DISUSUN OLEH :
1. AMRINA ROSADA
2. ALYYA ZAHRA WULANDARI
3. ARINI ALFIYAH IZZATI
4. CAESAR OCTORIO RAMADAHAN
5. CINTA CHANTIKA
6. DONNA FITRIA
7. FADILAH UTAMI
8. HUSNAH RAHMA DONA
9. JESYCA VELINDA
10. LECSHA OKTAREZEL. R
11. MEKKI YUSUF MAHENDRA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-nya s e h i n g g a d a p a t m e n y e l e s a i k a n .
m a k a l a h y a n g b e r j u d u l “Asuransi Syariah” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk menyelesaikan salah satu tugas mata pelajaran agama islam.
D e n g a n p e n u l i s a n m a k a l a h i n i ti d a k t e r l e p a s d a r i b a n t u a n b e r b a g a i p i h a k
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasa
n bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
s e m p u r n a , m a k a d a r i i t u k a m i s e b a g a i p e n y u s u n m e n g h a r a p k a n k r i ti k d a n
saran dari pembaca sehingga dapat lebih baik lagi dalam kedepannya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur kehadiran tuhan yang maha esa, karna berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga
kami selaku siswa dari kelompok 1 bisa membuat makalah yang insyallah dapat berguna
untuk materi kedepannya. Disini kami mendapat topik tentang ASURANSI yang akan kami
rincikan dalam makalah ini. Semoga kita semua dapat memahami atau mendapatkan ilmu
dari makalah ini
1.2 TUJUAN
2. Kriteria Asuransi syariah yang Dihalalkan dalam Islam Sesuai Fatwa MUI dan Al Quran
PEMBAHASAN
Asuransi adalah bentuk perjanjian antara kedua belah pihak, yaitu Tertanggung dan Penanggung, di
mana Tertanggung membayar sebuah iuran kepada Penanggung demi mendapatkan bentuk ganti
rugi atas risiko finansial yang dapat terjadi secara tak terduga. Dalam konteks dunia yang sudah
modern, Penanggung berarti perusahaan asuransi yang ada, sementara Tertanggung adalah
nasabahnya.
Asuransi berasal dari bahasa Inggris yaitu insurance, yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia dan popular dengan istilah asuransi Sinonim asuransi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah pertanggungan. Berdasarkan pada UU Nomor 40 tahun 2014 tentang
Perasuransian, asuransi merupakan perjanjian antara dua belah pihak yaitu pemegang polis dan
perusahaan asuransi, yang menjadi landasan bagi perusahaan asuransi untuk penerimaan premi
yang kegunaannya adalah untuk:
2) Memberikan pembayaran karena pemegang polis meninggal dunia atau pembayaran yang
didasarkan pada hidup pemegang polis dengan manfaat yang jumlahnya ditetapkan pada
pengelolaan dana.
Adapun yang dimaksud dengan asuransi syariah atau juga dikenal dengan – يتكافل كافالasuransi takaful
yaitu berasal dari bahasa Arab dari kata dasar – – تكافلyang artinya saling menanggung atau
menanggung bersama. Menurut istilah asuransi syariah atau takaful adalah pengaturan risiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong (symbiosis mutualisme) yang melibatkan peserta
asuransi dan pengelola, serta berdasarkan pada ketentuan Al-Qur’an dan sunah.
Sedangkan asuransi syariah menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 ini adalah kumpulan
perjanjian antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi syariah dalam rangka pengelolaan
kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling tolong-menolong dan melindungi.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi yaitu adanya:
1) Pihak tertanggung
2) Pihak penanggung
3) Akad atau perjanjian asuransi
4) Pembayaran iuran (premi)
5) Kerugian, kerusakan atau kehilangan (yang diderita tertanggung) 6) Peristiwa yang tidak bisa
diprediksi
2.2 KRITERIA ASURANSI YANG DIHALALKAN ISLAM SESUAI FATWA MUI DAN Al QURAN
Hukum asuransi dalam islam salaf yang dilansir dari Rumaysho adalah haram jika mengandung unsur
riba, judi, gharar, dan lain sebagainya. Terlebih jika asuransi dijadikan sebuah jaminan perlindungan
sehingga menghilangkan rasa tawakal dan berserah diri pada Allah. Namun asuransi menjadi
diperbolehkan apabila di dalamnya hanyalah terdapat akad tabarru’ atau tolong menolong murni
tanpa adanya unsur komersil.
Asuransi pun dihalalkan dalam Islam sesuai Fatwa MUI dan Al Quran asalkan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
Asuransi syariah dengan asuransi konvensional merupakan dua hal yang berbeda. Dilihat dari
hukumnya, keduanya jelas memiliki perbedaan. Hukum asuransi konvensional dalam islam adalah
haram karena mengandung unsur riba, judi, gharar dan lain sebagainya. Sedangkan hukum asuransi
syariah halal sesuai dengan Quran dan fatwa MUI asalkan benar-benar dijalankan sesuai dengan
prinsip syariah.
Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari nasabah Dana yang terkumpul
(premi) merupakan milik peserta. dari nasabah (premi)
Perusahaan hanya sebagai pemegang menjadi milik
amanah untuk mengelola perusahaan, perusahaan
bebas menentukan
investasinya.
Perusahaan asuransi yang pertama kali berdiri di Indonesia diprakarsai oleh pemerintah Hindia
Belanda bergerak di bidang asuransi sektor perkebunan yang bernama Bataviasche Zee End Brand
Asrantie Maatscappij pada tahun 1843. Asuransi tersebut mencakup segala risiko yang diakibatkan
oleh kebakaran dan risiko kecelakaan pada saat pengangkutan hasil perkebunan. Berturut-turut
kemudian berdirilah perusahaan-perusahaan asuransi lain. Namun setelah penjajahan Jepang,
perekonomian Indonesia mengalami kekacauan sehingga banyak perusahaan asuransi yang
bangkrut.
Adapun perusahaan asuransi syariah pertama yang lahir di Indonesia, diawali dari kepedulian yang
tulus dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). ICMI bekerja sama dengan PT Asuransi Jiwa
Tugu Mandiri, Bank Muamalat Tbk., Departemen Keuangan RI dan beberapa pengusaha muslim
Indonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful Malaysia, Bhd. Kemudian melalui Tim
Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia (Takaful
Indonesia) pada tanggal 24 Februari 1994 yang diresmikan oleh Menristek/Kepala BPPT BJ Habibie
sebagai perusahan perintis pengembangan asuransi syariah yang pertama di Indonesia.
QS. Al-Maidah/5: 2
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran
Q.S An-Nisa/4:9
ض ٰعفًا خَافُوْ ا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا
ِ ًش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة
َ َو ْليَ ْخ
Artinya : Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh
sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur
kata yang benar.
من نفس عن مؤمن كربة من الدنيا نفس هللا: عن أبي هريرة رضي هللا عنه عن النبي ﷺﷺ قال
عنه كربة من كرب يوم القيامة ومن يسر على معسر يسر هللا عليه في الدنيا
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad Saw. bersabda: Barang siapa yang
menghilangkan kesulitan duniawi seorang mukmin, maka Allah Swt. akan menghilangkan
kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah
Swt. akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat" (HR. Muslim).
2.5.1 Hukum Asuransi Menurut Para Fuqaha
Perbedaan pendapat di kalangan ulama fikih tentang hukum asuransi, sejak pertama kali dikaji
hingga saat ini, masih terus berlanjut. Ada golongan ulama fikih yang menyatakan hukum asuranşi itu
mubah. Sementara golongan yang lain menyatakan hukum asuransi itu mubah, sementara golongan
yang lain menyatakan haram. Dan perbedaan pendapat tentang asuransi itu pun juga tidak lepas
pada pembahasan mengenai status hukum asuransi syariah atau takaful. Bahkan di Indonesia ada
yang menyatakan baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah, keduanya sama-sama haram.
Alasannya adalah karena pertimbangan adanya aspek riba dan gharar (transaksi bisnis yang
mengandung ketidakpastian).
Para ahli fikih klasik, tidak ada yang membahas tentang persoalan asuransi. Sehingga tidak
ditemukan dalil yang melarang praktik asuransi. Hal itulah kemudian yang menjadi alasan golongan
ulama fikih membolehkan asuransi karena berpegang pada kaidah ushul fikih:
Artinya: hukum asal sesuatu adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya Di sisi lain ada
pendapat ketiga yang disampaikan oleh para ulama filh
kontemporer yang menyatakan bahwa asuransi terbagi menjadi dua macam yaitu asuransi tijari atau
asuransi yang bersifat komersil dan profit oriented maka hukumnya haram. Alasannya pada asuransi
tijari ini terdapat praktik riba dan gharar Dan yang kedua adalah asuransi ta'awuni atau tabarru',
yang merupakan asuransi sosial dan landasannya adalah tolong menolong sehingga para ulama
bersepakat, hukum asuransi ini mubah atau boleh.
Fatwa MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tersebut mempertegas kehalalan asuransi syariah yang di
antaranya mengatur tentang prinsip umum dan akad asuransi syariah. Dengan demikian jaminan
perlindungan/takaful yang ditawarkan melalui program asuransi syariah ini jelas hukumnya halal
sesuai dengan fatwa yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sedangkan regulasi yang mengatur tentang seluk beluk dan pengelolaan. asuransi di Indonesia diatur
dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang. Perasuransian. Undang-undang ini mengatur tidak hanya
asuransi konvensional, namun juga mengatur tentang tata kelola asuransi syariah dengan sangat
jelas dan terperinci.
Imam Hanafi menyebutkan bahwa rukun asuransi hanya ada satu yaitu ijab dan kabul. Sedangkan
menurut ulama fikih yang lain, rukun asuransi adalah terdiri dari empat hal yaitu:
1) Kafil
yaitu orang yang menjamin (baligh, berakal, bebas berkehendak, tidak tercegah
membelanjakan hartanya).
2) Makful lah
yaitu orang yang berpiutang disarankan sudah dikenal oleh kafil.
3) Makful 'anhu
yaitu orang yang berhutang.
4) Makful bih
5) yaitu utang, baik barang maupun uang disyaratkan diketahui dan jumlahnya tetap
Adapun syarat dan larangan bagi orang yang akan melaksanakan asuransi Syariah adalah
1) Baligh
2) Berakal
3) Bebas berkehendak (tidak dalam paksaan)
4) Tidak sah transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui (gharar)
6) Tidak sah transaksi jika mengandung unsur riba
7) Tidak sah transaksi jika mengandung praktik perjudian (maistr)
Tujuan asuransi syariah adalah untuk melindungi peserta asuransi dari kemungkinan terjadinya risiko
yang tidak bisa diprediksi. Dalam hal ini, perusahaan jasa asuransi adalah perusahaan yang
menjalankan amanah yang dipercayakan oleh peserta asuransi syariah, untuk mengelola amanah
dalam rangka menolong meringankan musibah yang dialami peserta lain. Untuk mencapai tujuan
tersebut, asuransi syariah harus memiliki dasar atau prinsip yang menjadi pijakannya. Adapun prinsip
dasar asuransi syariah adalah:
1) Tauhid
Setiap tindakan atau keputusan yang diambil dalam praktik asurandi syariah, harus
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan. Prinsip tauhid harus digunakan sebagai dasar dalam
bermuamalah, karena sejatinya setiap tindakan manusia adalah bersumber dari Allah Swt. 2)
Keadilan
2) Keadilan
Prinsip keadilan dalam asuransi syariah yaitu menempatkan hak peserta dan pengelola
asuransi syariah sesuai dengan proporsinya. Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) Majelis Ulama Indonesia Nomor 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad tabarru
(pembayaran premi), bahwa kewajiban anggota adalah membayarkan tabarru yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang mengalami musibah dan berhak atas klaim
asuransi, sementara pengelola berkewajiban mengelola dana tabarra serta berhak
mendapatkan bagi hasil atas dana tabarru yang diinvestasikan. Prinsip keadilan dalam
asuransi syariah juga akan tercermin dari trarisparansi dari setiap transaksi sehingga tidak
ada pihak yang akan dirugikan.
3) Ta’awun (tolong-menolong)
Ta’awun berarti saling menolong atau saling membantu. Seseorang yang berniat menjadi
peserta asuransi, harus dilandasi prinsip saling membantu karena hal tersebut merupakan
prinsip utama dari asuransi syariah. Setiap Peserta akan membayar tabarru yang dikelola
oleh perusahaan asuran untuk kemudian dipergunakan menolong dan meringankan beban
peserta lain yang tertimpa musibah.
4) Kerjasama
Dalam praktik asuransi syariah, seorang peserta akan melakukan kerjasama dengan
perusahaan asuransi untuk menghindari risiko yang tidak terdugs atau tidak bisa diprediksi.
Wujud dari kerjasama tersebut adalah akad yang berupa mudharabah atau musyarakah,
yaitu kesepakatan kerjasama dengan prinsip bagi hasil. Mudharabah adalah akad kerjasama
antara peserta asuransi (shahibul maal) dengan pihak perusahaan pengelola (mudharib)
untuk mengelola dana tabarru dan/atau dana investasi peserta sesuai dengan wewenang
yang telah ditentukan dengan mendapat imbalan berupa bagi hasil yang besarnya telah
disepakati bersama.Musyarakah adalah akad kerjasama antara peserta (shahibul maal) dan
pihak perusahaan asuransi (mudharib) di mana pihak shahibul maat hanya berkontribusi
dengan memberikan setoran dananya, sedangkan pihak mudharib berkontribusi dengan
memberikan keahliannya dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan
ditanggung bersama
5) Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam asuransi syariah ini harus tercermin dalam keterbukaan informasi dan
akuntabilitas perusahaan melalui laporan periodik yang mudah diakses oleh peserta
asuransi.
6) Kerelaan (ridia)
Penerapan prinsip ridla dalam asuransi syariah yaitu dengan merelakan sejumlah dana dalam
bentuk premi asuransi yang dibayarkan secara rutin kepada perusahaan asuransi untuk dana
sosial. Peruntukan dana sosial ini benar-benar bertujuan untuk membantu peserta lain yang
sedang tertimpa musibah.
7) Larangan praktik riba
Riba adalah mengambil keuntungan atau kelebihan pada pengembalian yang berbeda dari
jumlah aslinya. Praktik riba dalam asuransi dapat berupa pengalokasian premi yang
dibayarkan oleh peserta, untuk investasi yang mengandung praktik riba di dalamnya. Oleh
karena itu pada pelaksanaan asuransi syariah, tidak boleh sama sekali mengandung unsur
riba
8) Larangan praktik gharar
Gharar adalah situsasi di mana terjadi ketidakjelasan informasi di antara kedua belah pihak
yang bertransaksi. Dalam hal ini, contoh praktik gharar pada asuransi dapat terjadi manakala
pihak perusahaan menyatakan akan
Membayar klaim asuransi dari nasabah, 20 (dua puluh) hari sejak terjadinya kesepakatan.
Dua puluh hari dalam hal ini tidak jelas, apakah dua puluh hari kalender, ataukan dua puluh
hari efektif sehingga hari Sabtu – Minggu/ libur tidak dihitung.
9) Larangan praktik judi (maisir)
Judi atau maisir, menurut Syafi’i Antonio adalah keadaan di mana salah satu pihak
mengalami keuntungan, sedangkan pihak lain mengalami kerugian. Dalam praktik asuransi
unsur perjudian dapat terjadi misalnya ketika seorang nasabah yang mengambil jangka
waktu pembayaran premi selama 5 (lima) tahun, namun pada tahun ke-3 ia memutuskan
untuk berhenti, tetapi oleh perusahaan ia tidak mendapatkan pengembalian atas premi yang
sudah dibayarkan sebelumnya.
1) Merupakan cerminan dari perintah Allah Swt. Dan Rasulullah Saw. Untuk Saling tolong menolong
dalam kebaikan
4) Memberikan jaminan perlindungan dari risiko kerugian yang diderita oleh hanya satu pihak
6) Sharing cost, yaitu cukup hanya dengan membayar biaya dengan jumlah tertentu, dan tidak perlu
membayar sendiri jumlah biaya kerugian yang timbul karena sesuatu yang tidak bisa diprediksi
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Konsep asuransi syariah adalah suatu konsep dimana terjadi saing memikul resiko diantara
sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko
yang muncul. Saling pukul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan
dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru atau dana kebajikan yang tujuannya
Asuransi syariah menjalankan prinsip tauhid, prinsip tauhid menjadi dasar dalam asuransi
syariah. Dalam prinsip ini, niat dasar memiliki asuransi bukanlah utuk meraih keuntungan
semata, melainkan untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam asuransi. Sebab
asuransi syariah ditujukan untuk saling tolong-menolong dan bukan sebagai sarana
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bayan.id/quran/5-2/
https://www.scribd.com/document/503898401/Makalah-Asuransi-Syariah-
Kelompok-9
https://www.pa-amuntai.go.id/artikel-pengadilan/521-asuransi-syariah.html
https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/hukum-asuransi-dalam-islam/
https://asuransisyariah-takaful.com/landasan-syariah/
https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-an-nisa-ayat-9-sbHSO