Anda di halaman 1dari 3

KESENJANGAN SOSIAL AKIBAT PANDEMI COVID 19

Sampai saat ini pandemi virus Covid-19 masih terus menyebar ke berbagai belahan dunia,
tanpa terkecuali Indonesia yang sampai tulisan ini dibuat sudah menyentuh angka 40.000
orang positif terpapar virus itu. Seiring berkembangnya pergerakan upaya dunia dalam
menanggulangi pandemi ini, ada beberapa istililah yang digaungkan yaitu social distancing
atau jaga jarak /pembatasan social. Social distancing ini merupakan salah satu langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi virus Covid-19 dengan menganjurkan orang sehat
untuk membatasi bertemu dengan orang lain baik dalam kerumunan ataupun perorangan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan juga
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, social distancing adalah menjaga jarak
setidaknya 2 (dua) meter dari orang lain dan menghindari kerumunan untuk mencegah
penularan penyakit. Dengan menerapkan social distancing, diharapkan jumlah orang yang
terinfeksi tidak melonjak dalam waktu yang sama. Selain menjaga jarak dan mengindari
kerumunan, kita juga harus menerapkan social distancing dalam beberapa cara antar lain :

Meminimalisir kontak fisik saat bertemu dengan orang lain (seperti jabat tangan dan atau
cium pipi kiri kanan dsb).
Mengurangi kegiatan diluar rumah jika tidak mendesak dengan tetap bekerja, belajar dan
beribadah dari rumah.
Melihat perkembangan pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia, tentunya erat
kaitannya dengan kultur budaya, tingkat kedisiplinan warga dan juga kesadaran masyarakat
dalam pentingnya menjaga kesehatan. Fakta di lapangan memperlihatkan kecenderungan
rendahnya masyarakat Indonesia untuk menerapkan protokol kesehatan dalam rangka
menghadapi pandemi covid-19 . Sering kita jumpai dalam sajian berita baik di media
elektronik maupun media cetak, masih banyak warga yang tidak menghiraukan anjuran
pemerintah untuk menjaga jarak dan juga menggunakan masker.

Sejak awal pandemi di bulan maret 2020, Indonesia mencetak rekor tertinggi di Asia
Tenggara dengan jumlah pasien mencapai angka lebih dari 1 juta. Kondisi ini diperparah
dengan masih banyaknya pelanggaran protokol kesehatan di masyarakat. Pemerintah
dengan berbagai upaya dan usaha untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan berbagai
kebijakan mulai dari pembeerlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), PPKM Mikro
dan kebijakan lain yang diharapkan dapat menekan angka penularan Covid-19.

Untuk di Pulau Belitung yang terdiri dari 2 Kabupaten akhir akhir ini terbialang cukup
melonjak tinggi angka penularannya. Hal ini tentunya patut menjadi perhatian kita bersama
dalam menyikapinya agar kita bisa mengurangi resiko tertular dengan menumbuhkan
kesadaran ketaatan pada protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga
dengan penanganan pasien ataupun warga yang terindikasi kontak erat dengan pasien yang
positif. Masih ingat diawal pandemi Covid-19 ini melanda, sangat nampak jelas perubahan
perilaku masyarakat yang gegabah membeli masker secara berlebihan, memborong
sembako karena takut akan adanya lockdown. Secara tidak kita sadari hal tersebut
menyebabkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Ketika harga barang mulai naik,
masyarakat menengah kebawah akan merasa terbebani karena tidak bisa ikut membeli
masker dan atau kebutuhan lainnya guna menghadapi pandemi Covid-19.

Dampak sosial dari euphoria memborong masker dan bahan pangan diawal pandemi di
masyarakat adalah semakin terlihatnya kesenjangan sosial anatar si kaya dan si miskin. Efek
domino dari situasi Covid-19 juga berpengaruh terhadap perekonomian global. Berbagai
perusahaan terimbas secara langsung banyak merumahkan karyawannya, melakukan
efisiensi dengan system shift, Work From Home (WFH), bahkan yang terparah harus
terpaksa melakukan PHK. Kondisi ini mau tak mau tentunya menjadikan beban hidup
semakin bertambah bagi golongan menegah kebawah.

Mengutip peryataan mantan Wakil Presiden RI ke 11 Boediono, bahwa dampak pandemi


Covid-19 salah satunya adalah naiknya angka ketimpangan sosial, bukan hanya di Indonesia
saja tapi pada semua negara. Beliau mengatakan setelah adanya ketimpangan sosial, maka
selanjutnya akan terjadi banyak tindak kejahatan, gesekan sosial di masyarakat.

Semakin banyaknya warga masyarakat yang terinfeksi virus Covid-19 pun memberi efek
sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Diakui ataupun tidak, saat ini secara tidak sadar
karena ketakutan akan tertular virus Covid-19, jika ada warga atau tetangga kita yang
terindikasi positif Covid-19, maka secara reflek kejiwaan kita akan berusaha menghindari
dan menjaga jarak untuk mencegah penularan lebih luas. Hal inilah yang tanpa kita sadari
menimbulkan kesenjangan sosial dalam bermasyarakat. Memang benar salah satu upaya
mencegah penularannya dengan 5 M, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun,
menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas/aktivitas. Namun
praktek dilapangan kadang stigma masyarakat akan langsung muncul bagi yang terinfeksi
virus Covid-19, bukan hanya dirinya pribadi namun juga keluarganya.

Dari berbagai kasus positif hingga kematian yang disebabkan Covid-19, masyarakat luas
masih trauma dan langsung menjauhi mereka. Sikap ini yang perlu kita perbaiki sehingga
kesenjangan sosial yang terjadi tidak semakin menjadikan kita lupa jati diri bangsa yang
selalu gotong royong membantu dalam berbagai hal. Perlu adanya pembentukan satgas di
tingkat RT untuk waspada, menanggulangi dan mengatasi permasalahan akibat pandemi
Covid-19. Upaya pencegahan dengan senantiasa mengingatkan penerapan protokol
kesehatan di lingkungan terkecil (keluarga), penanganan jika ada warga yang terindikasi
terpapar virus Covid-19, screnning kontak erat dan juga penanganan pasca dinayatakan
positif serta sembuh. Hal ini kiranya perlu agar keberadaan virus Covid-19 yang saat ini
tengah mewabah dapat segera tewratasi.

Sebagai penutup marilah kita bersama sama merenungi kembali jati diri bangsa yang selalu
saling membantu dan saling menolong dalam bermasayrakat. Tetap waspada dan terapkan
protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 namun juga tetap sebagai manusia
yang bermoral dan berakhlak mulia. Peduli dan jauhi stigma negatif bagi saudara, kawan,
tetangga kita yang terinfeksi Covid-19 sehingga bersama kita bangkit untuk Indonesia yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai