Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI SEDIAN STERIL

PEMBUATAN INFUS NACL 0,9%

KELAS : B’20

KELOMPOK : 4

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. SOFIA JEMAMUT : 244820057


2. THERESIA ADVENTINA DA SILVA : 244820058
3. THERESIA TIA : 244820059
4. VALERIA H. MELITA : 244820060
5. VERONIKA BOLENG BADU : 244820061
6. MARGARETHA NDUK : 244820073
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberi rahmat dan karunia kepada
makhluk-Nya yang berusaha dan bekerja sepenuh hati. Kami menyadari bahwa laporan ini
dapat disusun dan dibuat tak lepas dari kemahakuasaan Tuhan. Untuk itu sujud kami sembahkan
untuk-Nya.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian Persyaratan tugas
Teknologi Sediaan Steril.laporan dengan judul “pembuatan infus Nacl 0,9% ini disadari bahwa
banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyajiannya untuk itu diharapkan
bimbingan, arahan dan perbaikan.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Dosen pembimbing mata
kuliah teori teknologi Sediaan Steril serta terima kasih kami sampaikan pula kepada seluruh
teman-teman mahasiswa seangkatan yang telah ikut berjuang dan saling membantu selama
proses perkuliahan, sampai dengan Penyusunan laporan ini. Semoga aktivitas yang kita
laksanakan beroleh karunia dan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Maumere, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Manfaat Praktikum
C. Tujuan Praktikum
D. Prinsip Praktikum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
B. Uraian Bahan

BAB III METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


B. Perhitungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sedian steril adalah bentuk sedian obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral merupakan jenis sediaan yang uni di antara
bentuk sediaan obat terbagi-bagi karena sediaan ini di suntikan melalui kulit atau
membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efisien, yaitu membrane kulit dan
mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan toksis
lainnya, serta harus memiliki tigkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses
yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus di pilih dan di rancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi fisik, kimia, atau mikrobiologis ( Priyambodo,
B., 2007).

Menurut FI IV hal. 10 larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal
untuk intravena dan di kemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.
sedangkan menurut FI IV , injeksi adalah injeksi yang di kemas dalam wadah 100 ml
atau kurang, umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa di berikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa di berikan karena berbahaya dapat menyebapkan
penyumbatn pada pembuluh darah kapiler ( Dirjen POM, 1995).

Pada praktikum ini dibuat sedian steril infus NaCl yang di gunakan untuk
mengatasi defisiensi ion natrium serta ion klorida dalam darah. Misalnya pada keadaan
dehidrasi atau kekeringan tubuh, muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dengan
garam-garamny. Cairan infus ini di usahakan isotonis dan bebas pirogen. Penggunaanya
di kehendaki untuk efek sistematik yang cepat. Selain itu, di tambahkan carbo adsorben
yang memiliki daya serap pada permukaanya, terutama terhadap zat-zat asing yang
molekulnya besar, misalnya alkaloid, toksin, bakteri atau zat beracun lainnya.

B. Manfaat praktikum

Mampu membuat infus sedian steril dosis tunggal dengan cara sterilisasi akhir.

C. Tujuan Praktikum

Mampu membuat infus dosis tunggal yaitu NaCl 0,9 % dengan cara sterilisasi akhir

D. Prinsip Percobaan
Pembuatan infus dosis tunggal yaitu infus NaCl 0,9% , dengan cara sterilisasi akhir
dengan penambahan bahan-bahan yang di perlukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum
Infus adalah larutan dalan jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang di
berikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Ketika terjadi gangguan hemositas, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembaikan keseimbangan air dan elektrolit larutan utuk infus itravenus
harus jernih dan praktis bebas paertikel ( Lukas, Syamsuni, H. A 2006)
Infus merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase
kontinu , biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya, infus di maksudkan
untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan
berupa pengawet antimikroba. Larutan untuk infus dioeriksa secara visible pada
kondisi yang sesuai , jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada infus
tidak menunjukan adanya pemisahan fase.
1. Tipe-tipe sediaan infus
a. Cairan hipotonik : osmolaritasnya lebih rendah di bandingkan serum
sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan di tarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi
sampai ahirnya mengisi sel-sel yang di tuju dan digunakan pada keadan
sel-sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah, dalam
terapi diuretic, komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-
tibacairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebapakan klopas
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial.
b. Cairan isotonic : osmolaritas tingkat kepekatan cairannya mendekati
serum bagian air dari komponen darah. Sehingga terus bearada di dalam
pembuluh darah bermanfaat pada pasien yg mengalami hipovolemia,
kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun.
c. Cairan hipotonik ; osmolaritasnya tinggi dibandingkan serum sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi
urin, dan mengurangi edema bengkak.
Definisi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau keras dengan banyaknya
pengeluaran keringat dan banyak air tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, sangat
lelah,nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian kejang otot lengan dan perut, selain pada
defisiensi natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9% ( larutan garamfisiologis) dan dalam infus
dengan elektrolit lain.konsentrasi NaCl yang isoosmotik dengan plasma darah sebesar 0,9%
( Lukas, 2006).

B. Uraian Bahan
1. NaCl ( Dirjen POM, 1979 : 403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium Klorida
RM : NaCl
BM : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau atau serbuk Kristal 1 gr setara dengan
17, 1 mol NaCl 2,54 gr NaCl equivalen dengan 1 gr Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
PH : 4,5-7/6,7-7,3
Dosis : lebih dari 0,9% injeksi IV 3-5% dalam 100 ml selama 1
jam injeksi NaCl mengandung 2,5-4 Meq Na+ dalam
plasma 13,5-14,5 Meq/L
Sterilisasi : Autoklaf
Stabiltas : stabil dalam bentuk larutan-larutan stabil dapat
menyebapkan penguraian partikel dari tipe gelas
Kegunaan : pengganti ion Na+ Cl- dalam tubuh
Efek samping : keracunan NaCl di sebapkan induksi yang gagal dapat
menyebapkan hipertemia yang memicu terjadinya
trombosit dan hemorrhage efek lainnya terjadi mual, diare,
keram usus.
Kontra indikasi : untuk pasien penyakit hati perifer dan keracunan fungsi
hati
Inkompatibilitas : natrium klorida bereaksi dengan bahan perak timah, dan
geranin merkuri, oksidator kuat terhadap chlorin yang
bereaksi dari larutan NaCl. Larutan berair korosif terhadap
besi.
2. Norit ( Dirjen POM, 1997:133)
Nama resmi : CARBO ADSORBEN
Nama lain : Norit, Arang Gelap
Pemerian : serbuk sangat halus, bebas dari butiran hitam, tidak
berbau tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol
Khasiat : untuk kelebihan H203 dalam sediaan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dalam pemilihan : karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi zat aktif
3. Aqua Pro Injection ( Dirjen POM,1979 : 97)
Nama resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama lain : Air utk injeksi
Pemerian : cairan jerrnih tidak berwarna,tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertup kedap
Khasiat/penggunaan : sebagai pelarut
Stabilitas : wadah 1x pakai air untuk injeksi harus di simpan pada
suhu kamar
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang di gunakan :
 Autoklaf
 Botol infus
 Corong
 Erlenmeyer 1000 ml
 Gelas arloji
 Gelas kimia 1000 ml
 Penutup infus ( karet)
 Kertas saring
 Timbangan analitik
2. Bahan yang di guanakan
 NaCl
 Norit
 Aqua Pro Injeksi
B. Perhitungan
1. Volume pembuatan
a. Volume obat = 500 ml
b. Volume penambah = 2 / 100 x 50 = 10 ml
c. Volume pembilas = 20 ml
d. Volume total = 530 ml
2. Perhitungan Bahan
a. NaCl = 530 ml / 500 ml x 4,5 g = 4,77 gr
b. Norit = 0,1 / 100 x 530 ml = 0,53 gr
c. A.P.I ad 530 ml
3. Perhitingan m.os Ma/L
NaCL = satuan osmolaritas / jumlah larutan dlm formula = bahan obat
= 1000 ml / 500 ml x 4,5 g = 9 g︢-9000 mg
= hasil perhitungan osmolaritas / BM x jumlah ion
= 900 mg / 58,44 x 2
= 308 mosm / L ( isotonis)
4. Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang telah di sterilkan
2. Timbang NaCl sebanyak 4,77 gr masukan ke dalam Erlenmeyer dan larutkan
dengan A.P.Ikurang lebih 200 ml
3. Ukur ph ( 4,5-7,0) dimana sebelum di cukupkan volume 90% dan volume obat
(495 ml)
4. Cukupkan volumenya hingga 530 ml dengan A.P.I
5. Tambahkan norit sebanyak 0,53 gr kemudian dikocok selama 15 menit
6. Saring hingga bebas serat kemudian masukan ke dalam wadah sebanyak 530 ml
7. Tutup wadah dengan karet ikat dan disterilkan dengan aotoklaf dengan suhu 121
derajat celcius selama 15 menit
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nama sediaan Sediaan yang Sediaan yang Warna Wadah


di buat rusak sediaan
Infus NaCl 1 - Bening vial
B. Pembahasan

Pada praktikum ini, kami melakukan pembuatan infus NaCl 0,9%


sebanyak 530 ml. pada praktikum ini di gunakan NaCl sebagai zat aktif, norit
sebagai zat tamban, dan aqua pro injeksi sebagai pelarut dan pembilas.

Mula-mula di lakukan sterilitas alat dan bahaan yang di perlukan selama 2


jam pada suhu 160 derajat celcius setelah semua alat dan bahan di siapkan
dilakukan penimbangan bahan, yaitu di timbang NaCl sebanyak 4,77 gr kemudian
di masukan ke dalam Erlenmeyer lalu di tambahkan aqua pro injeksi sebanyak
kurang lebih 200 ml kemudian di ukur ph 4,5-7,0 apabila kurang dari itu di
tambahnkan NaOH sampai Ph sama, lalu dicukupkan volume sampai 530 ml
dengan aqua pro injeksi lalu di timbang norit sebanyak 0,53 gr lalu di kocokdi
hitung sampai 15 menit. Disaring hingga bebas serat lalu di masukan ke dalam
wadah dan tutup wadah dengan karet ikat dan sterilkan di autoklaf.

Pada ahir praktikum di lakukan pemeriksaan kebocoran dengan cara


wadah diletakan dengan posisi terbalik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kebocoran secara praktis. Selain itu, kami juga melakukan pengujian ph,karena
pengujian yang kami lakukan hanya uji kebocoran dan uji ph , maka infus nacl
0,9% ini belum layak di edarkan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yg telah di lakukan, dapat disimpulkan bhwa infus NaCl 0,9% yang di
buat, stabil pada ph 4,5-7,0 dan cocok disterilisasi menggunakan cara A dan C. pada praktukum
ini kami menambhakan norit yang berfungsi sebagai adsorben, selaian itu norit inert sehingga
tidak bereaksi dengan zat aktif.

B. Saran
Diharapkan agar praktikan menjaga kebersihan dan kesterilan alat dan bahan yang
digunakan agar tidak terjadi kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM. Press

Ditjen POM.1997. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Ditjen POM.1995. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta. CV Andi Offset

Lukas syamsuni, H.A. 208. Ilmu Resep. EGC. Jakarta

Priyambodo, B.,( 2007) Manajemen Farmasi Industri, Yogyakarta : Global Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai