Bab 1. PENGENALAN
Kata Filsafat berasal dari Bahasa Arab yang pada dasarnya merupakan pengaraban dari kata
Philosophia. Philosophia berasal dari Bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari dua kata. Kata
Phyle, yang berarti mencintai, dan Sophia, yang berarti kebijaksanaan. Philosophia lalu berarti
mencintai kebijaksanaan.
Apa yang dimaksudkan dengan Kebijaksanaan? Kita sering mendengarkan kalimat: “Kami minta
kebijaksanaan dari Bapak.” Atau: “Orang tersebut sama sekali tidak bisa bertindak bijaksana.” Atau
pula, pada sila ke empat Pancasila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah/kebijaksanaan…” Pada
kalimat pertama, kata kebijaksanaan mengandung makna: jangan terlalu kaku ikuti aturan. Pada
kalimat ke dua: bijaksana mengandung makna akal sehat. Pada kalimat ke tiga: kebijaksanaan
Kebijaksanaan pada kata Sophia memang mengandung arti pengetahuan luhur menyangkut
kebenaran untuk hidup manusia. Pengetahuan luhur dari para leluhur adalah pengetahuan yang
Sejatinya pengetahuan adalah sesuatu yang membuat kita mampu menjalani kehidupan kita di
dalam semesta ini. Pengetahuan yang tak bisa diaplikasikan, bukanlah pengetahuan. Diaplikasikan,
adalah bahwa apa yang kita ketahui membuat kita mampu jalani hidup dan bukan di dalam
kebutaan.
Dengan dituntun oleh pengetahuannya, mahluk manusia menjalani kehidupannya di dalam dunia ini.
Darimana orang temukan pengetahuan? Pengetahuan didapatkan melalui indera manusia dalam
bentuk informasi. Informasi itu kemudian masuk di dalam otak kita dan diolah. Di otaklah bertahta
akal budi. Pengetahuan diproses di dalam akal budi. Melihat sebuah surat keputusan, kita bisa
melihat bahwa sebelum mengambil keputusan, ada bagian pertimbangan. Pertimbangan dilakukan
dengan mengamati dan memperhatikan. Keputusan kemudian ditindaklanjuti. Keputusan bisa salah
dan keliru, dan karenanya selalu bisa dievaluasi dan ditinjau ulang. Begitu juga di dalam keseluruhan
tindakan manusia. Seluruh tindakan manusia bersandarkan pada pengetahuan yang dimiliki.
Tentu saja di dalam seluruh tindaknya, tak selamanya manusia harus pertimbangan. Dalam banyak
Filsafat bicara tentang akal budi. Akal budi merupakan ciri khas manusia, mahluk Homo Sapiens.
Karena akal budinya maka manusia selalu bertanya: Homo quaererens, mahluk yang bertanya.
Bertanya menuntut kemampuan mengungkapkan pikiran di dalam Bahasa. Bahasa nyata di dalam
kata-kata. Kata-kata yang dipakai harus bisa dipahami oleh orang lain. Kita menggunakan kata-kata
yang sudah ada, atau kalau belum ada maka diciptakan kata baru. Kata baru ini harus dipahami dan
Dengan akal budinya maka manusia selalu bisa mengajukan berbagai pertanyaan atas segala hal di
dalam kehidupannya untuk hidup yang lebih baik. Dalam hal ini lalu filsafat berbeda dengan dogma
dan ideologi. Dalam dogma dan ideologi, kebenaran diterima begitu saja, tak dipertanyakan. Orang
tunduk kepada otoritas. Namun, di dalam filsafat, manusia bertanya atas kebenaran yang dianut
oleh banyak orang, atau yang diterima begitu saja. Manusia tak asal bertanya. Tujuan bertanya
adalah mencari kebenaran. Kebenaran diungkapkan di dalam Bahasa. Dalam menggunakan Bahasa
maka ungkapan akan kebenaran bisa terbatas maka dapat jatuh ke dalam kekeliruan. Kekeliruan
harus disadari agar bisa diperbaiki untuk menemukan kebenaran yang tak pernah terungkap
sepenuhnya. Kendati tak terungkap sepenuhnya tak berarti manusia harus berhenti bertanya.
Dalam mengungkapkan kebenaran, manusia menggunakan kata. Kata yang tidak menyampaikan
kebenaran bukanlah kata. Kebenaran adalah kesesuaian dengan kenyataan. Kenyataan tak berubah.
Penafsiran atas kenyataan yang bisa berubah. Misalnya, sebidang tanah. Di atas tanah tersebut akan
saya dirikan bangunan. Saya akan menafsirkan kenyataan tersebut, apakah tanah keras atau tanah
bekas timbunan. Penafsiran ini akan menghasilkan pertimbangan tertentu dan keputusan untuk
Selama segala hal berjalan baik, tak ada pertanyaan yang diajukan. Tetapi tatkala hidup berjalan
tidak seperti yang seharusnya maka pertanyaan diajukan. Horison hidup kita bertumbuhkembang
(expand).
Manusia tidak hanya memperhatikan hal-hal yang lahiriah, tetapi juga memperhatikan ide atau
konsep. Filsafat adalah sebuah proses pencarian terus-menerus kebenaran. Dalam proses pencarian
diperlukanlah sebuah proses atau metode. Kebenaran tidak pernah ditemukan tuntas, selalu tak
Secara metodologis, dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, maka ada yang namanya
pengenal dan ada yang namanya sebagai yang dikenal. Pengenal disebut subyek, yang dikenal
disebut dengan nama obyek. Subyek mengarahkan diri kepada obyek dan obyek membuka diri untuk
dikenal dan dipahami. Subyek hanya akan mampu mengenal obyek bila Bersama memiliki kesamaan
prinsip atau kategori tertentu yang memungkinkan subyek memahami obyek. Artinya manusia
sebagai subyek pengenal melalui kejasmaniannya menjadi bagian dari kenyataan alam semesta.
Pengetahuan manusia lalu bersifat jasmani, konkrit dan temporal. Namun, manusia memiliki akal
budi yang mampu mengangkat pengetahuan yang temporal menjadi abstrak dan universal. Melalui
pengetahuannya menjadi berlaku umum dan dapat diperiksa oleh akal budi manusia lainnya pada
seperti disebutkan di atas. Melalui Bahasa, pengetahuan dirumuskan sehingga bisa dipahami oleh
siapa saja.
Karena manusia tak sekedar bertubuh melainkan juga memiliki jiwa maka manusia bisa menyadari
dirinya bahwa dia tahu. Dengan kesadarannya, manusia melakukan refleksi tentang apa yang
diketahuinya, yang pada mulanya bersifat langsung dan spontan kemudian menjadi sistematis dan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman manusia dan
kehidupannya. Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan system pengetahuan manusia yang telah
dibakukan secara tematis. Pengetahuan bersifat spontan sedangkan ilmu pengetahuan bersifat
sistematis dan reflektif. Dengan demikian, ada yang Namanya filsafat pengetahuan dan ada yang
pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala pengetahuan dan sumber
pengetahuan manusia: bagaimana manusia bisa tahu, apakah manusia bisa sampai pada
pengetahuanyang bersifat pasti, apakah pengetahuan pasti itu mungkin, bagaimana manusia bisa
tahu bahwa ia tahu, darimana asal dan sumber pengetahuan manusia itu, apakah pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala
persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan: apa itu kebenaran, metode ilmu pengetahuan,
metode yang paling bisa diandalkan, kelemahan metode yang ada, teori, hipotesis, hukum ilmiah.
2. Epistemologi:
Fokus kita adalah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Kita bicara tentang metode, untuk mengetahui cara
akalbudi bekerja. Ilmu pengetahuan adalah karya budi yang logis dan imajinatif. Metode-metode
ilmu pengetahuan adalah metode yang loigs, menggunakan logika, yang menjadi mungkin karena
budi manusia terbuka pada realitas. Keterbukaan ini disebut dengan imajinasi. Logika dan imajinasi
merupakan dua dimensi penting dari seluruh cara kerja ilmu pengetahuan. Tugas filsafat ilmu
pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajarai dengan serius proses logis dan
imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan. Selain itu, masalah metode ilmu pengetahuan
berbicara tentang hubungan ilmu pengetahuan dengan masyarakat. Ada implikasi sosial dan etis dari
ilmu pengetahuan.
Manfaat: Pertama, bersikat kritis. Kedua, memperkenalkan mahasiswa dengan metode ilmu
pengetahuan untuk melakukan penelitian ilmiah. Tujuan: memiliki kemampuan ilmiah. Cirinya: 1/
melihat sebuah peristiwa sebagai masalah ilmiah,2/ membuat analisis terhadap peristiwa
tersebut,3/ mmmengajukan pemecahan atas peristiwa yang menjadi masalah tersebut, 4/ membuat
prediksi atau ramalah yang akan timbul berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tersebut. Manfaat
ketiga, membantu bekerja di kemudian hari. Keempat, ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan. Epistemologi
mempelajari tentang hakekat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas dari keyakinan.
Apa contoh Epistemology?
Ada tiga contoh atau syarat untuk epistemologi: kebenaran, kepercayaan (belief) dan pembenaran
(yustifikasi). Pertama-tama, kebenaran terjadi manakala pernyataan palsu tak dapat diperiksa,
misalnya dusta tak bisa menjadi kebenaran oleh karena bukan merupakan kenyataan dan palsu.
Episteme: pengetahuan.
Konsep Epistemologi:
Epistemologi merupakan studi tentang kodrat dan lingkup dari pengetahuan: kepercayaan yang
sudah diperiksa kebenarannya, Studi tersebut menganailisis hakekat pengetahuan dan bagaimana
hubungannya dengan penegertian yang serupa seperti kebenaran, kepercayaan, dan pembenaran.
Studi tersebut juga berurusan dengan cara-cara memperkenalkan pengetahuan, dan juga sikap
skeptis terhadap klaim pengetahuan yang berbeda. Misalnya klaim bahwa virus Corona itu berasal
dari lab yang ada di kota Wuhan. Klaim ini harus diperiksa kebenarannya, jangan menjadi
Formal Epistemology : subdiscipline of epistemology that uses formal methods from logic,
Misi dari epistemology: mengklarifikasi apa-apa saja yang termasuk konsep pengetahuan dan
menjelaskan mengapa fitur pengetahuan seperti demikian. Yang diperhatikan adalah: kepercayaan
rasional, probabilitas, kemasukakalan, pembuktian, dan erotetik, yaitu urusan membuat pertanyaan
dan memberikan solusi atas pertanyaan. Ini yang jadi pokok ulasan.
Bila segala hal berlangsung sesuai seharusnya, tak akan ada pertanyaan. Bila berjalan tak sesuai
Langkah menentukan yang pertama di dalam “mengetahui”: adalah mengetahui materi intelektual
dari sesuatu, yaitu sesuatu sebagai adanya. Misalnya Seseorang yaitu X mengetahui si p., yaitu
Pengetahuan kita lihat dari segi: sebagai sesuatu yang lepas dari diri kita, sebagai sesuatu yang
nampaknya pengetahuan, yang bisa jatuh ke dalam kekeliruan. Apa yang kita ketahui itu adalah apa
Konsep pengetahuan sendiri menampilkan berbagai ide yang dari dirinya sendiri berbeda dan
1. Pengetahuan tentang sesuatu: Saya tahu bahwa Paris adalah ibukota Perancis.Atau: saya
tahu bahwa 2 + 2 = 4.
3. Pengetahuan yang diperoleh karena hubungan perkenalan, dengan seseorang atau sesuatu,
misalnya: saya tahu siapa itu yang Namanya Professor Ahmad. Atau: saya tahu pemilik mobil
ini.
4. Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya Saya tahu bermain ski di
lapangan es.
Secara tradisional, epistemology atau teori tentang pengetahuan berfokus pada tipe pertama, yaitu
Saya tahu bahwa beruang termasuk jenis mammalia, binatang menyusui. Namun akhirnya
pengetahuan membawa kita pada bagaimana diaplikasikan di dalam kehidupan, yaitu bicara
Apa yang orang ketahui adalah deretan keseluruhan jawaban terhadap pertanyaan yang dapat
diselesaikan.
3. Pembenaran atau validasinya: pengalaman sendiri atau melalui orang lain, investigasi ilmiah,
5. Melalui formulasi: bentuk verbal, dalam bentuk piktorgram (gambar yang menjadi lambang,
Propotitional knowledge jelas bukan aktifitas atau kinerja. Kita tak bisa menjawab pertanyaan: apa
yang sedang kau lakukan? Dengan jawaban: saya tahu Paris adalah ibukota Perancis, ataupun: saya
yang miliki arloji ini, ataupun juga: saya suka bunga mawar ini. Mengetahui sesuatu bukanlah
sesuatu yang seseorang lakukan; melainkan merupakan kondisi seseorang disibukkan dengan
hubungan dengan informasi. Bukan sebuah proses melainkan hasil akhir dari sebuah
proses.Mengetahui sesuatu bukanlah terlibat dengan kegiatan melainkan masuk di dalam kondisi
tertentu: kondisi konyitif. Dengan kata lain, sebuah usaha konyitif, sebuah kondisi hal-hal
terkoordinasi dengan suatu hubungan yang pantas antara manusia dan fakta. Fitur-fitur
propositional knowledge:
1. Truth Commitment: Hanya kebenaranlah yang dikenal.Bila seseorang tahu P maka P harus
benar.
rasional.
3. Reflexivity: setiap pengetahuan dapat dipahami oleh setiap orang. Sesuatu dapat disebut
4. Koherensi: yaitu bahwa setiap orang dapat tahu bahwa sesuatu diketahui sebagai sesuatu
oleh setiap orang. Misalnya, sesuatu dipahami sebagai p, maka orang lain pun
memahaminya sebagai p.
Pengetahuan berkembang dan merupakan kebutuhan. Hidup penuh pertanyaan yang harus dijawab.
Pengetahuan membawa manfaat besar. Manusia merupakan mahluk bertanya. Pengetahuan adalah
kebutuhan.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang imperative, bahwa di dalam situasi tertentu manusia harus
mencari informasi tentang dunia ini. Manusia harus secara konyitif merasa nyaman menghuni bumi.
Pengetahuan dan keyakinan bicara tentang sikap mental seseorang dalam hubungan dengan obyek
tertentu. Dalam keyakinan, obyek tidak harus ada, sedangkan di dalam pengetahuan, obyek harus
ada. Pengetahuan selalu mengandung kebenaran, artinya ditunjang bukti-bukti. Dirumuskan sebagai
proposisi. Misalnya, Proposisi 2+2=4. Di dalam kenyataan, proposisi tersebut memang demikian.
Begitu juga proposisi: bumi bebentuk bulat atau Salju berwana putih, dapat dibuktikan.
Dari uraian tersebut di atas, maka proposisi atau hipotesis adalah pernyataan yang mengungkapkan
apa yang diketahui dan/atau diyakini sebagai benar yang masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Bila di
dalam kenyataan tak terbukti bahwa salju itu ada yang tak putih, maka proposisi demikian
merupakan keyakinan saja dan bukan merupakan pengetahuan. Misalnya proposisi: Pada tahun
2024, Jokowi tidak bersedia dipilih lagi jadi presiden RI. Proposisi ini belum terbukti kebenarannya,
maka merupakan keyakinan saja dengan menyimak pernyataan-pernyataan Jokowi pada banyak
kesempatan, yaitu bahwa dia tidak setuju dipilih menjadi presiden ke tiga kalinya karena melanggar
konstitusi.
