Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat serta
karunia-Nyalah sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“JAMSOSTEK<TASPEN DAN ASABRI”.

Shalawat beserta salam tidak lupa juga kita haturkan kepada baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yakni
petunjuk yang paling benar yakni Syariah Agama Islam yang menyempurnakan dan merupakan
satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati
kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami
revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan.

Kami ucap terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang mendukung
serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami harap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Banda Aceh, juni 2019


Penyusun

(kelompok 2)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Salah satu kewajiban negara adalah melindungi setiap warga negaranya baik secara fisik,
mental, sosial dan ekonomi sebagai timbal balik kesetiaan warga negara kepada negara baik
dalam bentuk pembayaran pajak secara rutin atau ketundukan pada peraturan hukum di negara
tersebut Poin tersebut juga tercakup dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia yang merupakan buah pemikiran bangsa ini sejak awal kemerdekaan. Realisasi
perlindungantersebutdalamkonteksperlindungan,asuransiataujaminan sosial.
            Asuransi merupakan lembaga ekonomi yang berfungsi sebagai salah satu bentuk
penanggulangan resiko. Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia, asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.
Asuransi sosial tenaga kerja merupakan salah satu jenis kegiatan asuransi yang
memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja di sektor formal seperti jaminan
kecelakan kerja, jaminan hari tua atau pensiun, jaminan kematian, dan jaminan kesehatan.
            Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional meningkat dengan disertai
berbagai tantangan risiko yang dihadapi. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan
perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya
akan dapat meningkatkan produktivitas nasional. 
            Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan dimaksud
diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) yang bersifat
dasar, dengan berazaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong. Pada dasarnya
program ini menekan pada perlingdungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan
yang lebih rendah. Oleh karena itu pengusaha memikul tanggung jawab utama dan secara moral
pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlingdungan dan kesejahteraan tenaga
kerjanya. Disamping itu, sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut
bertanggungjawabataspelaksanaanprogramjamsostek. 
           
            Penyelenggaraan program jamsostek merupakan sebagian dari tugas pokok pemerintah di
bidang ketenaga kerjaan sebagaimana diatur dalam UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja khususnya pasal 10 dan pasal 15. 
            Untuk menjamin pelaksanaan program jamsostek, PT. JAMSOSTEK sebagai Badan
Usaha Millk Negara secara prinsip telah di tunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
program jamsostek yang merupakan penjabaran pasal 25 UU No .3 tahun 1992 dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya. 
Dalam pelaksanaan program jamsostek tidak sedikit hambatan yang dihadapi, sehingga dalam
upaya peningkatan kepesertaannya PT. JAMSOSTEK perlu membenahi diri baik secara intern
organiaasi, sumber daya manusia, pemberdayaan, peraturan dan perundang-undangan maupun
esktern(peningkatanprofesionalismepelayanan).

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jamsostek?
2. Apa yang dimaksud dengan Taspen?
3. peraturan pemerintah Indonesia nomor 26 tahun 1981?
4. Apa yang dimaksud dengan Asabri?
5. bgaimana sejarah jamsostek

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :


1. Tentang lembaga asuransi Jamsostek dan program-program yang ditawarkan oleh Jamsostek.
2.  Kendala-kendala yang dihadapi Jamsostek dalam menjaring kepesertaan dan cara-cara
penanggulangan kendala-kendala tersebut. 
BAB II
PEMBAHASAN
1. jamsostek
1.1 Profil Jamsostek
            Jamsostek merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. [3]
            Jamsostek dimaksudkan untuk menumbuhkan kemandirian dan menjaga harkat dan
martabat serta harga diri tenaga kerja dalam menghadapi risiko sosial ekonomi. Sedangkan
tujuan jamsostek adalah mengurangi ketidakpastian masa depan tenaga kerja yang akan
menunjukan ketenangan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 
 Dasar hukum jamsostek adalah : 
1. UU No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek. 
2. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelengaraan Jamsostek. 
3. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. 
4. Permenaker No. 5/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaraan, Pembayaran Iuran,
Pembayaran Santunan, dan Pelayanan. [4]
            Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagaimana didasarkan pada UU No 3 Tahun
1992, pada prinsispnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja (yang mempunyai
hubungan kerja) beserta keluarganya. Skema Jamsostek meliputi program-program yang terkait
dengan resiko, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua.
            Jamsostek mempunyai visi “Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
yang terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi
seluruh peserta”. Adapun misinya adalah :
1. Meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat kepada peserta
berdasarkan Prinsip Profesionalisme. 
2. Meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. Meningkatan Budaya Kerja melalui kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan penerapan
Good Corporate Governance (GCG).
4. Mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian (prudent).
5. Meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images
Filosofi Jamsostek :
a. Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial
ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada
waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti
jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.
b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program Jamsostek dilakukan secara
gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan
yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah. 
Dengan motto “Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha”.[5]

1.2 Sejarah Jamsostek
            Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai
dari UU No. 33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan
(PMP) No. 48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha
penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No. 15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial
Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),
diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses
lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
            Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak
sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi
kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
            Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek
sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya,
dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial. 
            Selanjutnya pada akhir tahun 2004,Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD
1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan
rasaamankepadapekerjasehinggadapatlebihberkonsentrasi
dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.[6]
            Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di
Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 6
program bagi pekerja di sektor formal, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya, Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta
(DPKP), dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Untuk pekerja di sektor
informal, Jamsostek mempunyai program Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK).
            Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat
kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan
perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.
berikut: 

1.3 Program Jamsostek
            Pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena
penyelenggaraan didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully funded system), yang dalam hal
ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut secara teori merupakan mekanisme
asuransi. Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya didasarkan pada fully funded system,
tetapi bukan harga mati.[7] Dalam hal ini pemerintah tetap diwajibkan untuk berkontribusi
terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial, atau paling tidak pemerintah terikat untuk
menutup kerugian bagi badan penyelengara apabila mengalami defisit. Di sisi lain, apabila
penyelenggara Jamsostek memperoleh keuntungan, maka pemerintah akan memperoleh deviden
dan pajak badan karena bentuk badan hukum adalah BUMN Persero.
Jenis – jenis (ruang lingkup) program jamsostek terdiri dari : 
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan pengantian biaya perawatan dan upah,
santunan cacad dan santunan kematian akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja. 
2. Jaminan Hari Tua (JHT) berupa tabungan selama masa kerja yang dibayarkan kembali pada
umur 55 tahun atau sebelum itu jika mengalami cacad tetap total atau meninggal dunia 
3. Jamina Kematian (JKM) memberikan pembayaran tunai kepada ahli waris dari tenaga
kerja yang meninggal dunia sebelum umur 55 tahun. 
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) memberikan pelayanan media berupa rawat jalan,
rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan
khusus dan gawat darurat bagi tenaga kerja dan keluarganya yang menderita sakit. 
5. Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta atau lebih dikenal sebagai DPKP merupakan dana
yang dihimpun dan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan peserta program Jamsostek
yang diambil dari sebagian dana hasil keuntungan PT. Jamsostek (Persero).
6. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang lebih dikenal sebagai PKBL merupakan
kerjasama antara BUMN dengan Usaha Kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN, sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No.Kep-236/MBU/2003.
7. Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) memberikan perlindungan jaminan sosial
bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja
tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko
antara lain kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.        
Memperluas cakupan kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja.
Cakupan jaminan kecelakaan kerja (JKK) meliputi: biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, biaya rehabilitasi, serta santunan uang bagi pekerja yang tidak mampu
berkerja, dan cacat. Apabila pekerja meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, mereka
atau keluarganya berhak atas jaminan kematian (JK) berupa biaya pemakaman dan santunan
berupa uang. Apabila pekerja telah mencapai usia 55 tahun atau mengalami cacat total/seumur
hidup, mereka berhak untuk memperolah jaminan hari tua (JHT) yang dibayar sekaligus atau
secara berkala. Sedangkan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) bagi tenaga kerja termasuk
keluarganya, meliputi: biaya rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan persalinan, diagnostik, serta pelayanan gawat darurat.
2. Kendala-kendala yang dihadapi Jamsostek dan caracara penanggulangan kendala-kendala t
ersebut. 
2.1 Analisis Komparatif

1. Target Kepesertaan Program Jamsostek dan Hambatannya 
            Data dari Depnaker RI tercatat sekitar 30 juta tenaga kerja tersebar di 149.130 perusahaan
yang ada di Indonesia. Dari jumlah itu ternyata hingga Desember 1994 baru sekitar 65.451
perusahaan dengan jumlah pekerja sebanyak 9.427.761 orang (perbandingan antara peserta
,jamsostekdenganjumlahtenagakerja.
            Pada Pelita VI PT. JAMSOSTEK mulai berdiri tahun 1977 (sudah berjalan 18 tahun).
Besarnya iuran yang telah dikumpulkan PT. JAMSOSTEK pada tahun 1995 tercatat jumlahnya
Rp. 755 milyar. Pada Pelita VI diperkirakan bahwa pertumbuhan jumlah tenaga kerja mencapai
sekitar 12 juta orang. Dengan kata lain setiap tahun bertambah 2.5 juta tenaga kerja. Kalau
pertambahan jumlah peserta program jamsostek di bawah angka pertumbuhan tenaga kerja maka
PT. JAMSOSTEK akan mengalami kemunduran, tidak mampu menyeimbangkan jumlah peserta
dengan jumlah pertumbuhan tenaga kerja. Untuk itu pihak PT. JAMSOSTEK pada awal Pelita
VI menargetkan kepesertaan tenaga kerja rata-rata 25% (2 juta orang setahun), sehingga
diharapkan akhir Pelita VI terdapat 20 juta tenaga kerja yang ikut dalam program jamsostek.
Pemenuhan target yang di tetapkan tersebut di atas bukan hal yang mudah dan tentunya akan
mengalami hambatan-hambatan yang lebih kompleks lagi dalam pelaksanaannya.[8] Beberapa
hambatan dalam menjaring kepesertaan program jamsostek yang dihadapi saat ini, antara lain: 
1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pihak pengusaha/kontraktor/pemborong untuk
mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jamsostek. 
2. Masih banyak tenaga kerja yang belum mengetahui bahwa program jamsostek merupakan
haknya untuk mendapatkan perlindungan. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan
mereka dan sekitar 78% tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan rendah (SLTP dan SD). 
3. Kepesertaan program , jamsostek selama ini ada 3 macam yang dikenal dengan istilah
Peserta Daftar Sebagian (PDS), yaitu : 
a. Hanya sebagian tenaga kerja diikut sertakan. 
b. Tidak semua dari program jamsostek diikut sertakan. 
c. kepesertaan yang tidak membayar penuh iuran (iuran tidak dibayar berdasarkan upah yang
diterima sebulan melainkan berdasarkan upah pokok saja). 
4. Beratnya beban yang ditanggung pengusaha untuk membayar iuran JKK, JHT JKM dan JPK
yang besarnya masing - masing sekitar 0.24 - 1.74%, 3.70%, 0.30% dan 3-6% dari upah sebulan,
sehingga secara langsung menambah biaya produksi (varible cost). Tidak mengherankan pada
bulan Juli 1994 tercatat 20.326 perusahaan yang menunggak dengan
total iuran yang belum dibayar sebesar Rp. 73 milyar. 
5. Kesulitan keuangan (financial) perusahaan akibat pemenuhan kebijakan pemerintah yaitu
adanya kenaikan Upah Minimum Reginal (UMR) tenaga kerja terhitung mulai 1 April, 1995 dan
di tambah lagi adanya kenaikan UMR sekitar 10.63 persen mulai 1 April 1996. 
6. Meningkatnya ,jumlah perusahaan asuransi swasta yang menawarkan berbagai macam
perlindungan yang sasarannya pada seluruh lapisan masyarakat, apalagi dalam era globalisasi
sekarang ini sudah ada perusahaan asuransi swasta asing yang mengembangkan bisnisnya di
Indonesia.
            Keluhan manajemen PT Jamsostek akan sulitnya menghimpun peserta aktif bukanlah hal
yang baru. Kenyataan itu merupakan muara dari hilangnya kepercayaan masyarakat (baca:
tenaga kerja) terhadap kinerja dan pelayanan dari BUMN asuransi tersebut. Meskipun Undang-
Undang No 3 Tahun 1992 mewajibkan perusahaan, yang memiliki karyawan minimal 10 orang
atau membayar upah sebesar Rp1 juta per bulan wajib mendaftarkan karyawannya menjadi
peserta Jamsostek, angka kepesertaaan tidak juga membaik. Dari total 22 juta peserta, sekitar 15
jutatenagakerjatergolongpesertatidakaktif.
            Entah benar atau tidak, manajemen Jamsostek hingga kini masih sering direcoki banyak
partai politik besar. Seiring banyaknya dana yang dikelola, posisi Direktur Utama Jamsostek
seperti kursi panas yang terus diperebutkan. Arah kebijakan perkembangan perseroan pun tak
luput dari campur tangan birokrat di pemerintahan. Hal itu membuat eksekusi beberapa program
terobosan sering terlambat, atau bahkan tidak dilakukan.
Satu hal yang paling penting, pengelolaan dana milik tenaga kerja di Jamsostek juga sering tidak
transparan. Kabarnya, alokasi dana di deposito bank dilakukan tidak atas pertimbangan bisnis
melainkan permintaan lembaga atau orang tertentu. Hal itulah yang membuat tenaga kerja apatis
dan enggan menjadi peserta Jamsostek. Memang tak mudah membangun kepercayaan. Sekali
dikhianati, sulit sekali untuk percaya. Untuk itulah perlu transformasi besar-
besaran dan menyeluruh di tubuh Jamsostek. 
2.2 Tindakan Tegas Terhadap Pelanggar Program Jamsostek 
            Sudah saatnya pemerintah tidak lagi bersikap toleransi terhadap pelaksanaan UU No.3
tahun 1992. Ini berkaitan dengan tekad pemerintah meningkatkan perlindungan hukum dan
kesejahteraan pekerja. Sikap tegas perlu diambil mengingat masih banyaknya perusahaan yang
belum ikut serta dalam program jamsostek dan bukan hanya dilihat dari macam kepesertaannya.
JadipelaksanaanUUtersebutharussecarautuh. 
            Ketentuan dalam UU No.3 tahun 1992 dan PP No. 14 tahun 1993 serta peraturan
pelaksananya merupakan landasan hukum bagi perlindundan pekerja di bidang jaminan
kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pelayanan kesehatan pekerja dan keluarganya dalam
satu paket. Pelanggar terhadap ketentuan ini diancam sanksi hukum berupa denda sebesar
Rp50 juta atau 6 bulan kurungan. [10]
            Penegakan peraturan dan perundang-undangan (law enforcement) merupakan jalan
terakhir terhadap pelanggar program jamsostek dan ini pekerjaan yang tidak ringan mengingat
jumlah pegawai pengawas Depnaker yang tersedia saat ini terbatas hanya 1.194 orang, kemudian
kemungkinan terjadinya "main mata" (kolusi) antara oknum pengawas dengan pengusaha dan
adanya perusahaan yang dibacking (dilindungi) oleh pejabat sehingga kebal hukum. Walaupun
demikian hingga 31 Maret 1995 sebanyak 30.963 perusahaan telah diperiksa, 119 diantaranya
sudahmasukBeritaAcaraPemeriksaan(BAP),sedangkanyangsudah dijatuhi hukuman oleh pengadi
lan sebanyak 16 perusahaan

2.3 Upaya Peningkatan Kepesertaan Program Jamsostek 
            Mengejar target kepesertaan program jamsostek ternyata tidak semudah yang diharapkan
PT. JAMSOSTEK, meski secara normatif (UU No.3 tahun 1992) setiap pekerja dijamin haknya
untuk mendapatkan jamsostek, kenyataannya baru sekitar 31% jumlah tenaga
kerja yang tercatat sebagai peserta program jamsostek. [12]
            Untuk ini PT. JAMSOSTEK perlu kerja keras disamping membenahi diri dengan
langkah-langkah yang di tempuh sebagai berikut: 
1. Meningkatkan prasarana dan fasilitas pelayanan program jamsostek. 
2. Meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kinerja sumber daya manusia yang dimiliki. 
3. Menyempurnakan mekanisme keikutsertaan program jamsostek. 
4. Mampu menciptakan pasar (market created) program jamsostek, jadi tidak hanya sekedar
menunggu iuran saja. 
5. Pelayananyangdilaksanakanbersifatcostumerserviceoriented. 
6. Perbaikan atas pelaksanaan program jamsostek dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
pembayaran santunan (klaim) tenaga kerja terutama kecelakaan kerja baru dibayarkan setelah
selesai penyelidikan kejadian kecelakaan kerja dan ini membutuhkan waktu. Diharapkan dengan
kecakapan petugas PT. JAMSOSTEK. maka pelayanan dapat diupayakan satu hari selesai (one
day services). sehingga tidak ada lagi kesan dari peserta (pengusaha) bahwa prosedur
pembayaran yang dilakukan PT. JAMSOSTEK cukup merepotkan sementara pembayaran iuran
pesertatidakbolehterlambat 
7. Peningkatan kerja sama dengan instansi terkait dalam penegakan (pemberdayaan)
peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan. [13]
            Satu hal tidak kalah penting yang harus dilakukan oleh Jamsostek adalah penerapan
konsep Jamsostek(Plus) atau One-stop service atau layanan satu atap yang mengintegrasikan
semua pembiayaan atau asuransi sosial dan kesehatan yang ada di Indonesia sekaligus meluaskan
ruang lingkup Jamsostek yang semula hanya berlaku di kalangan pekerja menjadi mengikat
seluruh warga negara Indonesia dalam bentuk jaminan sosial negara yang komprehensif, patut
menjadi terobosan yang berharga untuk dipertimbangkan para pengambil kebijakan di kalangan
birokrat. Kendati, konsekuensinya harus mengeliminasi dan merevisi sistem pembiayaan atau
asuransi sosial dan kesehatan yang ada seperti Askes, JPKM, Dana Sehat dan Kartu Sehat
dengan ide baru Jamsostek(Plus) atau apa pun namanya nanti yang dikembangkan.[14]
           
Model Social Assistance di Norwegia atau Social Security di Amerika Serikat yang bahkan
hingga menyediakan tunjangan bagi penganggur, jompo dan pengungsi dan pendatang asing
patut menjadi bahan pertimbangan. Kendati tampak utopis di tengah kesemrawutan kondisi
sosialekonomibangsasaatinikarenaberkonsekuensimerombaktotal
sistem yang ada dan “tampaknya” berbiaya tinggi.
            Dalam konteks tersebut, langkah yang dapat dilakukan adalah: (1)mengubah secara
sistemik dan birokratoris maupun konstitusional untuk memadukan semua pembiayaan atau
jaminan sosial kesehatan dalam satu atap, seperti dengan merevisi perundang-undangan yang
ada, yakni UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 (Februari) mengenai penyelenggaraan asuransi di
bidang kesehatan, yang belum secara komprehensif merangkum definisi sehat paripurna dalam
Konstitusi WHO seperti tersebut di atas dan membuat satu undang-undang mengenai layanan
atau jaminan sosial yang mencakup sisi SDM dan kesehatan seperti Social Security Act di luar
negeri, katakanlah untuk membentuk sebuah Jamsostek (Plus),(2) yang sekaligus dapat
memberlakukan kewajiban masyarakat untuk bergabung dalam Jamsostek (plus) tersebut di
mana pembayaran premi dikaitkan dengan sistem pajak nasional. Dalam hal ini, patut diadopsi
wacana pemungutan zakat di Malaysia di mana sekian besar zakat nominal yang dibayarkan
dikompensasikan pada pengurangan pajak yang dibayarkan sang wajib pajak. [15]
            Dalam konteks ini, salah satu pilihan yang ada antara lain, pengenaan pajak regresif
(semakin besar pendapatan semakin besar persentase beban pajak) yang bervariasi bagi kalangan
kaya di mana bagi yang telah memenuhi syarat minimal alokasi Jamsostek(plus) atau apa pun
namanya kelak mendapatkan persentase beban pajak yang lebih kecil seiring semakin besarnya
alokasi Jamsostek(plus) yang disisihkan. Di luar negeri, adanya komponen jaminan sosial (social
security) memang berdampak pada besarnya pajak pendapatan yang harus dibayarkan dan
ketatnya pengawasan terhadap wajib pajak namun terbayarkan dengan jaminan sosial yang
merata dan tepat sasaran. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan mengenai bocornya dana
pajak publik maupun mengesankan negara sekedar sebagai “instrumen pemungut pajak rakyat”
tanpa mampu mengembalikannya secara sepadan dalam bentuk pelayanan publik maupun
jaminansosialyangmemadai.
Langkah selanjutnya adalah merancang instrumen teknis jaminan sosial negara yang wajib
dimiliki setiap warga negara. Seperti halnya KTP, setiap warga negara Indonesia wajib memiliki
kartu jaminan sosial yang prosedurnya pengurusannya dapat dirancang seperti pengurusan KTP
tanpa kecuali, tidak seperti keikutsertaan Jamsostek saat ini yang mempertimbangkan faktor
besaran jumlah pekerja dalam sebuah perusahaan yang cenderung berdampak
mendiskriminasikan karyawan-karyawan di perusahaan kecil atau yang tidak berbadan hukum.
Dengan kewajiban memiliki polis Jamsostek(Plus) seperti wajibnya memiliki KTP, warga negara
“dipaksa” untuk belajar mempersiapkan masa depan sekaligus memaksa negara lebih
bertanggung jawab dalam menjamin hak-hak warga negara. Sehingga bila ada warga negara
mengalami kecelakaan atau dalam kondisi tidak bekerja atau tidak mampu bekerja (lagi) dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan maupun mendapatkan tunjangan atau santunan sosial dalam
waktu yang layak hingga mendapatkan pekerjaan kembali atau modal untuk berwirausaha untuk
menjaminpenghidupanmereka.
            Inilah yang namanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam praktek (Sila
kedua Pancasila) dan pelaksanaan amanat UUD 1945 pasal 34 yang menjanjikan bahwa fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara yang menjadi hutang pemerintah
Indonesia dari masa-masa.
2. taspen
1.1. Sejarah PT TASPEN (Persero)
PT Taspen merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas untuk
mengelola Program Asuransi Sosial yang terdiri dari Program Dana Pensiun dan Tabungan Hari
Tua (THT). Didirikan pada tanggal 17 April 1963 dengan nama Perusahaan Negara Dana
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri yang disingkat menjadi PN TASPEN. Pembentukan
Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 9 tahun
1963 tentang Pembelanjaan Pegawai Negeri dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1963
tentang Tabungan Asuransi dan Pegawai negeri.
Pendirian PN Taspen di latar belakangi keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan
pegawai negeri dan keluarganya yang dirintis melalui Konferensi Kesejahteraan Pegawai Negeri
pada tanggal 25-26 Juli 1960 di Jakarta. Hasil konferensi tersebut dituangkan dalam Keputusan
Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal 25 Agustus 1960 yang antara lain menetapkan
perlunya pembentukan jaminan sosial bagi pegawai negeri dan keluarganya pada saat
mengakhiri pengabdiannya kepada Negara. Adapun proses pembentukan program pensiun
pegawai negeri ditetapkan dengan Undang-undang No 11 tahun 1956 tentang pembelanjaan
Pensiun dan Undang-undang No 11 tahun 1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda
serta undang-undang No 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian. Di Jakarta, PN
Taspen menggunakan tiga 2 kantor yang terpisah tempatnya, yaitu di Jl.Laksa no12 Jakarta Kota,
di Jl. Nusantara (sekarang Jl. Juanda) no 11/Atas, dan di Jl. Pintu Besar Selatan no 90 -
menumpang pada Bank Pembangunan Daerah Jakarta Raya. PN Taspen menggunakan ketiganya
hingga tahun 1970, sampai kantor Pusat di. Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih selesai dibangun.
Hingga sekarang Taspen berpusat di Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih.
Tahun 1970 PN TASPEN mendapat peningkatan status menjadi Perusahaan Umum
(PERUM) berdasarkan Surat keputusan Menteri Keuangan RI Nomor Kep.749/MK/IV/11/1970
sehingga menjadi PERUM TASPEN. Selanjutnya tahun 1981 PERUM TASPEN mendapat
peningkatan status menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
26 Tahun 1981 dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Dana Tabungan dan Asuransi
Pegawai Negeri, disingkat PT TASPEN. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981
tentang Asuransi Sosial PNS maka lingkup usaha PT TASPEN terdiri dari Program Tabungan
Hari Tua (THT) dan Pensiun. Program THT telah dilaksanakan sejak pendirian TASPEN.
Sedangkan untuk program Pembayaran Pensiun PNS yang semula diselenggarakan oleh Ditjen
Anggaran telah dialihkan kepada PT TASPEN (PERSERO) secara bertahap sejak tahun 1987.
Penyelenggaraan pembayaran Program Pensiun secara nasional dilakukan sejak tahun 1990.
Sejak awal berdirinya TASPEN mengelola Program Tabungan Hari Tua bagi pegawai negeri dan
sejak tahun 1987 mulai mendapat tugas untuk mengelola Program Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dengan demikian TASPEN telah 3 sepenuhnya mengelola Program Asuransi Sosial sesuai PP 25
Tahun 1981 yaitu Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk Dana Pensiun dan THT. Selain
mengelola Program Asuransi Sosial yang kepesertaannya bersifat wajib (compulsory) bagi PNS,
saat ini TASPEN juga mengelola program THT, THT Multiguna dan THT Ekaguna untuk
pegawai BUMN/BUMD yang kepesertaannya bersifat sukarela (voluntary). Sebagai upaya untuk
memudahkan peserta TASPEN yang tersebar di seluruh Indonesia dalam mengurus haknya,
sejak tahun 1987 TASPEN membuka Kantor Cabang di semua propinsi dan beberapa
kabupaten/kota yang saat ini seluruhnya berjumlah 42 Kantor Cabang. Salah satu kantor cabang
PT Taspen yang juga sebagai tempat praktek kerja lapangan kali ini adalah PT Taspen Kantor
Cabang Utama (KCU) Bandung dengan misi khusus KCU Bandung adalah memberikan
pelayanan yang melebihi harapan peserta. Selain beroperasional sebagai Kantor Cabang yang
melayani peserta,
KCU Bandung juga bertindak sebagai Koordinator atas Kantor-Kantor Cabang di
Wilayah Jawa Barat dan Banten, yaitu:
1. Kantor Cabang Bogor.
2. Kantor Cabang Cirebon.
3. Kantor Cabang Tasikmalaya.
4. Kantor Cabang Serang/Banten.

Produk yang dikelola oleh KCU Bandung adalah Program Pembayaran Pensiun dan
Program Tabungan Hari Tua (THT) untuk Pegawai Negeri Sipil 4 (PNS) termasuk didalamnya
Asuransi Kematian serta program THT dan Multi Guna Sejahtera untuk BUMN. Sebagai unit
pelayanan, KCU Bandung mempunyai mitra kerja terkait yang secara intens saling bekerja sama
untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para peserta program Pensiun dan THT.
Mitra kerja KCU Bandung adalah:
1. Pemerintah Daerah.
2. Kanwil Anggaran.
3. Badan Kepegawaian Negara Regional III.
4. Badan Kepegawaian Daerah.
5. PWRI.
6. LVRI, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan program pembayaran hak THT, pensiun pertama, pensiun bulanan
kepada para peserta, PT TASPEN KCU Bandung bekerja sama dengan mitra bayar. Atas kerja
sama dengan para mitra bayar tersebut, maka KCU Bandung mempunyai 330 titik layanan
sehingga memberikan kemudahan kepada para peserta untuk memilih kantor bayar yang paling
dekat dengan kediamannya masing-masing, yaitu:
1. Bank Mandiri.
2. Bank BRI.
3. Bank Jabar.
4. Bank BTPN.
5. Bank HS 1906. 5
6. Bank BBAI.
7. PT POSINDO. 1.2. Visi dan Misi PT.
Taspen Kantor Cabang Utama Bandung 1.2.1 Visi PT.Taspen Adapun Visi PT.Taspen
adalah Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya yang terpercaya
Ruang lingkup usaha Taspen adalah menyelenggarakan program Tabungan Hari Tua
(termasuk asuransi kematian), Dana Pensiun (termasuk Uang Duka Wafat), program
kesejahteraan PNS serta program jaminan sosial lainnya.
1. Terpercaya Taspen menjadi pilihan peserta dan stakeholder lainnya dengan kinerja yang
bersih dan sehat.
2. Bersih Taspen beroperasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance)
3. Sehat Adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan pada bidang keuangan maupun
non keuangan
Adapun misi PT.Taspen adalah Mewujudkan manfaat dan pelayanan yang semakin baik bagi
peserta dan stakeholder lainnya secara Profesional dan Akuntabel, berlandaskan Integritas dan
Etika yang tinggi.
1. Manfaat dan pelayanan yang semakin baik Untuk memenuhi harapan peserta yang semakin
tinggi, Taspen berupaya meningkatkan nilai manfaat dan pelayanan secara optimal.
2. Profesional Taspen bekerja dengan terampil dan mampu memberikan solusi dengan 5 Tepat
(tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat dan tepat administrasi ) didukung dengan
SDM yang memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi.
3. Akuntabel Taspen dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan sistem dan prosedur kerja
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Integritas Taspen senantiasa konsisten dalam memegang amanah, jujur dan melaksanakan
janji sesuai visi dan misi perusahaan.
5. Etika Taspen melayani peserta dan keluarganya dengan ramah, rendah hati, santun, sabar dan
manusiawi.
Lima Nilai Utama TASPEN Taspen memiliki nilai untama yang sangat penting untuk
dijalankan kelima nilai utama yang harus di jalankan dan di jaga adalah:
1. Tumbuh
A. Menumbuhkembangkan perusahaan sesuai dengan visi dan misi Taspen
B. Mengembangkan diri dan mampu mengikuti tuntutan perubahan yang terjadi, baik
karena tuntutan lingkungan internal maupun eksternal
C. Berpikir positif dan konstruktif serta bertindak produktif tanpa keinginan untuk
berbuat yang kontraproduktif
D. Senantiasa meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada peserta
2. Etika
A. Menjunjung standar etika yang tinggi dalam berinteraksi antara sesama rekan kerja
maupun dalam memberikan pelayanan kepada peserta
B. Ramah dan rendah hati
C. Menjaga rahasia dan citra perusahaan D. Menghargai dan menghormati sesama rekan
kerja maupun peserta
3.Profesional
A. Mengatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar
B. Mengerjakan dan mengelola pekerjaanya serta melayani peserta Taspen dengan 5
tepat
C. Menyelesaikan setiap masalah dengan memberikan solusi yang tepat berdasarkan
kompetensinya
D. Mampu melaksanakan komunikasi lisan maupun tertulis dengan secara baik dan benar
4. Akuntabilitas
A. Setiap pekerjaannya dapat ditelusuri prosesnya berdasarkan sistem dan prosedur kerja
B. Dapat dipercaya
C. Bertanggung jawab dan tidak melemparkan kesalahannya kepada orang lain
D. Tuntas dalam melaksanakan semua pekerjaan dan tugasnya secara baik dan benar
5. Integritas
A. Jujur
B. Konsisten dalam apa yang diucapkan dan apa yang dijalankan
C. Disiplin dan dan taat dengan semua ketentuan dan peraturan Taspen 9
D. Dedikasi kepada tugas dan kewajiban serta loyal kepada Taspen sebagai perusahaan
pengelola Dana Pensiun dan THT
Enam Standar pelayanan TASPEN PT.Taspen mempunyai enam standar pelayanan yang
harus di jalankan berdasarkan ketentuan dari PT.Taspen itu sendiri diantaranya :
1. Empati
A. Rasakan suasana hati orang lain
B. Hadirkan rasa akan harapan orang lain untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik
hari ini, kapanpun dan dimanapun
2. Proaktif
A. Memiliki inisiatif untuk mengenali
B. Inovatif dan terbuka
C. Semangat
3. Informative
A. Jelas
B. Sederhana
C. Mudah dimengerti
4.Senyum
A. Sapa
B. Sabar
C. Ramah
D. Kontak mata
5. Terpercaya
A. Procedural
B. Jujur
6. Tulus
A. Sepenuh hati
B. Ikhlas

Ciri-ciri PT TASPEN
PT.Taspen mempunyai tujuh ciri-ciri diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Taspen pengelola Dana Pensiun dan THT
2. Taspen berkelas dunia
3. Taspen yang bersih, sehat dan benar
4. Taspen yang tepat
5. Taspen yang peduli
6. Taspen yang amanah
7. Taspen yang Korpri 11

3.asabri

PT ASABRI (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan oleh
Pemerintah sebagai pengelola program asuransi sosial bagi Prajurit TNI, anggota Polri dan
Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), yang terdiri dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kemhan dan Polri, sesuai amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional
Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pegawai Aparatur Sipil Negara
di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
diundangkan pada tanggal 28 Desember 2015 dan berlaku surut tanggal 1 Juli 2015 sebagai
pengganti Peraturan
Adapun Program yang dikelola terdiri atas Program Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKm), dan Pensiun. Keberadaan ASABRI bermula
dari permasalahan perbedaan karakteristik militer atas kepesertaan Prajurit TNI, Anggota Polri,
danPNS Kemhan/ Polri (belum terdapat PPPK) yang pada awal mulanya merupakan Peserta
Taspen (Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri) yang dibentuk pada tanggal 17 April
1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963. Untuk mempermudah
pengelolaan asuransi bagi peserta militer, berdasarkan gagasan dari pihak Angkatan Perang
Republik Indonesia (APRI) dalam hal ini Angkatan Darat dan persetujuan Menteri Urusan
Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan serta Badan Pimpinan Umum PN Taspen, maka pada
tanggal 1 Januari 1964 dibentuklah Cabang Khusus Urusan Militer
Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991.
dengan nama Taspenmil yang beroperasi di Kantor Staf Keuangan Angkatan Darat di Jl.
Merdeka Selatan No. 7 Jakarta Pusat. Taspenmil inilah yang kemudian menjadi cikal bakal PT
ASABRI (Persero).
a. MISI PERUSAHAAN adalah meningkatkan kesejahteraan Peserta ASABRI melalui
pengembangan sistem pelayanan dan nilai manfaat asuransi sosial secara berkelanjutan.
b. VISI PERUSAHAAN adalah menjadi Perusahaan asuransi sosial nasional yang
profesional dengan melakukan transformasi bisnis dan budaya Perusahaan sampai dengan tahun
2021.
c. TATA NILAI PERUSAHAAN
1) Amanah yaitu memegang teguh kepercayaan dan menjalankannya dengan tulus dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
2) Melayani yaitu ketulusan melayani peserta dan stakeholders lainnya secara santun,
memberikan sambutan yang hangat, bantuan dengan sepenuh hati serta memenuhi kebutuhan,
keinginan dan harapan para stakeholders khususnya bagi para Peserta sehingga mampu
memberikan kepuasan.
3) Kerjasama yaitu bekerja secara bersama-sama dalam tim untuk mencapai kinerja yang
lebih baik demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif.
4) Kompeten yaitu komitmen untuk senantiasa meningkatkan kompetensi yang
diperlukan dalam menjalankan target sesuai fungsi masing-masing, sehingga pelaksanaan tugas
dapat dijalankan secara prima dan optimal.
5) Respek yaitu sikap saling menghormati dan menghargai serta kepedulian baik terhadap
sesama karyawan, Peserta ASABRI maupun stakeholders lainnya.

TUJUAN PERUSAHAAN
Turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah dibidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dibidang asuransi sosial melalui
penyelenggaraan asuransi/jaminan sosial dilingkungan Kemhan, TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan
Polri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat guna meningkatkan nilai manfaat bagi peserta dan nilai
Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

PROGRAM YANG DIKELOLA


PT ASABRI (PERSERO) Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 102 Tahun 2015, maka seluruh program telah terakomodir baik THT, JKK,
JKm dan Pensiun, yang didalamnya termasuk pembayaran bagi pengembalian Nilai Tunai Iuran
Pensiun dan Jaminan Pensiun, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Program Tabungan Hari Tua (THT) Program Tabungan Hari Tua (THT) adalah
tabungan yang bersumber dari iuran peserta dan iuran Pemerintah beserta pengembangannya,
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai pada
saat yang bersangkutan berhenti, baik karena mencapai usia pensiun maupun bukan karena
mencapai usia pensiun.
a. Manfaat Program THT
1) Tabungan Asuransi (TA), diberikan kepada peserta yang diberhentikan dengan hak
pensiun atau tunjangan bersifat pensiun. TA dihitung dengan formula Faktor Indeks Iuran (FII)
dikalikan penghasilan terakhir sebelum pensiun.
2) Nilai Tunai Tabungan Asuransi (NTTA), diberikan kepada peserta yang diberhentikan
tanpa hak pensiun, tanpa tunjangan bersifat pensiun, atau kepada ahli waris dari peserta yang
gugur, tewas dan meninggal dunia biasa dalam status dinas aktif. NTTA dihitung dengan
formula Faktor Indeks Iuran (FII) dikalikan penghasilan terakhir pada saat berhenti, gugur, tewas
atau meninggal dunia biasa.
3) Biaya Pemakaman Peserta Pensiunan (BPPP), diberikan kepada ahli waris dalam hal
peserta pensiunan meninggal dunia biasa.
4) Biaya Pemakaman Istri atau Suami (BPI/S), diberikan kepada peserta aktif, peserta
pensiunan atau ahli waris dalam hal istri atau suami peserta aktif atau peserta pensiunan
meninggal dunia yang terkait dengan potongan iuran THT.
5) Biaya Pemakaman Anak (BPA), diberikan kepada peserta aktif, peserta pensiunan atau
ahli waris dalam hal anak peserta aktif atau peserta pensiunan meninggal dunia yang terkait
dengan iuran THT.
b. Iuran Program THT
1) Iuran peserta sebesar 3,25% x (Gaji Pokok + Tunjangan Istri + Tunjangan Anak) dari
penghasilan setiap bulan.
2) Iuran pemberi kerja akan diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.
BAB III
PENUTUP

Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi sosial yang


menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya merupakan para
pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai dengan usia
21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima risiko disebut
"penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak
legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh
"tetanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya
ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif,
dan keuntungan.

SARAN

Pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak lama kita
hanya mendapatkan informasi yang bias tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari
Amerika yang didominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Semogga saja asuransi
di Indonesia dapat menjamin semua aspek warga negaranya yang mengikuti asuransi agar lebih
baik lagi. Layanan asuransi yang baik dan menjamin dapat membuat banyak masyarakat semakin
bertambah mengikuti asuransi-asuransi yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1 Thabrany, Hasbullah. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan

FKMUI, Depok 2001.

2 Vughan. Principle of …

3 Rejda. Principle

4 WHO. World Health Report 2000. Geneva, 2001

5 Laporan WHO 2000.

6 HIAA. Managed Care part B. Washington, D.C., 1997

7 HIAA. Health Insurance Premier, Washington, D.C., 2000

8 Health Insurance Association of America (HIAA). Source Book of Health Insurance Data.

HIAA,

Wahington D.C., 1999.

9 Depkes RI. Pembinaan Bapel JPKM: Kumpulan Materi. Depkes RI, Jakarta, 1995.

10 Thabrany, H. Introduksi Asuransi Kesehatan. Yayasan Penerbit Ikatan

Dokter Indonesia,Jakarta,

1999.

11 Depkes Taiwan. Public Health in Taiwan, ROC. Taipei, 1997

12 Shalala, DE dan Reinhardt UE. Interview: Viewing the US Health Care System from Within:

Candid

Talk from HHS. Health Affairs 18(3): 47-55, 1999

Anda mungkin juga menyukai