OLEH :
YANCE DJILARPOIN
NIM P 1510026
TAHUN 2020
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “Hubungan Self Care Dengan Kuailitas Hidup Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kapasa Makassar Tahun
2020” tepat pada waktunya dengan segala kelancaran. Penulis proposal
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
sarjana keperawatan (S1) pada program studi S1 keperawatan STIKES
Graha Edukasi Makassar.
Penulis menyadari bahwa, tanpa adanya bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusun
proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimah kasih
kepada:
1. Ibu Juliana Sirajudin Ake, SKM, M.KES, selaku ketua yayasan Stikes
Graha Edukasi Makassar.
2. Ibu Dr. Nurhikmah SKM, S.ST, M.Kes, selaku ketua STIKES Graha
Edukasi Makassar dan pembimbing yang setia membimbing dan
memberi saran serta kesediaan meluangkan waktu dalam penyusunan
proposal ini.
3. Bapak Ns, Rusli Taher, s.kep, M.kes, selaku ketua program studi
Keperawatan STIKES Graha Edukasi Makassar.
4. Bapak Ns, Ahmad Muhsawwir, S.kep, M.Kes selaku pembimbing saya
yang banyak membantu saya dalam penyusunan proposal
5. Para Dosen dan Staf yang banyak memberikan bantuan dan motivasi
selama penyusun mengikuti pendidikan di Stikes Graha Edukasi
Makassar.
6. Dr.H.Muhammad Gisma , M.Kes. selaku kepala puskesmas kapasa,
yang telah memberi isin pengambilan data awal penilitian.
7. Teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua orang tua saya dan
adik kaka dengan jeripaya, ketulusan dan ketabahan serta curahan
kasi sayang sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini
iii
dengan baik.
8. Khususnya istiri saya (Iin Syane Tuhumury), beserta sudara dan
sehabat (George Gamar, , Abdul Rifay Renuat, Deus Maesa Bonara,
lisa kubela, dolina kubela, atas bantuanya dalam memberikan motivasi
dan dukungan dalam menyelesaikan proposal.
9. Rekan-rekan mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Graha Edukasi Makassar Khususnya (Wira Pratama, Rahmat Sarloy,
Fredion k. Batilmurik, Idam jainal) dan yang lain yang tidak sempat
disebut namanya dan telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan proposal ini.
Penulis berharap semoga dengan disusunnya proposal ini dapat
memberi pengetahuan bagi para pembaca, Amin. Penulis menyadari
bahwa proposal ini masi jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penlis harapkan
demi kesempurnaan proposal ini.
Yance Djilarpoin
iv
ABSTRAK
Prodi S1 Keperawatan
Kata Kunci: Self Care, Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................... v
vi
B. Populasi dan Sampel ...................................................... 35
B. Hasil Penilitian................................................................... 43
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................52
A. Kesimpulan........................................................................55
B. Saran.................................................................................55
DAFTRA PUSTAKA..........................................................................56
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi
ke sistem urine untuk dibuang melalui urine. Air kencing diabetes yang
karena itulah gejala ini disebut juga gejala kencing manis (Chaidir, et
all 2017).
1
kawasan asia tenggara. Menurut IDF (2014) angka kejadian diabetes
penyakit diabetes melitus tahun 2019 dan terdapat 115 pasien terkena
2
penurunan kualitas hidup. Berdasarkan penelitian Isa & Baiyewu
pasien DM yang buruk. Hasil wawancara pada tiga pasien Poli Interna
2011).
3
merawat, melindungi, mengontrol, meminimalisir serta mengelola
hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atau koping dan
dengan product moment (p ≤0,05), diperoleh nilai p=0,000 dan nilai (r)
Kapasa.
B. Rumusan Masalah
Makassar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
4
a. Mengidentifikasi self care pada pasien diabetes melitus di Wilayah
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
2. Bagi Puskesmas
5
meningkatkan mutu pelayanan tenaga keperawatan dalam
3. Bagi peneliti
4. Bagi pasien
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
menarik bagi semut, karena itulah gejala ini disebut juga gejala
7
bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
(Smeltzer, 2002).
2013).
3. Keluhan fisik
kurus.
b. Banyak kencing
8
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
c. Banyak minum
d. Banyak makan
4. Keluhan lain
mengganggu tidur.
9
dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan
luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal
peniti.
seseora ng.
5. Komplikasi
10
diabetes (Wijaya & Putri, 2013).
6. Etiologi
kali lipat individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe
11
individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika
12
destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II
adalah:
diatas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
13
c. Diabetes melitus tipe I
2006).
14
dan timbul secara perlahan (Guyton, 2006). Menurut Perkeni
15
disebut dengan hiperglikemia (ADA, 2010).
Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan
1. Edukasi
2. Terapi gizi
keluarganya.
3. Intervensi gizi
16
Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat
sebulan.
4. Aktifitas fisik.
17
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah
5. Terapi farmakologi
B. Self Care
E.Orem pada tahun 1971dan dikenal dengan teori Self Care Deficit
grand teori mempunyai komponen teori yaitu teori self care, teori
self care deficit, dan teori nursing system. Self care merupakan
18
merupakan model keperawatan yang tepat diterapkan pada area
perioperatif, rentang usia yang lebih luas (dari bayi sampai lansia).
1. Manusia
2. Masyarakat/lingkungan
3. Sehat/kesehatan
19
terhadap keberadaanya. Kesejahteraan merupakan suatu keadaan
4. Keperawatan
20
2. Self care agency merupakan suatu kemampuan individu
21
self care, baik secara kualitas dan kuantitas. Dalam
darah, terapi obat, perawatan kaki, dan latihan fisik (olah raga)
diabetik.
C. Kualitas Hidup
22
WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
2006).
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait
23
WHOQOL group bersama lima belas pusat kajian (field centres)
kesehatan”.
24
pasien.
1. Jenis kelamin
penting bagi laki-laki dab perempuan juga akan berbeda. Hal ini
25
laki dan perempuan.
2. Pendidikan
3. Usia
hidup. Penelitian ini dilukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004)
4. Pekerjaan
Myers, (1997).
5. Status pernikahan
26
bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau
Wahl, dkk 2004 menemukan bahwa baik pria dan wanita, individu
6. Penghasilan
8. Standard referensi
27
Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi
Myers, (1997).
9. Kesehatan fisik
hanya sebagai sesuatu penyait tapi dapat dilihat dari fisik, mental
1. Usulan Penggunaan
28
perubahan kualitas hidup selama intervensi. Penilaian WHQOL
2. Pengukuran QoL
skor berskalakan kea rah yang positif (yaitu skor yang lebih
Nilai skala yang tinggi mewakili tingkat respons yang lebih tinggi
(Nursalam, 2016).
atau tingkat kesehatan yang lebih baik nilai yang tinggi untuk
29
QoL dengan car yang sangat mudah, RS menanyakan QoL,
d. Mobilitas
g. Kapasitas kerja
sebagai berikut :
b. Perasaan negatif
c. Perasaan positif
d. Penghargaan diri
30
f. Berfikir, belajar, memori yang konsentrasi
a. Hubungan pribadi
b. Dukungan sosial
c. Aktivitas sosial
sebagai aspek :
kualitas
d. Lingkungan rumah
baru
keterampilan baru
atau iklim)
Transportasi (Nursalam).
31
BAB III
DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka Konsep
32
Self Care Kualitas hidup
- Pengaturan pola makanan
- Pemantauan kadar gula - Kesehatan fisik
darah - Psikologis
- Terapi obat - Hubungan sosial
- Perawatan LUKA - lingkungan (Nursalam,
- Latihan fisik 2016)
(Chaidir, ddk 2017)
Keterangan :
B. Hipotesa Penelitian
hipotesis ini dapat diterima atau ditolak. Bila diterima atau terbukti maka
Kota Makassar.
33
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
C. Defnisi operasional
34
hubungan
1. Tidak pernah
sos ial,
2. Kadang-
budaya lingkung
kadang
serta niai- an
3. Sering
nilai kehidup
4. Selalu
annya.
BAB IV
METODE PENELITIAN
35
care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja
1. Populasi
melitus 115 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
Kota Makassar.
2. Sampel
36
C. Instrumen penelitian
hari 0. Data favorable 0=0,1 =1,2 =2, 3=3, 4=4, 5=5, 6=6, 7=7.
3=4, 4=3, 5=2, 6=1, 7=0. Kuesioner untuk variabel dependen tentang
37
selalu dengan skor 22-88.
1. Lokasi penelitian
Puskesmas ini adalah karena ditempat ini banyak sampel yang akan
2. Waktu penelitian
a. Pengambilan data
Makassar.
38
terdapat pada kuesioner. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlebihan. Alat dan cara pengukur atau
sudah baku. Nilai cronbach alpha pada variabel self care 0,855
2018).
H. Analisa Data
39
melakukan analisa terlebih dahulu data harus diolah (Nursalam,
square.
antara lain:
diajukan peneliti.
40
4. Tabulating: tahap ini peneliti memasukkan hasil penghitungan
I. Etika penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
41
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain
sebagian berikut:
1. Informed consent
persetujuan.
2. Confidentiality ( kerahasian)
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
43
B. Hasil Penilitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah self care dengan
C. Analisa Univariat
a) Umur
44
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Kapasa
Umur Frekuensi Persen %
46 – 55 Thn 7 23.3
56 – 65 Thn 21 70.0
> 65 Thn 2 6.7
Jumlah 30 100
b) Jenis Kelamin
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Jenis Kelamin Frekuensi Persen %
Laki-laki 15 50.0
perempuan 15 50.0
Jumlah 30 100
45
Sumber : Data Primer 2020
c) Pola Makan
Tabel 5.3.
Distribusi Freukensi Berdasarkan Pola Makan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Pola Makan Frekuensi Persen %
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100
d) Latihan Fisik
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Latihan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Latihan Fisik Frekuensi Persen%
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100 46
Sumber : Data Primer 2020
e) Perawatan Kaki
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Kaki
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Perawatan Kaki Frekuensi Persen %
Baik 7 23.3
Kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemantauan Gula
Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
47
Sumber : Data Primer 2020
g) Terapi Obat
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Terapi Obat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Terapi Obat Frekuensi Persen %
Baik 7 23.3
Kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2020
(76.7%) yang terapi obat kurang, sedangkan yang terapi obat baik
berjumlah 7 (23.3%).
h) Self Care
Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Self Care
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Self Care Frekuensi Persen %
Baik 7 23.3
Kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
48
Sumber : Data Primer 2020
(76.7%) yang self care kurang, sedangkan yang self care baik
berjumlah 7 (23.3%).
i) Kesehatan Fisik
Tabel 5.9.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesehatan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Kesehatan Fisik Frekuensi Persen %
Baik 4 13.3
Cukup 16 53.3
Kurang 10 33.3
Jumlah 30 100
j) Psikologis
Tabel 5.10.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Psikologis
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Psikologis Frekuensi Persen %
Baik 7 23.3
cukup 16 53.3
kurang 7 23.3
Jumlah 30 100
49
Sumber : Data Primer 2020
(23.3).
k) Hubungan Sosial
Tabel 5.11.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Sosial
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Hubungan Sosial Frekuensi Persen %
Baik 6 20
Cukup 20 66.7
Kurang 4 13.3
Jumlah 30 100
l) Lingkungan
Tabel 5.12.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Lingkungan Frekuensi Persen %
Baik 7 23.3
Cukup 18 60`0 50
Kurang 5 16.7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2020
SPSS versi 16.00 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 5.13
Hasil Analisis Hubungan Self Care Dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
51
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Kualitas Hidup
Self Care Baik Cukup Kurang Total Nilai-p
n % n % n % N %
Baik 1 3.3 6 20.0 0 0 7 23.3
0,012
Tidak Baik 3 10.0 14 46.7 6 20.0 23 76.7
Jumlah 4 13.3 20 66.7 6 20.0 30 100
menunjukkan bahwa Self Care baik dan kualitas hidup juga baik
sebanyak 1 orang (3.3%), self care baik tapi kualitas hidup cukup
berjumlah 6 orang (20.0%). Sedangkan self care Yang tidak baik tapi
kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (10.0%), dan self care tidak baik
tetapi kualitas hidup cukup berjumlah 14 orang (46.7%) serta self care
Puskesmas Kapasa.
BAB VI
PEMBAHASAN
52
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.
bahwa Self Care baik dan kualitas hidup juga baik sebanyak 1 orang
(3.3%), self care baik tapi kualitas hidup cukup berjumlah 6 orang
(20.0%). Sedangkan self care Yang tidak baik tapi kualitas hidup baik
sebanyak 3 orang (10.0%), dan self care tidak baik tetapi kualitas hidup
cukup berjumlah 14 orang (46.7%) serta self care tidak baik tetapi kualitas
< 0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan self care dengan kualitas
pada tahun 1971dan dikenal dengan teori Self Care Deficit Nursing
(SCDNT) (Delaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagai grand teori
mempunyai komponen teori yaitu teori self care, teori self care deficit, dan
teori nursing system. Self care merupakan konsep yang sangat penting
harus dicapai oleh pasien (Orem, 1995). Self care merupakan perilaku
yang dipelajari dan merupakan suatu tindakan sebagai respon atau suatu
kebutuhan (Delaune & Ladner, 2002). Teori self care Orem merupakan
usia yang lebih luas (dari bayi sampai lansia). Peran perawat dalam
53
aplikasi teori self care Orem adalah membantu meningkatkan kemampuan
pasien untuk mandiri pada area klinis yang akan meningkatkan kualitas
kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada
nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian.
54
melitus, dengan angka kejadiannya 138 kasus (8,5%). IDF
sebanyak 1,8 % atau sekitar 160 ribu jiwa (Purwoningsih & Purnama,
2017).
diabetes mellitus tipe 1, tipe 2. Jenis diabetes melitus yang paling banyak
penyakit
(Black ini
& Hawks: ADA, 2010).
BAB VII
55
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Peneliti
lainya.
DAFTAR PUSTAKA
56
Aakers & Myers. (1997). Advertising management. New jersey Prenctice
hall. American Diabetes Association (2010). Diagnosis and
Clasification of Diabetes, diabetes care 1 januari 2014 vol 27
Guyton Hall JE. (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC
Isa B.A., & Baiyewu, O. (2006). Quality of life patient with diabetes melitus
in a nigerian teaching hospital. Hongkong journal psychiatry.
Joice M, Tampongangoy (2015). Gambaran Kualitas Hidup Pasien
57
Diabetes Mellitus Di Poliklinik Endokrin Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Juiperdo, Vol 4, No 1 Maret 2015.
58
Purnama & Purwoningsih. (2017). Perbandingan Faktor Perilaku
Suku Batak Dan Melayu Terhadap Angka Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Rsud Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Ibnu Sina
Biomedika Volume 1, No. 2 (2017).
Yudianto, K., Rizmadewi, H., & Maryati, I, (2008). Kualitas hidup penderita
diabtes melitus di rumah sakit umum darah cianjur. Vol 10 september
2008.
59