Pengetahuan selalu mengandung kebenaran: bumi itu bulat, misalnya. Rumus yang dipakai:
Seseorang tahu bahwa p benar, jika dan hanya jika ia tahu bahwa p memang benar.
Seseorang tahu tentang p, maka p itu benar. P itu misalnya proposisi: bumi itu bulat. Seseorang itu,
yaitu si subyek, harus tahu bahwa dia tahu, menyadari apa yang diketahuinya. Pengetahuan baru
sungguh-sungguh jadi pengetahuan ketika subyek sadar akan apa yang diketahuinya. Dengan
Semua orang tahu bahwa apel jatuh dari atas ke bawah. Baru ketika Newton merumuskannya maka
Pada tingkat tertentu pengetahuan selalu mengandung keyakinan, yaitu keyakinan mengenai
kebenaran pengetahuan itu. Namun, keyakinan belum merupakan pengetahuan kalau tidak
didukung oleh kenyataan.
Ada empat macam jenis pengetahuan, menurut polanya, atau cara mengetahui: tahu bahwa, tahu
bagaimana, tahu tentang. Dan masih lagi: tahu mengapa. Adalah normal manusia bertanya
mengapa, ingin tahu mengapa sesuatu terjadi dan bukan sekedar menerima sesuatu terjadi.
Tahu akan: pengetahuan langsung melalui pengenalan pribadi. Misalnya, saya tahu tentang
Universitas Atma Jaya, atau, saya kenal Rektor Universitas Atma Jaya.
Tahu bahwa: bersifat umum. Ini menyangkut informasi yang didapatkan dari luar.
Misalnya: tahu tentang computer dan program computer, tahu tentang piano dst.
Keempat pola ini saling terhubungkan dan saling meneguhkan. Hal ini memungkinkan manusia
Akan tetapi kita perlu bersikap berani meragukan segala sesuatu sebagai benar. Skeptisisme
merupakan sikap kritis. Sikap kritis amat diperlukan agar manusia tidak mudah tergiring hanya oleh
pendapat yang berlaku umum, hanya karena dilontarkan oleh orang berpengaruh, hanya karena
tekanan kekuasaan. Melalui untuk meragukan maka kita akan sampai kepada kebenaran yang lebih
pasti.
Bagaimana sesuatu diketahui secara pasti? Ada dua aliran pemikiran: rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme bersandar kepada akal budi. Akal budilah yang memberi pengetahuan yang pasti.
Bukan pancaindera. Pancaindera bisa menipu. Akal budi adalah landasan paling kokoh dan paling
pokok dari pengetahuan manusia. Pengetahuan apriori yang ditekankan dengan silogisme sebagai
penalarannya. Misalnya, saya tahu bahwa p melalui penalaran, p pasti benar secara apriori tanpa
perlu dibuktikan. Konkritnya, Socrates pasti mati, merupakan pengetahuan yang pasti dan benar,
karena diturunkan dari prinsip umum, “semua manusia pasti mati”. Socrates adalah manusia, maka
Sedangkan bagi empirisme, pengalaman yang menjadi dasar pengetahuan, berdasarkan data dan
fakta. Pengetahuan yang benar dan sejati adalah pengetahuan yang pasti benar dan itulah
pengetahuan indrawi, pengetahuan empiris. Pengalaman terjadi melalui pancaindera. Pancaindera
memainkan peranan penting dengan menyajikan pengalaman langsung dengan obyek tertentu.
Akalbudi sendiri hanya berfungsi bila acuannya adalah pengalaman yang datang melalui indera.
Metodenya adalah induktif. Pengetahuan bersifat aposteriori. Empirisme memiliki sumbangan besar
bagi perkembangan ilmu-ilmu. Kebenaran pengetahuan tidak bersifat mutlak. Pengetahuan empiris
Bagaimanapun pengalaman ikut memainkan peranan penting bagi pengertian dan pengetahuan
tentang sesuatu tanpa menyangkal pentingnya akal budi dalam mengolah pengalaman itu agar
menjadi pengetahuan.
Kebenaran proposisi apriori ditentukan oleh dirinya sendiri. Kebenaran proposisi aposteriori
Pertama: teori kebenaran sebagai persesuaian (the correspondence theory of truth). Adalah benar
mengatakan bahwa yang ada adalah ada, dan yang tidak ada adalah tidak ada. Ini disebut kebenaran
empiris. Misalnya: Bumi ini bulat. Pernyataan ini benar karena didukung kenyataan. Dengan ini mau
dinyatakan bahwa apa yang diketahui oleh subyek sebagai benar harus sesuai atau harus cocok
dengan obyek. Pengamatan menjadi utama. Obyek pengamatan menjadi bukti kebenaran
Contoh lain: Ada perpustakaan di Universitas Atmajaya. Pernyataan ini berkaitan dengan fakta
Menjadi soal dengan proposisi: Ada Tuhan yang Mahakuasa. Proposisi ini tidak didukung bukti
empiris. Proposisi ini bukan pengetahuan. Ini adalah keyakinan atau juga ideologi.
Kedua: Teori kebenaran sebagai keteguhan(the coherence theory of truth). Kebenaran ditemukan
dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada. Sebuah pernyataan dianggap
benar sejauh cocok dengan system pemikiran yang sudah ada. Artinya, merupakan implikasi logis
dari system pemikiran yang ada. Jelas kelihatan dalam silogisme:1/ Semua manusia pasti mati. 2/
Socrates adalah manusia. 3/ Socrates pasti mati. Kebenaran nomor 3 merupakan implikasi logis dari
nomor 1 dan 2. Kebenaran nomor 3 sudah terkandung dalam nomor 1. Tak penting apakah Socrates
mati atau tidak. Contoh lain: Lilin akan mencair kalau dimasukkan ke dalam air yang sedang
mendidih. Bagi kaum rasionalis, cukup mengecek kaitannya dengan pernyataan lainnya. Ternyata
memang lilin berasal dari bahan paraffin dan paraffin mencair pada air bersuhu 60 derajad Celsius.
Dengan demikian dalam air pada suhu 100 derajad C lilin pasti mencair. Pernyataan ini tak perlu
Kebenaran ini merupakan kebenaran rasional-logis dan juga tata cara kerja deduktif. Kebenaran
pengetahuan sudah ditetapkan secara apriori. Namun tetap merujuk pada realitas untuk menguji
kebenaran pernyataan tersebut. Baik akal budi maupun pancaindera mempunyai peran penting
untuk melahirkan pengetahuan manusia. Kebenaran ilmiah haruslah memenuhi kedua kriteria:
Ketiga: Teori pragmatis tentang kebenaran (the pragmatic theory of truth). Sebuah ide itu benarn
kalau berguna dan berhasil memecahkan persoalan serta menentukan perilaku manusia. Kebenaran
menyangkut “pengetahuan bagaiamana”. Kebenaran adalah juga bahwa baik untuk sesuatu. Kita
“pengetahuan bagaimana”.
Keempat: teori kebenaran performative ( performative theory of truth). Sebuah proposisi menjadi
benar karena menyatakan sesuatu yang dianggap benar. Bahwa karena pernyataan tersebut, sebuah
realitas tercipta. Misalnya: Saya mengakat saudara sebagai direktur Bank A. Realitas baru tercipta,
yaitu anda diangkat jadi direktur. Pernyataan ini bisa positip bisa negative. Positip: berusaha
mewujudkan apa yang dinyatakan. Negatif, bahwa seolah-olah terjadi padahal tidak. Misalnya,
“negara ini adalah negara hukum”. Betulkan? Di sini kita bisa melihat bahwa orang bisa terjebak
Karena itu, kita bisa mengatakan mengenai sifat dasar Kebenaran ilmiah: selalu paling kurang
memiliki tiga hal: struktur yang rasional logis, isi empiris, dapat diterapkan.
Kita sudah melihat: kebenaran logis atau rasional, kebenaran empiris, kebenaran pragmatis,
kebenaran performative. Pertanyaan: apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Kaum
rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan bersifat pasti dan benar. Sedangkan kaum empiris
menyatakan bahwa pengetahuan tak pernah miliki kepastian, tak pernah memberikan solusi
universal dan absolut. Falibilisme: bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah
dicapainya.Tak berarti secara mutlah menolak kebenaran pengetahuan ilmiah. Pengetahuan bisa
salah, namun kita tidak mengabsolutkan kesalahan ilmu pengetahuan melainkan memahami
kesalahannya secara lebih moderat sebagai sebuah tantangan untuk terus-menerus mencari
Falibilisme berasal dari dua sumber: sebagai konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan, dan dari
obyek ilmu pengetahuan yaitu semesta alam. Metode pengetahuan tidak dapat menghasilkan
formulasi yang pasti tentang kebenaran. Fokus utama penelitian ilmiah adalah verifikasi atas
hipotesis. Proses pengujian memakai metode induktif. Induksi selalu tak pernah lengkap oleh karena
fakta dan data terbatas. Hipotesis pada dasarnya tidak pasti, maka dirumuskan sebagai jawaban
sementara.
Falibilisme selain disebabkan oleh metode ilmiah, juga karena obyek ilmu pengetahuan sekaligus
real dan berubah-ubah. Ilmuwan yang baik adalah seorang realis yang memandang konsep-konsep
ilmiahnya yang merupakan hasil pemikiran tentang dunia nyata. Pengetahuan menjadi real: lepas
dari pikiran manusia, mengarahkan diri kepada kenyataan yang memang dikenal. Bila realitas tidak
lepas dari pikiran kita maka tak perlu ada metode ilmiah. Tetapi bila realitas tak dapat dihubungi
Realias yang dibicarakan oleh ilmu mengetahuan adalah realitas yang jadi perhatian banyak orang.
Realitas memiliki dimensi sosial. Obyek ilmu pengetahuan lalu bersifat intersubyektif. Inteligibilitas
ilmu pengetahuan bukan cuma bagi individu tapi juga dalam pemikiran komunitas manusia. Dengan
demikian ada hubungan antara kebenaran ilmiah, karakter public dari pengethuan dan fallibilisme.
Pengetahuan kita selalu rentan pada kesalahan. Obyek pengetahuan selalu berubah.Namun tetap
ada harapan untuk pemahaman yang lebih baik melalui penelitian terusmenerus. Evolusi merupakan
kenyataan dasar setiap realitas. Alam selalu berkembang dan penelitian selalu berubah.
Perkembangan selalu semakin dapat dipahami. Terbuka kemungkinan pengetahuan yang semakin
jelas.
Kita melihat pengetahuan sebagai proses yang terdiri dari dua momen penting: momen kesadaran
dan momen perumusan masalah pada satu pihak dan perumusan solusi atau jawaban teoritis atas
permasalahan pada pihak lainnya. Di antara permasalahan dan solusi teoritis terdapat penelitian
dengan metode yang logis. Ketiga unsur kegiatan ilmiah tersebut dapat dirinci sebagai: perumusan
masalah, metode ilmiah yang pragmatis sebagai proses, dan jawaban ilmiah sebagai hasil.
Penelitian dimulai dengan pertanyaan atau berawal dari keraguan. Keraguan yang dimaksudkan
adalah keraguan yang mendorong untuk melakukan penelitian ilmiah. Pertanyaan atau keragan
membutuhkan penjelsan yang dipercaya atau diandalkan. Solusi ilmiah bukan jawaban akhir
melainkan mengundang untuk penelitian lagi. Yang mau dicapai adalah Tindakan yang
diimajinasikan.
Keraguan ilmiah adalah tanda bahwa kita memiliki Hasrat untuk tahu dan menemukan kebenaran.
Ada rasa cinta akan pengetahuan teoretis yang akan membawa pada memilih metode yang terbaik
untuk mencapai pengetahuan yang diinginkan. Metode yang dipakai adalah metode yang ilmiah.
Metode ilmiah adalah metode dengannya orang mengajukan pertanyaan, mencari sendiri jawaban,
dan menjelaskannya jawabannya dengan mengacu pada pengalaman tentang alam. Metode ini
mendasarkan pada penelitian atas dunia eksternal. Dunia eksternal adalah alam yang tak bergantung
pada pandangan kita melainkan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Metode ilmiah lebih menjamin
tercapainya kebenaran karena kebenaran dapat terungkap jika kita membuka diri kita, keluar dari
diri kita, lalu berkomunikasi dengan kebenaran dalam komunitas orang-orang yang memiliki spirit
Metode Abduksi:
Tugas utama ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti pada pengumpulan data melainkan mencoba
mencari dan menemukan penjelasan atau eksplanasi atas data. Ilmu pengetahuan merupakan
sebuah proses dalam menemukan hipotesis untuk penjelasan fenomena atau data.
Proses mencari dan merumuskan hipotesis merupakan abduksi. Abduksi pertama-tama menawarkan
suatu hipotesis yang memberikan penjelasan tentang fakta-fakta. Abduksi mulai dengan sebuah
fakta dan fakta tersebut harus dijelaskan dengan hipotesis. Dimulai dengan penjelasan yang
probable, yaitu bisa mungkin terjadi. Hipotesis hanya berfungsi sebagai konjektur atau dugaan.
Kedua, hipotesis tersebut kemudian memberikan eksplanasi terhadap hal-hal yang belum dijelaskan
dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung. Diperlukan imajinasi. Namun imajinasi juga bisa
Abduksi merupakan proses yang sahih untuk merumuskan hipotesis. Namun, syarat-syarat mana
yang harus dipilih agar suatu hipotesis lebih pantas diperhatikan dibandingkan yang lainnya.
Pertama, dapat diverifikasi secara eksperimental. Hipotesis tersebut harus secara finansial tidak
memakan biaya banyak dan waktu yang banyak. Hipotesis demikian harus juga luas dan mendalam.
Hipotesis tersebut mengandung konsep universal, tidak dapat dipatok dengan satu jenis penalaran
saja. Proses abduksi berusaha menangkap orisinalitas dari sebuah realitas. Ini merupakan fase
interpretasi. Ini merupakan cara pandang ilmuwan terhadap fakta dan pengalaman.
Pengujian hipotesis dimulai dengan memeriksa implikasi eksperiensial (virtual prediction) hipotesis.
eksperiensial dari hipotesis tersebut, dan kemudian mengamati apakah prediksi tersebut terjadi.
Metode Deduksi:
Pengujian sebuah hipotesis dimulai dengan memeriksa implikasi eksperiensal (virtual prediction) dari
eksperiensial dari hipotesis, mencatat dan menyeleksinya. Proses menarik prediksi-prediksi dari
Contohnya: Tommy percaya akan infalibilitas Paus. Ini sebuah hipotesis. Jika hipotesis ini benar,
maka si Tommy akan sangat percaya akan semua ajaran Gereja. Juga dia akan terlibat di dalam
semua praktek devosi gereja Katolik. Di sini deduksi adalah usaha untuk menyingkapkan
suatu peristiwa dalam suatu kelas yang lebih umum. Seorang ilmuwan dapat berkonsentrasi hanya
Kepastian konkluasi silogisme ini ditentukan oleh kepastian dalam premis minor. Premis minor ini
harus dibuktikan kebenarannya. Konklusi yang dirumuskan dalam silogisme ini bisa diterima hanya
karena bersifat logis atau masuk akal. Karena itu, harus dibuktikan.
Proses deduktif di dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-maka.
Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau
particular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Dimulai dengan penelitian.
Kesimpulan ini pada dasarnya merupakan generalisasi dari fakta dan data atau proposisi tunggal
yang ada yang memperlihakan kesamaan, keterkaitan, dan regularitas di antara fakta yang ada.
Namun tidak dengan sendirinya menjamin bahwa kesimpulan itu benar secara mutlak. Induksi selalu
Ilmu pengetahuan harus bermula dari dan diendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh
oleh pengandaian apa pun juga. Ilmuwan mendekati alam atau obyek penelitiannya dengan mata
yang lugu dan tidak dicemari oleh anggapan apa pun juga, tidak dikuasai oleh praduga-praduga.
Obyek berbicara kepada kita. Kita harus bebas dari segala macam spekulasi awal. Tak ada bias
Sebisa mungkin memperhatikan fakta dan data yang bertentangan satu sama lain. Artinya, tidak
hanya mencari fakta dan data yang cocok saja, yang sesuai dengan pikiran kita saja.
Setelah fakta dan data tentang obyek diamati, fakta dan data dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan
dan disimpulkan sesuai dengan kemampuan sang ilmuwan. Di sini akal budi dan pengamatan
Dengan cara berpikir seperti ini, ada dua manfaat: pertama, metode ini membuat ilmuwan benar-
benar melihat kenyataan secara obyektif. Kedua, kegiatan ilmiah lalu tidak jatuh menjadi ideologi.
Ada dua keberatan. Pertama, kita tak pernah mendekati kenyataan dengan pikiran kosong. Kita
senantiasa mengamati obyek dengan kerangka tertentu. Kita senantiasa sudah punya asumsi
tertentu. Kita sudah miliki hipotesis tertentu sebagai hasil abduksi. Hanya dengan adanya asumsi
atau konsep teoretis tertentu kita dapat menarik kesimpulan tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hanya perlu diingat bahwa segala pengandaian, konsep atau
asumsi teoritis harus tetap terbuka untuk diubah berdasarkan fakta dan data yang kita temukan
sebagaimana adanya. Kalau perlu, asumsi tersebut ditinggalkan kalau tidak sesuai dengan fakta dan
data lapangan. Asumsi tersebut hanyalah diperlukan sebagai alat bantu dan bukan tujuan yang harus
dicapai, Cuma alat bantu untuk menemukan teori baru, yang bisa sesuai dengan asumsi semula atau
justru asumsi teoretis yang sama sekali baru. Bahkan di tengah penelitian, asumsi teoretis bisa
berubah sama sekali. Asumsi teoretis memang penting, sebab kita tidak bisa memulai penelitian
ilmiah tanpa asumsi dasar, namun kita tak boleh diperbudak oleh asumsi tersebut.
Kedua, fakta, data dan fenomena tak pernah ditampilkan telanjang begitu saja, melainkan perlu
selalu ditafisirkan. Di dalam penafsiran dibutuhkan adanya konsep, spekulasi, dan imajinasi serta
aktif berpikir tentang obyek tersebut. Misalnya, buah apel yang jatuh menimpa Newton tidak akan
punya makna apapun kalau Newton sendiri tidak berspekulasi tentang fenomena tersebut.
Fenomena senantiasa diamati dan dipahami di dalam kerangka dugaan atau hipotesis tertentu.
Seorang ilmuwan bahkan harus melangkah melampaui sekedar fakta dan data mati. Dengan
demikian, selain fakta dan data yang empiris, yang menggunakan metode induksi, juga dibutuhkan
spekulasi, imajinasi dan keberanian untuk menebak apa yang ada di balik fakta dan data tersebut
untuk bisa melahirkan hukum atau teori tertentu. Di sini, imajinasi menjadi penting.
Fakta dan pengamatan inderawi akan fakta begitu saja tidak cukup untuk melahirkan hukum atau
teori ilmiah. Yang penting adalah juga akal budi, yang dengan fantasi dan spekulasinya mampu
Persoalan lain adalah bahwa metode induksi tidak selalu lengkap: tidak pernah bisa mencakup
semua data dan fakta relevan. Kemudian, kebenaran kesimpulan tidak pernah mutlak. Kebenaran
tersebut selalu bisa gugur dengan sendrinya oleh fakta dan data baru yang belum kita lihat atau yang
= Identifikasi masalah:
= Merumuskan hipotesis:
= Pengujian hipotesis:
= Situasi masalah.
= Pengajuan hipotesis.
= Penelitian lapangan.
= Pengujian hipotesis.
Situasi masalah adalah unsur paling pokok dalam cara kerja induksi karena situasi masalah adalah
titik pangkal, titik mulai dari cara kerja induksi. Ap aitu masalah? Masalah adalah kenyataan atau
situasi yang tidak adau belum terpecahkan atau diterangkan dengan kekayaan pengetahuan yang
ada (hukum atau teori ilmiah). Dalam hal ini dibutuhkan kegigihan sang ilmuwan untuk tak mudah
= sekedar memuaskan rasa ingin tahu tanpa bermaksud melahirkan teori tertentu.
= Harus mempunyai nilai untuk diteliti: penting bagi kemanusiaan, dapat dikaji dengan berbagai
= Memiliki kemungkinan untuk diteliti: ada data dan metodenya, ada biayanya, waktu yang
dibutuhkan.
b. Sumber-sumber masalah.
Hipotesis sesungguhnya tak berbeda dengan proposisi. Proposisi merupakan pernyataan tentang
fakta, perisitiwa, atau kenyataan tertentu yang dianggap benar untuk sementara. Hipotesis adalah
pernytaan yang berisikan dugaan sementara mengenai sebab dari suatu masalah tertentu (fakta,
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas situasi masalah, merupakan keterangan atau
penjelasan sementara tentang suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya lebih lanjut.
Merupakan batu loncatan menuju pada hukum atau teori tertentu. Maka hipotesis ibarat sebuah
tangga yang kemudian tidak dibutuhkan bila kita sudah sampai ke tempat yang dituju.
= mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta, dan data yang ada, yang bisa bermanfaat bagi
penelitian.
= berfungsi sebagai alat yang sederhana untuk mengaitkan fakta dan data yang tercerai-berai tanpa
Hipotesis harus dirumuskan secara singkat, padat, jelas, dan berjangkauan luas, secara empiris dapat
hipotesis dapat memungkinkan kita mengajukan berbagai fakta dan data yang memberi penjelasan
Setelah hipotesis dirumuskan berdasarkan berbagai fakta dan data yang diperoleh dari penelitian
langsung, kita membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai fakta dan data yang akan ditemukan
baik secara hipotesis maupun secara factual. Prediksi itulah yang akan membuktikan apakah
hipotesis itu memang benar atau tidak. Pada hakekatnya, mau melihat implikasi logis dari hipotesis
yang dibuat. Hipotesis dicek pada kenyataan. Misalnya: besi yang dipanaskan akan memuai. Berarti,
Di sini kita melihat, bahwa Langkah pengujian hipotesis ternyata memakai metode deduksi: yaitu
Langkah pengujian dengan prediksi, kita menurunkan implikasi logis dari hipoteisis yang dibuktikan
Hukum ilmiah merupakan hasil akhir yang bersifat sementara dari suatu proses kegiatan ilmiah. Ilmu
pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau meneliti hubungan sebab akibat antara berbagai
peristiwa dalam alam dan dalam hidup manusia. Ini yang disebut sebagai hukum. Tujuan utama dari
ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum ilmiah yang bisa menjelaskan suatu peristiwa
yang menjadi sebuah masalah. Hukum atau hubungan sebab akibat itu sudah adad n terjadi
sebagaimana adanya dalam ala mini. Ilmu pengetahuan hanya menyingkapkan hukum yang sudah
Hubungan sebab-akibat sering dipahami sebagai hubungan susul-menyusul di antara dua peristiwa
atau lebih. Misalnya, peristiwa A dan B mempunyai hubungan sebab akibat akalu perisiwa B terjadi,
hanya kaarena telah didahului oelh peristiwa A. Demikian pula bila peristiwa A terjadi maka
peristiwa B pasti akan terjadi dengan sendirinya. A menjadi penyebab dari B. Besi memuai (peristiwa
B) karena Besi dipanaskan (peristiwa A). Namun tak semua peristiwa susul-menyusul merupakan
peristiwa sebab-akibat. Peristiwa kelahiran dan kematian memang susul-menyusul namun bukan
merupakan sebab-akibat. Atau, si A menegur si B agar jangan masuk ke halaman rumahnya. Sore
harinya si A ditemukan tewas di sebuah rumah kosong tak jauh dari rumah A dan rumah B. Kedua
peristiwa itu susul-menyusul tetapi bukan berarti sebab-akibat. Maka perlu selalu ada pengujian.
a. Lebih pasti.
Semakin pasti sebuah hipotesis, hipotesis akan berubah menjadi sebuah hukum ilmiah. Menjadi psti
karena terbukti benar, dengan didukung fakta dan data yang tak terbantahkan. Namun harus
disadari bahwa kebenaran ilmiah tetap senantiasa bersifat sementara, selalu bisa gugur oleh
penemuan ilmiah yang baru. Karena sifat yang pasti itu pula maka orang dapat merancang
kebijaksanaan tertentu yang dimaksudkan untuk untuk memecahkan persoalan tertentu. Maka bisa
dipakai untuk maksud jahat, misalnya hukum tersebut dirancang untuk tujuan jahat.
Oleh karena bersifat pasti maka dengan sendirinya bersifat universal, yaitu berlaku untuk semua
peristiwa sejenis dan untuk kurun waktu kapan saja dan dimana saja. Semua akan sepakat akan
kebenaran hubungan sebab akibat antara satu peristiwa dengan peristiwa sejenis lainnya.
Dengan hukum ilmiah, ilmuwan ingin mendapatkan penjelasan ilmian yang memperlihatkan secara
gambling hubungan antar satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, antara satu unsur dengan unsur
lainnya.