NIM : 05071281320025
Kelas : Agroekoteknologi Palembang
Tugas Genetika
Cabang Genetika
Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini
terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari objek
kajiannya.
Cabang-cabang murni genetika:
genetika molekular
genetika sel (sitogenetika)
genetika populasi
genetika kuantitatif
genetika perkembangan
Cabang-cabang terapan genetika:
genetika kedokteran
ilmu pemuliaan
rekayasa genetika atau rekayasa gen
Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang tidak secara langsung merupakan cabang genetika
tetapi sangat terkait dengan perkembangan di bidang genetika.
Genetika arah-balik (reverse genetics)[sunting | sunting sumber]
Kajian genetika klasik dimulai dari gejala fenotipe (yang tampak oleh pengamatan manusia) lalu
dicarikan penjelasan genotipiknya hingga ke aras gen. Berkembangnya teknik-teknik dalam
genetika molekular secara cepat dan efisien memunculkan filosofi baru
dalam metodologi genetika, dengan membalik arah kajian. Karena banyak gen yang sudah
diidentifikasi sekuensnya, orang memasukkan atau mengubah suatu gen dalam kromosom lalu
melihat implikasi fenotipik yang terjadi. Teknik-teknik analisis yang menggunakan filosofi ini
dikelompokkan dalam kajian genetika arah-balik atau reverse genetics, sementara teknik kajian
genetika klasik dijuluki genetika arah-maju atau forward genetics.
Hukum Mendell
Tokoh peletak prinsip dasar genetika adalah Gregor Johan Mendell seorang biarawan dan
penyelidik tanaman berkebangsaan Austria.
Pada tahun 1866 Mendell melaporkan hasil penyelidikannya selama bertahun-tahun atas kacang
ercis/kapri (Pisum sativum). Untuk mempelajari sifat menurun Mendell menggunakan kacang
ercis dengan alasan:
– memiliki pasangan sifat yang menyolok
– bisa melakukan penyerbukan sendiri
– segera menghasilkan keturunan atau umurnya pendek
– mampu menghasilkan banyak keturunan, dan
– mudah disilangkan
Inilah tiga langkah eksperimen yang dilakukan Mendell.
Perhatikan dengan cermat perbandingannya berdasar warna
bunga.
Dari hasil penelitiannya tersebut Mendell menemukan prinsip dasar genetika yang lebih dikenal
dengan Hukum Mendell.
Gregor Johan
Mendell (1811 –
1884) sang
peletak prinsip
dasar ilmu
genetika. Dari
dasar
penelitiannya
tersebut
genetika
berkembang
pesat hingga
sekarang.
Kacang
Kapri/Ercis
(Pisum sativum)
yang diteliti oleh
Mendell hingga
menemukan
konsep
pewarisan sifat.
Testcros (uji silang) adalah persilangan antara suatu individu yang genotifnya belum diketahui
dengan individu yang telah diketahui bergenotif homozigot resesif. Gunanya untuk mengetahui
apakah genotif suatu individu tersebut homozigot ataukah heterozigot.
Pada artikel lain telah saya tulis cara mengerjakan soal persilangan dengan cepattanpa harus
menggunakan cara yang diajarkan di sekolah
1. Pautan
Ciri Pautan:
- semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam
- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1
Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa pertukaran gen karena kromosom homolog
saling melilit saat meiosis. Misalkan suatu genotif AaBb mengalami pindah silang saat
pembelahan meiosis akan diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan aB.
Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental (KP) yangmerupakan hasil
peristiwa pautan, dan
dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB) atau rekombinan (RK)
yang merupakan hasil peristiwa pindahsilang.
Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut Nilai Pindah Silang
(NPS) yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
3. Pautan Sex
Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen tertentu
yang selalu terdapat pada kromosom sex. Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat muncul
hanya pada jenis kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan Y.
Gregor Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah kerajaan Austria yang kini
masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota Brunn,
Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian
peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam Biologi! Meski begitu, kepada
pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar
matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru
resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota
Brunn.
INTERAKSI GEN
INTERAKSI GEN
Sejak diakuinya Hukum Mendel (segregasi dan berpadu bebas) maka banyak dil akukan penelitian
ke arah genetika. Namun rasio Mendel seperti 3:1 dan 9:3:3:1 tidak selalu terjadi dalam semua
persilangan. Ni sbah fenotipe maupun genotipe yang dihasilkan Mendel akan diperoleh seandainya
terpenuhi kondisi tertentu, yaitu (a) seti ap s ifat hanya ditentukan oleh satu lokus; (b) alel dalam
setiap lokus bersegregasi bebas dari lokus lain; dan (c) gen-gen yang di pelajari terdapat pada inti.
Ternyata kondisi ini tidak selalu terpenuhi, oleh karena itu akan sering ditemukan penyimpangan d
ari nisbah Mendel. Penyimpangan ini dapat dijelask an bahwa terdapat karakter-karakter yang
dipengaruhi oleh lebih dari sepasa ng gen yang berinteraksi. Interaksi inilah yang akan
memunculkan berbag ai variasi fenotipe, meskipun hukum dasar pewarisan si fat keturunan sama
dengan Mendel.
Tabel 1. Nisbah Fenotip (F2) Hibrida Normal Menurut Mendel
Monohibrida 3: 1 (Hukum Dominasi n= 1 jumlah gamet = 2
penuh)
Dihibrida 9: 3: 3: 1 n= 2 jumlah gamet = 4
Trihibrida 27: 9: 9: 9: 3: 3 : 3: 1 n= 3 jumlah gamet = 8
Polihibrida (3:1)n n= n jumlah gamet = 2n
(n) = jenis sifat berbeda (hibridanya)
Pewarisan suatu sifat ditentukan oleh g en-gen yang terletak pada kromosom. Tempat ge n-gen
pada kromosom disebut dengan lokus. Setiap lokus memiliki 2 atau lebih ale l yang mengendalikan
suatu karakter. Namun tidak jarang ditemui bahwa dalam satu lokus ditemukan beberapa variasi
alel. Variasi ini muncul akibat mutasi ya ng mengakibatkan munculnya fenotipefenotipe baru.
TIPE INTERAKSI
Tipe interaksi gen merupakan hasil interaksi diantara gen-gen dan menghasilkan produk
dari aktivitas 2 gen atau lebi h. Interaksi ini mungkin berada pada level gen-gen itu sendir i, aksi
dari produk-produk yang dihasilkan pada kegiatan sitoplasma atau merupakan interaksi sel-
sel atau organ-organ yang gen-gennya mengalami perubahan. Untuk mengetahui pada level mana
interaksi terjadi maka itu merupakan su atu objek utama dalam studi interaksi gen. Studi ini akan
melengkapi studi dibidang biokimia dan fisiologi. Produk dari semua aspek fenotipe bergantung
pada keseluruhan gen yang membentuk genome. Bahwa sangat tidak mungkin pendekat an studi
interaksi gen dengan hanya melihat total dari interaksi itu sendiri tetapi dapat didekati dengan
memperhatikan kejadi an sederhana pada variasi sebuah sifat yang bersegregasi dari dua gen nona
lelik. Dan hal ini dinamakan dengan pewarisan digen ik (Wagner and Mitchell, 1965). Seiring dengan
perkembangan wakt u maka penelitian-penelitian yang menjelaskan tentang intera ksi gen semakin
berkembang. Salah satunya adalah dominansi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi .
Penampakan su atu gen dapat dipeng aruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, umur, jenis
kelamin, fisiologis, genetik dan faktor lainnya.
Perubahan pengaruh dominansi ini timbul akibat :
1) intralokus atau intralelik atau intragenik
2) interlokus atau intergenik
3) interaksi gen dengan lingkungan
Analisis genetik dapat mengidentifi kasi gen yang berinteraksi dalam menentukan suatu si fat atau
gen-gen ya ng terdapat dalam lintasan biologi yang khusus. Kunci utamanya adalah bahwa interaksi
gen menyebabkan peru bahan rasio turunan. Griffith et al . (2000) membedakan beberapa jenis
interaksi yang menimbulkan berbagai modifikasi fenotipe . Perbedaan penting adalah adanya
interaksi gen yang bera da dalam lintasan biologi yang sama dan terdapat juga interaksi gen yang
berada dalam lintasan yang berbeda.
A. Interaksi gen dalam lintasan biologi yang berbeda
Umumnya interaksi yang melibatkan dua lintasan biokimia yang berbeda menghasilkan F2 dengan
4 kelas fenotipe yang berhubungan dengan kelas genotipe yang mungkin terbentuk, sebagai contoh
adalah pewarisan warna kulit pada Corn Snake.
O += berwarna orange b +=menimbulkan warna hitam
O = tidak menimbulkan warna orange b =tidak menimbulkn warna hitam
P : o +o+bb (Orange) X oob+b+ (hitam)
F1: o +o b+b (camouflaged /warna agak pudar ataus amar)
F2 : 9 o +ob+b (camouflaged) 3 o +_bb (Orange) 3 o o b +_ (Hitam) 1 oobb (Albino)
c. Ada interaksi lain dalam menumbuhkan wana bulu pada mencit. Yang epistasi di sini adalah cc.
Kalau cc tak hadir maka warna bulu kelabu dengan kehadiran A dan hitam dengan kehadiran a.
A= kelabu C= pigmentasi normal
a= hitam c = tidak ada pigmentasi
P AACC kelabu X aacc albino
F1 AaCc kelabu
F2 9 A_C_ : 3 aaC_ : 3 A_cc : 1 aacc
9 kelabu :3 hitam : 4 albino
d. Warna kulit kuda; Warna kulit coklat (B) dominan terh adap tan (b). Fenotipe tergantung pada gen
kedua yang mengendalikan pigmen rambut. G en C dominan untuk menghadirkan pigmen rambut
sedangkan alel c adalah resesif untuk mengendalikan tidak ada pigmen. Jika kuda bergenotipe
homozigot resesif cc maka akan muncul warna putih.
2.3. Inhibitor gen action; yaitu satu gen dominan pada satu lokus dan homozigot resesif pada lokus
yang lain bersifat epistasis, yaitu bila terdapat salah satu gen itu akan mencegah pembuatan hasil
akhir gen. Interaksi ini dise but juga dengan epistasi dominan & resesif (Crowder, 1993).
Contoh:
a. Kasus pada warna bulu ayam kampung :
C = Gen domina n yang diperlukan untuk pembentukan warna bulu
c= Gen yang tidak menghasilkan warna
I= Gen dominan yang menghambat pembentu kan warna
i= Gen resesif yang menentukan warna hitam
Contoh:
a. Warna bu nga tanaman kapri (Pisum sativum)
C= gen dominan diperlukan untuk pembentukan warna P=gen dominan menghasilkan pigmen
ungu
P CCpp X ccPP putih putih
F1 CcPp ungu
F2 9 C_P _ : 3 C_pp : 3 ccP_ : 1 ccpp
9 ungu : 7 putih
Kedua alel dominan harus bersama-s ama untuk dapat menghasilkan warna, jadi kedua gen ini
komplementer. Gen P sendiri tidak nebghasilkan cukup zat warna untuk menimbulkan warna ungu.
Gen resesif dalam keadaan homozigot tidak aktif dan epistatik terhadap gen yang dominan.
2.6. Koepistatik; Ini terjadi apabila dua gen yang bukan alelnya (pada lokus berbeda) kerjanya
berlainan, seperti pada alel ko dominan. Tipe ini disebut juga dengan istilah kriptomeri (Yatim,
1991). Satu sifat ditentukan oleh satu lokus. Contoh : a. Bentuk jengger ayam varietas Wyandotte,
Brahmas dan Leghorns menunjukan peristiwa epistais. Jengger ayam ditentukan oleh peran dua
alel dengan hubungan dominan resesif yaitu R, r, dan P, p. Alel R akan menberikan t ipe jengger
Rose sedangkan P akan memberikan tipe jengge r ayam Pea. Fenotipe Rose (alel R) akan muncul
bila pada lokus lain t ida k muncul alel dominan P dan fenotipe Pea (alel P) akan muncul bila pada
lokus lain tidak ada alel R. Bila alel P dan R muncul bersamaan pada kedua lokus ak a
menghasilkan fenotipe Walnut edangkan ketidakhadiran satupun alel dominan akan menghasi
lkan fenotipe Single.
Efek maternal dan pewarisan sitoplamik. Efek maternal, efek tetua betina kepada zuriatnya, masa pengaruhnya
pendek. Efek maternal biasanya dibawa oleh bahan yang dihasilkan oleh tetua betinanya, diteruskan ke zuriatnya.
Pewarisan sitoplamik, sifat mandul jantan banyak ditemukan dalam spesies tumbuhan. Pewarisan sitoplamik melibatkan
mitokondria dan kloroplas. Mandul jantan sitoplamik disebabkan oleh adanya sitoplasma steril.
Terdapat tiga mandul jantan, yaitu mandul jantan sitoplamik genik, mandul jantan sitoplamik, mandul jantan
genik. Mandul jantan sitoplamik genik adalah sifat mandul jantan yang dikendalaikan oleh interaksi sitoplasma (penyebab
mandul) dan gen pemulih fertilita dalam inti. Sterilisasi akan terjadi jika dalm sitoplasma steril dan gen pemulih tidak
ada. Sterilisasi terjadi karena ketidak setimbangan nukleus dan sitoplasma, akibat terjadi
persilanga antar spesies. Kesetimbangan akan pulih pada generasi berikutnya jika terjadi mutasi
pada nukleolus yang menghasilkan alel pemulih.
Pengaruh Maternal
Terdapat perbedaan antara pewarisan maternal dengan pengaruh maternal. Pewarisan maternal
terdapat apabila faktor yang menentukan sifat keturunan terdapat di luar nukleus dan
pemindahan faktor itu hanya berlangsung melalui sitoplasma. Pengaruh maternal terdapat
apabila genotip nukleair dari induk betina menentukan fenotip dari keturunan. Faktor-faktor
keturunan berupa gen-gen nukleus yang dipindahkan oleh kedua jenis kelamin, dan dalam
persilangan-persilangan tertentu sifat-sifat keturunan itu mengalamisegregasi mengikuti pola
Mendel.
Pengaruh maternal adalah fenotip anakan untuk karakter tertentu yang dipengaruhi oleh genotip
nukleus gamet maternal. Hal ini kontras dengan kasus umum, yakni ekspresi karakter fenotip
merupakan gabungan/kontribusi paternal dan maternal. Pada kasus pengaruh maternal, informasi
genetika pada gamet betina ditranskripsi dan produknya (protein atau mRNA yang tidak
ditranslasi) terdapat dalam sitoplasma telur. Pada saat fertilisasi, produk ini mempengaruhi pola
karakter perkembangan zigot.
Gambaran yang jelas tentang pengaruh maternal dikemukakan oleh Caspary pada pewarisan
warna pigmen dari ngengat tepung (Ephestia kuhniella). Ngengat ini mempunyai mata berwarna
cokelat tua, larvanya mempunyai beberapa bagian yang pigmentasinya bermacam-macam.
Pigmentasi itu disebabkan oleh zat pelopor (prekursor) namanaya kinurenin, yang dihasilkan
oleh gen dominan A. Tetapi bila ngengat homozigot untuk alel resesif a (genotipnya aa), maka
tidak terdapat kinurenin, yang menyebabkan mata berwarna merah, sedang larva kehilangan
pigmentasi (tidak berwarna).
Hasil persilangan test cross antara individu jantan heterozigot dengan betina homozigot berbeda
dengan hasil test cross antara individu betina heterozigot dengan jantan homozigot. Jika individu
jantan yang heterozigot disilangkan dengan betina homozigot resesif, maka perbandinngannya
adalah 1:1 untuk sifat dominan dan resesif. Sedangkan bila induk betina yang homozigot
disilangkan dengan jantan homozigot resesif, menghasilkan keturunan yang semuanya dominan
(mata coklat, pigmentasi kulit penuh). Ketika dewasa, separuh dari keturunan tersebut memiliki
mata merah, sehingga keturunannya adalah 1:1 (seperti hukum Mendel).
Penjelasan untuk hal ini adalah oosit heterozigot mensintesis kinurenin atau enzim yang penting
dalam sintesisnya, dan mengakumulasikannya di dalam ooplasma sebelum akhir meiosis.
Sehingga pigmen ini terdistribusi dalam sitoplasma larva, karenanya larva memiliki fenotip
semua mata coklat dan pigmentasi penuh. Namun ketika larva mensintesis sendiri pigmennya
(berdasarkan transkripsi gen yang ada pada individunya), maka pigmen coklat menjadi tereduksi,
dan muncullah fenotip mata merah dan pigmentasi kulit yang sedikit (tidak berwarna).
Contoh lain yaitu pada lingkaran rumah siput. Melingkarnya rumah siput air tawar (Limnaea
peregra) ada yang ke arah kanan atau dekstral dan ada yang ke arah kiri atausinistral. Arah
lingkaran rumah siput ini ditentukan oleh sepasang gen tunggal, yaitu oleh gen D untuk
melingkar ke kanan, sedang alelnya d untuk melingkar ke kiri. D adalah dominan terhadap d.
Pola penggulungan siput ditentukan oleh genotip parental yang memproduksi telur, daripada
hanya fenotip parental saja. Induk maternal yang bergenotip DD atau Dd hanya memproduksi
anakan yang menggulung dekstral. Investigasi yang dilakukan pada pola penggulungan siput ini
menerangkan bahwa orientasi benang spindel pada pembelahan pertama setelah fertilisasi
menentukan pola penggulungan siput. Orientasi spindel ini dikontrol oleh gen maternal yang
beraksi pada pematangan telur di ovarium.
Gambar hasil persilangan kebalikan antara lalat buah (Drosophila) bermata merah dengan lalat
buah bermata putih pada percobaan yang dilakukan olehThomas Hunt Morgan pada tahun 1911.
w+ = alel warna merah (warna umum pada lalat buah), w= alel mutan. Pada pewarisan yang
terpaut jenis kelamin, alel pada kromosom sex (XY) diwariskan pada pola yang telah diketahui.
Persilangan kebalikan atau silang balik (bahasa inggris: reciprocal cross) adalah
suatu persilangan antara satu individu sebagai tetuajantan dan satu sebagai tetua betina dan peran
sebaliknya yaitu tetua yang pada persilangan pertama menjadi tetua jantan berperan sebagai tetua
betina sementara yang sebelumnya berperan sebagai betina menjadi berperan sebagai tetua
jantan.[1] Sebagai contoh adalah persilangan antara individu bergenotipe A (betina) dengan
individu bergenotipe B (jantan) dan persilangan antara individu bergenotipe B (betina) dengan
individu bergenotipe A (jantan). [1] Tujuan dari silang kebalikan adalah untuk mengetahui
peran jenis kelamin tetua terhadap pola pewarisan suatu sifat. [1]) Lebih lanjut dalam pemuliaan
tanaman, silang balik menjadi salah satu teknik dasar bersamaan denganseleksi yang menjadi
metode dalam pembentukan suatu kultivar tanaman. [2]
Sejarah
Dalam ilmu genetika, silang atau persilangan kebalikan dikenal sebagai suatu percobaan
persilangan yang dilakukan oleh Gregor Mendelpada tahun 1963. [3] Pada saat itu mendel
melakukan percobaan persilangan di antara koleksi tanaman kacang kaprinya yang berbeda sifat
atau karakternya dan apabila ditanam akan menghasilkan keturunan dengan sifat yang sama
persis dengan tetua (true-breeding). [3] Mendel melakukan percobaan yaitu dengan
menyilangkan serbuk sari dari kacang kapri yang bijinya berkerut ke putik tanaman kapri yang
berbiji halus.[3] Saat itu Mendel juga melakukan persilangan antara tanaman kapri berbiji halus
sebagai sumber serbuk sari (tetua jantan) dengan tanaman kapri yang bijinya berkerut sebagai
tetua betina.[3] Ketika biji hasil persilangan ditanam dan dibiarkan menyerbuk sendiri, Mendel
mendapati jumlah tanaman yang dihasilkan mempunyai perbandingan 1 : 3 di antara tanaman
yang bijinya berkerut dan halus.[3] Hasil yang sama juga didapatkan untuk keturunan persilangan
kebalikannya. [4] Saat itu disimpulkan bahwa sifat berkerut atau halus pada biji kapri tidak terkati
atau dipengaruhi oleh jenis kelamin. [4]
Silang kebalikan untuk mengetahui pengaruh tetua betina[sunting | sunting sumber]
Di dalam sel terdapat DNA maupun materi genetik yang letaknya di dalam inti sel maupun di
luar inti sel. [5] Materi genetik di luar inti terdapat pada sitoplasma dan beberapa gen pebawa sifat
penting dalam pemuliaan kadang terdapat di sitoplasma. [5] sebagai contoh adalah sifat
kemandulan jantan sitoplasmik atau CMS (dari bahasa inggris: cytoplasmic male sterility) yang
biasa digunakan pada pemuliaan jagung dan spesies lain. [5] Gen CMS umumnya berada pada
sitoplasma sementara serbuk sari (gen tetua jantan) tidak berada di sitoplasma maka penting
dilakukan dalam program pemuliaan dengan menggunakan kedua macam tetua sebagai
betina. [5] Gen yang dibawa oleh sitoplasma tetua betina dan membawa fenotipa hasil persilangan
disebut dengan pengaruh tetua betina (bahasa inggris:maternal effect). [5]
Probabilitas Genetika
Teori Probabilitas
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menetukan nisbah yang diharapkan dari tipe
– tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori memungkinkan kita untuk menduga
kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut. (Crowder, 1986)
Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, keboleh jadian, peluang dan sebagaimya
umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Dapat juga
digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya, diduga
berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Sehubungan dengan itu teori kemungkinan sangat
penting dalam mempelajari genetika. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah
sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya
(Suryo, 2005).
Beberapa dasar mengenai teori kemungkinan yang perlu diketahui ialah:
1) Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan
perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya.
2) Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing berdiri sendiri
adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk masing-masing peristiwa
itu.
3) Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi ialah sama
dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk tiap peristiwa itu.
Probabilitas atau kemungkinan ikut mengambil peranan penting dalam ilmu genetika,
misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel
telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai macam kombinasi.
Genetika kuantitatif
Cabang genetika yang membahas pewarisan sifat-sifat terukur (kuantitatif atau metrik), yang
tidak bisa dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan Mendel. Sifat-sifat yang
tergolong sifat kuantitatif misalnya tinggi atau berat badan, hasil panen, atau produksi susu.
Genetika kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang
kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan pula bahwa tidak hanya sedikit gen yang
mengendalikan suatu sifat melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering dasamakan
dengan sifat poligenik.
Ilmu ini banyak menggunakan matematika dan statistika dalam menjelaskan prinsip-prinsip yang
dipakai maupun dalam metodologinya. Namun, penerapan ilmu ini dalam ilmu pemuliaan sangat
bermanfaat dalam bidang pertanian.
Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk jantan
dan betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan
gen yang berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru.
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah
artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal
sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan)
ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efekpersilangan dan perkawinan sekerabat serta
membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri
sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang
sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas.
Awal mula
Sejumlah percobaan terdokumentasi yang terkait dengan genetika telah banyak dilakukan pada
masa sebelum Mendel, yang kelak banyak membantu memberikan bukti bagi teori Mendel.
Percobaan-percobaan itu misalnya adalah sebagai berikut.
Pembuatan Raphanobrassica melalui persilangan lobak dan kubispada abad ke-
17 oleh Köhlreuter, seorang pemulia sayuranberkebangsaan Jerman, untuk menghasilkan
tanaman yang menghasilkan umbi dan krop kubis sekaligus, meskipun tidak berhasil.
Penemuan dan penjelasan tentang pembuahan berganda padatumbuhan
berbunga (Magnoliophyta) oleh E. Strassburger (1878) dan S. Nawaschin (1898);
Percobaan terhadap ribuan persilangan oleh Charles Darwin pada abad ke-19 yang
hasilnya diterbitkan pada 1896 dengan judul The variation of animals and plants under
domestication) dan berhasil mengidentifikasi adanya penurunan penampilan pada
generasi hasil perkawinan sekerabat (depresi inbred) dan penguatan penampilan pada
hasil persilangan antarinbred (heterosis) meskipun dia tidak bisa memberikan penjelasan;
Usaha menjelaskan kemiripan antara orang tua dan anak oleh Karl Pearson melalui
metode regresi (yang malah menjadi dasar dari banyak teknik statistika moderen).
Peletakan dasar ilmiah melalui percobaan sistematik baru dilakukan pada paruh akhir abad ke-19
oleh Gregor Johann Mendel. Ia adalah seorang biarawan dari Brno (Brünn dalam bahasa
Jerman), Kekaisaran Austro-Hungaria (sekarang bagian dari Republik Ceko). Mendel disepakati
umum sebagai 'pendiri genetika' setelah karyanya "Versuche über Pflanzenhybriden"
atau Percobaan mengenai Persilangan Tanaman(dipublikasi cetak pada tahun 1866) ditemukan
kembali secara terpisah oleh Hugo de Vries, Carl Correns, dan Erich von Tschermak pada
tahun1900. Dalam karyanya itu, Mendel pertama kali menemukan bahwa pewarisan sifat pada
tanaman (ia menggunakan tujuh sifat pada tanamankapri, Pisum sativum) mengikuti sejumlah
nisbah matematika yang sederhana. Yang lebih penting, ia dapat menjelaskan bagaimana nisbah-
nisbah ini terjadi, melalui apa yang dikenal sebagai 'Hukum Pewarisan Mendel'.
[] Konsep dasar
Dari karya ini, orang mulai mengenal konsep gen (Mendel menyebutnya 'faktor'). Gen adalah
pembawa sifat. Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat.
Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang
khas, masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe.
Apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu
bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan
dalam keadaan heterozigot. Genotipe terkait dengan dengan sifat yang teramati. Sifat yang
terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe.
Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat. Perkembangan
genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode ilmiah dalam ilmu
pengetahuan atau sains.
1950 Barbara McClintock menemukan transposon pada jagung;
1989 Peletakan landasan statistika yang kuat bagi analisis lokus sifat kuantitatif (analisis
QTL) ;
Cabang-cabang Genetika
Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini
terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari objek
kajiannya.
genetika kedokteran
ilmu pemuliaan
rekayasa genetika atau rekayasa gen
Bioteknologi merupakan ilmu terapan yang tidak secara langsung merupakan cabang genetika
tetapi sangat terkait dengan perkembangan di bidang genetika.
Pengertian (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan
kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana
mereka berada.
Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua
bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa
biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain.
Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses
dan ekosistem.
Diversitas genetik mencakup variasi dalam material genetik, seperti gen dan
khromosom. Diversitas spesies (taksonomi) kebanyakan diintepretasikan sebagai variasi di
antara dan di dalam spesies (termasuk spesies manusia), mencakup variasi satuan taksonomi
seperti filum, famili, genus dsb.
Diversitas genetik merupakan titik awal dalam memahami dimensi dari isu biodiversitas, tetapi
pada level spesies dan ekosistem bidang kehutanan memiliki pengaruh besar.
Belum semua aspek biodiversitas sudah diberikan nama. Masih terdapat banyak bentuk variasi,
seperti variasi musiman, variasi non-genetik disebabkan oleh pengaruh lingkungan (variasi
fenotipik). Juga terdapat variasi karena perbedaan di antara fase kehidupan (diversitas ontogenik)
dan mode kehidupan (diversitas kultural). Namun, tiga bentuk diversitas tersebut di atas boleh
dikatakan merupakan dimensi biodiversitas yang utama.
Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di
atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global.
Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada level tegakan,
diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi
tumbuhan utama, subkanopi, semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas
struktural dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial
dari ekosistem yang berbeda.
Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti pendauran unsur
hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.
Perlu dipahami bahwa ketiga komponen diversitas tersebut saling berkaitan. Misalnya,
perubahan dalam diversitas komposisional dan struktural, mengakibatkan perubahan dalam
proses-proses ekologi.
Ahli ekologi memberdakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga kategori: alpha, beta dan
gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan
diversitas di antara habitat, sedangkan diversitas gammamerupakan diversitas di antara geografi
(diversitas skala geografi).
Diversitas genetik
Diversitas genetik terdapat dalam empat level organisasi: di antara spesies, di antara populasi, di
dalam populasi dan di dalam individu.
Diversitas di antara spesies sudah cukup jelas, sungguhpun kita sering tidak berpikir bahwa
perbedaan di antara spesies sebagai manifestasi dari diversitas genetik karena kita dapat
membedakan spesies dengan mudah tanpa mengetahui komposisi gennya.
Diversitas genetik di antara populasi dari suatu spesies juga sering sangat besar. Di dunia
pertanian misalnya ada berbagai macam varietas (padi, jagung), meskipun ini hasil seleksi
buatan. Di spesies pohon perbedaan antara populasi pada spesies yang sama (dikenal dengan
istilah provenans) sering besar.
Dalam populasi kebanyakan populasi alami, perbedaan genetik di antara individu sering juga
besar. Akhirnya diversitas genetik terdapat di dalam suatu individu bilamana ada dua alel untuk
gen yang sama (perbedaan konfigurasi DNA yang menduduki lokus yang sama pada suatu
khromosom).
Di masa lalu hanya sedikit perhatian diberikan pada diversitas genetik pada populasi alami,
sungguhpun ini sangat krusial bagi kelestarian dari bentuk-bentuk biologi, perkembangan
diversitas spesies (evolusi) dan berfungsinya biosfer, ekosistem serta komunitas biologi.
Bersarnya diversitas di dalam suatu spesies tergantung pada jumlah individu, kisaran penyebaran
geografinya, tingkat isolasi dari populasi dan sistem genetiknya.
Peran penting juga dilakukan oleh proses-proses seleksi alami dan antropogenik, serta juga
faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan spasial dan temporal pada komposisi genetik
dari spesies atau populasi.
Diversitas genetik penting bagi kemampuan spesies dan populasi beradaptasi terhadap perubahan
kondisi lingkungan dan karena itu merupakan persyaratan bagi kelangsungan hidupnya.
Pada spesies yang berkembang biak secara seksual, setiap populasi lokal mengandung kombinasi
gen tertentu. Jadi, suatu spesies merupakan kumpulan populasi yang berbeda secara genetik satu
sama lain. Perbedaan genetik ini diwujudkan sebagai perbedaan di antara populasi dalam sifat
morfologi, fisiologi, kelakuan, dan sejarah hidup (life history). Dengan kata lain, sifat-sifat
genetik (genotipe) mempengaruhi sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe).
Seleksi alami pada awalnya bekerja pada level fenotipik, memihak kepada atau tidak
menguntungkan untuk sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe). Lukang gen (gene pool) –
agregat total gen pada suatu populasi pada suatu waktu, akan berubah ketika organisme dengan
fenotipe yang kompatibel dengan lingkungan akan lebih mampu bertahan hidup dalam jangka
lama dan akan berkembang biak lebih banyak dan meneruskan gen-gennya lebih banyak pula ke
generasi berikutnya.
Besarnya diversitas genetik dalam populasi lokal sangat bervariasi. Banyak kegiatan konservasi
peduli dengan penjagaan diversitas genetik tumbuhan atau hewan. Populasi kecil yang berbiak
secara aseksual dan terisolasi, sering memiliki diversitas genetik yang kecil di antara individu,
sedangkan pada populasi besar dan berbiak secara seksual sering memiliki variasi yang besar.
Dua faktor utama yang bertanggung kepada jawab adanya variasi ini, yaitu cara bereproduksi
(seksual atau aseksual) dan ukuran populasi.
Cara reproduksi
Pada populasi seksual, gen direkombinasi pada setiap generasi, menghasilkan genotipe baru.
Kebanyakan keturunan spesies seksual mewarisi separuh gennya dari induk betina dan
separuhnya lagi dari induk jantan, susunan genetiknya dengan demikian berbeda dengan kedua
induknya atau dengan individu yang lain di dalam populasi.
Adanya mutasi yang menguntungkan, yang pada awalnya muncul pada suatu individu dapat
direkombinasi dalam kurun waktu tertentu pada populasi seksual. Sebaliknya, keturunan individu
aseksual secara genetik identik dengan induknya. Satu-satunya sumber kombinasi gen dalam
populasi aseksual adalah mutasi (perubahan dalam material genetik yang diwariskan ke
keturunannya). Mutasi mungkin terjadi spontan (kekeliruan dalam replikasi material genetik)
atau terjadi karena pengaruh faktor eksternal (misal radiasi dan bahan kimia tertentu). Mutasi
terjadi di dalam gen yang terdapat pada molekul DNA- deoxyribonucleic acid.
Populasi aseksual mengakumulasi variasi genetiknya hanya pada laju mutasi genya. Mutasi yang
menguntungkan pada individu aseksual yang berbeda tidak mungkin mengalami rekombinasi
gen dan muncul pada suatu individu seperti layaknya pada populasi seksual. Kombinasi gen yang
menguntungkan akan lebih besar pada populasi seksual daripada populasi aseksual.
Ukuran populasi
Dalam jangka panjang, diversitas genetik akan lebih lestari dalam populasi besar daripada dalam
populasi kecil. Melalui efek damparan genetik (genetic drift- perubahan dalam lukang gen dari
suatu populasi kecil yang berlangsung semata-mata karena proses kebetulan), suatu sifat genetik
dapat hilang dari populasi kecil dengan cepat.
Sebagai contoh, populasi memiliki dua atau lebih bentuk gen (dinamakan alel). Tergantung alel
mana suatu individu mewarisi, suatu fenotipe tertentu akan dihasilkan. Bila populasi tetap
berukuran kecil dalam jangka waktu lama, mereka mungkin kehilangan salah satu alel dari setiap
gen karena proses kebetulan. Kehilangan alel terjadi karena eror sampling. Ketika beberapa
individu kawin, mereka bertukar gen. Bayangkan awalnya separuh populasi memiliki satu
bentuk gen tertentu, dan separuhnya populasi yang lain memiliki bentuk gen yang lain. Karena
kebetulan, dalam populasi kecil pertukaran gen dapat mengakibatkan semua individu pada
generasi berikutnya memiliki alel yang sama. Satu-satunya cara bagi populasi ini mengadung
variasi dari gen ini lagi adalah melalui mutasi gen atau imigrasi individu dari populasi lain.
Meminimalkan kehilangan diversitas genetik pada populasi kecil merupakan problem utama
yang dihadapi dalam upaya konservasi.
Genotipe AB BC
Alel A B x B C
Genotipe F1 BB
Diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam komunitas biologi,
misalnya kekayaan spesies (species richness), tetapi juga oleh kelimpahan relatif individu
(relative abundance) dalam komunitas.
Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif mengacu
pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu komunitas.
Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda dalam kelimpahan
relatif. Misalnya, dua komunitas mungkin masing-masing mengandung 10 spesies dan 500
individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua spesies sama-sama umum (misal, 50
individual untuk setiap spesies), sementara pada komunias yang kedua satu spesies secara
signifikan jumlahnya lebih banyakdaripada empat spesies yang lain. Maka komunitas pertama
dikatakan memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi daripada komunitas kedua.
Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat yang berbeda. Suatu
wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas biasanya miskin spesies, tetapi beberapa
spesies yang mampu menduduki wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan
spesies lain untuk sumberdaya akan berkurang.
Tren dalam kekayaan spesies mungkin mengindikasikan kondisi masa lalu dan sekarang dari
suatu wilayah. Kontinen antartika memiliki sedikit spesies karena lingkungannya yang keras,
tetapi pulau-pulau kecil di tengah samudra miskin akan spesies karena sulit dicapai dari lokasi
lain.
Gradien global juga berpengaruh pada kekayaan spesies. Gradien yang paling nyata adalah garis
lintang; terdapat lebih banyak spesies di daerah tropis daripada di daerah temperit. Faktor-faktor
ekologis berperan dalam perbedaan ini. Temperatur lebih tinggi, kepastian iklim, dan musim
tumbuh yang lebih lama menciptakan habitat yang lebih kondusif sehingga menghasilkan
diversitas spesies yang lebih besar.Hutan hutan hujan yang paling beragam, padang rumput
tropis lebih beragam daripada padang rumput temperit.
Faktor lain yang berpengaruh pada kekayaan spesies pada suatu area adalah jarak atau barier
yang memisahkan area tersebut dengan sumber spesies. Probabilitas bahwa spesies akan
mencapai suatu pulau di samudra atau lembah terisolasi adalah kecil. Binatang terutama yang
tidak terbang kemungkinanannya juga kecil mencapai area seperti ini.
Berdasarkan pengalaman tumbuhan dan hewan pada suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain.
Mengapa terjadi ? Mengapa spesies yang sama tidak dijumpai pada suatu wilayah meskipun
kondisinya cocok untuk berkembang?
Kondisi genografis di seluruh dunia yang memiliki kondisi lingkungkan yang sama mampu
menghasilkan tipe biota yang sama. Situasi ini secara efektif memisahkan biosfer ke dalam biom
– komunitas ekologi yang memiliki kondisi iklim dan fitur geologi yang sama yang mendukung
spesies dengan strategi hidup dan adaptasi yang sama.
Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe bioma terestrial, ini terletak pada beberapa tempat
di bumi di mana kondisi iklim dan geologi menghasilkan lingkungan yang mirip. Bioma hutan
hujan tropis mengandung komunitas biologi yang secara umum sama, tetapi spesiesnya tidak
sama dari satu hutan tropis ke hutan tropis yang lain. Tetapi, setiap hutan tropis akan
mengandung organisme yang secara ekologis ekuivalen, yaitu spesies berbeda tetapi memiliki
siklus hidup serupa dan cara beradaptasi yang mirip pada kondisi lingkungan.
Penyebaran hewan dan tumbuhan yang unik pada berbagai bioma tidak dapat hanya dijelaskan
melalui faktor iklim dan zonasi lintang. Peristiwa geologis seperti damparan kontinen dan
kondisi iklim masa lalu harus dipertimbangkan juga.
Mutasi Gen
Mutasi adalah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen) atau kromosom sehingga
menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan) tetapi bukan sebagai akibat persilangan
atau perkawinan. Mutasi dapat terlihat dalam jumlah kecil maupun besar. Mutasi kecil hanya
menimbulkan perubahan yang sedikit dan kadang kala tidak membawa perubahan fenotif yang
jelas, jadi hanya semacam variasi. Mutasi besar menimbulkan perubahan besar pada fenotif,
yang biasanya dianggap abnormal atau cacat. Mutasi terjadi karena perubahan lingkungan yang
luar biasa. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak mengalami
kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya suatu perubahan.
Kejadian mutasi sangat jarang terlihat, hal ini disebabkan :
- mutasi yang terjadi pada suatu gen tidak dapat menunjukan penampakannya, karena jumlah gen
yang terdapat dalam satu individu banyak sekali
- gen yang bermutasi bersifat letal, sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu
segera mati sebelum dewasa
- gen yang bermutasi umumnya bersifat resesif, sehingga selama dalam keadaan hetreozigot
tidak akan terlihat.
Addisi / insersi
Delesi
Substitusi
- Autopoliploidi adalah genom (n) mengganda sendiri. Hal ini dapat terjadi karena gangguan
meiosis.
- Allopoliploidi adalah terjadi pada hibrid antara species yang set kromosomnya berbeda.
- Digini adalah dua inti sel telur yang tetap terlindung satu plasma dan selanjutnya dibuahi
satu sperma, yang sering terjadi kaerana kegagalan sel kutub (polosit) memeisah.
- Diandri adalah satu sel telur yang dibuahi satu sperma, yang sering pada terlambatnya
pembuahan.
Seseorang yang mengalami aneuploidi umumnya berumur pendek, di samping itu pada sel-sel
soma yang mengalami kanker juga dapat terjadi peristiwa aneuploidi.
Perbahan set kromosom dapat diusahakan dengan cara menghambat pemisahan, antara lain
melalui :
- induksi kolkisin, karena kolkisin dapat menghalangi pembentukan gelendong pembelahan
dan merintangi terjadinya anafase, sehingga kromatid yang terbentuk tidak berpisah ke kutub
yang berseberangan
- pada ujung jagung, dapat dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi
- pada tomat, dapat dilakukan dengan dekapitasi, yaitu dengan memotong tunas. Dati bekas
potongan tunas akan tumbuh tunas yang mengandung polulasi sel 4n, dan selnjutnya dsapat
dibiakan secara generatif.
– trisomik 2n + 1
– tetrasomik 2n + 2
- anafase lag : tidak melekatnya kromatid pada gelendong waktu anafase meiosis
- nondisjunction : gagal berpisahnya kromosom homolog paa waktu anafase dari
meiosis I
Makhluk aneusomik dapat hidup sehat sampai dewasa, asal kromosom yang kurang atau lebih
tidak begitu besar dan tidak dapat mengandung gen yang berperan vital, atau fungsi gen tersebut
dapat digantikan oleh gen yang lain pada kromosom lain.
- Sindrom turner adalah manusia yang menalami pengurangan kromosom Y-nya sehingga
mempunyai kariotipe 22AA + XO (2n – 1). Orang ini berkelamin wanita tetapi ovariumnya tidak
tumbuh. Hal ini disebut “ovariculardysgensis”.
- Sindrom klinefelter adalah trisomik pada genosom, dan mempunyai kariotipe 22AA + XXY
(2n + 1).
Orang yang mengalami kelainan ini mempunyai ciri-ciri testis tidak tumbuh, aspermania,
mandul, dan payudara tumbuh walaupun jenis kelamin pria. kelaminini dikenal dengan
istilah testicular dysgensis.
- Sindrom patau adalah trisomik autosom pada kromosom nomor 13, 14 dan 15, dan
mempunyai kariotipe 45A + XX atau 45A + XY (2n + 1). Orang yang mengalami kelainan ini
mempunyai ciri-ciri kepala kecil, mata kecil, telinga posisinya rendah dan biasanya tuli, jantung
mengalmi kelainan dan mempunyia kemampuan rendah. Kelainan yang berupa jumlah set
kromosom yang melebihi normal pada umumnya menyebabkan gigantisme (pertumbuhan yang
cepat).
- Sindrom down adalah trisomik autosom pada kromosom nomor 21, dan mempunyai
kariotipe 45A + XX atau 45A + XY (2n + 1), yang disebut juga mongolisme. Orang yang
mengalami kelainan ini mempunyai ciri-ciri mata sipit, kaki pendek, gerak lamban.
- Sindrom edwards adalah trisomik autosom pada kromosom nomor 16, 17 dan 18. individu
yang mengalami kelainan ini mempunyai ciri-ciri tengkorak lonjong, dada pendek danlebar, dan
telinga rendah.
- Inversi adalah perubahan urutan letak gen dalam suatu kromosom. Inversi ini pun dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan letak sentromer pada saat terjadinya inversi, yaitu inversi
perisentrik dan inversi parasentrik.
- Duplikasi adalah kromosom homolog yang mendapatkan penambahan sebagian gen dari
kromosom pasangannya.
- Traslokasi adalah pertukaran gen dari suatu kromosom ke kromosom lain yang bukan
homolognya.
- Inversi : sebagian segmen kromosom patah, lalu patahan tersebut tersambung kembali tetapi
dengan posisi terbalik. Ada dua macam inversi, yaitu inversi perisentrik bila peristiwa inversi
melibatkan perubahan posisi sentromer. Bila peristiwa inversi tidak melibatkan perubahan posisi
sentromer disebut inversi parasentrik.
- Katenasi adalah kromosom homolog yang ujungnya saling berdekatan, sehingga membentuk
lingkaran.
Mutasi pada manusia sebenarnya tidak bis dicegah, sebab kita tahu bahwa alam juga
menyebabkan mutasi, misalnya disebabkan oleh sinar kosmis, sinar radioaktif dan perbuatan
manusia sendiri. Pada umumnya mutasi pada manusia adalah merugikan, maka sebaliknya
dicegah. Mencegah supaya tidak banyak terjadi mutasi, di antaranya harus waspada terhadap
bahaya radiasi seprti di atas. Perintis mutasi buatan dengan sinar X adalah Herman J. Muller,
dengan adanya prinsip yang mula-mula diketahui yaitu mutasi berarti perubahan gen dalam
kromosom. Jadi kalau bisa mengadakan perubahan gen tanpa mematikan individunya , maka
akan bisa membuat penyebab mutasi dan ia berfikir kalau dapat mengubah gen dengan sinar X,
maka akan di dapat mutan baru. Dengan melakukan percobaan memakai lalat buah, ternyata
memperoleh petunjuk bahwa gagasan itu benar. Sehingga ia yakin bahwa mutasi dapat di adakan
secara sengaja.
Contoh dengan penyinaran radioaktif :
- tanaman cabai dalam keadaan berbunga diberi penyinaran radioaktif pada putiknya, hasilnya
menyebabkan buah cabai besar ( 3x asal ). Bila biji ditanam ulang hasilnya sebesar asal buah.
- acenaphena dan asetat indol 3 dilakuka pada apel, gandum dan tanaman hias
a. Mutasi Fisika
Adalah mutasi yang disebabkan oleh bahan fisika, antara lain :
- sinar kosmis, sinar ultraviolet, unsur radioaktif seperti thorium, uranium, radium dan isotop
K.
- alat nuklir dapat mlepaskan energi yang besar yang dapat menimbulkan radiasi pengionisasi.
- Neutron
b. Mutasi Kimia
Adalah mutasi yang disebabkan oleh bahan kimia, antara lain :
- agen alkilase, seperti mustard, dimetil, dimetilsulfat, eter mulan sulfat, dapat memberikan
gugus alkil yang bereaksi dengan gugus fosfat dari DNA yang dapat mengganggu replikasi
DNA.
- Hidroksil Amino (NH2OH) merupakan mutagen pada bakteriofage yang dapat menyerang
sitosina DNA dan urasil pada RNA.
- Eosin, eritrin dan fluoresen
- Fe dan Mg
- Formaldehide
- Antibiotik
- H2O2
- Glikidol
c. Mutasi Biologi
Adalah mutasi yang disebabkan oleh bahan biologi atau makhluk hidup terutama
mikroorganisme, yaitu : virus, bacteri dan penyisipan DNA.
Virus dan bakteri diduga dapat menyebebkan terjadinya mutasi. Tidak kurang dari 20 macam
virus dapat menimbulkan kerusakan kromosom. Bagian dari virus yang mampu mengadakan
mutasi adalah asam nukleatnya yaitu DNA.
gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-
tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun,
ditentukan oleh pasangan gen. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap pasang dari tiap
“induk”-nya. Mendel menemukan, apabila dua gen mewariskan satu kualitas tertentu yang
berbeda (misalnya, satu gen untuk benih hijau dan lain gen untuk benih kuning) akan
menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah
tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel
menyadari, tiap kegiatan sel atau gamet (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi
cuma satu gen untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan
bilamana gen dari satu pasang terjadi pada satu gamet dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Reproduksi sel membahas tentang macam pembelahan sel, mekanisme pembelahannya, serta
contoh dari pembelahan sel. Esensi proses pembelahan sel adalah mengenai penggandaan
kromosom serta mekanisme pewarisan kromosom dari ‘sel induk’ ke ‘sel anak’. Jadi untuk bisa
memahami proses reproduksi sel, pertama harus dipahami terlebih dahulu dasar mengenai
kromosom.
Kromosom adalah bahan genetik yang terdapat di dalam inti sel, yang berfungsi dalam proses
pewarisan sifat. Pada kromosom dijumpai banyak sekali gen (sifat menurun). Sebenarnya yang
disebut sehari-hari sebagai gen adalah DNA (deoxiribo nulceic acid / asam deoksiribo nukleat –
ADN). Jadi lebih tepat dikatakan: gen merupakan sepotong segmen DNA yang mengandung
suatu informasi genetis yang akan diwariskan kepada keturunan. (Sementara dipahami dulu
seperti ini saja. Untuk lebih detil, saya akan posting khusus mengenai bab DNA).
terjadi dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gametogenesis) pada kelenjar kelamin
(gonad)
menghasilkan empat sel yang tidak identik dengan sel semula (diploid menjadi haploid),
karena terjadi pengurangan kromosom pembelahan ini sering disebut pembelahan reduksi
(gambar mitosis dan siklus sel)
bertujuan untuk mengurangi jumlah kromosom, agar komposisi kromosom anak sama
dengan komposisi kromosom induk
berlangsung dalam dua kali PMAT, yaitu PMAT I (pembelahan reduksi) dan PMAT II
tanpa diselingi interfase
Meiosis I
1. Profase 1
2. Metafase 1
Meiosis I
1. Profase 1
2. Metafase 1
Model struktur ADN pertamakali diajukan oleh James D. Watson dan Francis Crick pada tahun
1953, yang dibuat berdasarkan analisis foto defraksi sinar X. Menurut Watson dan Crick ADN
berbentuk double helix yaitu bentuk seperti tangga terpilin yang sangat panjang. Setiap ADN
disusun oleh dua buah rantai polinukleotida. Rantai polinukleotida dibentuk oleh banyak
nukleotida yang berikatan satu sama lain.
Inilah Watson dan Crick, penemu
strukutur ADN. Penemuan mereka
merupakan awal munculnya bidang
rekayasa genetika. Obyek di tengah adalah
replika ADN buatan mereka.
Biologi Media Centre – Penyimpangan semu hukum Mendell merupakan bentuk persilangan
yang menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendell.
Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang diperoleh merupakan modifikasi dari
penjumlahan rasio fenotif hukum Mendel semula.
Macam penyimpangan hukum Mendell adalah sebagai berikut:
Polimeri
Kriptomeri
Epistasis
Hipostasis
Komplementer
Interaksi alel
Saya membahas penyimpangan semu Mendel ini dengan teknik persilangan singkat. Jadi supaya
tidak bingung baca dulu cara cepat menyelesaikan soal persilangan.
1. Polimeri
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi
karakter/sifat yang sama.
Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin kuat.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih
M1M1M2M2 m1m1m2m2
1 m1m1m2m2 : putih
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama
berpengaruh terhadap warna merah gandum.
Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.
o 4M = merah tua sekali
o 3M = merah tua
o 2M = merah
o M = merah muda
o m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:
2. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila
berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel
berada bersama
AAbb aaBB
F1 : AaBb = ungu – warna ungu muncul karena A dan B berada bersama
Sebenarnya uraian materi yang akan saya tulis ini bukan konsumsi siswa SMA karena sudah di
luar silabus. Tetapi karena pembaca blog ini mungkin beragam, ya siapa tahu tulisan saya bisa
bermanfaat.
Seperti telah diketahui, bahwa pada prinsipnya komponen penyusun ADN dan ARNsebenarnya
sama. Baik ADN maupun ARN dibentuk oleh tiga bahan utama yaitu: gula ribosa, basa nitrogen,
dan fosfat. Perbedaan bahan penyusun ADN dan ARN ada pada jenis gula ribosa dan basa
nitrogen primidinnya. Gula ADN adalahdeoksiribosa, sedangkan ARN adala gula ribosa. Basa
nitrogen pirimidin pada ADN ada timin, sedangkan pada ARN timin diganti urasil. Jika lupa
silahkan baca lagi di sini.
Struktur paling dasar pembentuk ADN dan ARN (monomer) adalah ikatan antara gula dengan
basa nitrogen yang disebut nukleosida. Jika nukleosida ini berikatan dengan dengan fosfat (P)
mereka disebut nukleotida. Nukleotida pada ADN akan berikatan satu sama lain membentuk
rantai panjang yang memiliki berpasangan. Karena itu ADN sering disebut rantai ganda
polinukleotida yang berbentukdoublehelix (pita terpilin). Sedangkan pada ARN nukleotida juga
berikatan satu sama lain membentuk rantai polinukleotida tetapi berukuran pendek dan
beruparantai tunggal.
Pautan (linkage)
Pindahsilang (crossing over)
Pautan sex (sex linkage)
Gagal berpisah (non disjunction)
Determinasi sex
Gen lethal
1. Pautan
Ciri Pautan:
- semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam
- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1
Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa pertukaran gen karena kromosom homolog
saling melilit saat meiosis. Misalkan suatu genotif AaBb mengalami pindah silang saat
pembelahan meiosis akan diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan aB.
Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental (KP) yangmerupakan hasil
peristiwa pautan, dan
dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB) atau rekombinan (RK)
yang merupakan hasil peristiwa pindahsilang.
Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut Nilai Pindah Silang
(NPS) yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
3. Pautan Sex
Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen tertentu
yang selalu terdapat pada kromosom sex. Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat muncul
hanya pada jenis kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan Y.
SINTESIS PROTEIN
TRANSKRIPSI
Transkripsi adalah sintesis RNA dibawah arahan DNA. Kedua asam nukleat menggunakan
bahasa yang sama, dan informasi hanya ditranskripsi, atau disalin, dari satu molekul menjadi
molekul lain. Selain menjadi cetakan untuk sintesis untai komplementer baru saat replikasi DNA,
untai DNA juga bisa berperan sebagai cetakan untuk merakit sekuens
nukleotida RNA komplementer. Untuk gen pengode protein, molekul RNA yang dihasilkan
merupakan transkrip akurat dari instruksi pembangun protein yang dikandung oleh gen.
molekul RNA transkrip bisa dikirimkan dalam banyak salinan. Tipe molekul RNA ini disebut
RNA duta (messenger RNA, mRNA) karena mengandung pesan genetik dari DNA ke
mekanisme penyintesis protein sel.
Transkripsi menghasilkan 3 macam RNA yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA.
mRNA (messenger RNA) fungsinya membawa informasi DNA dari inti sel ke ribosom.
Pesan-pesan ini berupa triplet basa yang ada pada mRNA yang disebut kodon. Kodon pada
mRNA merupakan komplemen dari kodogen (agen pengode), yaitu urutan basa-basa nitrogen
pada DNA yang dipakai sebagai pola cetakan. Peristiwa pembentukan mRNA oleh DNA di
dalam inti sel, disebut transkripsi.
tRNA (RNA transfer) fungsinya mengenali kodon dan menerjemahkan menjadi asam amino di
ribosom. Peran tRNA ini dikenal dengan nama translasi (penerjemahan). Urutan basa nitrogen
pada tRNA disebut antikodon. Bentuk tRNA seperti daun semanggi dengan 4 ujung yang
penting, yaitu: 1) Ujung pengenal kodon yang berupa triplet basa yang disebut antikodon. 2)
Ujung perangkai asam amino yang berfungsi mengikat asam amino. 3) Ujung pengenal enzim
yang membantu mengikat asam amino. 4) Ujung pengenal ribosom.
rRNA (RNA Ribosom) fungsinya sebagai tempat pembentukan protein. rRNA terdiri dari 2
sub unit, yaitu: 1) Sub unit kecil yang berperan dalam mengikat mRNA. 2) Sub unit besar yang
berperan untuk mengikat tRNA yang sesuai.
Transkripsi terjadi di dalam sitoplasma dan diawali dengan membukanya rantai ganda
DNA melalui kerja enzim RNA polimerase. Sebuah rantai tunggal berfungsi sebagai rantai
cetakan atau rantai sense, rantai yang lain dari pasangan DNA ini disebut rantai anti sense.
Tidak seperti halnya pada replikasi yang terjadi pada semua DNA, transkripsi ini hanya terjadi
pada segmen DNA yang mengandung kelompok gen tertentu saja. Oleh karena itu, nukleotida
nukleotida pada rantai sense yang akan ditranskripsi menjadi molekul RNA dikenal sebagai unit
transkripsi.
Setelah membuka pilinan rantai ganda DNA, RNA polimerase ini kemudian menyusun
untaian nukleotida-nukleotida RNA dengan arah 5´ ke 3´. Pada tahap elongasi ini, RNA
mengalami pertumbuhan memanjang seiring dengan pembentukan pasangan basa nitrogen DNA.
Pembentukan RNA analog dengan pembentukan pasangan basa nitrogen pada replikasi. Pada
RNA tidak terdapat basa pirimidin timin (T), melainkan urasil (U). Oleh karena itu, RNA akan
membentuk pasangan basa urasil dengan adenin pada rantai DNA. Tiga macam basa yang lain,
yaitu adenin, guanin, dan sitosin dari DNA akan berpasangan dengan basa komplemennya
masing-masing sesuai dengan pengaturan pemasangan basa. Adenin berpasangan dengan urasil
dan guanin dengan sitosin (Gambar 3.13).
3) Terminasi (Pengakhiran)
Penyusunan untaian nukleotida RNA yang telah dimulai dari daerah promoter berakhir di
daerah terminator. Setelah transkripsi selesai, rantai DNA menyatu kembali seperti semula dan
RNA polymerase segera terlepas dari DNA. Akhirnya, RNA terlepas dan terbentuklah mRNA
yang baru. Pada sel prokariotik, RNA hasil transkripsi dari DNA, langsung berperan sebagai
mRNA. Sementara itu, RNA hasil transkripsi gen pengkode protein pada sel eukariotik, akan
menjadi mRNA yang fungsional (aktif) setelah melalui proses tertentu terlebih dahulu. Dengan
demikian, pada rantai tunggal mRNA terdapat beberapa urut-urutan basa nitrogen yang
merupakan komplemen (pasangan) dari pesan genetik (urutan basa nitrogen) DNA. Setiap tiga
macam urutan basa nitrogen pada nukleotida mRNA hasil transkripsi ini disebut
sebagai triplet atau kodon.
TRANSLASI
Translasi adalah sintesis polipeptida yang terjadi dibawah arahan mRNA. Selama tahap ini
terjadi perubahan bahasa. Sel harus menerjemahkan alias menstranslasikan sekuens basa molekul
mRNA menjadi sekuens asam amino polipeptida. Tempat terjadinya translasi adalah ribosom,
partikel-partikel kompleks yang memfasilitasi penautan teratur asam amino menjadi rantai
polipetida. Translasi merupakan proses penerjemahan beberapa triplet atau kodon dari mRNA
menjadi asam amino-asam amino yang akhirnya membentuk protein. Urutan basa nitrogen yang
berbeda pada setiap triplet, akan diterjemahkan menjadi asam amino yang berbeda. Misalnya,
asam amino fenilalanin diterjemahkan dari triplet UUU (terdiri dari 3 basa urasil), asam amino
triptofan (UGG), asam amino glisin (GGC), dan asam amino serin UCA. Sebanyak 20 macam
asam amino yang diperlukan untuk pembentukan protein merupakan hasil terjemahan triplet dari
mRNA. Selanjutnya, dari beberapa asam amino (puluhan, ratusan, atau ribuan) tersebut
dihasilkan rantai polipeptida spesifik dan akan membentuk protein spesifik pula.
Langkah-langkah pada proses translasi adalah sebagai berikut:
1) Inisiasi Translasi
Ribosom sub unit kecil mengikatkan diri pada mRNA yang telah membawa sandi bagi
asam amino yang akan dibuat, serta mengikat pada bagian inisiator tRNA. Selanjutnya, molekul
besar ribosom juga ikut terikat bersama ketiga molekul tersebut membentuk kompleks inisiasi.
Molekul-molekul tRNA mengikat dan memindahkan asam amino dari sitoplasma menuju
ribosom dengan menggunakan energi GTP dan enzim. Bagian ujung tRNA yang satu membawa
antikodon, berupa triplet basa nitrogen. Sementara, ujung yang lain membawa satu jenis asam
amino dari sitoplasma. Kemudian, asam amino tertentu tersebut diaktifkan oleh tRNA tertentu
pula dengan menghubungkan antikodon dan kodon (pengode asam amino) pada mRNA. Kodon
pemula pada proses translasi adalah AUG, yang akan mengkode pembentukan asam amino
metionin. Oleh karena itu, antikodon tRNA yang akan berpasangan dengan kodon pemula adalah
UAC. tRNA tersebut membawa asam amino metionin pada sisi pembawa asam aminonya.
2) Elongasi
Tahap pengaktifan asam amino terjadi kodon demi kodon sehingga dihasilkan asam amino
satu demi satu. Asam-asam amino yang telah diaktifkan oleh kerja tRNA sebelumnya,
dihubungkan melalui ikatan peptida membentuk polipeptida pada ujung tRNA pembawa asam
amino. Misalnya, tRNA membawa asam amino fenilalanin, maka anticodon berupa AAA
kemudian berhubungan dengan kodon mRNA UUU. Fenilalanin tersebut dihubungkan dengan
metionin membentuk peptida. Melalui proses elongasi, rantai polipeptida yang sedang tumbuh
tersebut semakin panjang akibat penambahan asam amino.
3) Terminasi
Proses translasi berhenti setelah antikodon yang dibawa tRNA bertemu dengan kodon
UAA, UAG, atau UGA. Dengan demikian, rantai polipeptida yang telah terbentuk akan
dilepaskan dari ribosom dan diolah membentuk protein fungsional.
Perbedaan Proses Transkripsi Dan Translasi Pada Prokariotik Dan Eukariotik
Mekanisme dasar transkripsi dan translasi mirip pada prokariotik dan eukariotik, namun
ada perbedaan penting dalam aliran informasi genetik pada sel-sel. Karena sel prokariotik tidak
memiliki nukleus, DNAnya tidak disegregasi dari ribosom dan peralatan penyintesis protein lain.
Ketiadaan segregasi ini memungkinkan translasi mRNA dimulai saat transkripsi masih
berlangsung. Sebaliknya, dalam sel eukariotik, selaput nukleus memisahkan tempat dan waktu
berlangsungnya transkripsi dan translasi. Transkripsi terjadi di dalam nukleus, dan mRNA
ditranspor ke sitoplasma, tempat translasi terjadi. Namun sebelum bisa meninggalkan nukleus,
transkrip RNA eukariotik dari gen pengode protein dimodifikasi dalam berbagai cara untuk
menghasilkan mRNA akhir yang fungsional. Transkripsi gen eukariotik pengode protein
menghasilkan pre-mRNA, dan pemrosesan lebih lanjut menghasilkan mRNA akhir. Awal
transkrip RNA dari gen apapun, termasuk yang mengodekan RNA yang tidak ditranslasi menjadi
protein, secara umum disebut transkrip primer ( primary transcript ).
Tag : genKODE GENETIK
Sintesis protein dikodekan dalam DNA, hanya terdapat empat macam basa nukleotida
untuk menspesifikasikan 20 asam amino. Aliran informasi dari gen ke protein didasarkan
padakode triplet ( triplet code ): instruksi-instruksi genetic untuk rantai polilpetida ditulis
dalam DNA sebagai rangkaian kata tiga nukleotida yang tidak tumpang tindih. Misalnya, triplet
basa AGT diposisi tertentu pada seuntai DNA menghasilkan penempatan asam amino serin pada
posisi yang bersesuaian dari polipeptida yang sedang dibuat. Untuk setiap gen, hanya satu dari
kedua untai DNA yang ditranskripsikan. Untaian ini disebut untai cetakan ( template
strand ) karena menyediakan pola, atau cetakan, untuk sekuens nukleotida-nukleotida dalam
transkrip RNA. Untai DNA tertentu merupakan untai cetakan untuk beberapa gen disepanjang
molekul DNA, sedangkan untuk gen-gen lain untai komplementerlah yang berfungsi sebagai
cetakan. Perlu diperhatikan untuk suatu gen, untai yang sama digunakan sebagai cetakan setiap
kali gen tersebut ditranskripsi. Perpasangan serupa dengan yang terbentuk saat replikasi DNA,
hanya saja U, pengganti untuk T pada RNA, berpasangan dengan A, dan nukleotida mRNA
mengandung ribosa, bukan deoksiribosa. Seperti untai baru DNA, molekul RNA disintesis
dengan arah yang anti pararel terhadap untai cetakan DNA. Misalnya triplet basa ACC pada
DNA ( ditulis sebagai 3’-ACC-5’ ) menjadi cetakan untuk 5’-UGG-3’ pada molekul mRNA.
Triplet basa mRNA disebut kodon ( codon ), dan biasanya ditulis dengan arah 5’ 3’. Dalam
contoh kita, UGG merupakan kodon untuk asam amino triptofan ( disingkat Trp ). Istilah kodon
juga digunakan untuk triplet basa disepanjang untai bukan cetakan ( non template ). Kodon-
kodon ini komplementer terhadap untai cetakan, dan dengan demikian bersekuens identik dengan
mRNA hanya saja mengandung T bukan U. ( karena alasan ini, untai DNA bukan cetakan,
terkadang disebut ‘untai pengode’ ).
Saat translasi, sekuens kodon di sepanjang molekul mRNA diterjemahkan atau ditranslasi,
menjadi sekuens asam amino yang menyusun rantai polipeptida. Karena kodon merupakan triplet
basa, jumlah nukleotida yang menyusun suatu pesan genetik pastilah tiga kali lebih banyak
daripada jumlah asam amino dalam protein yang dihasilkan. Misalnya 300 nukleotida diperlukan
disepanjang satu untai mRNA untuk menodekan asam-asam amino dalam polipeptida yang
panjangnya 100 asam amino.
Lihatlah tabel kodon ada redundansi dalam kode genetik, namun tidak ada ambiguitas.
Misalnya walaupun kodon GAA dan GAG sama-sama menspesifikasikan asam glutamat
( redundansi ) tidak ada satu pun diantaranya yang menspesifikasikan asam amino lain ( tidak
ada ambiguitas ).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, & Reece, Jane B. 2008. Biologi 1 Ed. 8. Jakarta: Erlangga
Pengertian Kode Genetik dan Kodon. Kode genetik adalah urutan basa nukleotida dalam asam
nukleat (DNA dan RNA) yang mengkode rantai asam amino dalam protein. DNA terdiri dari
empat basa nukleotida: adenin (A), guanin (G), sitosin (C) dan timin (T). RNA mengandung
nukleotida adenin, guanin, sitosin dan urasil (U). Ketika tiga kontinyu basa nukleotida kode
untuk asam amino atau menandakan awal atau akhir sintesis protein, set ini dikenal sebagai
kodon. Ini set triplet memberikan instruksi untuk produksi asam amino. Asam amino yang
dihubungkan bersama untuk membentuk protein.
Kode Genetik: kodon
Kodon RNA menunjuk asam amino tertentu. Urutan dasar dalam urutan kodon menentukan
asam amino yang akan diproduksi. Salah satu dari empat nukleotida dalam RNA dapat
menempati salah satu dari tiga posisi kodon mungkin. Oleh karena itu, ada 64 kombinasi kodon
mungkin. Enam puluh satu kodon menentukan asam amino dan tiga (UAA, UAG, UGA)
berfungsi sebagai menghentikan sinyal untuk menunjuk akhir sintesis protein. Kodon AUG kode
untuk asam amino metionin dan berfungsi sebagai sinyal awal untuk awal penerjemahan.
Beberapa kodon juga dapat menentukan asam amino yang sama. Misalnya, kodon UCU, UCC,
UCA, UCG, AGU, dan AGC semua menentukan serin. RNA kodon tabel di atas daftar
kombinasi kodon dan asam amino yang telah ditentukan. Membaca tabel, jika urasil (U) berada
di posisi kodon pertama, adenin (A) di kedua, dan sitosin (C) di ketiga, kodon UAC menentukan
asam amino tirosin. Singkatan dan nama semua 20 asam amino yang tercantum di bawah ini.
Produksi protein
Protein yang dihasilkan melalui proses transkripsi DNA dan translasi. Informasi dalam DNA
tidak secara langsung diubah menjadi protein, tapi pertama harus disalin ke RNA. Transkripsi
DNA adalah proses dalam sintesis protein yang melibatkan menyalin informasi genetik dari
DNA ke RNA. Protein tertentu yang disebut faktor transkripsi unwind untai DNA dan
memungkinkan polimerase enzim RNA untuk menuliskan hanya untai tunggal DNA menjadi
RNA beruntai tunggal polimer disebut RNA (mRNA). Ketika RNA polimerase mentranskripsi
DNA, pasangan guanin dengan sitosin dan adenin pasang dengan urasil.
Setelah transkripsi terjadi di dalam inti sel, molekul mRNA harus menyeberang membran nuklir
untuk mencapai sitoplasma. Setelah di sitoplasma, mRNA bersama dengan ribosom dan molekul
RNA lain yang disebut RNA transfer, bekerja sama untuk menerjemahkan pesan ditranskrip ke
dalam rantai asam amino. Selama penerjemahan, setiap kodon RNA dibaca dan asam amino
yang tepat ditambahkan ke rantai polipeptida yang sedang tumbuh. Molekul mRNA akan terus
diterjemahkan sampai penghentian atau kodon stop tercapai.
Kode Genetik: Mutasi
Sebuah mutasi gen adalah perubahan dalam urutan nukleotida dalam DNA. Perubahan ini dapat
mempengaruhi sepasang nukleotida tunggal atau segmen yang lebih besar dari kromosom.
Mengubah urutan nukleotida yang paling sering menghasilkan protein yang tidak berfungsi. Hal
ini karena perubahan pada urutan nukleotida mengubah kodon. Jika kodon berubah, asam amino
dan dengan demikian protein yang disintesis tidak akan menjadi pihak yang dikodekan dalam
urutan gen asli. Mutasi gen secara umum bisa dikategorikan menjadi dua jenis: mutasi titik dan
pasangan basa insersi dan delesi. Mutasi titik mengubah satu nukleotida tunggal. Pasangan basa
insersi atau delesi terjadi jika basa nukleotida dimasukkan ke atau dihapus dari urutan gen asli.
Mutasi gen yang paling sering hasil dari dua jenis kejadian. Pertama, faktor lingkungan seperti
bahan kimia, radiasi, dan sinar ultraviolet dari matahari dapat menyebabkan mutasi. Kedua,
mutasi juga dapat disebabkan oleh kesalahan yang dibuat selama pembagian sel (mitosis dan
meiosis).