Anda di halaman 1dari 73

DAMPAK PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB)

PROVINSI KALIMANTAN UTARA TERHADAP STABILITAS


PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BULUNGAN

SKRIPSI

Oleh

RYAN HENDRATA
201542025

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KALTARA
TANJUNG SELOR
2018
DAMPAK PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB)
PROVINSI KALIMANTAN UTARA TERHADAP STABILITAS
PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BULUNGAN

SKRIPSI

Sebagai satu diantara persyaratan untuk memperoleh


gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

RYAN HENDRATA
201542025

UNIVERSITAS KALTARA
TANJUNG SELOR
2018
DAMPAK PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU TERHADAP
STABILITAS PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BULUNGAN

(SKRIPSI)

OLEH

RYAN HENDRATA

NPM : 201542025

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program
Sarjana Universitas Kaltara Tanjung Selor

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KALTARA
TANJUNG SELOR
2018
Halaman Persembahan

Kupersembahkan tulisan sederhana ini kepada

 Allah SWT, yang telah memberikan begitu banyak kesempatan,


kesehatan dan umur panjang sehingga dapat menyelesaikan studi
di Universitas Kaltara Tanjung Selor

 Ibu tercintaku Sulastri yang telah banyak berkorban tanpa keluh


sejak dikandung badan hingga saat ini. Doa dan cinta tulusnya
sebagai penyemangat hidupku, kasih sayang dan nasihatnya sebagai
pedomanku dalam menyelesaikan segala persoalan.

 Ayah tercinta maherni yang telah mendidik dan membimbingku


untuk terus berjuang menjalani hidup yang penuh tantangan dan
cobaan.

 Seluruh guru, ustadz dan dosen serta jajaran pimpinan, staff,


karyawan di Fakultas Ekonomi yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepadaku. Dengan Keikhlasan dan kesabaran
merekalah membuatku bertahan hingga saat ini dengan bekal ilmu
yang bermanfaat.

 Teruntuk dosen waliku dan juga pembimbingku ibu Suud Ema


Fauziah yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan arahan untukku dapat menyelesaikan pendidikan
akademisku di kampusku tercinta ini.

 Kepada para senior, kanda dan yunda serta saudara seperjuangan


yang selama ini memberikan semangat dan dorongan kepadaku
untuk terus berkembang maju.

 Teman-temanku di Universitas Kaltara khusunya angkatan 2015,


sukses selalu untuk kalian.

 Seluruh kerabat dan sahabat tanpa terkecuali dimanapun berada,


mohon maaf atas segala khilaf selama ini.
Dampak Pembentukan Daerah Otonomi baru (DOB) Provinsi Kalimantan
Utara terhadap Stabilitas Perekonomian di Kabupaten Bulungan
ABSTRAK

RYAN HENDRATA. Fakultas Ekonomi Universitas Kaltara Tanjung


Selor 2015. Dampak Daerah Otonomi Baru (DOB) Terhadap Stabilitas
Perekonomian di Kabupaten Bulungan Tahun 2018 dibawah bimbingan Ibu
Suud Ema Fauziah.

Peran pemerintahan dalam pembangunan adalah sebagai bentuk hadirnya negara


dalam mensejahterakan masyarakatnya, dalam mewujudkannya maka
pembangunan yang berkelanjutan harus terintegrasi dan membuat perencanaan
yang baik untuk menjaga perekonomian di suatu wilayah.

Kata Kunci: Daerah Otonomi Baru (DOB), Stabilitas Perekonomian.


Dampak Pembentukan Daerah Otonomi baru (DOB) Provinsi Kalimantan
Utara terhadap Stabilitas Perekonomian di Kabupaten Bulungan
ABSTRACT

RYAN HENDRATA. 2015. Faculty of Economics, Tanjung Selor University of


Kaltara 2015. Impact of the New Autonomous Region (DOB) on Economic
Stability in Bulungan Regency in 2018 under the guidance of Ms. Suud Fauziah.

The role of government in development is as a form of the presence of the state in


the welfare of its people, in realizing it, sustainable development must be
integrated and make good planning to safeguard the economy in a region.

Keywords: New Autonomous Region (DOB), Economic Stability.


KATA PENGANTAR

Berkat Ridho Allah SWT, Skripsi yang merupakan laporan penelitian


sebagai tugas akhir dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi ini dapat diselesaikan. Selama pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu, karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kaltara, yang telah memberikan fasilitas
dan pelayanan kepada penulis selama studi di Fakultas Ekonomi sampai akhir
dari penyelesaian skripsi.
2. Kepala Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan arahan
dan kesempatan untuk saya menyelesaikan studi akademik.
3. Ibu Suud Ema Fauziah,SE., SH, M.AP sebagai Pembimbing utama yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis mulai dari persiapan dan selama
penelitian hingga selesainya skripsi.
4. Staf pengajar Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
khususnya dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan kepada penulis.
5. Staf Administrasi Fakultas Ekonomi yang telah memfasilitasi dan melayani
penulis selama studi di Fakultas Ekonomi sampai selesainya skripsi ini.
6. Teman-teman Mahasiswa/I, khusunya angkatan 2015 jurusan ilmu ekonomi
pembangunan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi mereka
yang memerlukan.

Tanjung Selor, Januari 2019

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan

seiring berjalan waktu, peningkatan populasi tersebut tentu saja berdampak

pada kehidupan serta perekonomian masyarakat di suatu wilayah. Maka

penulis membuat penelitian ini yang berjudul “DAMPAK

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB) PROVINSI

KALIMANTAN UTARA TERHADAP STABILITAS

PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BULUNGAN” . Sebagai kerangka

awal dalam penulisan penelitian dan untuk memudahkan dalam memahami

skripsi ini, maka penulis akan menjabarkan arti dari judul ini agar tidak

terjadi kesalahpahaman terhadap pembahasan yang akan penulis sampaikan.

Untuk itu penulis uraikan pengertian dari judul tersebut sebagai berikut:

1. Dampak, jika di tinjau dari sisi ekonomi merupakan pengaruh suatu

penyelenggara kegiatan terhadap perekonomian1.

2. Daerah Otonomi Baru, dalam pengartiannya daerah otonom merupakan

daerah maura swantantra atau daerah otonom merupakan daerah di dalam

suatu negara yang memiliki kekuasaan otonom, atau kebebasan dari

pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu daerah diberi sistem

ini karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya merupakan

minoritas negara tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia” (On-line), tersedia dihttps://kbbi.web.id/dampak
khusus, yang hanya cocok diterapkan di daerah tersebut. Menurut

jenisnya, daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi

kebudayaan, dan otonomi lokal. Di Indonesia, daerah otonom diartikan

sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah

tertentu, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan republik Indonesia2. Maka di

tinjau dari pengertian tersebut penulis membuat penelitian terhadap

daerah otonomi yang baru mengalami pemekaran di suatu wilayah atau

daerah otonomi baru disingkat menjadi (DOB).

3. Provinsi Kalimantan Utara (disingkat Kaltara) adalah sebuah provinsi

di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini

berbatasan langsung dengan negara malaysia, yaitu negara bagian sabah

dan serawak. Kalimantan Utara resmi di sahkan menjadi Provinsi dalam

rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 25

Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 20123.

4. Terhadap dalam artian judul ini adalah sasaran atau tujuan.

5. Stabilitas perekonomian merupakan suatu keadaan dimana

pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan.

Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.

2
Wikipedia” (On-line), tersedia dihttps://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_otonom
3
Dikutip dari Wikipedia” (On-line), tersedia dihttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Utara
6. Di Kabupaten Bulungan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Tanjung

Selor4.

Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diartikan bahwa

yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah penyelidikan dampak dari

adanya daerah otonomi baru (DOB) Provinsi Kalimantan Utara terhadap

stabilitas perekonomian yang ada di Kabupaten Bulungan.

Pemekaran wilayah atau Daerah Otonomi Baru (DOB) adalah

pembentukan suatu daerah dalam struktur Negara Indonesia, pada dasarnya

sebagai subsistem yang dimaksudkan demi meningkatkan pelayanan publik

guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, salah satunya

ditujukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah serta pemerataan

pembangunan5. Hal inilah yang menjadikan pemekaran wilayah sebagai

konsep otonomi daerah yang menekankan pada aspek pelayanan

pemerintahan dalam rangka kesejahteraan masyarakat, peningkatan

pendapatan, dan juga sebagai dasar pendekatan untuk mempercepat

akselerasi pembangunan di daerah.

Kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari

kesejahteraan masyarakat, salah satu kebijakan pemerintah yaitu adalah

pengeluaran pemerintah. Dimana pemerintah telah menetapkan suatu

kebijakan untuk membeli barang atau jasa, maka pengeluaran pemerintah

mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk


4
Wikipedia” (on-line), tersedia dihttps://id.wikipedia.org//wiki/Kabupaten_Bulungan
5
Marbun, B.N, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
2010), hlm. 109.
melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah

dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah.

Semakin banyak kegiatan pemerintah, maka semakin besar pengeluaran

yang harus dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemekaran wilayah

adalah cara dari pemerintah untuk memudahkan pemerintah memantau

perekonomian masyarakat. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang bagaimana dampak yang terjadi setelah terjadi pemekaran

atau daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan utara terhadap stabilitas

perekonomian di Kabupaten Bulungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apa dampak dari daerah otonomi baru (DOB) Provinsi Kalimantan

Utara terhadap Kabupaten Bulungan?

2. Bagaimana kondisi stabilitas perekonomian di Kabupaten Bulungan

setelah terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara?

1.3 Tujuan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa dampak yang terjadi

setelah adanya daerah otonomi baru (DOB) Provinsi Kalimantan Utara

terhadap Kabupaten Bulungan dalam ruang lingkup stabilitas

perekonomian.
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tentang

dampak daerah otonomi ini yaitu:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi pemerintah dalam

membuat kebijakan serta perencanaan suatu wilayah yang dapat

mensejahterakan masyarakat.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang teori dan konsep

yang berhubungan dengan pemekaran wilayah atau daerah otonomi baru

serta dampaknya terhadap stabilitas perekonomian di suatu wilayah.


BAB II

DASAR TEORI

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian “Otonomi Daerah” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) berarti bahwa hak, wewenang dan kewajiban daerah

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian ini ternyata tidak

berbeda dengan pasal 1 huruf c UU No.32 Tahun 2004. Otonomi daerah

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur urusan

rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pengertian itu tidak terlepas dari pengertian otonomi yang

dalam konteks politik dan pemerintahan mengandung makna pemerintahan

sendiri. Kata “Otonomi” berasal dari kata “Otonom” yang mempunyai dua

pengertian. Pertama, berdiri sendiri dengan pemerintahan sendiri dan

daerah otonom. Kedua, kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan

menentukan arah tindakannya sendiri.

R.D.H Koesomahatmadja berpendapat bahwa dengan diberikannya

“hak dan kekuasaan” perundangan dan pemerintahan kepada daerah

otonom seperti provinsi dan kabupaten/kota, maka daerah tersebut dengan

inisiatifnya sendiri dapat mengurus rumah tangga daerahnya. Untuk

mengurus rumah tangga daerah tersebut dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, membuat produk-produk hukum daerah yang tidak bertentangan


dengan Undang-Undang Dasar maupun perundang-undangan lainnya.

Kedua, menyelenggarakan kepentingan-kepentingan umum.

Pengertian otonomi menurut UU No.32 tahun 2004 dibedakan

dengan pengertian desentralisasi, karena pada pengertian otonomi

mengandung unsur “kewenangan untuk mengatur” atau dengan kata lain

terkandung juga pengertian kemandirian. Mengacu pada definisi normatif

dalam UU No.32 Tahun 2004, maka unsur otonomi daerah adalah hak dan

wewenang.

2.1.2 Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan otonomi daerah, berdasarkan pasal 2 ayat (3) UU No.32

Tahun 2004 adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum dan daya saing daerah6. Prinsip otonomi daerah yang dianut oleh

UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah otonomi

daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, maka memberikan

kewenangan yang lebih banyak kepada daerah Kabupaten/Kota yang

didasarkan atas asas desentralisasi.

Kewenangan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab

sebagaimana dimaksud dalam penjelasan umumm UU No. 32 Tahun 2004

yaitu:

a. Otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

pemerintah yang mencakup kewenangan semua bidang kecuali

kewenangan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan,

moneter, fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya, yang


6
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 2 ayat (3).
ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Disamping itu keleluasaan

otonomi daerah mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam

penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengadilan dan evaluasi.

b. Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata dan

diperlukan serta tumbuh dan berkembang di daerah.

c. Otonomi yang bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan

pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan

berkembang di daerah.

2.1.3 Pemekaran Wilayah

Pengertian pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan

wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten

dari induknya, landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di

Indonesia adalah UU No.23 tahun 2014. Tentang Pemerintah Daerah UUD

1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu

wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam pasal 18 B ayat (1):

“Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah

yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-

undang”. Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan”. Menurut

peraturan pemerintah No.78 tahun 2007, pemekaran daerah/ wilayah


adalah pemecahan suatu pemerintahan baik provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, desa/kelurahan menjadi dua daerah atau lebih.

Menurut peraturan pemerintah No 129 tahun 2000, tentang

persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan

penggabungan daerah, pada pasal 2 menyebutkan pemekaran

daerah/wilayah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui:

1. Percepatan pelayanan kepada masyarakat

2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi

3. Percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah

4. Percepatan pengelolaan potensi daerah

5. Peningkatan keamanan dan ketertiban

6. Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

Terdapat beberapa alasan kenapa pemekaran wilayah sekarang menjadi

salah satu pendekatan yang cukup diminati dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan pelayanan publik,

yaitu:

1. Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih

baik dalam wilayah kewenangan yang terbatas/terukur.

Pendekatan pelayanan melalui pemerintahan yang baru

diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang

lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui

pemerintahan daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan


yang lebih luas melalui proses perencanaan pembangunan

daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan publik

sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia.

2. Mepercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui

perbaikan kerangka pengembangan ekonomi daerah

berbasiskan potensi lokal. Dengan dikembangkan daerah baru

yang otonom, maka akan memberikan peluang untuk menggali

berbagai potensi ekonomi daerah baru yang selama ini tidak

tergali.

3. Penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor

pemerintahan dan bagi-bagi kekuasaan di bidang politik dan

pemerintahan. Kenyataan politik seperti ini juga mendapat

dukungan yang besar dari masyarakat sipil dan dunia usaha,

karena berbagai peluang ekonomi baru baik secara formal

maupun informal menjadi lebih tersedia sebagai dampak

mengikuti pemekaran wilayah.

2.1.4 Prinsip pemekaran wilayah

Perkembangan wilayah biasanya merupakan wujud dari keinginan

masyarakat di suatu daerah untukk tumbuh dan berkembang dari segi

ekonomi, politik, sosia, budaya dan keamanan, dalam dimensi geografis.

Tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat dari rasio luas wilayah

terbangun (built-up area) terhadap total luas wilayah. Semakin besar

rasionya, maka semakin tinggi tingkat perkembangan wilayahnya.


Semakin luas built-up areanya dapat diartikan semakin tinggi aktivitas

ekonomi masyarakatnya. Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin

rapatnya jaringan jalan, semakin meluasnya wilayahnya perkantoran dan

perdagangan, semakin menyebarnya wilayah pemukiman dengan

kepadatan penduduk yang tinggi dan tingginya peluang kerja7.

Apapun alasanya, pemekaran daerah harus mengutamakan serta

mengedepankan kesejahteraan rakyat8. Alasan-alasan pemekaran wilayah

adalah:

1. Alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

Hal ini dijadikan alasan utama karena adanya kendala geografis,

insfrastruktur dan sarana perhubungan yang minim.

2. Alasan Historis

Pemekaran suatu daerah dilakukan karena alasan sejarah, yaitu

bahwa daerah hasil pemekaran memiliki nilai historis tertentu.

3. Alasan Kultural atau budaya (etnis)

Pemekaran wilayah terjadi karena menganggap adanya perbedaan

budaya antara daerah yang bersangkutan dengan daerah induknya.

4. Alasan ekonomi

Pemekaran wilayah diharapkan dapat mempercepat pembangunan

di daerah.

5. Alasan anggaran

7
Harmantyo, Dj. Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah, dan Pola Perkembangan Wilayah di
Indonesia, http://geografi.ui.ac.id.
8
Anonim.Enam Alasan Pemekaran/Pembentukan Daerah Otonom http://phylopop.com
Pemekaran daerah dilakukan untuk mendapatkan anggaran dari

pemerintah. Sebagaimana diketahui daerah yang dimekarkan akan

mendapatkan anggaran dari daerah induk selama 3 tahun dan

mendapatkan dana dari pemerintah pusat (DAU dan DAK).

6. Alasan keadilan

Pemekaran dijadikan alasan untuk mendapatkan keadilan. Artinya,

pemekaran daerah diharapkan akan menciptakan keadilan dalam

hal pengisian jabatan publik dan pemerataan pembangunan.

2.1.5 Tujuan pemekaran wilayah

Tujuan yang relevan dengan pemekaran daerah adalah untuk:

a. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat

b. Memperkokoh basis ekonomi rakyat

c. Mengatur perimbang keuangan daerah dan pusat

d. Membuka peluang dan lapangan pekerjaan

e. Memberikan peluang daerah mendapatkan investor secara

langsung9.

Kebijakan yang banyak di atur dalam regulasi yang ada selama ini

adalah kebijakan tentang pemekaran daerah. Rumusan tujuan

kebijakan pemekaran daerah telah banyak dituangkan dalam berbagai

kebijakan-kebijakan yang ada selama ini, baik dalam undang-undang

maupun peraturan pemerintah. Dalam regulasi-regulasi ini, secara

umum bisa dikatakan bahwa kebijakan pembentukan, penghapusan

dan penggabungan harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan


9
Gulo, M.R. Memahami dengan benar tujuan pemekaran. http://niasbaratwordpress.com
masyarakat, melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan

pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan

pengelolaan potensi daerah, dan peningkatan keamanan dan

ketertiban10.

2.1.6 Dampak Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah berimplikasi pada segala aspek kehidupan.

Dampak-dampak pemekaran wilayah meliputi hal-hal sebagai berikut11:

a. Dampak Sosio Kultural

Dari dimensi sosial, politik dan kultural, bisa dikatakan

bahwa pemekaran daerah mempunyai beberapa implikasi positif,

seperti pengakuan sosial, politik dan kultural terhadap masyarakat

daerah. Melalui kebijakan pemekaran, sebuah entitas masyarakat

yang mempunyai sejarah kohesivitas dan kebesaran yang panjang,

kemudian memperoleh pengakuan setelah dimekarkan sebagai

daerah otonom baru. Pengakuan ini memberikan kontribusi positif

terhadap kepuasan masyarakat, dukungan daerah terhadap

pemerintah nasional, serta manajemen konflik antar kelompok atau

golongan dalam masyarakat.

Namun demikian, kebijakan pemekaran juga bisa memicu

konflik antar masyarakat, antar pemerintah daerah yang pada

gilirannya juga menimbulkan masalah konflik horisontal dalam


10
Khalid,TM. Otonomi Daerah: tujuan pemekaran dan penggabungan Daerah.
http://tengkumahesakhalid.blogspot.com
11
Supra catatan kaki nomor 19.
masyarakat. Sengketa antara pemerintah daerah induk dengan

pemerintah daerah pemekaran dalam hal pengalihan aset dan batas

wilayah, juga sering berimplikasi pada ketegangan antar

masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah daerah.

b. Dampak pada pelayanan publik

Dari dimensi pelayanan publik, pemekaran daerah

memperpendek jarak geogrfis antara pemukiman penduduk dengan

sentra pelayanan, terutama ibu kota pemerintahan daerah.

Pemekaran juga mempersempit rentang kendali antara pemerintah

daerah dengan unit pemerintahan dibawahnya. Pemekaran juga

memungkinkan untuk menghadirkan jenis-jenis pelayanan baru,

seperti pelayanan listrik, telepon, serta fasilitas urban lainnya,

terutama di wilayah ibu kota daeah pemekaran.

Pemekaran juga menimbulkan implikasi negatif bagi

pelayanan publik, terutama pada skala nasional, terkait dengan

alokasi anggaran untuk pelayanan publik yang berkurang. Hal ini

disebabkan adanya kebutuhan belanja aparat dan infrastruktur

pemerintahan lainnya yang bertambah dalam jumlah yang

signifikan sejalan dengan pembentukan DPRD dan birokrasi di

daerah hasil pemekaran. Namun, kalau dilihat dari kepentingan

daerah semata, pemekaran akan memperoleh alokasi DAU dalam

posisi sebagai daerah otonom baru.

c. Dampak bagi pembangunan ekonomi


Pasca terbentuknya DOB terdapat peluang yang besar bagi

akselerasi pembangunan ekonomi di wilayah yang baru diberi

status sebagai daerah otonom dengan pemerintahan sendiri. Bukan

hanya insfrastruktur pemerintahan yang terbangun, tetapi juga

insfrastruktur fisik yang menyertainya, seperti infrastruktur

kebijakan pembangunan ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah daerah otonom baru. Semua infrastruktur ini membuka

peluang yang lebih besar bagi wilayah hasil pemekaran untuk

mengakselerasi pembangunan ekonomi.

Namun kemungkinan akselerasi pembangunan ini harus

dibayar dengan ongkos yang mahal, terutama anggaran yang

dikeluarkan untuk membiayai pemerintah daerah, seperti belanja

pegawai dan belanja operasional pemerintahan daerah lainnya. Dari

sisi teoritik, belanja ini bisa diminimalisir apabila akselerasi

pembangunan ekonomi daerah bisa dilakukan tanpa menghadirkan

pemerintah daerah otonom baru melalui kebijakan pemekaran

daerah. Melalui kebijakan pembangunan ekonomi wilayah yang

menjangkau seluruh wilayah, akselerasi pembangunan ekonomi

tetap dimungkinkan untuk dilakukan dengan harga yang murah.

Namun, dalam perspektif masyarakat daerah, selama ini tidak ada

bukti yang meyakinkan bahwa pemerintah nasional akan

melakukan tanpa kehadiran pemerintah daerah otonom.

d. Dampak pada pertahanan, keamanan dan integrasi Nasional


Pembentukan DOB bagi beberapa masyarakat pedalaman

dan masyarakat di wilayah perbatasan dengan Negara lain,

merupakan isu politik nasional yang penting. Bagi masyarakat

tersebut, bisa jadi mereka tidak pernah melihat dan merasakan

kehadiran ‘Indonesia’ terutama ditandai dengan kehadiran tentara

atas nama pengendalian terhadap gerakan separatis. Pemekaran

daerah otonom, oleh karenanya, bisa memperbaiki penanganan

politik nasional di daerah melalui peningkatan dukungan terhadap

pemerintah nasional dan menghadirkan pemerintahan pada level

yang lebih bawah.

Tetapi, kehadiran pemerintah DOB ini harus dibayar

dengan ongkos ekonomi yang mahal, terutama dalam bentuk

belanja aparat dan operasional lainnya. Selain itu seringkali ongkos

politiknya juga bisa sangat mahal, apabila pengelolaan politik

selama proses dan pasca pemekaran tidak bisa dilakukan dengan

baik. Sebagaimana terbukti pada beberapa daerah hasil pemekaran,

ketidakmampuan untuk membangun inklusifitas politik antar

kelompok dalam masyarakat mengakibatkan munculnya tuntutan

untuk memekarkan lagi daerah yang baru saja mekar. Untuk

mempersiapkan upaya pemekaran ini, proses pemekaran unit

pemerintah terbawah, seperti desa untuk pemekaran kabupaten dan

pemekaran kabupaten untuk pemekaran provinsi, merupakan

masalah baru yang perlu diperhatikan.


Hasil evaluasi pemekaran wilayah menunjukkan bahwa dari

aspek kinerja perekonomian daerah ditemukan dua masalah utama

yang dapat diidentifikasi yaitu: pembagian potensi ekonomi yang

tidak merata, dan beban penduduk miskin yang lebih tinggi12.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi hasil studi menunjukkan

bahwa daerah otonom baru lebih fluktuatif dibandingkan daerah

induk yang relatif stabil dan meningkat. Diketahui bahwa daerah

pemekaran telah melakukan upaya perbaikan kinerja

perekonomian, namun karena masa transisi membutuhkan proses

maka belum semuan potensi ekonomi dapat digerakkan.

Dari sisi pengentasan kemiskinan, peningkatan

kesejahteraan masyarakat di daerah DOB belum dapat mengejar

ketertinggalan daerah induk meskipun kesejahteraan DOB telah

relatif sama dengan daerah-daerah kabupaten lainnya. Dari sisi

ekonomi ketertinggalan DOB terhadap daerah induk maupun

daerah lainnya pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber

daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia, selain

dukungan pemerintah yang belum maksimal dalam mendukung

bergeraknya perekonomian melalui investasi publik.

2.1.7 Pertumbuhan Ekonomi

12
Darmawan, Nazara, S., jackson, D., Ahmad, T. dan Purwanto, D.A Studi Evaluasi Dampak
Pemekaran daerah 2001-2007 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
bekerja sama dengan United nations Development Programe (UNDP). 2008. http://undp.or.id
Kuznet mendefisinikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan

jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara menyediakan semakin

banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan

ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 2

(tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat

dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang. Kedua,

teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang

menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka

macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara

luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan

dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat

manusia dapat dimanfaatkan secara tepat13.

Pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi

barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat14. Pertumbuhan

ekonomi bersangkutan dengan proses peningkatan produksi barang dan

jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan

diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output

perkapita, dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah

13
Jhingan, ML., Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2000)
14
Setiawan, Iwan, “Analisis Akses Desa-desa di Kabupaten Bandung Terhadap sumber-sumber
Produktif”. (Laporan Penelitian UNPAD, Bandung, 2006).
penduduk, karena output perkapita adalah output total dibagi dengan

jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan

melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah

penduduk dipihak lain, pertumbuhan ekonomi mencakup (GDP) total dan

pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi regional menyangkut perkembangan

berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi

(output) dan pendapatan. Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan

ekonomi dari setiap Negara, ketiga faktor tersebut adalah15.

1) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi

baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau

sumber daya manusia.

2) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak

jumlah angkatan kerja.

3) Kemajuan teknologi, berupa cara baru atau perbaikan atas cara-cara

lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan.

Menurut teori klasik, akumulasi modal serta jumlah tenaga kerja

memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Smith

menyebut ada tiga unsur pokok dalam produksi suatru Negara, yaitu:

a) Sumber daya yang tersedia, yaitu tanah.

b) Sumber daya insani, yaitu jumlah penduduk.

c) Stock barang modal yang ada.

15
Todaro, M.O., dan Smith, S.C. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2006). h. 92.
Ada beberapa yang penting peranannya dalam pertumbuhan

ekonomi, yaitu: peranan sistem pasaran bebas, perluasan pasar, spesialisasi

dan kemajuan teknologi. Menurut pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi

secara terus menerus tetapi mengalami keadaan dimana adakalanya

mengalami perkembangan dan adakala mengalami kemunduran.

Konjungtur tersebut disebabkan oleh kegiatan para pengusaha

(entrepreneur) yang melakukan inovasi atau pembaruan dalam kegiatan

mereka menghasilkan barang dan jasa. Untuk mewujudkan inovasi, maka

perlu dilakukan investasi sehingga dengan adanya investasi ini diharapkan

dapat meningkatkan kegiatan ekonomi16.

Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan pertumbuhan

ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata.

Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa

pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

Banyak terdapat definisi tentang pembangunan ekonomi. Dari

tinjauan tenang pengertian pembangunan ekonomi yang diartikan sebagai

proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu

masyarakat mengalami peningkatan dalam jangka panjang. Dari definisi

ini mengandung unsur yaitu:

16
Pressman, Steven, Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia, Terjemahan Edisi Pertama (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada), h. 155.
a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang

didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk

investasi.

b. Usaha peningkatan pendapatan.

c. Berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Dalam analisis teori pertumbuhan ekonomi menurut teori Harod-

Domar, menjelaskan tentang syarat yang harus dipenuhi supaya

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (Stready growth)

dalam jangka panjang. Asumsi yang digunakan oleh Harod-Domar dalam

teori pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh beberapa hal-hal berikut:

a) Tahap awal perekonomian telah mencapai tingkat full employment.

b) Perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga (konsumen) dan

sektor perusahaan (produsen).

c) Fungsi tabungan dimulai dari titik nol, sehingga besarnya tabungan

proporsional dengan pendapatan.

d) Hasrat menabung batas (Marginal Propencity to Save) besarnya

tetap.

sehingga menurut Harod-Domar pertumbuhan ekonomi yang teguh akan

mencapai kapasitas penuh (full capacity) dalam jangka panjang.

2.1.8 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka

panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri


ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-

penyesuaian teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai

tuntutan keadaan yang ada.

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin

banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan

ini sesuai dengan proses ideologis Negara yang bersangkutan 17. Sementara

itu, Kuznets menunjukkan 6 ciri dari pertumbuhan ekonomi 18:

1) Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk

perkapita yang tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan

penduduk yang cepat.

2) Pertumbuhan ekonomi terlihat dari semakin meningkatnya laju

pendapatan perkapita terutama sebagai akibat adanya perbaikan

kualitas input yang meningkatkan efisiensi atau produktivitas per

unit input.

3) Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya perubahan struktur

ekonomi yaitu dari sektor pertanian ke sektor industi jasa.

4) Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah

penduduk yang berpindah dari pedesaan ke perkotaan.

5) Pertumbuhan ekonomi terjadi karena adanya ekspansi Negara maju

dan adanya kekuatan dalam hubungan internasional.

17
Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Edke-10, Det ke-10. Terjemahan dari
Judul Asli “The Economics of Development and Planning”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003.
18
Ibid
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai suatu

proses dimana Produk Domestic Regional Bruto riil perkapita meningkat

secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas perkapita19. Sasaran

berupa kenaikan pendapatan nasional dan pendapatan riil perkapita

merupakan tujuan utama yang perlu dicapai melalui penyediaan dan

pengerahan sumber-sumber produksi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu:

proses, output perkapita dan jangka panjang yang mencerminkan aspek

dinamis dari suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke

waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu alat pengukur prestasi dari

suatu perkembangan perekonomian20.

2.1.9 Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian wilayah dapat diketahui melalui beberapa indikator

pembangunan ekonomi yang dapat dilihat melalui statistik pendapatan

regional secara berkala. Dari data statistik tersebut nantinya akan

diketahui:

1) Tingkat pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dalam PDRB harga

konstan, dimana akan menunjukkan laju pertumbuhan

perekonomian suatu daerah, baik secara menyeluruh maupun

persektor.

19
Salvatore, D. Ekonomi Internasional. Ed-ke-5, Cet ke-1, Terjemahan dari judul Asli
“Internasional Economies”. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1997.
20
Sukirno, sadono, Ekonomi Pembangunan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 423
2) Tingkat kemakmuran daerah, untuk mengetahui tingkat

kemakmuran suatu daerah perlu dilakukan perbandingan dengan

daerah lain, sedangkan untuk mengetahui perkembangannya

melalui pendapatan perkapita secara berkala.

3) Tingkat inflasi dan deflasi.

4) Gambaran struktur perekonomian yang dapat diketahui melalui

sumbangan dari masing-masing sektor pembangunan terhadap

PDRB21.

Agar pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sasaran sesuai dengan

tujuan, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan

suatu strategis pembangunan yang tepat. Program pembangunan di

kebanyakan negara sedang berkembang sering lebih ditekankan pada

pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan sektor

produktif, hal ini dimaksud guna meningkatkan produktivitas barang dan

jasa sehingga PDRB negara/daerah tersebut juga meningkat. Oleh karena

itu salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan

ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang

mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian22.

2.1.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa faktor yang dipandang sebagai sumber penting yang

dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi adalah: tanah dan kekayaan

alam lainnya, jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, barang-

21
Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: UPP STIM Yogyakarta, 2010).
22
Ibid.
barang modal dan tingkat teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat

dan luas pasar23. Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan

ekonomi dari setiap Negara. Ketiga faktor tersebut adalah24:

1) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi

baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau

sumber daya manusia.

2) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja.

Pertumbuhan Penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional telah dianggap

positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin

banyak angkatan kerja berarti semakin produktif tenaga kerja,

sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi

pasar domestik.

3) Kemajuan teknologi.

Kemajuan teknologi merupakan faktor yang sangat penting bagi

pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuk yang paling sederhana,

kemajuan teknologi disebabkan cara-cara baru dan cara-cara lama

yang diperbaiki dalam melakukan kegiatan-kegiatan tradisional.

2.1.11 Pengeluaran Daerah

Menurut UU No.33 Tahun 2004 belanja daerah/pengeluaran

pemerintah dimaksudkan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang

23
Ibid.
24
Ibid.
bersangkutan. Berdasarkan sifar ekonominya belanja daerah terdiri atas

belanja pegawai dan belanja barang, subsidi, hibah dan bantuan sosial.

Sedangkan berdasarkan fungsinya belanja daerah terdiri dari belanja untuk

pembangunan perumahan dan fasilitas umum, peningkatan kesehatan,

pariwisata, agama, pendidikan serta perlindungan sosial.

Pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu

tahun anggaran dan akan menambah aset dan kekayaan daerah.

Pengeluaran pemerintah pada APBN dan APBD pada prisipnya bertujuan

untuk sebesar-besarnya dimanfaatkan bagi pelayanan masyarakat dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam teori ekonomi, jika

pendapatan perkapita meningkat maka secara relatif pengeluaran

pemerintah juga meningkat, terutama pengeluaran pemerintah untuk

mengatur hubungan dalam masyarakat seperti hukum, pendidikan,

kebudayaan, dan sebagainya. Kebijakan ini dikaitkan dengan prasarana

pemerintah sebagai penyedia barang publik. Semakin banyak pengeluaran

pemerintah daerah yang tidak produktif, maka semakin kecil tingkat

pertumbuhan perekonomian daerah25.

2.1.12 Jumlah Penduduk

Penduduk termasuk bagian penting dalam perekonomian karena

penduduk sebagai pelaku kegiatan ekonomi dan menyediakan tenaga

kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap

sebagai faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi karena jumlah

25
Halim abdul, Kusufi, Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi sektor Publik, (Jakarta: Salemba
Empat, 2012).
tenaga kerja yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar

domestik26. Namun Patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan

penawaran tenaga kerja akan memberikan efek positif atau negatif

terhadap perkembangan ekonomi. Hal ini tergantung sepenuhnya pada

kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap secara produktif

memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut.

Terdapat 2 ciri penting dari sifat penduduk di negara-negara

berkembang yang menimbulkan efek buruk kepada usaha pembangunan

yaitu pertama, dibeberapa negara jumlah penduduknya relatif besar dan

yang kedua, yaitu tingkat pertumbuhan penduduk relatif cepat. Disatu

pihak negara-negara tersebut memiliki sumber-sumber dan kemampuan

yang terbatas dalam pembangunan ekonomi, namun dilain pihak mereka

harus mewujudkan kesempatan kerja dan berusaha menaikkan

kemakmuran untuk sebagian besar penduduk dunia yang bertambah27.

Pertumbuhan penduduk yang cepat makin menambah kerumitan

dalam usaha-usaha pembangunan di negara-negara yang sedang

berkembang. Karena di satu pihak pertumbuhan penduduk yang cepat akan

menambah jumlah tenaga kerja, namun dilain pihak negara tersebut

mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk menciptakan

kesempatan kerja sehingga timbul masalah penggangguran yang sangat

26
Halim abdul, Kusufi, Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi sektor Publik, (Jakarta: Salemba
Empat, 2012).
27
Sukirno, Sudono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raka Grafindo Persada, 2006).
serius dan masalah urbanisasi dan akhirnya berdampak terhadap

perekonomian daerah tersebut28.

2.1.13 Indeks Pembangunan Manusia

Ramirez berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang diukur dengan

pembangunan manusia (human development)29. Pembangunan manusia

merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia

(penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan

pembangunan, yaitu tercapainya pennguasaan atas sumber daya

(pendapatan untuk mencapai hidup layak), Peningkatan derajat kesehatan

(usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara khusus mengukur

capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas

hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan ketiga

komponen: capaian umur panjang, dan sehat yang mewakili bidang

kesehatan, angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya

bersekolah mengukur kinerja pembangunan bidang pendidikan dan

kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok

yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai

pendekatan pendapatan. Pembangunan harus memberikan dampak

terhadap peningkatan kualitas hidup manusia. Hal ini menunjukkan

28
Sardi, Analisis Pengaruh Pengeluaran dan Jumlah Penduduk terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Provinsi Aceh, (Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2012).
29
Sasana, H., “Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10.
pentingnya pembangunan human capital dalam rangka untuk menstimulasi

pertumbuhan ekonomi30.

2.1.14 Stabilitas Perekonomian

Stabilitas perekonomian adalah prasyarat dasar untuk tercapainya

peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan

peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting

untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi.

Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variable ekonomi

makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya antara

permintaan domestik dengan keluaran nasional, neraca pembayaran,

penerimaan dan pengeluaran fiskal, serta tabungan dan investasi.

Hubungan tersebut tidak selalu harus dalam keseimbangan yang sangat

tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya tetap

sejalan dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai secara

berkesinambungan31.

Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi

bagi perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan

masyarakat, baik swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana

ke depan, khususnya dalam jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi

investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menurunkan potensi

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Adanya fluktuasi yang tinggi

30
Maiharyanti, Eva, “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan
Belanja Modal sebagai Variabel Intervenning Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Naggroe Aceh
Darussalam”, (2010).
31
Stabilitas ekonomi dalam berbagai sistem, tersedia di
https://malqinstitute.wordpress.com/2010/06/23/stabilitas-ekonomi-dalam-berbagai-sistem, (2010).
dalam pertumbuhan keluaran produksi akan mengurangi tingkat keahlian

tenaga kerja yang lama mengganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi

yang tinggi menimbulkan biaya yang sangat besar kepada masyarakat.

Beban terberat akibat inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk

miskin yang mengalami penurunan daya beli. Inflasi yang berfluktuasi

tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan harga yang disebabkan oleh

perubahan permintaan atau penawaran barang dan jasa dari kenaikan

umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih.

Akibatnya terjadi alokasi inefisiensi sumber daya.

Mengingat pentingnya stabilitas ekonomi bagi kelancaran dan

pencapaian sasaran pembangunan nasional, Pemerintah harus bertekad

untuk terus menciptakan dan memantapkan stabilitas ekonomi. Salah satu

arah kerangka ekonomi dalam jangka menengah adalah untuk menjaga

stabilitas ekonomi dan mencegah timbulnya fluktuasi yang berlebihan di

dalam perekonomian.

Stabilitas ekonomi tidak hanya bergantung pada pengelolaan

besaran ekonomi makro semata, tetapi juga tergantung kepada struktur

pasar dan sektor-sektor. Untuk memantapkan stabilitas ekonomi makro,

kebijakan ekonomi makro, melalui kebijakan fiskal dan moneter yang

terkoodinasi dengan baik, harus didukung oleh kebijakan reformasi

struktural, yang ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi

pasar, antara lain pasar modal dan uang, pasar tenaga kerja serta pasar
barang dan jasa, dan sektor-sektor meliputi seperti sektor industri,

pertanian, perdagangan, keuangan dan perbankan.

Pemerintah telah menetapkan 10 langkah dalam rangka stabilitas

perekonomian untuk menghadapi situasi pasar finansial global yang

sedang melemah. Sepuluh langkah tersebut adalah hasil dari Rapat

Kabinet, keputusan tersebut dibacakan oleh Sri Mulyani Indrawati yang

didampingi oleh Gubernur BI, Menneg BUMN dan Menteri Perdagangan.

Adapun 10 langkah tersebut untuk menjaga keseimbangan ekonomi agar

tidak ada gangguan yang terlalu banyak dan menjaga agar masyarakat

terhindar dari dampak yang tidak menguntungkan. Isi dari pada sepuluh

langkah tersebut yaitu:

(1) Menjaga kesinambungan neraca pembayaran atau devisa dengan

mewajibkan seluruh BUMN menempatkan seluruh hasil valasnya

di bank dalam negeri dalam 1 clearing house.BUMN diwajibkan

melaporkan informasi tentang penghasilan dan kebutuhan valas ke

kantor kementerian BUMN dan transaksinya dilaksanakan melalui

perbankan (Bank BUMN) secara mingguan dan di update setiap

hari.

(2) Menjaga kesinambungan neraca pembayaran atau devisa dan

mempercepat pembangunan insfrastruktur dengan mempercepat

pelaksanaan proyek-proyek yang sudah mendapatkan komitmen

pembiayaan baik bilateral maupun multilateral.


(3) Menjaga stabilitas likuiditas dan mencegah terjadinya perang harga

dengan menginstruksikan BUMN untuk tidak melakukan

pemindahan dana dari bank ke bank.

(4) Menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap Surat Utang Negara

dengan melakukan stabilitasi pasar SUN yakni pemerintah bersama

dengan BI melakukan pembelian SUN di pasar sekunder.

Pembelian kembali SUN dilakukan secara bertahap dalam jumlah

yang terukur.

(5) Menjaga kesinambungan neraca pembayaran atau devisa dengan

memanfaatkan billateral swap arrangement dari Bank of Japan,

Bank of Korea dan Bank of China apabila diperlukan.

(6) Menjaga keberlangsungan ekspor dengan memberikan garansi

terhadap risiko pembayaran dari pembeli dengan menyediakan

fasilitas rediskonto wesel ekspor dengan resource yang berlaku

mulai 1 November.

(7) Menjaga keberlangsungan ekonomi terutama sektor riil dengan

pengurangan pengutan ekpor CPO menjadi nol persen per 1

November.

(8) Menjaga kesinambungan fiskal 2009. Langkah yang akan diambil

untuk menjaga kesinambungan APBN.

(9) Mencegah importansi ilegal. Ada dua langkah dalam

melakukannya, yaitu:
a. Menerbitkan ketentuan tentang importansi komoditi

tertentu yakni garmen, elektronika, makanan dan minuman,

mainan anak-anak dan sepatu, hanya bisa diimpor oleh

importir terdaftar dan kewajiban verifikasi di pelabuhan

muat.

b. Menetapkan pelabuhan-pelabuhan tertentu yang terbuka

untuk barang-barang tertentu. Yakni pelabuhan Tanjung

Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Belawan, Bandara

Soekarno Hatta, Pelabuhan Makassar dan Bandar Juanda.

(10) Meningkatkan Pengawasan barang beredar dengan membentuk

task force terpadu antara instansi terkait.

Dari pengertian diatas pemerintah telah menyadari tentang

pentingnya menjaga stabilitas perekonomian baik dari struktur

pemerintahan atas sampai ke daerah-daerah, oleh sebab itu maka

pentingnya memperhatikan kondisi stabilitas perekonomian di daerah

karna akan berpengaruh terhadap kondisi stabilitas ekonomi di Negara.

2.3 Penelitian Terdahulu

(1) Nunik Retno Herawati

Judul penelitian “Pemekaran Daerah di Indonesia”. Adapun metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan

hasil penelitian menyatakan perbaikan di awal proses usulan pemekaran

daerah sampai pada pasca pemekaran daerah. Pada perbaikan proses,

pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan tegas tentang usulan
pemekaran daerah. Peran masyarakat sipil harus dituangkan secara jelas

dalam peraturan perundang-undangan dalam bentuk referendum untuk

menentukan pilihan perlu atau tidaknya dilakukan pemekaran wilayah.

Selain itu, sebelum ada persetujuan dari pemerintah, daerah yang

mengusulkan harus mempersiapkan pembentukan daerah persiapan

pemekaran. Daerah persiapan ini dapat ditetapkan sebagai daerah otonomi

baru apabila dipandang layak dan perlu sesuai dengan persyaratan dan

ketentuan yang berlaku32.

(2) Bismar Arianto,M.Si dan Afrizal,M.Si

Judul penelitiannya adalah “Fenomena Pemekaran Daerah di Provinsi

Kepulauan Riau” . Adapun metode yang digunakan dalam penelitiannya

masuk dalam kategori penelitian kualitatif . Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah telaah pustaka dan wawancara mendalam terhadap

sejumlah responden yang terdiri dari aparatur pemerintah, pelaku/elit

pemekaran, tokoh masyarakat, akademi dan NGO. Teknik analisa data

yang digunakan adalah analisa secara deskriptif kualitatif. Hasil dari

penelitian ini adalah dari proses pemekaran Kabupaten Bintan menjadi

Kabupaten Bintan Utara dan Kabupaten Bintan Timur. Kabupaten Bintan

Utara menjadi kabupaten induk, namun masih adanya pro dan kontra

dalam pemekarannya dan pemerintah harus semangat dalam mewujudkan

pemerintahan yang efektif dan efisien dalam melayani kepentingan

masyarakat33.
32
Nunik Retno Herawati, “Pemekaran Daerah di Indonesia”.
33
Bismar Arianto,M.Si dan Afrizal,M.Si, “Fenomena Pemekaraan daerah di Provinsi Kepulauan
Riau” .
2.4 Kerangka Penelitian

Sebagaimana teori yang telah dikemukakan diatas, pemekaran

wilayah akan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan hidup

kepada masyarakat melalui kenaikan pendapatan perkapita sebagai salah

satunya. Keberhasilan pemekaran dari suatu wilayah secara umum ditandai

dengan terciptanya kondisi yang lebih baik setelah pemekaran dan stabilitas

perkonomian dapat terjaga. Dari pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan

untuk melihat dampak pembentukan daerah otonomi baru Provinsi

Kalimantan Utara dilihat dari dampak terhadap perekonomian di Kabupaten

Bulungan.

Faktor yang ditentukan dalam penelitian ini adalah pengeluaran daerah,

jumlah penduduk, Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Bulungan

setelah pemekaran. Dimana pengeluaran daerah merupakan cerminan

pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.

Konsep teori tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut:

Pemekaran Wilayah/(DOB)

Indeks Pembangunan
Pengeluaran Daerah Jumlah Penduduk
Manusia
(X1) (X2)
(X3)

Stabilitas perekonomian (Y)


Gambar 2.1

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dampak dari pemekaran

daerah otonomi baru terhadap stabilitas perekonomian, maka akan terlihat


dampak yang terjadi dari pembentukan daerah otonomi baru di Kabupaten

Bulungan.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan penelitian, dan

dari berbagai hasil kajian empiris yang dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Maka hipotesis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. H01 : Pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara

tidak berdampak pada stabilitas perekonomian di Kabupaten

Bulungan

2. H1 : Pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara

berdampak pada stabilitas Perekonomian di Kabupaten

Bulungan

3. H02 : Pengeluaran daerah Kabupaten Bulungan tidak terpengaruh

setelah pembentukan daerah otonomi baru Provinsi

Kalimantan Utara

4. H2 : Pengeluaran daerah Kabupaten Bulungan terpengaruh setelah

pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara

5. H03 : Jumlah penduduk di Kabupaten Bulungan tidak terpengaruh

setelah pembentukan daerah otonomi baru Provinsi

Kalimantan Utara

6. H3 : Jumlah penduduk di Kabupaten Bulungan terpengaruh setelah

pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara


7. H04 : Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bulungan tidak

terpengaruh setelah pembentukan daerah otonomi baru

Provinsi Kalimantan Utara

8. H4 : Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bulungan

terpengaruh setelah pembentukan daerah otonomi baru

Provinsi Kalimantan Utara

9. H05 : Pengeluaran daerah, Jumlah penduduk, Indeks Pembangunan

Manusia di Kabupaten Bulungan tidak terpengaruh setelah

pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara

10. H5 : Pengeluaran daerah, Jumlah penduduk, Indeks Pembangunan

Manusia di Kabupaten Bulungan terpengaruh setelah

pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

penelitian secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang

penyajian datanya di dominasi dalam bentuk angka dan analisis data yang

digunakan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis34.

Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analisis,

karena dalam penelitian ini menggambarkan gambaran tentang dampak

pembentukan daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara terhadap

stabilitas perekonomian di Kabupaten Bulungan yang dilihat berdasarkan

data-data, juga menyajikan data, menganalisis serta

menginterpretasikannya.

Deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan

gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu 35. Dalam

kaitannya dengan penelitian ini menggambarkan apa adanya, tentang hal-

hal yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas

perekonomian di Kabupaten Bulungan.

34
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2011), h. 97.
35
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial, dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h.47.
3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian adalah di Kabupaten Bulungan Provinsi

Kalimantan Utara, pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara berada

di Tanjung selor yang menjadi bagian wilayah dari Kabupaten Bulungan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha menghimpun data dilokasi penelitian, penulis

menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, tersusun dari berbagai proses-proses

pengamatan dan ingatan36. Dalam hal ini penulis melakukan

pengamatan dilapangan untuk memperoleh data yang objektif dan

akurat sebagai bukti atau fakta penelitian yang sangat kuat.

Pengamatan langsung ini dilakukan terhadap keadaan dan proses

kegiatan yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dengan ini

peneliti mengobservasi kegiatan-kegiatan perekonomian dan situasi

lingkungan sekaligus mengamati faktor-faktor pendukung dan

penghambat kegiatan perekonomian yang terjadi di daerah otonomi

baru Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Bulungan yang

berhubungan dengan stabilatas perekonomian.

b. Studi Pustaka

36
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Alfabeta: Bandung, 2006), h.145
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil

data dari literatur terkait dan sumber-sumber lain seperti buku,

catatan maupun laporan hasil penelitian terdahulu yang dianggap

dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini37. Penulis

menggunakan metode ini untuk mendapatkan data dari penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dareah otonomi baru

dam pemekaran wilayah serta dampaknya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel berupa catatan, trasnskrip, dan buku-buku, surat kabar,

majalah dapat juga berbentuk file yang tersimpan di server serta data

yang tersimpan di website38. Data ini bersifat tidak terbatas ruang

dan waktu. Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan

data-data resmi yang diterbitkan badan pusat statistik.

3.4 Definisi Operaional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Pengeluaran daerah (PD) adalah jumlah pengeluaran pemerintah

daerah Kabupaten Bulungan melalui belanja langsung dan belanja

tidak langsung yang ditukar dalam rupiah setelah terbentuknya

daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara.

37
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press,2015), hlm.157.
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm.231.
b) Jumlah Penduduk (JP) merupakan jumlah keseluruhan penduduk

Kabupaten Bulungan yang terdaftar di BPS (satuan jiwa).

c) Indeks Pembangunann Manusia (IPM) adalah indeks komposit

yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata

kesejahteraan suatu negara yang diukur dalam satuan persen.

d) Stabilitas Perekonomian (Y) adalah prasyarat dasar untuk

tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan

yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan.

Variabel Indikator Ukuran Sumber Skala

Pengukuran
Pengeluaran Perkembangan PD yang BPS Rasio (Rp)

Daerah (X1) PD di dibelanjakan

Kabupaten pemerintah

Bulungan
Jumlah Perkembangan JP BPS Satuan Jiwa

Penduduk JP di Keseluruhan

(X2) Kabupaten Kabupaten

Bulungan Bulungan
Indeks Perkembangan Rata-rata BPS Persen

Pembangunan IPM suatu kesejahteraan

Manusia (X3) daerah suatu daerah


Stabilitas Perkembangan Kabupaten Hasil Deskriptif

Perekonomian kesejahteraan Bulungan pengolahan

(Y) dan kualitas data

masyarakat
Tabel 3.1

Definisi Operasional

3.5 Teknik Pengambilan sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini

adalah Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu39. Adapun alasan pemilihan

sampel dalam penelitian ini adalah data yang diterbitkan oleh BPS

Kabupaten Bulungan, BPS Provinsi Kalimantan Utara. Data yang diambil

adalah data di atas tahun 2010 sadan di bawah tahun 2019.

3.6 Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya penulis menganalisa data

tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam menganalisa ini penulis

menggunakan metode berfikir deduktif, yakni berangkat dari fakta-fakta

yang umum, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta

dan peristiwa yang konkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang

mempunyai sifat khusus40.

Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan pendekatan

deskriptif kuantitatif dengan penelitian studi kasus yang dipergunakan

untuk mengumpulkan, mengelola, dan kemudian menyajikan data

observasi agar pihak lain dapat dengan mudah mendapatkan gambaran

mengenai objek dari penelitian ini. Deskriptif Kuantitatif dilakukan untuk

39
Wiratna Sujarweni, Op.Cit, h.81.
40
Sutrisno Hadi, Metode Reasearch, (Yogyakarta: ANDI,2002), h.42.
menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisis pengaruh antar

variabel. Adapun data yang digunakan seabgai bahan penelitian yaitu:

Pengeluaran Daerah
Tahun
Kabupaten Bulungan
2013 Rp 60.567.780.000,00
2014 Rp 75.459.876.000,00
2015 Rp 52.655.210.000,00
2016 Rp 35.255.110.000,00
2017 Rp 22.545.240.000,00
           
Sumber data: Website: https://www.bulungan.go.id/v5/index.php/12-berita/pengumuman-lelang/508-
transparansi-pengelolaan-anggaran-daerah
Tabel 3.2
Pengeluaran Daerah

Kabupaten Penduduk Provinsi Kalimantan Utara


/Kota dan
2013 2014 2015 2016 2017
Provinsi
Malinau 77 788 79 489 81 193 82 901 84 609
Bulungan 129 861 130 759 131 610 132 414 133 166
Tana
21 845 22 963 24 128 25 342 26 607
Tidung
Nunukan 178 400 182 971 187 582 192 235 196 918
Tarakan 236 635 241 069 245 490 249 891 254 262
Jumlah 644 529 657 251 670 003 682 783 695 562
Sumber data: BPS Kalimantan Utara

Tabel 3.3
Jumlah Penduduk

Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia Menurut


dan Provinsi Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
Malinau 69.84 70 70.15 70.71 71.23
Bulungan 68.66 69.25 69.37 69.88 70.74
Tana Tidung 63.79 64.70 64.92 65.64 66.26
Nunukan 62.18 63.13 63.35 64.35 65.10
Tarakan 73.58 74.60 74.70 74.88 75.27
Kalimantan Utara 67.99 68.64 68.76 69.20 69.84
Sumber Data: BPS Kalimantan Utara

Tabel 3.4
Indeks Pembangunan Manusia
3.7 Alat Uji Hipotesis

a) Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Regresi liner berganda

untuk meramalkan pengaruh dua variabel atau lebih terhadap satu

variabel atau untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan

fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan

sebuah variabel terikat (Y)41. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh pengeluaran daerah, jumlah penduduk,

indeks pembangunan manusia, dan stabilitas perekonomian setelah

pembentukan daerah otonomi baru sampai dengan tahun 2018.

b) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi berganda

menunjukan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh

variabel-variabel bebasnya42. Dalam Penelitian ini menggunakan

41
Usman, Husnaini dan Setiadi, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h.241.
42
Santoso Singgih, Mengatasi Masalah Statistik dengan SPSS, (Jakarta:Gramedia, 2004), h.167.
regresi linier berganda maka masing-masing dependen yaitu

pengeluaran daerah, jumlah penduduk, indeks pembangunan

manusia dan variabel stabilitas perekonomian secara parsial dan

stimultan mempengaruhi variabel R2 untuk menyatakan koefisien

determinasi atau seberapa besar dampak variabel pengeluaran

daerah, jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia terhadap

stabilits perekonomian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran umum objek penelitian

Kalimantan Utara (disingkat Kaltara) adalah sebuah provinsi yang

terletak dibagian utara pulau kalimantan. Provinsi ini berbatasan

langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, yaitu Negara bagian

Sabah dan Serawak. Saat ini, Kalimantan Utara merupakan provinsi

termuda Indonesia, resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat

paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2012.

Kementerian Dalam Negeri menetapkan 11 daerah otonomi baru

yang terdiri atas satu provinsi dan 10 kabupaten, termasuk Kaltara pada

hari Senin, 22 April 2013. Bersama dengan penetapan itu, Menteri

Dalam Negeri Gamawan Fauzi melantik kepala daerah masing-masing,

termasuk pejabat Gubernur Kaltara yakni Irianto Lambrie. Infrastruktur

pemerintahan Kalimantan Utara masih dalam proses persiapan yang

direncanakan akan berlangsung paling lama dalam 1 tahun.

Pada tanggal 22 April 2015, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo

melantik Triyono Budi Sasongko sebagai Pejabat Gubernur Kaltara

menggantikan Irianto Lambrie yang telah menjabat selama 2 periode

masa jabatan Pj. Gubernur Kaltara43.

43
Kalimantan Utara, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/kalimantan-utara
Proses pemekaran Kalimantan Utara menjadi suatu provinsi

terpisah dari Kalimantan Timur telah dimulai pada tahun 2000-an.

Setelah melalui proses panjang, pembentukan provinsi Kalimantan

Utara akhirnya disetujui dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25

Oktober 201244.Tujuan pembentukan provinsi ini adalah untuk

mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan, memperpendek rentang kendali

pemerintahan, terutama di kawasan perbatasan. Pemerintah Pusat

berharap dengan adanya pemerintahan provinsi, permasalahan di

perbatasan utara Kalimantan dapat langsung dikontrol dan dikendalikan

oleh pemerintah pusat dan daerah. Diharapkan juga dengan adanya

Provinsi Kaltara dapat meningkatkan perekonomian warga Kalimantan

Utara yang berada di dekat perbatasan dengan negara-negara tetangga.

Saat ini, Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia,

resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada

tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun

2012.

Suku yang mendiami Provinsi Kalimantan Utara yaitu Suku

Tidung, Suku Bulungan, Suku Berau, Suku Banjar, Suku Dayak Abai,

Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Burusu, Suku Dayak Tagal, Suku

Dayak Merap, Suku Lun Bawang / Lun Dayeh, Suku Kayan, Suku

44
Ibid.
Lundayeh, Suku Tagel, Suku Saben, Suku Punan, Suku Badenhg, Suku

Bakung, Suku Makulit, Suku Makasan, Suku Jawa, dan Suku Bugis.

Letak Geografis Provinsi Kalimantan Utara memiliki lokasi yang

sangat strategis dan menguntungkan, karena daerahnya di lewati oleh

alur pelayaran yang termasuk dalam kategori Alur Laut Kawasan

Indonesia II (ALKI II) yang sering dilewati oleh kapal kapal yang

berlayar dari perairan Indonesia ke alur pelayaran internasional meliputi

Kawasan Malaysia, Filipina, Brunei, Singapore dan negara-negara

ASEAN, serta negara-negara Asia Pasifik seperti Hongkong, China,

Korea Selatan dan Jepang.

Bahasa yang digunakan masyarakat Kalimantan Utara adalah

Bahasa Tidung dialek Malinau, Bahasa Tidung dialek Sembakung,

Bahasa Tidung dialek Sesayap, Bahasa Tidung dialek Tarakan atau

Tidung Tengara., Bahasa Banjar, Bahasa Berau, Bahasa Lundayeh,

Bahasa Kutai, dan Bahasa Dayak.

Senjata Tradisional dari Kalimantan Utara yang terkenal adalah

Mandau.Tari Daerah Kalimantan Utara diantaranya Tari Jepen dan Tari

Hadrah. Rumah adat tradisional Kalimantan Utara adalah Rumah Adat

Tidung. Cerita daerah dari Provinsi Kalimantan Utara adalah Legenda

Pesut Mahakam.

Tempat wisata di Kalimantan Utara diantaranya Pantai Amal,

Museum Rumah Bundar, Museum Kerajaan Tidung / Baloy Adat


Tidung, Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Penagkaran

buaya di Juwata, Wana Wisata Persemaian, Bunker tentara Jepang,

Taman Kebun Anggrek, Taman oval Ladang, Taman Obal Markoni,

Taman Oval Malundung, Taman Monumen Penghargaan Kota Tarakan,

Air Terjun karungan, Pulau Sadau, Taman Rekreasi Air 3R, Taman

Nasional Kayan Mentarang, Arung Jeram Sungai Bahau, Air Terjun

Idaman di Tanjung Selor, Air Terjun Long Pin, Arung Jeram Sungai

Giram, Sumber Air Panas Sadau, Gunung Putih, Air Hutan Gunung

Seriang, Monumen Telor Pecah, dan Museum Kesultanan Bulungan.

Pada saat terbitnya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2012 jumlah

penduduk Provinsi Kalimantan Utara berjumlah + 692.163 jiwa, dengan

kepadatan penduduk + 10 Jiwa/Km. Pada aAwal November 2013

setelah terbentuk dan berjalannya roda Pemerintahan Provinsi

Kalimantan Utara selama kurun waktu + 1 (satu) tahun sejak di

ditetapkannya UU No, 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi

Kalimantan Utara, maka terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar

30.842 jiwa atau sebesar 4,45 % jiwa sehingga jumlah penduduk

menjadi sebanyak 723.005 jiwa.

Makanan khas di Kalimantan Utara adalah Kepiting Saus Khas

Tarakan, Kapah Rebus atau Kapah Tumis. Potensi mineral dan energi

yang sudah terdeteksi di Kaltara antara lain batu gamping sebanyak 654

ribu ton di Malinau dan 25 ribu ton di Nunukan, Sirtu 2,50 juta ton di

Nunukan, dan pasir kuarsa sebanyak 1 milyar ton di Nunukan. Terdapat


beberapa perusahaan baik pertambangan Minyak dan Gas Bumi seperti

PT. Pertamina, pertambangan batubara, emas dan mineral lainnya yang

ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Terdapat beberapa

perusahaan batubara baik yang izinnya dari pusat atau PKP2B maupun

izin pertambangan dari Bupati setempat, seperti PT. Pesona

Kathulistiwa Nusantara, PT. Delma Mining Coorporation dan lain-lain.

Hasil alam Kalimantan Utara diantaranya kelapa sawit, kelapa,

kopi, kakao, lada, ikan patin / jambal, udang galah, udang windu, udang

putih, ikan biji nangka, kerapu, kakap, gulamoh, belanak, kepiting,

kerang dara, dan telur penyu.

Kabupaten Bulungan adalah salah satu dari lima kabupaten kota

yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Nama Bulungan berasal dari

sebuah Kesultanan yang pernah ada di daerah tersebut yaitu Kesultanan

Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas. Visi Kabupaten

Bulungan 2016-2021 yaitu “Mewujudkan Kabupaten Bulungan Sebagai

Pusat Pangan Yang Berbasis Industri”. Dalam pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Bulungan mempunyai 6

(Enam) Misi, yaitu:

1. Mewujudkan Kabupaten Bulungan sebagai salah satu pusat

pangan nasional.

2. Mewujudkan industri berbasis masyarakat yang berdaya

saing tinggi.
3. Meningkatkan aksesibilitas infrastruktur dalam upaya

mendorong percepatan pembangunan ekonomi rakyat,

investasi daerah, wilayah pedalaman dan terpencil

sertapemerataan pembangunan antar wilayah.

4. Pemantapan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui

pembangunan di bidang Pendidikan, Kesehatan, dan

Perluasan lapangan pekerjaan serta penerapan teknologi

maju berbasis agribisnis .

5. Mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang tinggi, maju

dan sejahtera.

6. Reformasi birokrasi dan revitalisasi lembaga-lembaga

pemerintahan menuju tata pemerintahan yang bersih,

transparan dan profesional serta berorientasi pada

pelayanan publik.

Kabupaten ini sebelumnya merupakan wilayah Provinsi

Kalimantan Timur. Sejak tahun 1999, kabupaten ini telah dimekarkan

menjadi tiga kabupaten dan satu kota masing-masing Kabupaten

Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan.

Pada tahun 2013, keempat wilayah otonom tersebut beserta Kabupaten

Tana Tidung memisahkan diri dari Kalimantan Timur dan menjadi

wilayah provinsi baru Kalimantan Utara. Tanjung Selor sebagai ibukota

Kabupaten sendiri adalah sebuah kota pedalaman yang tenang dan

nyaman. Hari berdirinya tercatat tanggal 12 Oktober 1790, sebelum


sebagai ibukota Kabupaten sampai tanggal 11 Oktober 1960 merupakan

ibukota Kerajaan Bulungan. Hanya 20 ribu penduduk tinggal di kota

ini, sebagian besar berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan

pedagang. Pada tanggal 17 Juli 2007, dalam Sidang Paripurna DPR RI

telah disetujui pembentukan kabupaten baru, yaitu Kabupaten Tana

Tidung yang merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Nunukan

dan Bulungan. Dari Nunukan, kecamatan Sembakung dipindahkan

menjadi wilayah kabupaten baru tersebut, sedangkan dari Bulungan,

dipindahkan tiga kecamatan, yaitu Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah

Lia.

Untuk menuju ke Tanjung Selor pada umumnya kebanyakan orang

menuju Kota Tarakan dengan pesawat udara. Lantas disambung dengan

Speed boat selama satu jam perjalanan atau pesawat udara yang

berjadwal selama 15 menit. Tetapi bisa juga langsung terbang dari

Balikpapan atau Samarinda menuju Tanjung Selor, karena kota ini telah

memiliki Bandar Udara perintis (Bandar Udara Tanjung Harapan)

dengan jadwal penerbangan reguler dari Samarinda, ibukota Provinsi

Kalimantan Timur45.

2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

Berbagai potensi ekonomi yang terdapat di wilayah Kabupaten

Bulungan yang dapat dipertimbangkan guna memberdayakan ekonomi

rakyat, yaitu di antaranya menyangkut berbagai sektor dan sub sektor :

45
Kabupaten Bulungan, Wikipedia diakses pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulungan
1. Pertanian

Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bulungan tahun

2000 belum mencapai hasil yang optimal. Penggunana lahan

sawah mengalami penurunan sampai 51,36 % yang disebabkan

pemekaran Kabupaten Bulungan menjadi 3 kabupaten dan juga

untuk pertanian tanaman sayur yang menurun dari 64.922 ha pada

tahun 1999 menjadi 9.359 ha pada tahun 2000 yang juga

dikarenakan pemekaran Kabupaten Bulungan. Sehingga ini

menunjukan bahwa potensi lahan untuk Pertanian masih sangat

terbuka luas.

2. Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan antara lain

kelapa, kopi, kakao, lada, cengkih, jambu mete dan lainnya yang

merupakan budidaya campuran dari beberapa jenis perkebunan.

Luas areal perkebunan yang disediakan di Kabupaten Bulungan

adalah seluas 152.007 ha, sedangkan lahan yang dimanfaatkan

baru sebesar 5,1% atau seluas 7.884 ha dengan produksi sebesar

2.113,57 ton. Dengan demikian potensi pengembangan

perkebunan didaerah ini masih sangat besar.

3. Peternakan

Di sektor peternakan, perkembangan produksinya secara

kuantitatif menurun, mengingat berbagai faktor seperti iklim,

bibit, teknologi dan pakan. Sampai tahun 1999 populasi ternak


yang terbesar adalah ternak sapi potong yaitu sebanyak 3.526

ekor atau 37.99% dari total ternak yang terdiri dari sapi potong,

kerbau, kambing dan babi. Kondisi merupakan peluang untuk

mengembangkan ternak sebagai komoditi dagangan untuk

mensuplai Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan.

4. Perikanan

Potensi perikanan yang terdapat di Kabupaten Bulungan

seperti budidaya laut dengan Luas potensi 242.260 hektar yang

sebagian besar belum tergarap, untuk budidaya air payau dengan

luas potensi lahan tambak 150.000 hektar, yang telah tergarap

100.000 hektar dan budidaya air tawar dengan luas potensi lahan

2.701,575 hektar, yang baru tergarap 50 hektar. Kegiatan usaha

pengolahan hasil perikanan yang ada di Kabupaten Bulungan

pada umumnya masih berkisar dalam bentuk usaha rumah tangga

(Home Industry) seperti Pengeringan / Pengasinan ikan Teri,

Putih dan berbagai ikan non ekonomis (rucah), sehingga hal

tersebut menjadi potensi yang harus terus dikembangkan untuk

kemajuan perekonomian daerah.

2. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data-data

yang diperoleh berdasarkan metode sampel yaitu Purposive Sampling.

Dari hasil olah data yang dilakukan dapat dijelaskan mengenai


variabel-variabel yang terdapat pada model regresi berganda. Data-

data yang diperlukan dalam analisis ini diperoleh terdiri dari

Pengeluaran Daerah, Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan

Manusia.

(1) Perkembangan pengeluaran daerah Kabupaten Bulungan sebagai

dampak daerah otonomi baru

Pengeluaran Stabilitas

Tahun Daerah (PD) Perekonomian (Y)

(Juta Rupiah) (Dalam Prosentase)


2013 60.567.780 -
2014 75.459.876 24,58
2015 52.655.210 -30,22
2016 40.255.110 -23,54
2017 38.545.240 -4,24
Sumber data: Website: https://www.bulungan.go.id/v5/index.php/12-berita/pengumuman-lelang/508-
transparansi-pengelolaan-anggaran-daerah (Diolah)
Tabel 4.1
Pengeluaran Daerah

Berdasarkan tabel 4.1 diatas pengeluaran daerah Kabupaten


Bulungan setelah mengalami dampak daerah otonomi baru terdapat
penurunan pengeluaran daerah, yaitu dari tahun 2015 di angka
52.655.210 mengalami penurunan di tahun 2016 sebanyak 30,22% di
angka 40.255.110 dan terjadi penurunan lagi di tahun 2017.

(2) Perkembangan Jumlah Penduduk (JP) Kabupaten Bulungan

sebagai dampak daerah otonomi baru

Penduduk adalah populasi manusia yang menempati area

atau wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu yang berada

dalam suatu wilayah terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan

saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinyu.


Penduduk merupakan suatu hal yang sangat penting karena

merupakan modal dasar dalam pembangunan dan perekonomian

suatu wilayah. Penduduk juga termasuk bagian dari

perekonomian karena penduduk sebagai pelaku kegiatan ekonomi

dan menyediakan tenaga kerja. Perkembangan jumlah penduduk

Kabupaten Bulungan selama kurun waktu penelitian pada tabel

4.2.

Stabilitas
Jumlah Penduduk
Tahun Perekonomian (Y)
(JP) (Jiwa)
(Dalam Prosentase)
2013 129 861 -
2014 129 861 0,69
2015 129 861 0,65
2016 129 861 0,61
2017 129 861 0,57
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (Diolah)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk Kabupaten Bulungan dalam kurun waktu penelitian

2013-2017 cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah

penduduk menurun setalah adanya pembentukan daerah otonomi

baru di tahun 2013 dan menurun hingga 0,57% di tahun 2017.

(3) Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten

Bulungan sebagai dampak daerah otonomi baru


Konsep dari pembangunan manusia seutuhnya adalah

konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk

baik secara fisik, mental, maupun secara spiritual. Bahkan

disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan

pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang seiring

dengan pertumbuhan ekonomi. Sehingga manusia dapat dikatakan

sebagai modal utama daya saing nasional.

Indeks Stabilitas

Tahun Pembangunan Perekonomian (Y)

Manusia (IPM) (Dalam Prosentase)


2013 68,66 -
2014 69,25 0,86
2015 69,37 0,17
2016 69,88 0,74
2017 70,74 1,23
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara (Diolah)

Tabel 4.3

Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pencapaian IPM

Kabupaten Bulungan selama 2013-2017 mengalami penurunan

dan peningkatan. Adapun penurunan terjadi di tahun 2014 ke

tahun 2015 dan segera mengalami peningkatan di tahun

setelahnya sampai tahun 2017.

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh

mana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan


variabel dependen. Apabila angka determinasi semakin kuat, yang

berarti variabel-variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien

determinasi yang lebih kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah

terbatas.

Tabel 4.4

Hasil pengujian Adjused R Square

Dari tabel 4.4 dapat dianalisis pengaruh variabel

pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan indeks pembangunan

manusia terhadap stabilitas perekonomian, hal ini ditunjukkan

oleh koefisiensi determinasi Adjused R Square sama dengan

0,996 yang artinya adalah besarnya pengaruh yang ditimbulkan

oleh variabel bebas dalam hal ini menjelaskan variabel stabilitas

perekonomian sebesar 99,60% sedangkan sisanya 0,40%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimaksud dalam

penelitian ini.

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Regresi berganda berguna

untuk meramalkan dua variable prediktor atau lebih terhadap satu

variabel kriterium atau untuk membuktikan ada atau tidanya


hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau

lebih dengan sebuah variabel terkait (Y). Analisis regresi

berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengerahui

pengaruh pengeluaran daerah, jumlah penduduk, dan indeks

pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di

kabupaten bulungan periode 2013-2017. Formulasi persamaan

regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi

Y=2.920+1.432X1+0.028X2-0.974X3+e

Dimana: a = Konstanta

X1= Pengeluaran Daerah

X2= Jumlah Penduduk

X3= Indeks Pembangunan Manusia

Koefisiensi-koefisiensi persamaan regresi linier berganda

diatas dapat diartikan sebagai berikut:


a. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar 2.920

menunjukan bahwa jika variabel independen lainnya bernilai nol,

maka variabel pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan

sebesar 2.920 satuan.

b. Koefisien regresi variabel pengeluaran dareh sebesar 1.432

menunjukan bahwa jika variabel pengeluaran daerah meningkat

satu-satuan maka variabel stabilitas perekonomian dengan

ketentuan konstan.

c. Koefisien regresi variabel jumlah penduduk sebesar 0.028

menunjukkan bahwa jika variabel jumlah penduduk meningkat

satu satuan maka variabel stabilitas perekonomian akan

meningkat sebesar 0.028 satuan dengan syarat variabel lainya

konstan.

d. Koefisien regresi variabel indeks pembangunan manusia

sebesar 0.974 menunjukkan bahwa jika variabel indeks

pembangunan manusia meningkat satu satuan maka variabel

jumlah penduduk akan mengalami peningkatan sebesar 0.974

satuan dengan ketentuan variabel lainnya konstan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian di

atas, maka dihasilkan kesimpulan bahwa sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji Regresi menunjukan bahwa variabel pengeluaran

daerah berdampak pada stabilitas daerah otonomi baru Bulungan setelah

mengalami dampak daerah otonomi baru terdapat penurunan pengeluaran

daerah, yaitu dari tahun 2015 di angka 52.655.210 mengalami penurunan

di tahun 2016 sebanyak 30,22% di angka 40.255.110 dan terjadi

penurunan lagi di tahun 2017.

2. Berdasarkan hasil uji Regresi menunjukan bahwa variabel pengeluaran

daerah berdampak pada stabilitas daerah otonomi baru Bulungan setelah

mengalami dampak daerah otonomi baru terdapat penurunan dan

peningkatan. Adapun penurunan terjadi di tahun 2014 ke tahun 2015 dan

segera mengalami peningkatan di tahun setelahnya sampai tahun 2017.

3. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar 2.920 menunjukan bahwa

jika variabel independen lainnya bernilai nol, maka variabel pertumbuhan

ekonomi akan mengalami penurunan sebesar 2.920 satuan.

4. Koefisien regresi variabel pengeluaran dareh sebesar 1.432 menunjukan

bahwa jika variabel pengeluaran daerah meningkat satu-satuan maka

variabel stabilitas perekonomian dengan ketentuan konstan.


5. Koefisien regresi variabel jumlah penduduk sebesar 0.028 menunjukkan

bahwa jika variabel jumlah penduduk meningkat satu satuan maka variabel

stabilitas perekonomian akan meningkat sebesar 0.028 satuan dengan

syarat variabel lainya konstan.

6. Koefisien regresi variabel indeks pembangunan manusia sebesar 0.974

menunjukkan bahwa jika variabel indeks pembangunan manusia

meningkat satu satuan maka variabel jumlah penduduk akan mengalami

peningkatan sebesar 0.974 satuan dengan ketentuan variabel lainnya

konstan.

5.2 Saran

1. Perlunya pemerintah memperhatikan masalah yang berhubungan

dnegan faktor yang mempengaruhi stabilitas perekonomian terutama

indeks pembangunan manusia agar dapat lebih ditingkatkan.

2. Dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya,diharapkan dapat

mangembangkan penelitian ini agar bervariasi serta sebagai masukan

bagi peneliti lainnya tentang pengaruh indeks pembangunan manusia,

jumlah penduduk, dan pengeluaran daerah terhadap stabilitas

perekonomian di Kabupaten Bulungan.


DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia” (On-line), tersedia dihttps://kbbi.web.id/dampak

Wikipedia” (On-line), tersedia dihttps://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_otonom

Dikutip dari Wikipedia” (On-line), tersedia


dihttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Utara

Wikipedia” (on-line), tersedia dihttps://id.wikipedia.org//wiki/Kabupaten_Bulungan

Marbun, B.N, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
2010), hlm. 109.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 2


ayat (3).
Harmantyo, Dj. Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah, dan Pola Perkembangan Wilayah di
Indonesia, http://geografi.ui.ac.id.

Anonim.Enam Alasan Pemekaran/Pembentukan Daerah Otonom


http://phylopop.com

Gulo, M.R. Memahami dengan benar tujuan pemekaran.


http://niasbaratwordpress.com
Khalid,TM. Otonomi Daerah: tujuan pemekaran dan penggabungan Daerah.
http://tengkumahesakhalid.blogspot.com

Supra catatan kaki nomor 19.

Darmawan, Nazara, S., jackson, D., Ahmad, T. dan Purwanto, D.A Studi Evaluasi
Dampak Pemekaran daerah 2001-2007 oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) bekerja sama dengan United nations Development
Programe (UNDP). 2008. http://undp.or.id

Jhingan, ML., Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2000)

Setiawan, Iwan, “Analisis Akses Desa-desa di Kabupaten Bandung Terhadap


sumber-sumber Produktif”. (Laporan Penelitian UNPAD, Bandung, 2006).

Todaro, M.O., dan Smith, S.C. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I.
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006). h. 92.

Pressman, Steven, Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia, Terjemahan Edisi


Pertama (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), h. 155.
Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Edke-10, Det ke-10.
Terjemahan dari Judul Asli “The Economics of Development and Planning”,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

alvatore, D. Ekonomi Internasional. Ed-ke-5, Cet ke-1, Terjemahan dari judul Asli “Internasional
Economies”. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1997.

Sukirno, sadono, Ekonomi Pembangunan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 423

Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: UPP STIM Yogyakarta,


2010).
Halim abdul, Kusufi, Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi sektor Publik,
(Jakarta: Salemba Empat, 2012).

Halim abdul, Kusufi, Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi sektor Publik, (Jakarta: Salemba
Empat, 2012).

Sukirno, Sudono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raka Grafindo
Persada, 2006).

Sardi, Analisis Pengaruh Pengeluaran dan Jumlah Penduduk terhadap Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Aceh, (Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2012).

Sasana, H., “Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di


Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10.

Maiharyanti, Eva, “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan
Belanja Modal sebagai Variabel Intervenning Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Naggroe Aceh
Darussalam”, (2010).

Stabilitas ekonomi dalam berbagai sistem, tersedia di


https://malqinstitute.wordpress.com/2010/06/23/stabilitas-ekonomi-dalam-
berbagai-sistem, (2010).

Nunik Retno Herawati, “Pemekaran Daerah di Indonesia”.

Bismar Arianto,M.Si dan Afrizal,M.Si, “Fenomena Pemekaraan daerah di


Provinsi Kepulauan Riau” .

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2011), h. 97.

Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial, dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h.47. Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Alfabeta: Bandung, 2006), h.145

Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press,2015), hlm.157.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2006), hlm.231.
Wiratna Sujarweni, Op.Cit, h.81.

Sutrisno Hadi, Metode Reasearch, (Yogyakarta: ANDI,2002), h.42.

Usman, Husnaini dan Setiadi, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Bumi Aksara,


2003), h.241.

Santoso Singgih, Mengatasi Masalah Statistik dengan SPSS, (Jakarta:Gramedia,


2004), h.167.

Kalimantan Utara, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/kalimantan-utara

Kabupaten Bulungan, Wikipedia diakses pada


https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulungan

Anda mungkin juga menyukai