Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“KEABSAHAN DATA DAN ANALISISNYA, PENYUSUNAN KESIMPULAN DAN


TINDAK LANJUT PENELITIAN VALIDITAS”

Dosen Pengampu:

Dra. Sorta Simanjuntak, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5

Ayuni Puspa Lestari Siregar (1193111047)

Aisyah Ristia Nasution (1193111062)

Duwi Anggraini (1193111035)

Ilda Rahmi Siagian (1193111059)

Juria Hardini (1193111034)

PGSD E Reguler 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keabsahan Data Analisisnya,
Penyusunan Kesimpulan dan Tindak Lanjut Penelitian Validitas”. Penulis juga berterima kasih
kepada Ibu Dra. Sorta Simanjuntak, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas yang memberikan bimbingan, materi, saran, dan kesempatan kepada penulis.

Kami berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Keabsahan Data Penelitian ......................................................................................... 3


B. Pengertian Validitas .................................................................................................... 4
C. Pedoman Etika Penelitian ........................................................................................... 5
D. Analisis Data ............................................................................................................ 15
E. Menyusun Kesimpulan dan Tindak Lanjut Penelitian ............................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 20

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian Tindakan Kelas merupakan media untuk peningkatan kemampuan professional


guru dan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Dalam PTK, guru melakukan evaluasi
terhadap kegiatan mengajarnya dan kemudian melakukan kegiatan perbaikan atas dasar hasil
evaluasi tersebut.

Peneliti dalam PTK adalah guru yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelasnya. Dengan demikian guru yang melakukan penelitian tindakan kelas berperan ganda,
yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti (teacher-researcher). Sebagai guru dia harus
menyelesaikan masalah pembelajaran (dengan demikian dia meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran) di kelasnya, sedangkan sebagai peneliti dia harus menghasilkan karya ilmiah yang
berupa strategi pembelajaran inovatif yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru lain yang memiliki
masalah yang serupa.

Tahun 1976, John Elliot (1991) membangun jaringan peneliti tindakan kelas bagi guru-
guru di Inggris dan negara-negara lain untuk bersama-sama membagi pengalaman penelitian
tindakan di kelasnya melalui korespondensi atau pertemuan.

Banyak sekali permasalahan yang terjadi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Mulai
dari siswa yang kesulitan mengikuti, memahami, serta menyelesaikan persoalan-persoalan
pembelajan. Hal inilah yang menyebabkan siswa sekolah dasar mengalami penurunan hasil dan
minat belajar. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka guru perlu melakukan penelitian
tindakan kelas sebagai guru dan sebagai peneliti, makalah ini membahas mengenai bagaimana
keabsahan data analisisnya, penyusunan kesimpulan dan tindak lanjut penelitian validitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan makalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk keabsahan data penelitian?


2. Bagaimana pengertian dari validitas?
3. Bagaimana pedoman etika penelitian?

1
4. Bagaimana melakukan analisi data?
5. Bagaimana menyusun kesimpulan dan tindak lanjut penelitian?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini,
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk keabsahan data penelitian


2. Untuk mengetahui pengertian validitas
3. Untuk mengetahui pedoman etika penelitian
4. Untuk mengetahui analisi data
5. Untuk mengetahui menyusun kesimpulan dan tindak lanjut penelitian
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk menjadi sumber literasi bagi pembaca dalam
memperoleh pengetahuan mengenai bentuk keabsahan data dan analisisnya, penyusunan
kesimpulan dan tindak lanjut penelitian validitas dalam mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keabsahan Data Penelitian

Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian yang lebih
menekankan pada data/ informasi daripada sikap dan jumlah orang. Dalam melaksanakan
pemeriksaan keabsahan data dilakukan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

1. Ketekunan pengamatan
Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan ketekunan pengamatan dan dalam
bersosialisasi maupun dalam melakukan interaksi di lingkungan sekolah. Apapun yang
berkaitan dengan pengaturan kelas dan keadaan sekolah serta berbagai perilaku yang
ditunjukkan siswa di sekolah dicatat dan didokumentasikan.
2. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara, atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan pihak-pihak yang dianggap mampu
memberikan masukan terhadap penelitian.
3. Triangulasi Data
Moleong (1993: 178) mengatakan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian adalah triangulasi dengan sumber yang
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam
Moleong, 1993: 187).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka teknik triangulasi dengan sumber yang digunakan
pada penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi direduksi,
yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
diorganisasi dengan cara sedemikian rupa. Kemudian dilakukan crosscheck atau dicek silang
diantara ketiga data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck-kan dengan dua sumber data
lainnya.

3
B. Pengertian Validitas

Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut
merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.

Sudajana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak
valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu
dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu. Tes masuk di SMA misalnya
harus selalu dikatikan dengan seberapa jauh tes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi
atau hasil belajar para calon peserta didik baru setelah belajar nanti.

Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas isi (content validity),
validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi
suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi
atau konten atau materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.

Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan sebarapa


jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep
khusus atau definis konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk
instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal
seperti instrument untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan,
motviasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti
instrument untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelektual), kecerdasan,
emosional dan lain-lain.

Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan
berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes

4
atau instrument itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur
instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang
sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria ekternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal sedangkan
validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.

C. Pedoman Etika Penelitian


Pedoman etika mengarahkan perilaku manusia berdasarkan pertimbangan baik dan
buruk menurut akal sehat, hati nurani, dan kebiasaan-kebiasaan yang diterima sebagai norma
sopan santun dalam sebuah masyarakat. Maka, pedoman etika dirumuskan sebagai perintah
moral untuk dilaksanakan sedangkan yang buruk dirumuskan dalam bentuk larangan untuk
dihindari dalam berperilaku.Perintah atau larangan moral berlaku tanpa syarat jadi “harus”
dilakukan.
Etika penelitian adalah pertimbangan rasional mengenai kewajiban‐kewajiban moral
seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam penelitian, publikasi, dan pengabdiannya
kepada masyarakat.
Pedoman Etika Penelitian terhadap Manusia sebagai Partisipan Penelitian
Penelitian terhadap manusia sebagai partisipan penelitian membutuhkan ketaatan dalam
mengaplikasikan prinsip‐prinsip dasar etika penelitian. Untuk itu perlu diberikan beberapa
pedoman etika penelitian sebagai berikut :
a. Penelitian yang melibatkan manusia wajib dilengkapi dengan informed
consent atau Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
 Setiap orang dapat berpartisipasi dalam penelitian hanya jika ia sudah
memberikan persetujuan secara bebas dan sukarela berdasarkan pemahamannya
atas semua penjelasan yang diberikan oleh peneliti.
 Persetujuan tersebut diberikan sebelum penelitian dimulai dan dapat disebut
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
 PSP bukanlah semata-mata sebuah dokumen formal, namun merupakan hasil
dari sebuah proses komunikasi sebagai manifestasi prinsip menghormati
martabat manusia. Dengan meminta persetujuan, partisipan penelitian diakui
dan dihargai keberadaannya. Ia tidak boleh dijadikan obyek penelitian. PSP

5
adalah sarana awal kerja sama berdasarkan prinsip saling percaya antara peneliti
dan partisipan penelitian.
 Sebelum memberikan persetujuan, partisipan penelitian perlu mendapatkan
informasi tentang penelitian tersebut, terutama mengenai manfaat penelitian
bagi partisipan atau bagi masyarakat sekitarnya, kemungkinan risiko penelitian
dan usaha penanganan risiko, kerahasiaan, dan kebebasan untuk ikut atau
berhenti dalam program penelitian. Partisipan penelitian dapat meminta
informasi lebih lanjut tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, pelaksanaan,
prosedur, dan lama penelitian.
 Untuk mendapatkan pemahaman yang baik, seluruh informasi dan pertanyaan
hendaknya dirumuskan dalam bahasa yang sederhana, jelas dan mudah
dipahami oleh partisipan penelitian. Di samping itu harus ada kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan bagi partisipan.
 Dalam keadaan partisipan penelitian tidak memiliki kemampuan memberikan
PSP, persetujuan harus diperoleh dari orang, yang menurut hukum yang berlaku
berhak untuk mewakilinya.
 PSP tidak hanya meminta tanda tangan partisipan bahwa ia bersedia
mengikuti penelitian tetapi juga ditanda tangani oleh peneliti yang
menyatakan bahwa peneliti bertanggung jawab atas seluruh data yang
dimintakan dari partisipan, bahwa data tersebut akan dijaga kerahasiaannya,
dan jika ada data partisipan yang datanya digunakan untuk publikasi, maka
peneliti wajib meminta ijin kepada partisipan.
 Komisi Etik Penelitian Universitas dapat memberikan persetujuan pelaksanaan
penelitian tanpa PSP, jika: (a) menurut pakar dalam bidang penelitian tersebut
risiko penelitian dinilai kecil, (b) peneliti mendapat kesulitan memperoleh PSP
setiap partisipan untuk kondisikondisi khusus yang harus dijelaskan, (c)
pemberian persetujuan berpotensi menimbulkan kerugian bagi partisipan
penelitian.

b. Manfaat dan risiko penelitian.

6
Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak
langsung baik bagi partisipan penelitian, masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Peneliti juga wajib memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial, sehingga ia
harus memastikan bahwa manfaat penelitian harus lebih besar dari risiko yang
mungkin timbul, dan karenanya ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Untuk menghindari risiko terhadap partisipan penelitian, maka penelitian


harus dirancang dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
 Peneliti Utama haruslah seorang peneliti yang berpengalaman dan memiliki
kepakaran di bidang terkait, sementara anggota peneliti akan bekerja di
bawah koordinasi Peneliti Utama.
 Jika penelitian dilakukan oleh mahasiswa atau untuk keperluan proses
pendidikan, maka penelitian tersebut harus dilakukan dalam pengawasan
Dosen Pembimbing yang memiliki kepakaran dalam bidang yang diteliti.
 Berdasarkan prinsip menghormati martabat manusia dan hak masyarakat
serta prinsip berbuat baik, seorang peneliti dilarang untuk melakukan
penelitian atau eksperimen yang mengakibatkan kerugian partisipan
penelitian, misalnya kematian, kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan,
trauma fisik, dan psikologis. Dalam hal ini maka peneliti Harus
menghentikan kegiatan penelitian dan eksperimen tersebut.
 Partisipan penelitian, setiap saat berhak menarik diri dari partisipasinya
dalam penelitian dan eksperimen dengan alasan apapun.
c. Privacy dan konfidensialitas
Partisipan penelitian adalah pribadi yang otonom, yang memiliki hak privacy
yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Berkaitan dengan itu, peneliti wajib
melindungi hak privacy tersebut dengan melindungi data pribadi partisipan
penelitian dan menjaga kerahasiaannya sebagai sesuatu yang konfidensial
sehingga tidak dapat dikomunikasikan dalam ruang publik.
d. Perlakuan khusus bagi populasi rentan
Berdasarkan prinsip keadilan, seorang peneliti, dalam melaksanakan
penelitiannya, selayaknya memiliki kepekaan dan wajib memberikan perhatian

7
khusus pada kelompok rentan misalnya kelompok lanjut usia, anak-anak,
kelompok prasejahtera, orangsakit, orang dengan masalah kejiwaan dan keadaan
khusus lainnya.
e. Monitoring
Peneliti wajib memonitor jalannya kegiatan penelitian secara berkesinambungan
untuk memastikan bahwa penelitian tersebut benar-benar memberikan manfaat
dan tidak menimbulkan resiko bagi partisipan penelitian, masyarakat, maupun
lingkungan di sekitarnya.
f. Debriefing berkenaan metode atau perlakuan terhadap partisipan penelitian
Sebagai konsekuensi dari penghormatan terhadap martabat partisipan penelitian,
serta untuk mengurangi risiko bagi partisipan penelitian, masyarakat dan
lingkungan di sekitarnya, peneliti wajib melakukan pemeriksaan kembali
terhadap metode atau perlakuan yang iaterapkan dalam penelitiannya terhadap
manusia sebagai partisipan penelitian.

Pedoman Etika mengenai Hubungan antara Peneliti dengan Peneliti Mitra,


Mahasiswa, Masyarakat dan Pemberi Dana
Selain dengan partisipan penelitian, dalam melakukan penelitian, seorang peneliti
akan berhubungan dengan pihak-pihak lain seperti peneliti mitra, mahasiswa, masyarakat,
dan sponsor atau pemberi dana. Dalam organisasi penelitian, peneliti mitra mencakup
semua peneliti yang terlibat dalam penelitian.
Berikut ini diberikan beberapa pedoman etis berkaitan dengan masalah hubungan
antara peneliti dan pihak-pihak lain tersebut.
a. Hubungan dengan penelitimitra
Kerja sama dan kepercayaan antara seorang peneliti dan peneliti mitra
didasarkan pada prinsip kesetaraan.
 Berdasarkan prinsip kesetaraan tersebut, seorang peneliti dilarang melakukan
eksploitasi dan diskriminasi yang tidak adil berdasarkan usia, identitas
gender, ras, etnisitas, kebudayaan, asal usul kebangsaan, agama, orientasi
seksual, bahasa, status sosial atau pelbagai macam kekerasan lain yang
diungkapkan hukum yang berlaku seperti pelecehan seksual.

8
 Sebagai akibat dari hubungan kesetaraan antara peneliti mitra, setiap rekan
peneliti yang terlibat di dalamnya harus dilihat sebagai peneliti yang
memiliki hak atas hasil penelitian sesuai dengan kontribusinya. Penyebutan
nama rekan peneliti dalam sebuah karya ilmiah harus dilakukan karena
merupakan sebuah bentuk kredit atau pengakuan atas pekerjaannya.
 Data yang diperoleh dari sebuah penelitian menjadi milik semua anggota
peneliti yang terlibat. Berkaitan dengan ini, sejak awal penelitian sudah
ditentukan metode penyimpanan dan pengolahan data. Hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaan dan penyebaran data penelitian harus
dilakukan dengan sepengetahuan dan seijin peneliti mitra.
 Pencantuman nama perusahaan untuk sebuah penetian (skripsi/thesis) harus
ada persetujuan tertulis dari perusahaan.
b. Hubungan dengan Mahasiswa
Dalam rangka seorang mahasiswa diikutsertakan dalam sebuah penelitian,
seorang peneliti memiliki kewajiban etis sebagai berikut :
 Peneliti memiliki kewajiban untuk mendidik mahasiswa yang memiliki
prospek yang baik untuk menjadi ilmuwan muda. Peneliti memberi jaminan
bahwa di bawah bimbingannya mahasiswa tersebut dapat meneliti dengan
baik sebagai ilmuwan.
 Peneliti memiliki kewajiban untuk memberikan penghargaan atas kontribusi
mahasiswa yang terlibat dalam penelitian dengan mencantumkan nama
mahasiswa yang terlibat dalam proyek penelitiannya.
 Karena seluruh kegiatan penelitian menjadi tanggung jawab peneliti, maka
seluruh kekeliruan dan kesalahan dalam inputdata dan analisa data menjadi
tanggung jawab peneliti. Hal tersebut tidak dapat diletakkan pada pundak
mahasiswa sebagai kambing hitam atas kekeliruan yang terjadi.
 Peneliti wajib menjaga hubungan saling menghargai dalam rangka
membangun kerja sama yang baik dengan mahasiswa. Dalam hal ini
peneliti dilarang untuk melakukan intimidasi verbal dan fisik, vandalisme,
dan pelecehan seksual atau sexual harassment.

9
 Dalam hal rekrutmen mahasiswa, peneliti mempertimbangkan prasyarat
kualitas mahasiswa seobyektif mungkin, tanpa melakukan diskriminasi
berdasarkan agama, jender, suku, ras, dan lainnya.
 Peneliti dapat melakukan affirmative action terhadap mahasiswa perempuan
dan mahasiswa yang berasal dari kelas-kelas masyarakat tertinggal untuk
meningkatkan peran serta mereka dalam bidang penelitian ilmu pengetahuan
dan teknologi.
 Penulisan kembali skripsi/thesis/ disertasi oleh dosen pembimbing ataupun
promotor/ko-promotor menjadi karya penelitian, hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan tertulis dari mahasiswa. Penentuan penulis pertama pada
karya penelitian yang berdasarkan skripsi/ thesis dan disertasi disesuaikan
dengan prinsip ide awal mengenai topik skripsi/thesis/ disertasi dan
kontribusi dalam pengerjaan penulisan kembali skripsi/ thesis/ disertasi
tersebut sebagai penelitian.
 Tulisan yang telah dipresentasikan dalam sebuah seminar dan telah dimuat
dalam proceeding tidak dapat dipublikasikan di jurnal atau majalah karena
proceeding memiliki status yang sama seperti jurnal. Baik jurnal maupun
proceeding masing-masing memiliki ISSN sehingga proceeding yang
diterbitkan di jurnal menghasilkan duplikasi yang mengindikasikan self-
plagiarism.
 Untuk menghindari duplikasi harus dipastikan bahwa karya penelitian
belum pernah diterbitkan oleh jurnal lain.
 Peneliti juga perlu memastikan apakah karyanya sudah tersimpan dan
tercatat di Perpustakaan Universitas, sehingga tidak terjadi duplikasi yang
mengarah pada self-plagiarism sebagaimana disebutkan juga di butir
sebelumnya.
c. Hubungan dengan masyarakat
 Setiap penelitian yang melibatkan masyarakat perlu mendapatkan PSP dari
masyarakat atau yang mewakilinya.
 Peneliti bertanggungjawab terhadap akibat-akibat penelitiannya. Di satu sisi
peneliti harus menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan masyarakat

10
terluka, dan di satu lain peneliti seyogyanya berusaha menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat yang terlibat dalam penelitian.
 Peneliti memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian yang memiliki
dampak positif bagimasyarakat dan untuk mengurangi dampak-dampak
negatif sebuah penelitian. Peneliti wajib memberikan informasi kepada
masyarakat jika ada dampak-dampak negatif yang mungkin akan muncul dari
penelitiannya.
 Seorang peneliti dapat menunjukkan kepedulian terhadap demokrasi dengan
melibatkan diri dalam debat-debat publik, memberikan kesaksian keahlian
(jika dibutuhkan), atau membantu membuat kebijakan yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan serta kepentingan negara dan bangsa.
d. Hubungan denganSponsor atau Pemberi Dana
Jika dalam melakukan penelitian, seorang peneliti mendapat sponsor dari
lembaga-lembaga penyedia dana atau sponsor, maka, untuk menghindari konflik
kepentingan yang dapat mengganggu obyektivitas penelitian baik dalam hal
pengumpulan data maupun dalam hal menginterpretasi data, peneliti wajib:
 Mengklarifikasi nama sponsor dan jumlah dana yang diperoleh untuk
membiayai penelitian.
 Menjelaskan sifat hubungan antara peneliti dan lembaga yang mensponsori
kegiatan penelitiannya, sebagaimana tertera pada perjanjian MOU antara
peneliti dan pihak sponsor.
 Mematuhi undang-undang yang berlaku yang mengatur konflik kepentingan,
terutama menyangkut spesimenbiologis.
 Tidak boleh ada kontradiksi atara isi penelitian dan aktivitas pemberi
sponsor, misalnya penelitian kesehatan paru-paru dengan sponsor perusahaan
rokok

Pedoman Etika Publikasi Ilmiah


Proses penelitian tidak berhenti pada laporan penelitian. Banyak hasil penelitian
dipublikasikan di jurnal dan buku agar dikenal masyarakat akademis dan masyarakat
umum. Diskusi yang lebih luas atas hasil penelitian akan terjadi setelah publikasi tersebut.

11
Sangat penting untuk memperhatikan tatacara keseragaman dalam penggunaan
referensi dan menghindari plagiarisme dan manipulasi data penelitian. Untuk itu, berikut ini
disajikan garis besar beberapa pedoman etis publikasi berkenaan dengan masalah
kepengarangan, editor, mitra bestari, konflik kepentingan, privasi dan konfidensialitas.
a. Pengarang, editor, dan mitrabestari
 Pengarang kerapkali dipandang sebagai seseorang atau beberapa orang yang
memberikan kontribusi intelektual bagi sebuah publikasi hasil penelitian.
Mengingat publikasi tersebut memiliki implikasi akademis, sosial dan
finansial, maka setiap orang yang memberikankontribusi bagi sebuah
publikasi wajib dicantumkan namanya dalam publikasi tersebut
 Seseorang dapat dilihat sebagai pengarang jika ia (1) memberikan
kontribusi substansial pada konsep, perolehan, analisis dan interpretasi data,
(2) menulis artikel dan merevisinya secara kritis sehingga isinya dapat
dipahami, dan (3) memberikan persetujuan akhir atas versi tulisan yang
pantas dikirim untuk dipublikasikan.
 Jika pengarangnya terdiri dari beberapa orang, maka tiap-tiap pengarang
memiliki tanggung jawab atas tulisan tersebut. Keputusan untuk menuliskan
urutan nama dalam sebuah tulisan harus dirundingkan secara bersama.
 Para kontributor lain yang tidak memenuhi persyaratan sebagai penulis,
seperti pemberi dana, pengumpul data, dan supervisi umum dapat dituliskan
namanya pada bagian pernyataan ucapan terimakasih.
 Editor sebuah jurnal atau buku adalah orang yang bertanggungjawab
terhadap seluruh isi jurnal atau buku. Untuk dapat menjalankan tanggung
jawab tersebut seorang editor memiliki kebebasan dan otoritas penuh untuk
menentukan isi editorial sebuah jurnal.
b. Konflik kepentingan
Kepercayaan publik pada proses pertimbangan mitra bestari dan kredibilitas atas
artikel yang dipublikasikan sebagian tergantung pada bagaimana konflik
kepentingan ditangani ketika para editor dan mitra bestari harus mengambil
keputusan mengenai kelayakan sebuah tulisan untuk jurnalnya.

12
Konflik kepentingan sering terjadi ketika seorang pengarang, mitra bestari, dan
editor memiliki hubungan personal dan finansial yang mempengaruhi secara
tidak wajar keputusan dan tindakannya. Hubungan-hubungan tersebut sering
disebut komitmen ganda, karena dengan hubungan seperti itu, editor dan mitra
bestari dihadapkan pada persoalan bagaimana harus meningkatkan mutu tulisan
dalam jurnal sementara harus tetap ingin menjaga relasi dengan orang atau
institusi pemberi dana. Relasi tersebut dapat mempengaruhi kredibilitas jurnal,
pengarang, dan ilmu itu sendiri. Menghadapi persoalan ini berikut diberikan
beberapa pedoman etis :
 Pengarang wajib mengungkapkan relasi finansial dan personal yang
mempengaruhi karyanya. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa jauh bias
finansial dan personal atas karya-karyanya. Pengarang dapat memuat hal
tersebut dalam tulisannya pada halaman notifikasi konflik kepentingan,
setelah halamanjudul, yang menyatakan bahwa tidak ada kepentingan lain
yang melandasi penelitian terkait dan adanya tujuan ilmiah yang jelas.
 Pengarang wajib mendeskripsikan peranan sponsor dalam design penelitian,
koleksi, analisis dan interpretasi data, dalam menulis laporan penelitian, dan
keputusan untuk mengirimkan makalah untuk publikasi. Jika memang tidak
ada, juga harus ada pernyataan tentang hal tersebut. Editor jurnal dapat
meminta pengarang untuk menulis sebuah pernyataan dengan rumusan
sebagai berikut: “Saya memiliki akses yang penuh pada data-data dalam
studi ini dan saya mengambil tangung jawab penuh atas integritas data dan
akurasi analisis data”. Para editor harus juga berani untuk memeriksa
protokol dan atau kontrak dengan sponsor sebelum menerima hasil penelitian
tersebut untuk dipublikasikan.
 Setiap anggota mitra bestari yang diminta untuk memberikan pertimbangan
atas sebuah artikel harus menjelaskan hubungan kepentingan dengan
pengarang. Penjelasan tersebut berlaku bagi tulisan editorial dan artikel
resensi buku. Pernyataan bebas hubungan konflik kepentingan dan keuangan
tersebut dinyatakan secara tertulis. Mitra bestari tidak boleh menggunakan

13
pengetahuan dari tulisan tersebut, sebelum dipublikasikan, untuk
kepentingannya.
 Editor yang membuat keputusan terakhir mengenai manuskrip harus tidak
memiliki keterlibatan personal, profesional dan finansial atas perkara yang
mereka pertimbangkan. Editor harus menolak mitra bestari yang jelas-jelas
memiliki potensi konflik kepentingan, misalnya mitra bestari yang bekerja
pada departemen yang sama dengan penulis. Juga editor tidak boleh
menggunakan informasi yang mereka dapatkan dari manuskrip untuk
kepentingan pribadi.
c. Privacy dan konfidensialitas
 Seorang pengarang tidak boleh mempublikasikan nama, inisial dan nomor
identitas partisipan penelitiandalam tulisan dan data fotografi jika informasi
tersebut tidak memiliki tujuan ilmiah. Jika memang harus dilakukan,
partisipan penelitian harus memberikan persetujuan terlebih dulu atas
publikasi tersebut.
 Baik pengarang manuskrip maupun penilai berhak atas konfidensialitas
yang harus dihormati oleh editor. Berkaitan dengan itu editor tidak
diperkenankan untuk membuka informasi mengenai manuskrip kepada orang
lain selain kepada penulis dan mitra bestari. Pengarang tetap memiliki hak
atas manuskripnya dan karena itu editor dilarang membuat foto copy dan
menyebarkannya kepada orang lain.
 Komentar mitra bestari tidak boleh dipublikasikan tanpa izin mitra bestari.
Pandangan mitra bestari harus tetap anonim. Jika komentar tidak
ditandatangani, identitas mitra bestari tidak boleh dinyatakan kepada
pengarang atau kepada siapa pun tanpa izin mitra bestari.
d. Sanksi terhadap pelanggaran etika penelitian dan penjiplakan karya orang
lain

(1) Perilaku tidak etis dalam aktivitas penelitian antara lain adalah:

 membuka konfidensialitas data dan hal-hal yang tidak boleh diungkapkan


dari partisipan

14
 salah menginterpretasikan hasil penelitian yang berakibat merugikan partisipan
 membohongi dan mencurangi partisipan agar peneliti memperoleh
kemudahan atau keuntungan
 pelaksanaan prosedur penelitian yang merugikan partisipan
 menolak mematuhi peraturan dan kewajiban yang terkait dengan
pengambilan data, sampai melanggar hukum
(2) Menjiplak karya orang lain merupakan tindak pidana menurut UU Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 25 dan pasal 70.
(3) Selain itu, melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 tahun
2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
pasal 12, tercantum sanksi yang diperuntukkan bagi Mahasiswa maupun
Dosen yang berbentuk: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian
hak, pembatalan nilai (bagi mahasiswa) atau penurunan pangkat dan jabatan
akademik atau fungsional (bagi dosen), pemberhentian denganhormat dari
status sebagai mahasiswa atau dosen, peneliti, atau tenaga kependidikan,
dan dapat juga berupa pemberhentian dengan tidak hormat, sampai
pembatalan ijazah yang telah diperoleh atau pencabutan gelar.

D. Analisis Data
Penelitian tanpa melakukan analisis data tidak mungkin bisa menjawab persoalan yang
mendorong kita melakukan penelitian. Menurut Mills (2000) bahwa analisis data merupakan
upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat
data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Oleh karena itu
untuk melakukan analisis terhadap data maka diperlukan teknik.
Proses analisis data pada penelitian tindakan dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: yaitu menghimpun data, menampilkan data, melakukan koding, mereduksi data,
melakukan verifikasi dan interpretasi untuk menuju pada kesimpulan.
Untuk memudahkan hasil penampilan data (display data) maka peneliti harus melakukan
penghimpunan terhadap data. Setelah data dihimpun maka peneliti melakukan penampilan data.
Sementara teknik analisis data sebagaimana yang dikatakan Wardhani (2008) dapat dilakukan
secara bertahap, (1) dengan melakukan penyeleksian dan pengelompokan, (2) dengan

15
memaparkan atau mendeskripsikan data, (3) menyimpulkan atau memberi makna terhadap data.
Pada tahap penyeleksian dan pengelompokkan, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada data
yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisasi sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabanya.
Tahap memaparkan atau mendeskripsikan yaitu data yang diorganisasi dideskripsikan sehingga
bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel. Akhirnya berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat dibuat kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat.

E. Penyusunan Kesimpulan dan Tindak Lanjut Penelitian

Kesimpulan merupakan kata yang sering digunakan dalam penelitian dan terletak di akhir
penelitian. Kesimpulan/simpuan dapat di artikan kesudahan pendapat / pendapat terakhir yang
berdasarkan uraian sebelumnya. Adapun ciri sebuah kesimpulan sebagaimana diungkapkan oleh
Wardhani (2008) adalah sebagai berikut:

Pertama, singkat, jelas dan padat. Sesuai dengan pengertian bahwa kesimpulan itu
merupakan intisari atau ikhtisar. Maka sebuah kesimpulan haruslah lebih singkat dari uraian.

Contoh 1

Deskripsi dan temuan

Berdasarkan hasil observasi, diskusi dengan teman sejawat, dan hasil latihan siswa,
ditemukan bahwa dengan menggunakan metode bermain peran (pasarpasaran), siswa aktif
berjual beli, menawar, membeli dan membayar. Tidak ada siswa yang diam. Semua siswa
asyik menghitung uang dalam kegiatan jual beli. Jika ada yang salah memberikan uang
kembali, siswa akan protes, dan mereka menghitung kembali uang tersebut. Kegiatan ini
berpengaruh besar pada pemahaman anak. Hasil latihan tentang nilai uang menunjukkan,
bahwa skor rata-rata kelas 85. Dengan nilai terendah 65 dan tertinggi 100.

Kesimpulan

“Metode bermain peran telah mampu meningkatkan keaktifan dan pemahaman anak dalam
menghitung uang, dengan rata-rata hasil latihan 85%”.

16
Kedua, kesimpulan harus sesuai dengan uraian. Tidak jarang terjadi, kesimpulan tidak
mengikhtisarkan atau membuat saripati dari uraian, tetapi melenceng dari uraian, bahkan seperti
membuat uraian baru.

Ketiga, kesimpulan harus dibuat sesuai dengan tujuan penelitian atau perbaikan. Jumlah
kesimpulan tidak boleh melebihi poin pada rumusan masalah ataupun tujuan
penelitian/perbaikan.

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT KESIMPULAN

Untuk membuat kesimpulan setidaknya ada beberapa langkah yang bisa digunakan
sebagai berikut:

1. Melihat kembali tujuan penelitian atau perbaikan atau pertanyaan penelitian satu
persatu, sehingga mampu memahami benar apa yang dicari dalam penelitian.

2. Periksa kembali kesesuaian antara pertanyaan penelitian, uraian dan kesimpulan,


sehingga yakin bahwa kesimpulan sudah dirumuskan dengan benar.

3. Setelah semua pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian disimpulkan temuannya,


susun kesimpulan tersebut sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian atau tujuan
penelitian.

4. Melihat kembali temuan atau deskripsi temuan (yang dibuat berdasarkan hasil analisis
data). Pasangkan setiap pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian dengan deskripsi
temuan.

Untuk memasangkan tujuan dengan uraian bisa menggunakan matriks sebagai berikut:

Table 1 Deskripsi Temuan

NO TUJUAN PENELITIAN DESKRIPSI TEMUAN

Guru mampu meningkatkan Kerja kelompok berlangsung lancar, namun hanya tiga dari lima kelompok yang
keaktifan siswa melalui kerja anggotanya aktif bertanya dan memberikan pendapat. Dalam dua kelompok lainnya,
kelompok hanya ketua dan sekretaris kelompok yang bekerja, sementara anggota lainnya asyik
ngobrol. Ini terjadi karena guru tidak menegur siswa yang ngobrol, guru hanya
berkeliling tanpa memberikan bantuan kepada kelompok.

17
5. Cermati uraian pada deskripsi temuan per pertanyaan penelitian/tujuan penelitian,
kemudian buat ihktisar dari uraian tersebut, dengan cara mengidentifikasi butir-butir
penting dan mensintesiskanya. Sebagaimana pada tabel pada poin 4.

Table 2 Sintesis Hasil Temuan

TUJUAN PENELITIAN DESKRIPSI TEMUAN KESIMPULAN

Guru mampu Kerja kelompok berlangsung lancar, namun hanya tiga dari Kerja kelompok belum
meningkatkan lima kelompok yang anggotanya aktif bertanya dan mengaktifkan semua siswa, hanya
keaktifan siswa memberikan pendapat. Dalam dua kelompok lainnya, hanya sekitar 60% siswa yang aktif.
melalui kerja ketua dan sekretaris kelompok yang bekerja, sementara Penyebabnya antara lain,
kelompok anggota lainnya asyik ngobrol. Ini terjadi karena guru tidak tindakan guru belum mendorong
menegur siswa yang ngobrol, guru hanya berkeliling tanpa siswa untuk aktif.
memberikan bantuan kepada kelompok.

TINDAK LANJUT HASIL PENELITIAN

Setelah menyusun kesimpulan PTK, selanjutnya peneliti/guru harus menindaklanjuti


hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk saran. Saran yang dibuat dan ditujukan kepada
berbagai pihak yang terkait.

Pengertian saran menurut KBBI ialah pendapat, anjuran, cita-cita yang di kemukakan
untuk di pertimbangkan. Berdasarkan pada pengertian ini maka, saran merupakan sebuah anjuran
dan bukan merupakan tugas atau perintah yang harus dilaksanakan, tetapi merupakan anjuran
yang perlu dipertimbangkan. Tentu pembuat atau pemberi saran menginginkan agar saran bisa
ditindak lanjuti. Oleh karena itu saran harus dibuat dengan dengan landasan yang kokok, penuh
pertimbangan, dan mungkin dilaksanakan. Saran harus dibuat secara jelas dan operasional agar
benar-benar dapat dilaksanakan.

Adapun langkah-langkah pembuatan saran sebagaimana disarankan Wardhani (2008)


setidaknya mengikuti rambu-rambu sebagai berikut:

Pertama, saran harus sesuai dengan kesimpulan dan hakikat penelitian yang akan kita
lakukan. Saran harus lahir dari kesimpulan tentang hasil penelitian.
Contoh
Kesimpulan:

18
“Kerja kelompok belum mampu mengaktifkan semua siswa, hanya sekitar 60% siswa yang
aktif. Penyebabnya antara lain tindakan guru yang belum mendorong siswa untuk aktif”.

Saran:

“Dalam mengelola kegiatan kelompok, guru hendaknya memantau setiap kelompok dan
mendorong siswa yang kurang aktif agar ikut berpartisipasi. Di samping itu, ketua kelompok
harus dilatih melibatkan semua anggota kelompok”.

Kedua, saran harus mempunyai sasaran yang jelas. Artinya pembaca harus tahu kepada
siapa saran ini ditujukan. Dalam penelitian non PTK, saran dapat ditujukan kepada berbagai
pihak, seperti; guru, sekolah, LPTK, orang tua siswa dan lain-lain. Namun dalam PTK saran
biasanya ditujukan kepada guru, seperti pada contoh di atas.

Ketiga, Saran untuk menindak lanjuti hasil PTK sebaiknya bersifat kongkret dan
operasional, sehingga mudah dilaksanakan atau diterapkan. Saran yang ngawang dan terlalu
umum, lebih-lebih yang hanya mengutip teori-teori tanpa menjabarkanya, tidak akan menarik
bagi guru untuk melaksanakanya.

Keempat, saran juga harus mempertimbangkan metodologi atau prosedur penelitian yang
dilaksanakan, serta bidang studi yang diajarkan. Saran seperti ini biasanya ditujukan kepada guru
sebagai peneliti agar melakukan replikasi (pengulangan penelitian yang sama) dengan bidang
studi atau kelas yang berbeda.

Kelima, saran yang dibuat haruslah pemikiran cukup penting untuk memperbaiki
pembelajaran. Saran yang dibuat secara asal-asalan, selain tidak bermakna, juga tidak penting
karena tidak diyakini akan membawa dampak pada perbaikan pembelajaran.

Keenam, saran harus merujuk pada manfaat penelitian. Manfaat penelitian merupakan
acuan yang digunakan dalam membuat saran.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai
sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan
tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau
pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau
pengambilan keputusan tertentu.
Dalam penelitian terdapat pedoman etika penelitian dengan pertimbangan rasional
mengenai kewajiban‐kewajiban moral seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam
penelitian, publikasi, dan pengabdiannya kepada masyarakat.
Proses analisis data pada penelitian tindakan dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: yaitu menghimpun data, menampilkan data, melakukan koding, mereduksi data,
melakukan verifikasi dan interpretasi untuk menuju pada kesimpulan.

Dalam penelitian terdapat kesimpuan dan tindak lanjut penelitian dalam bentuk saran.
Suatu Kesimpulan memiliki ciri sebagai berikut: Pertama, singkat, jelas dan padat. Sebuah
kesimpulan haruslah lebih singkat dari uraian. Kedua, kesimpulan harus sesuai dengan uraian.
Ketiga, kesimpulan harus dibuat sesuai dengan tujuan penelitian atau perbaikan.

B. Saran

Ketajaman analisis peneliti dalam menyajikan sebuah data tidak serta merta menjadikan
hasil temuan peneliti sebagai data yang akurat dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
Perlu melewati pengujian data terlebih dahulu sesuai dengan prosedural yang telah ditetapkan
sebagai seleksi akhir dalam menghasilkan atau memproduksi temuan baru. Oleh karena itu,
sebelum melakukan publikasi hasil penelitian, peneliti terlebih dahulu harus melihat tingkat
kesahihan data tersebut dengan melakukan pengecekan data melalui pengujian keabsahan data.

20
DAFTAR PUSTAKA

Djajadi, M. 2019. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran (Anggota Ikapi)

Matondang, Z. (2009) Validitas dan Realibilitas Suatu Instrumen Penelitian. Tabularasa PPS
UNIMED. 6(1), 87-97.

Tim Komisi Etika Penelitian Unika Atma Jaya Jakarta. 2017. Pedoman Etika Penelitian Unika
Atma Jaya. Jakarta:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unika Indonesia Atma Jaya

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/karya-dosen-fs/article/view/2215/0

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_a0451_012255_chapter3.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai