3 Pelaporan X

B. Subjek Penelitian

Subjek penelian merupakan sumber untuk memperoleh keterangan


penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data dapat
diperoleh. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau
sumber datanya adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10 Bombana
berjumlah 34 orang. Pertimbangan logis dalam menentukan subjek penelitian
dikarenakan karena keadaan siswa kelas XI IPS 1 merupakan kelas yang cukup
heterogen, sehingga dimungkinkan siswa saling berinteraksi dan bertukar pikiran
mengenai pemahaman mareka tentang materi yang disampaikan oleh guru dalam
proses pembelajaran berlangsung demi mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan hasil belajar pada siswa.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom


Action Reseacrh), penelitian ini digunakan untuk memecahkan masalah
pembelajaran. penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang memaparkan
baik proses maupun hasil yang melakukan PTK dikelasnya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah yang sesuai
dengan kurikulum 2013.

D. Desain dan Prosedur Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus
yang mengacu pada rancangan dan model tindakan kelas (Mahmud, 2013: 60).
Model siklus ini berbentuk spiral yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai
berikut. pelaksanaan

perencanaan Siklus 1 pengamatan


111 11
refleksi

pelaksanaan

perencanaan Siklus 2 pengamatan

refleksi

Gambar 1.3 skema siklus penelitian tindakan kelas dari (Mahmud, 2008: 61).

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahap.


diperkirakan/dideskripsikan berikut ini.

1. Perencana
Pada proses perencanaan tindakan ini. Penelitian melakukan beberapa
persiapan untuk mendukung pelaksanaan yaitu memperbaiki, meningkatkan,
atau mengubah perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan tindakan, guru atau peneliti mengambil peran
sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi
Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan
atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini,
peneliti (guru) dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah


observasi, domumentasi, wawancara dan tes.

1. Teknik Observasi

Observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan PTK


sekaligus juga berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Teknik ini sangat
sesuai untuk merekam aktivitas yang bersifat proses. Misalnya kegiatan siswa
selama melakukan praktikum di laboratorium, interaksi siswa selama kegiatan
pembelajaran, atau saat mereka sedang melakukan diskusi. Dalam istilah
Asessmen, kegiatan observasi merupakan bagian dari informal Asessmen
(authentic Asessmen) yang bersifat langsung (direct Asessmen).

2. Teknik Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
mendalam tentang persepsi, pandangan, wawasan, atau aspek kepribadian para
peserta didik yang diberikan secara lesan dan spontan. Kegiatan wawancara agar
lebih terarah, biasanya dilengkapi dengan pembuatan pedoman wawancara.
Wawancara yang baik adalah yang bersifat mendalam. Artinya dengan
menginterpretasi jawaban siswa akan diperoleh banyak informasi, yang mungkin
tidak bisa ditemukan pada penggunaan metode lainnya.

3. Teknik Tes

Metode asessmen dalam PTK dapat dibedakan menjadi tes dan non tes.
Teknik tes bisa bersifat formal dan non formal. Dikatakan sebagai metode tes
formal apabila dalam suatu kali tatap muka di kelas seluruhnya digunakan untuk
kegiatan penyelenggaraan tes. Tes formal ini dapat dikatakan sebagai indirect
Asessmen (asessmen yang bersifat tidak langsung). Artinya bahwa asessmen
tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan pembelajaran, sehingga
balikan baru akan diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan berikutnya
setelah selesainya kegiatan tes.

F. Teknik Analisis Data

Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data,


selanjutnya dianalisis secara kualitatif, yaitu dilakukan dengan melihat observasi
selama proses belajar mengajar dari tiap siklus.

1. Menentukan persentase keefektifan mengajar guru


Rumus :
F
P= ×100%
N

P : Persentase keefektifan mengajar guru

F : Jumlah rencana ativitas guru yang terlaksana

N : Jumlah seluruh rencan aktivitas guru

2. Menentukan persentasi keberhasilan aktivitas belajar siswa


Rumus :

F
P= ×100%
N

P : Persentase aktivitas belajar siswa


F : Jumlah siswa yang aktif belajar
N : Jumlah seluruh siswa
3. Menentukan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
Rumus :

F
P= ×100%
N
Keterangan:
P : Persentase ketuntasan belajar siswa
F : Jumlah siswa yang tuntas belajar (siswa yang mendapat nilai aa≥ 60) N :
Jumlah seluruh siswa
N : Jumlah seluruh siswa (Afandi, 2011: 148)

G. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu,
indikator tentang keterlaksanaan skenario dan indikator peningkatan hasil belajar
sejarah siswa dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Keefektifan mengajar guru dianggap berhasil apabila dalam pelaksanaan


proses pembelajaran mencapai minimal 90 % dari keseluruhan rencana
aktivitas pembelajaran.
2. Aktivitas belajar siswa dianggap berhasil apabila dalam pelaksanaan proses
pembelajaran mencapai minimal 85 % siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa dikatakan lulus apabila sekurang-kurangnya memperoleh
skor 75, dan pembelajaran guru dinyatakan tuntas, jika minimal 85% siswa
memperoleh skor minmal 75.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhammad. (2011). Cara Efektif Menulis Karya Ilmiah Seting Penelitian
Tindakan Kelas Pendidikan Dasar dan Umum Penulis. Bandung:
Alfabeta.

Ahmadiyanto. (2016). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa


Menggunakan Media Pembelajaran Ko-Ruf-Si (Kotak Huruf Edukasi)
Berbasis Word Square pada Materi Kedaulatan Rakyat dan System
Pemerintahan di Indonesia Kelas VIII C Smp Negeri 1 Lampihong
Tahun Pembelajaran 2014/2015. Jurnal pendidikan kewarganegaraan,
6(2): 980-991).

Ahoy, Hasana. (2017). Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar pada Mata


Pelajaran Sejarah Kekas X di SMA N 1 koto Salak Kabupaten
Dharmasraya. Sarjana thesis, STKIP PGRI Sumatra Barat.

Aji, Mpuh Tabah Chalifatah,. Leo Agung S,. dan Musa Pelu. (2013). Analisis
Sistem Penilaian Pembelajaran Sejarah Berdasarkan Kurikulum 2013
Di Sma Negeri 2 Sukoharjo. Candi, 16(2), 69-80.

Akhiruddin., Sujarwo., Atmowardoyo, H., & Nurhikmah, H. (2019). Belajar dan


Pembelajaran. Makassar: CV. Cahaya Bintang Cemerlang.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Professional. Universitas Terbuka:


Jakarta.

Anonim, 2012. Asessmen pembelajaran. Semarang: Unnes.


Febru, A. E. (2011). Asessmen dan Evaluasi. Malang : Aditya Media Publishing.

Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jamaluddin, Noor. (1978). Pengertian Guru. Jakarta: Balai Pustaka.

Mahmud & priatna tedi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Bandung: Tsabisa.

Moleong, Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:


Rosdakarya.

Nugroho, A. (2013). Penerapan Model-Model Assessment dalam Pembelajaran


Sejarah Kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2012/2013 (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Fitrah: Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333-352.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun


2005 Tentang Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah 2005. Jakarta: Diperbanyak oleh Biro Hukum dan Organisasi.
Purnomo, Bambang Hari. (2011). Metode dan Teknik Pengumpulan Data dalam
Penelitian Tindakan Kelas. Pengembangan Pendidikan, 8(1): 251-256.

Purwanto, Ngalim. (2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Beriorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenasa Media.

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Kencana

Sardiman, (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sopian, Ahmad. (2016). Tugas, Peran, dan Fungsi Guru dalam pembelajaran.
Jurnal tarbiyah islamiyah, 1(1): 88-96.

Sulastri, Imran, Dan Arif Firmansyah. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran
IPS Di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya. Kreatif
Online, 3(1): 90-103.
Suwandi, S. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka.

Syaharuddin, S. (2020). Pembelajaran Sejarah Lokal di Sekolah. Media Edukasi


Indonesia : Tenggerang

Tamah, S. M., & Prijambodo, V. L. (2015). Model Asessmen Pembelajaran


Kooperatif: Strategi Menjawab Tantangan.

Uno, H.B. & Koni, S. (2010). Model-model Asessmen dalam Pembelajaran.


Surakarta: Bumi Aksara.

Widja, I Gde. (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode


Pengajaran Sejarah. Jakarta: Deprikbud.

Winataputra, U. S, Dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Yusuf, A Muri. (2017). Assessment dan Evaluasi. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai