Secara etimologi, asbābun nuzūl adalah sebab-sebab yang melatar belakanginya terjadi
sesuatu. Menurut sejarah, ayat-ayat al-Qur’an yang turun ada yang tanpa sebab dan
ada yang didahului sebab
Para Mufassir merumuskan pengertian asbābun nuzūl secara terminologi menurut az-
Zarqani diantaranya: sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara
tentangnya (sesuatu itu) atau menjelaskan ketentuan-ketentun hukum yang terjadi
pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
- Memberi petunjuk tentang hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah
ditetapkan hukumnya.
- Memberi petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki kekhususan
hukum tertentu.
- Merupakan cara yang efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam
al-Qur’an.
- Menghindari keraguan tentang ketentuan pembatasan (al-Hasr) yang terdapat
dalam al-Qur’an.
- Menghilangkan kemusykilan memahami ayat.
- Membantu memudahkan penghafalan ayat dan pengungkapan makna yang
terkandung di dalamnya.
Ayat yang memiliki asbābun nuzūl ada yang secara tegas tergambar dalam ayat, dan
ada pula yang tidak dinyatakan secara jelas dalam ayat yang bersangkutan.
Bentuk redaksi yang dapat memberi petunjuk secara tegas tentang asbābun nuzūl:
Secara etimologi, kata munāsabah sering dipakai dalam tiga pengertian. Kata ini dipakai
dengan makna musyakalah atau muqarabah (dekat). Kata munāsabah juga diartikan
dengan al-nasīb (kerabat atau sanak keluarga).
Keterkaitan antar ayat tersebut kadang secara khusus atau umum, baik secara rasional
(‘aqli), indrawi (hissi) ataupun imajinatif (khayāli). Hal ini bisa pula diperoleh selain cara
yang demikian asalkan kedua unsur tadi (antara ayat atau surah) bisa dihubungkan
secara logis pada konteks yang jelas.
Menurut M. Quraish Shihab, paling tidak, ada enam tempat munāsabah yang bisa
ditemukan dalam al-Qur’an, yakni pada: