Anda di halaman 1dari 9

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM


Bidang Kesehatan

Adang Bachtiar* Dumilah Ayuningtyas** Riastuti Kusuma Wardani***

Abstrak
Tingginya harga minyak dunia mengakibatkan pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus mengurangi subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini berdampak pada kenaikan harga BBM sebanyak tiga kali yaitu pada Maret 2005 (kenaikan harga berkisar 60 persen),
Oktober 2005 (sekitar 108 persen), dan Mei 2008 (sekitar 30 persen). Kebijakan ini dimaksudkan agar dana yang diperoleh dari pengurangan subsidi BBM
dapat dipindahkan alokasinya untuk empat program utama bagi penduduk miskin dan tidak mampu. Program-program tersebut adalah Bantuan Langsung
Tunai, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pelayanan kesehatan gratis, dan infrastruktur desa. Studi ini bertujuan untuk menilai secara umum pelaksanaan
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) pada periode 2005-2006. Sedangkan pendekatan kualitatif dan kuantatif
digunakan dalam penelitian ini melalui telaah dokumen dan wawancara. Adapun realisasi PKPS BBM di Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur
(Kaltim), dan Kota Bogor dinilai belum optimal disebabkan perbedaan jumlah sasaran dan standar utilisasi antara masing-masing daerah dengan pusat
mengingat perbedaan kondisi geografisnya. Meskipun demikian, masyarakat miskin cukup puas dengan program pelayanan kesehatan gratis walau pelak-
sanaan program tersebut belum sepenuhnya tepat sasaran dan masih dapat ditemukan sejumlah iuran yang harus dibayar masyarakat miskin.
Kata kunci : PKPS BBM, pelayanan kesehatan, subsidi BBM, NTB, Kalimantan Timur.

Abstract
Unavoidable raise of international fuel prices had forced Government of Indonesia under the leadership of Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) to reduce fuel
subsidies. These happened in March 2005 (fuel prices increased approximately 60 per cent), October 2005 (with 108 per cent rise in fuel prices), and May
2008 (which increased the fuel prices for around 30 per cent). The point of this policy is that the government has intention to re-allocate the funds from
reduced fuel subsidies to four main programs for poor people such as direct compensation (payment of 100,000 Indonesian Rupiah, or about US$10, to 15
million families, or one quarter of the population, through the state postal and banking system), school operational assistance, free health service, and rural
infrastructure program. The objective of this study is to evaluate the Fuel Subsidy Reduction Compensation Program (Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM)) during the period 2005-2006 in general. Quantitative and qualitative approaches are used in this research
through document analysis and in-depth interview. PKPS BBM program implementation in Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, and Bogor City are not
yet optimal because of the dissimilarity on number of target and standard of utilisation in each region, considering differences in their geographical condi-
tions. However, poor people are quite satisfied with free health services although the realization did not touch the target completely. Moreover, there still
exists expense charged to poor people.
Key words : PKPS BBM, health services, fuel subsidies, NTB, Kalimantan Timur.

*Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: adang@ui.edu)
**Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: tyas_soekanto@yahoo.com)
***Pusat Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Gd. G Lt. 3 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: r_danishhafuza@yahoo.co.id)

109
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 3, Desember 2008

Masalah dan tantangan utama pembangunan di tahun dan masyarakat pengguna RS dan puskesmas. Kerangka
2006 yang dihadapi oleh bangsa Indonesia antara lain konsep berdasarkan konsep Evaluasi Kebijakan Publik
adalah banyaknya penduduk yang berada di bawah garis yaitu menilai kebijakan atau program dengan
kemiskinan dan yang mempunyai kecenderungan untuk mendeskripsikan rangkaian dari tahapan proses pengim-
jatuh ke bawah garis kemiskinan. Ditambah lagi ter- plementasian kebijakan atau program PKPS BBM bidang
jadinya kenaikan harga BBM yang berefek pada semua kesehatan. Rangkaian tahapan proses pengimplemen-
harga bahan pokok menjadi meningkat. Selain itu, juga tasian kebijakan atau program yang telah dideskripsikan
memberi dampak pada pelayanan kesehatan untuk dinilai dengan menggunakan kriteria efektivitas, efisien-
masyarakat miskin yaitu makin sulitnya penduduk untuk si, kecukupan dan responsiveness.1
dapat mengakses dan mengalami rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan. Kebijakan pemerintah dengan Hasil
menaikkan harga BBM pada tahun 2005 dan 2008 ini Pendataan Peserta Program PKPS BBM
bertujuan untuk memindahkan alokasi yang diperoleh Data makro penduduk miskin BPS menggunakan dua
untuk 4 program utama bagi penduduk miskin dan tidak kriteria yang telah ditetapkan oleh BPS pusat yaitu kalori
mampu, yakni program bantuan tunai langsung, bantuan kurang dari 2100 kkal, merupakan garis batas antara
operasional sekolah, pelayanan kesehatan gratis, dan in- penduduk miskin dengan yang non miskin. Kriteria yang
frastruktur desa. Data maskin (masyarakat miskin) yang kedua yaitu menggunakan indikator pengeluaran non
digunakan oleh pemerintah adalah data yang maskin makanan yang terdiri dari perumahan, pendidikan, kese-
yang diambil oleh BPS pada tahun sebelumnya seperti hatan, dan transportasi. Kesenjangan data terjadi di keti-
program PKPS BBM tahun 2005 dengan menggunakan ga wilayah ini baik Mataram, Lombok (NTB), Samarinda
data maskin 2003 dan program tahun 2008 dengan dan Balikpapan (Kaltim) serta Kota Bogor.
menggunakan data maskin 2005. Berdasarkan mekanisme penetapan penduduk miskin
Kriteria miskin ditentukan oleh pemerintah pusat. yang dilakukan BPS, informan menyatakan bahwa data
Sedangkan setiap daerah mempunyai karakteristik ini tidak efektif untuk melakukan intervensi tapi cukup
daerah yang berbeda, termasuk gambaran maskin di efektif untuk membuat kebijakan.
daerahnya sehingga hal tersebut berdampak pada ”Kalau untuk kebijakan makro, efektif. Tapi kalau
terjadinya perbedaan kriteria maskin menurut intervensi misalnya untuk pemberian bantuan memang
pemerintah pusat dan daerah. Hal ini menyebabkan data tidak efektif karena kita tidak tahu, tidak dapat me-
maskin yang ada tidak akurat. Permasalahan lainnya nunjuk ini si A, si B.... karena memang pelayanan ke-
adalah tidak semua daerah mempunyai RSUD seperti sehatan kan perorangnya, lebih spesifik lagi...”(NTB)
Kota Bogor, sehingga menuntut pemda untuk bekerja Pada proses pendataan di Samarinda dan Balikpapan,
sama dengan RS swasta. Hal ini menyebabkan terjadinya BPS melibatkan aparat desa, tetapi terjadi pengunduran
perbedaan tarif pelayanan yang ditentukan oleh diri dalam proses pendataan masyarakat miskin. Hal ini
pemerintah untuk orang miskin dengan tarif RS swasta disebabkan ketakutan dari para aparat kelurahan/desa
dan berdampak pada terjadinya iur biaya. dan para petugas BPS sendiri termasuk didalamnya
kepala BPS terhadap ancaman dari masyarakat yang
Metode mengaku miskin tetapi tidak terdata sebagai masyarakat
Assesment menggunakan pendekatan kualitatif dan miskin.
kuantitatif, melalui telaah dokumen dan wawancara. “...kantor kita sampai diserbu mba, malah sampai
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk menilai regulasi ada salah satu rumah kepala desa yang diserbu...”
dan kerangka implementasi, sosialisasi dan tranparansi Permasalahan kesenjangan data, Dinkes Kota
informasi, penerimaan dan penggunaan dana, problema Mataram memfasilitasi pertemuan dengan Bappeda,
dan upaya solusinya. Analisis kuantitatif dilakukan DPRD, dan Kesra untuk melakukan pembahasan ten-
dalam penilaian terhadap besarnya penyerapan dana dan tang adanya perbedaan kuota KK miskin. Dalam perte-
alokasinya dengan menggunakan data sekunder. Semua muan tersebut akhirnya disepakati untuk melakukan
kegiatan asesmen dilakukan bekerja sama dengan pendataan yang lebih akurat lagi tentang masyarakat
Bappenas selaku instansi yang meminta dilakukannya pe- miskin. Kriteria yang digunakan untuk tahun 2006
nilaian ini. Bappenas memberi masukan dalam metodolo- adalah BKKBN tetapi dengan banyak pertimbangan.
gi dan membantu tim peneliti dalam mengumpulkan in- Pada akhirnya, KPK (Komite Penanggulangan
formasi dari departemen teknis dan lembaga lain yang Kemiskinan) sendiri tidak mempunyai kriteria pasti
terkait. Responden atau informan adalah pejabat yang dalam menjaring keluarga miskin di Kota Mataram.
bertanggung jawab atau pengelola program PKPS-BBM Proses pendataan masyarakat miskin ini berasal dari
2005 Bidang kesehatan di tiap jenjang administratif kelurahan yang dikumpulkan ke pemerintah daerah ke-
(kab/kota, kecamatan), RS kab/kota serta puskesmas, mudian diverifikasi kembali oleh tim di KPK.

110
Bachtiar, Ayuningtyas & Wardani, Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM Bidang Kesehatan

Berbeda dengan di Balikpapan, mereka tidak ingin melaksanakan tidak hanya mengelola keuangan, terma-
program PKPS BMM mengganggu program untuk suk didalamnya sosialisasi..., gak pernah di TV ada ik-
masyarakat miskin yang telah dilakukan. Pemerintah lan masyarakat disebutkan kerja sama TV dengan
Daerah Kota Balikapapan mempunyai kriteria sendiri Depkes misalnya untuk orang miskin berobat kemana
tentang masyarakat miskin. Menurut Pemerintah saja gratis sesuai dengan mekanisme rujukan, itu saja
Daerah, hal tersebut penting dilakukan sebab rata-rata tidak ada padahal paling tidak orang melihat TV di
pendapatan perkapita penduduk Kota Balikpapan mana-mana. Tapi yang muncul orang flu burung, gizi
cukup tinggi sehingga intervensi benar-benar sampai buruk gak punya duit untuk berobat padahal dana sudah
kepada masyarakat miskin yang benar. Program KTP disiapkan pemerintah.”(NTB)
miskin yang dianggap efektif karena dapat mengontrol Namun, merujuk pada SK Menkes No.1330/
masyarakat miskin yang harus memperpanjang KTP se- MENKES/SK/IX/2005 ternyata ada tim khusus yang
tiap 3 tahun sehingga dapat dilakukan penilaian silang dibentuk untuk melaksanakan sosialisasi. Tim tersebut
terhadap kondisi masyarakat miskin tersebut. Jika kri- adalah tim Safe Guarding, yang ada ditingkat pusat,
teria miskin tersebut sudah tidak terpenuhi lagi, maka propinsi dan kabupaten/kota. Tim Safe Guarding
KTP miskinnya akan diganti dengan KTP biasa. Oleh dikepalai oleh Menteri Kesehatan pada tingkat pusat dan
sebab itu, program PKPS BBM yang berasal dari pe- kepala dinas kesehatan pada tingkat propinsi dan kabu-
merintah pusat, diberikan kepada masyarakat tingkat paten/kota yang beranggotakan subdin terkait.
sosial ekonomi sedang yang cenderung untuk jatuh Pelaksanaan sosialisasi di tingkat kabupaten kota di-
miskin. sampaikan oleh Depkes dan PT. Askes. Pertemuan sosia-
Kesenjangan data maskin yang dihadapi kota Bogor lisasi yang pertama tersebut difasilitasi oleh dinkes
tidak berbeda jauh dengan Mataram dan Lombok. propinsi dengan dihadiri oleh seluruh dinkes kabupa-
Namun, hingga pertengahan tahun 2006 data ten/kota, rumah sakit, Bapedda serta puskesmas (setiap
masyarakat miskin di Kota Bogor belum disepakati, se- kabupaten diwakili oleh 2 puskesmas). Mereka mendapat
hingga Walikota Bogor belum dapat mengeluarkan SK penjelasan tentang berbagai hal terkait dengan pedoman
yang mensahkan nama penduduk miskin penerima prog- penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Masyarakat
ram PKPS BBM. PT Askes juga belum dapat mencetak Miskin PKPS BBM bidang kesehatan tahun 2005, dari
dan mendistribusikan kartu Askeskin sehingga digu- Depkes darn PT. Askes. Depkes mengirimkan draft pe-
nakan berbagai kartu lain (SKTM, kartu sehat) oleh doman pelaksanaan program PKPS-BBM diselesaikan pa-
masyarakat agar dapat memperoleh keringanan biaya da bulan Juni. Revisi terbaru pedoman tersebut diharap-
pelayanan kesehatan. Masalah lain adalah pemunculan kan selesai pada bulan September dan revisi akhir pada
kelompok maskin baru akibat kriteria pusat dan daerah bulan Desember 2005.
yang berbeda, sehingga menambah beban Pemerintah Perubahan draft pedoman pelaksanaan PKPS BBM
Kota Bogor. dari Depkes yang demikian cepat, berdampak pada ren-
“... setelah menggunakan kriteria BPS, data jumlah dahnya persiapan ditiap PPK di daerah seperti di Kota
penduduk maskin Kota Bogor menjadi membengkak...” Bogor. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan wawan-
cara dengan pihak PPK RS :
Sosialisasi “...kita rugi mba, biaya, waktu, tenaga untuk sosia-
Sosialisasi program pelayanan kesehatan masyarakat lisasi di internal RS, belum lama sosialisasi dan adaptasi
miskin di Mataram, Lombok (NTB), Samarinda, eh sudah ada kebijakan baru lagi...”
Balikpapan (Kaltim), dan Kota Bogor masih belum ber- Sosialisasi oleh tim safe guarding belum sampai pada
jalan dengan baik. Di beberapa daerah, sosialisasi di- ke tingkat pengguna, masyarakat miskin yang berdampak
lakukan oleh Dinkes Propinsi melalui berbagai media pada ketertiban dari proses penyelenggaraan. Prinsip
(radio, TV, dan koran lokal). Dinkes Propinsi juga pelayanan berjenjang tidak berjalan sebagaimana
melakukan koordinasi dengan dinkes kabupaten/kota mestinya. Menurut SK Menkes No. 56 tahun 2004,
dan rumah sakit. Sosialisasi kepada dinkes kabupaten pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di PPK
dan puskesmas dilakukan langsung oleh PT Askes. RS jika mempunyai surat rujukan dari Puskesmas, ke-
Dinkes propinsi dan kabupaten/kota menyatakan bahwa cuali untuk kasus-kasus darurat. Namun, pasien yang
yang paling bertanggung jawab pada sosialisasi selama mengalami gawat darurat pun harus melengkapi per-
ini adalah PT. Askes, sesuai dengan SK menteri yang syaratan SKTM dan surat rujukan dari puskesmas dalam
mengamanahkan PT. Askes sebagai pelaksana sosialisasi waktu 3x24 jam. Namun, kejadian di lapangan ternyata
dan pengelola keuangan untuk program pelayanan kese- berbeda. Berikut kutipannya:
hatan masyarakat miskin. “...di RS ini mah 5 hari juga ngga apa-apa, pasien
”Sebenarnya yang paling bertanggung jawab adalah mau pulang aja ada yang baru memberikan persyaratan
askes, loh askes dengan dasar SK menteri diserahi untuk SKTMnya..”

111
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 3, Desember 2008

Disbursement dan Absorption sakit swasta yang mempunyai tarif yang lebih tinggi.
Hampir seluruh dinkes kabupaten/kota dan
puskesmas di NTB menggunakan dana sisa program Penggunaan Dana
PKPS-BBM, tahun 2004. Berdasarkan SK Sekjen, Askes Penggunaan dana 2005 semester 2 harus mengacu pa-
tidak bersedia bayar dana kapitasi selama puskesmas da pedoman yang telah ditetapkan Depkes yang dianggap
masih mempunyai dana tahun 2004. Padahal, dana su- oleh Dinkes terlambat untuk mendukung pelaksanaan
dah dikeluarkan Depkes ke PT. Askes sesuai dengan kuo- PKPS-BBM karena pedoman tersebut baru diterima pada
ta. Dinkes propinsi tidak mengetahui penggunaan dana bulan Desember 2005. Namun, ada draft pedoman se-
kapitasi tersebut oleh Askes. mentara yang diberikan Depkes. Menurut Dinkes
”Dana kapitasi yang kemarin kita tidak tahu, tidak Propinsi, ada alokasi dana untuk pelaksanaan forum kon-
pernah dikasih” sultasi dan komunikasi, tetapi tempat dan posisi dana
Menurut Dinkes Propinsi NTB, dari semua uang tersebut tidak diketahui. Karena pada semester pertama
Depkes yang disalurkan ke Askes tersebut sekitar 90% dana tersebut dikelola oleh PT. Askes yang dianggap
digunakan untuk klaim puskesmas dan RS, sekitar 5% mengadopsi pedoman Depkes tanpa menyesuaikan
untuk operasional Askes, dan sekitar 5% untuk dana pe- dengan kondisi setempat. Akibatnya, ada alokasi yang
nunjang. Namun, di lapangan ternyata dana penunjang kurang realistis untuk dilaksanakan karena tidak sesuai
yang seharusnya diperoleh oleh dinas kesehatan tersebut dengan kondisi geografis.
tidak dikeluarkan dengan alasan mencetak kartu. Hal ”.... Askes selama ini selalu memakai regulasinya
tersebut tidak sesuai peraturan menteri. Dana 90% yang Depkes, dia tidak pernah membuat ketentuan sendiri
dialokasikan untuk pelayanan kesehatan dasar sampai dalam PJKMM. Misalnya begini tentang satuan-satuan
rujukan baru akan dikeluarkan PT Askes setelah ada pelayanan di RS, Askes tidak pernah bikin, dia meng-
klaim. Penggunaan dana sisa pelayanan keluarga miskin adop dari Depkes dan itu dipakai mati-matian oleh
oleh Puskesmas di NTB terindikasikan belum pernah di- Askes padahalkan beda, misalnya transporatasi untuk
klaim. jenazah per Km kalo gak salah 3000, padahal di NTB
”Dana 90% baru dikeluarin setelah ada klaim, ini, perjalanan dari Bima ke lombok melewati laut, jadi
sedangkan puskesmas baru menggunakan dana sisa, mobil jenazah yang lewat lautan tidak mau dihitung oleh
berarti klaim belum dilakukan. Makanya kenapa pe- dia, itukan konyol, padahal bayarnya ambulan itu besar
merintah pusat dari banyak pihak, Askes itu baru terima sekali.”
labanya tok belum kerja. Sekarang mba, uang yang Hal senada juga terjadi di Balikpapan dan Samarinda
dinkes yang di serap sedikit sekali mereka masih meng- (Kaltim). Keduanya sama-sama mengeluhkan tentang
gunakan dana sisa, apalagi mba ke Lombok Tengah po- platform tarif yang ada pada pedoman tidak sesuai
sisi tahun 2004 1,2 milyar bayangkan masa mau di dengan kondisi geografis daerah.
habiskan setengah tahun. ” Berbeda dengan Kota Bogor dengan kondisi geografis
Hal yang terjadi di Mataram dan Lombok, NTB terse- yang dapat dijangkau dengan kendaraan darat. Namun,
but juga terjadi di Samarinda, Balikpapan (Kaltim), dan Pemerintah Kota Bogor yang tidak mempunyai RSUD
Kota Bogor. PT Askes kantor cabang menerima dana membutuhkan kerja sama dengan RS swasta yang mem-
pelayanan kesehatan langsung dan tidak langsung serta punyai tarif lebih besar daripada tarif RSUD. Hal terse-
dana operasional PT Askes dari kantor regional but berdampak pada beban nilai cost sharing Pemda Kota
berdasarkan kebutuhan. PT Askes hanya mengelola dana Bogor yang besar. Kemampuan APBD Kota untuk sektor
PKPS BBM yang berasal dari APBN untuk PPK. Pada se- kesehatan yang terbatas dan akhirnya ditanggung oleh
mester I PT Askes mengelola dana untuk PPK dasar RS swasta. Berikut kutipannya :
dalam bentuk kapitasi dan PPK RS dalam bentuk pem- ”...kita tidak punya RSUD dengan sendirinya tarif
bayaran klaim. Sedangkan pada semester II PT Askes RS yang ada di Bogor ini agak beda dengan tarif RS
hanya mengelola dana PPK RS dan apotik. Bagi PPK Pemda. Saya kira wajar karena RS swasta kan semuanya
yang masih mempunyai sisa dana PKPS BBM tahun ditanggung oleh RS kan, kalau RSUD ada yang mem-
2004, dana tersebut harus dihabiskan dan setelah itu PT bantu dari pemerintah sarana, obat. Oleh sebab itu per-
Askes baru dapat membayar klaim-klaim pada tahun tama saya bagaimana harus mencari dana untuk sharing
berikutnya. tadi membayar kelebihan...”(Dinkes)
Di Kota Bogor, pada tingkat PPK RS tidak terdapat “…mestinya paling tidak iur biaya itu harus dipenu-
dana sisa di RS, melainkan sejumlah tagihan (cost hi sesuai waktu, tarif kesepakatan yang kita buat. Itu
sharing) pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang kalau kita tagih dibayar sesuai waktunya dan cukup
belum dibayarkan oleh pemda kota/kabupaten dan pe- sudah cukup menolong cash flow kita…Cuma dengan
merintah pusat. Kota Bogor tidak mempunyai RS daerah, iur biayanya itu harus sesuai dengan sesuai dengan tarif
sehingga harus bekerja sama dengan berbagai rumah kesepakatan, itupun agak tersendat….”(RS)

112
Bachtiar, Ayuningtyas & Wardani, Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM Bidang Kesehatan

Penanganan Keluhan secara khusus menangani keluhan masyarakat terhadap


Unit pengaduan masyarakat pada program PKPS program masyarakat miskin kota Bogor, sejak tahun
BBM di Dinkes Propinsi dan Dinkes Kota Mataram 2002. Pemerintah kota diwajibkan untuk membentuk tim
belum dibentuk dan belum mempunyai mekanisme baku khusus yang bertugas mengawasi program PKPS BBM
penanganan keluhan. Penanganan telah dilakukan ter- dan menangani pengaduan masyarakat. Kedua tim/unit
hadap penyelesaian kasus per kasus oleh tim sekretariat tersebut terdiri dari dinas intansi pemerintahan
PKPS BBM secara langsung. Selama ini, keluhan disam- kota/kabupaten. Pada semester II, program PKPS BBM
paikan melalui surat. Sementara, Dinkes Kabupaten bidang kesehatan sesuai dengan pedoman (SK Menkes),
Lombok Tengah telah mempunyai unit pengaduan yang ditiap daerah dibentuk tim safe guarding yang berada
merupakan bagian dari safe guarding untuk menangani dibawah dinkes dan bertugas menangani pengaduan
keluhan masyarakat. Hampir tidak pernah ada keluhan masyarakat. Dana yang diperlukan oleh unit tersebut di-
yang sampai ke Dinkes Kabupaten karena umumnya dapat langsung dari Depkes yang diberikan melalui
telah diselesaikan secara langsung di lapangan dan ter- Dinkes. Berikut kutipan :
dokumentasi dengan baik. “…ada tim Safe Guarding dananya dari Depkes pa-
Bappeda belum mempunyai tim khusus untuk da tahap II…”
menangani keluhan yang diajukan masyarakat dan ins- Pada tahun 2005, PKPS BBM bidang kesehatan meru-
tansi kesehatan sehubungan dengan pelaksanaan PKPS- pakan model pembiayaan kesehatan untuk masyarakat
BBM. Biasanya, keluhan tersebut disampaikan dan di- miskin yang berbeda dengan program subsidi BBM se-
tangani oleh Bidang 3 yang menangani bidang kesehatan. belumnya. Pada program tersebut pemerintah pusat men-
Pihak yang menyampaikan keluhan ke Bappeda adalah coba untuk menggunakan jasa PT Askes untuk mengelo-
RSU Mataram. Yang menyatakan banyak biaya kompo- la dana PPK. Pada semester I pengelolaan tersebut untuk
nen RSU Mataram yang tidak ditanggung oleh Askes se- PPK Dasar dan PPK RS dan pada semester II hanya PPK
hingga mengganggu cash flow rumah sakit. Sedangkan, RS.
rumah sakit sering kali mendapatkan keluhan dari pasien
miskin yang kemudian akan langsung diselesaikan oleh Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
pihak RS. Namun, apabila keluhan tersebut berkaitan Mengacu pada mekanisme monitoring juklak pusat,
dengan Askes, pihak RS akan menyarankan pasien untuk dinas kesehatan propinsi memantau sampai tingkat dan
menyelesaikannya langsung dengan pihak Askes. mengadakan diskusi dengan dinkes kabupaten/kota dan
Di PPK RS juga terdapat tim pengelola program RS sehubungan dengan dengan masalah di lapangan dan
PKPS BBM bidang kesehatan yang berfungsi mengelola pemecahannya. Pelaporan program belum berjalan se-
pelayanan, klaim, dan keluhan-keluhan. Pengorgani- cara rutin dan menjadi kebiasaan. PT. Askes cabang NTB
sasian tersebut merupakan salah satu upaya RS untuk mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan monev
mengatur fungsi manajemennya dengan baik. Sementara, dalam program PKPS-BBM. Monev ini dilakukan dengan
di puskesmas belum ada mekanisme pengaduan yang melakukan utilization review. PT. Askes cabang NTB
baku, sehingga keluhan dari masyarakat, ditangani lang- meminta laporan utilisasi kepada RS dan Puskesmas yang
sung oleh seluruh petugas yang mengerti tentang dipenuhi secara teratur pada semeter I oleh puskesmas.
pelayanan askeskin. Sementara, RS belum pernah membuat laporan utilisasi
Di Samarinda dan Balikpapan, Kalimantan Timur tersebut kepada PT. Askes cabang NTB. Laporan utilisasi
tersedia unit pengaduan PKPS BBM masyarakat yang tersebut belum dianalisis oleh PT. Askes cabang NTB
merupakan perwakilan berbagai dinas instansi pemerin- karena kesibukan dan keterbatasan SDM. PT. Askes ca-
tahan daerah yang dibentuk berdasarkan SK bang NTB memberi laporan pelaksanaan PKPS-BBM
walikota/bupati. Unit tersebut bertugas melakukan kepada PT. Askes regional di Denpasar secara rutin tiap
pengawasan terhadap efektivitas program PKPS BBM. bulan. Berdasarkan laporan tersebut, ada feedback dari
Unit pengaduan masyarakat tersebut berada di bawah Askes regional kepada Askes cabang untuk
dinas kesehatan kota/kabupaten yang tersedia ada sam- meningkatkan pelayanan. PT. Askes cabang NTB mem-
pai di tingkat desa. Berdasarkan pedoman penyeleng- buat pencatanan dan pembukuan dana PKPS-BBM yang
garan, pada semester ke II, PKPS BBM bidang kesehatan terpisah dengan program askes sosial dan askes komer-
ada unit khusus safe guarding yang bertugas menampung sial. Walaupun demikian, petugas yang membuat pen-
pengaduan masyarakat terhadap program PKPS BBM catatan dan pembukuan tersebut adalah orang yang sama
bidang kesehatan. untuk membuat pencatatan dan pembukuan untuk prog-
Proses pengaduan di Kalimantan Timur, sama dengan ram askes lainnya.
di Kota Bogor, tetapi ada dualisme tim atau unit. Kota Bappeda juga berperan melakukan pemantauan dan
Bogor sudah mempunyai unit yang disebut dengan KPK evaluasi terhadap pelaksanaan program PKPS BBM yang
(Komite Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor ) yang berlangsung di daerah. Proses monev yang terjadi di

113
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 3, Desember 2008

NTB, sama dengan yang terjadi di Kaltim dan Kota pemerintah. Berikut kutipannya pernyataan dari PPK RS:
Bogor, tetapi yang menjadi keluhan PPK, di Kaltim dan “…harusnya per 1 Januari 2005 pasien sudah pakai
Kota Bogor adalah format pelaporan yang berbeda. kartu Askeskin tidak ada lagi pasien-pasien yang pakai
Berikut kutipannya : SKTM atau kartu-kartu lainnya Karena sumber keboco-
“…iya mba, kita harus buat laporan banyak karena ran kayaknya dari SKTM deh…” (Kota Bogor)
kita tidak melakukan hanya 1 program saja, laporan itu “...pasien mau pulang baru ngasih persyaratan SK-
kita harus dilaporkan ke beberapa tempat dengan format TM..”(Kalimantan Timur)
yang berbeda juga, itu yang bikin pusing mba…”(Kota
Bogor) Pembahasan
Pendataan Peserta
Institusi dan Struktur Manajemen Kriteria miskin yang telah ditetapkan pemerintah
Lima daerah pada penelitian ini memperlihatkan pusat mengacu defenisi kemiskinan absolut yang di-
gambaran yang sama. Di dinkes propinsi, ada sekretari- dasarkan pada pemenuhan kebutuhan biologis.2 Untuk
at khusus yang menangani PKPS-BBM dengan penang- itu, perlu dilakukan kaji ulang tentang definisi miskin
gung jawab adalah kepala dinkes dan koordinator adalah yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan program PKPS
kepala subdin sarana dan prasarana kesehatan. BBM bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat
Pengelolaan PKPS-BBM tahun 2005 di PT. Askes di- tidak pasti (uncertain), sehingga masyarakat yang se-
tangani oleh seksi JKPBI (Jaminan Kesehatan Pemberi belumnya tidak tergolong miskin dapat menjadi miskin
Bantuan Iur). Bidang khusus yang menangani program karena sakit dan harus membeli pelayanan kesehatan
PKPS-BBM di Bappeda, adalah Bidang 3 yang mem- dengan besar biaya yang tidak pasti.3 Definisi miskin un-
bawahi sub bidang kesejahteraan sosial (kesos). Selain tuk sektor kesehataan tidak hanya dapat menggunakan
itu, ada juga forum komunikasi dan Konsultasi yang kriteria pemenuhan kebutuhan biologis saja, tetapi perlu
melibatkan Sekda, RS, dinkes, dan PT. Askes, tetapi variabel tambahan berupa pemenuhan kebutuhan
Bappeda belum dilibatkan. Forum tersebut dibentuk pelayanan kesehatan. Tanpa definisi yang tepat, akan
dengan Surat Perintah Tugas dari Gurbernur. muncul isu sasaran kebijakan yang tidak tepat.4
Kesan yang menonjol adalah bahwa peran PT Askes
masih sentralistik, sehingga Pemda dan aparatnya tidak Sosialisasi
mendapat mitra setimpal dalam diri Area Manager, PT Sosialisasi merupakan faktor penting dalam pelak-
Askes cabang atau regional yang terkesan hanya sanaan kebijakan atau program, sehingga tidak terjadi
berfokus pada pembayaran klaim rumah sakit dan ku- kesalahan persepsi pada pelaksanaanya. Menurut
rang menampilkan fungsi Third Party Administrator Osborne,5 usaha memerangi kemiskinan yang berhasil
untuk berbagi data dan informasi. Hal tersebut se- biasanya bersifat holistik yang melibatkan berbagai lem-
harusnya dilakukan dalam manajemen cakupan dan baga/instansi di suatu negara yang mencakup pemerinta-
utilisasi pelayanan, manajemen kepesertaan termasuk han, LSM dan swasta. Penyelenggaraan setiap upaya ke-
distribusi kartu, dan manajemen keuangan. Akibatnya sehatan selalu dimanfaatkan berbagai sumber, tata cara
terkesan bahwa PT Askes kurang transparan mengelo- dan kesanggupan yang dimiliki.6 Sehingga tujuan suatu
la dana yang berakibat pada apatisme pembinaan program dapat tercapai dengan melibatkan berbagai ak-
hubungan kerja dan kesatuan tindak untuk keberhasi- tor atau sektor lain. Dalam konteks pembelajaran publik,
lan program. advokasi kebijakan dapat menggunakan tahapan komu-
nikasi kebijakan sebagai sarana edukasi publik yang
Dampak Program dan Tingkat Kepuasan bertanggung jawab, dan sosialisasi adalah merupakan
Umumnya, masyarakat pengguna pelayanan merasa bagian dari tahapan komunikasi kebijakan.
puas terhadap program pelayanan kesehatan bagi mas-
yarakat miskin. Meskipun gratis, mereka merasa tidak Disbursement dan Absorption
dibedakan oleh petugas puskesmas dan di rumah sakit. Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah,
Namun, beberapa kasus penggunaan kartu diluar kartu dalam pasal 13 dan pasal 14, bidang kesehatan meru-
askeskin oleh masyarakat yang tidak miskin yang dite- pakan urusan wajib pemerintah daerah propinsi dan
mukan di 5 daerah tersebut menjadikan program ini ti- kabupaten/kota. Oleh sebab itu, pemerintah daerah
dak tepat sasaran. Tujuan dari program ini adalah me- berkewajiban mengalokasikan anggaran dalam APBD
ningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat miskin untuk penanganan masalah kesehatan di daerahnya. Hal
terhadap pelayanan kesehatan. Namun, nyatanya masih tersebut terlihat pada bahan presentasi pemerintah
banyak masyarakat miskin yang tidak mengetahui prog- propinsi berupa surat edaran Gubernur Jawa Barat ten-
ram tersebut. Selain itu, mereka tidak mengetahui pro- tang kabupaten/kota untuk mengalokasikan anggaran
sedur mendapatkan pelayanan kesehatan yang disubsidi minimal 1% belanja publik yang bersumber dari APBD

114
Bachtiar, Ayuningtyas & Wardani, Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM Bidang Kesehatan

untuk pembiayaan pelayanan kesehatan gakin. Walaupun oleh pemerintah. Bukan justru sebaliknya memaksa RS
angka 1% tersebut masih jauh dari kebutuhan mengingat menggratiskan biaya pelayanan. Harus disadari bahwa
komitmen dengan Menkes pada pertemuan dengan bu- RS harus mampu memberikan pelayanan dengan mutu
pati/walikota se-Indonesia yang menyepakati anggaran yang baik dan prima.10
dana kesehatan sebesar 15% tidak terealisasikan.6
Apabila berdasarkan komitmen dana kesehatan yang Keluhan dan Penanganan Keluhan
bersumber APBD sebesar 15%, maka diperkirakan dana Pada program ini, pemerintah pusat mendelegasikan
gakin dapat lebih dari 5%. Selain itu, dalam UU kese- kepada pemerintah daerah secara sistematis dan selaras
hatan No. 23 tahun 1992, pasal 8 dan pasal 9 ditegaskan dengan tahap-tahap operatif yang dikemas dalam kebi-
bahwa pemerintah bertugas menggerakkan peran serta jakan pelaksanaan PKPS BBM bidkes/JPKMM.
masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan ke- Kebijakan JPKMM merupakan upaya dekonsentrasi
sehatan dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga program di daerah. Berdasarkan UU otonomi daerah,
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mam- dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh pe-
pu tetap terjamin, dan pemerintah bertanggung jawab merintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Jika
tersebut akan berhasil jika didukung dengan partisipasi sistem kesehatan dipandang sebagai upaya menghasilkan
aktif serta komitmen berbagai elemen baik yang terlibat pelayanan kesehatan, maka salah satu elemen-elemen
langsung maupun yang tidak langsung untuk mensuk- atau bagian-bagian sistem adalah pengorganisasian meru-
seskan program ini.5 pakan bagian dari fungsi administrasi.11 Melihat proses
penanganan berbagai keluhan tersebut di atas, tergambar
Utilization of Funds suatu proses organisasi dalam penanganan keluhan di-
Pada program ini, aksesibiltas merupakan salah satu lakukan secara tidak terstruktur dan sistematis sehingga
ukuran efektifitas upaya pelayanan kesehatan. 7 tidak dilakukan pada akar masalahnya.
Aksesibilitas adalah pilihan kelanjutan cakupan yang ter-
fokus pada proporsi orang yang disediakan pelayanan ke- Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
sehatan serta orang yang dapat menggunakan dan orang Monitoring dan evaluasi merupakan bagian manaje-
yang menggunakan secara efektif sesuai dengan kondisi men organisasi dan merupakan fungsi pengendalian.
geografi.8 Sehingga kebijakan ini wajib mempertim- Pengendalian adalah mengamati dan mengalokasikan
bangkan kembali kondisi setiap daerah di Indonesia yang berbagai penyimpangan secara tepat. Kegagalan suatu
berbeda. rencana atau aktivitas bersumber pada dua faktor antara
Sebagai bagian dari sistem rujukan, RS dapat dilihat lain: pengaruh di luar jangkauan manusia (force manjer)
sebagai suatu tatanan yang terdiri dari kumpulan fasilitas dan perilaku pelaksana yang tidak memenuhi persyaratan
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan berbagai yang diminta. Metoda pelaksanaan pengawasan meliputi
upaya kesehatan yang bertujuan mengoptimalkan akses mengawasi langsung di tempat, laporan lisan, tulisan dan
terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dan penjagaan khusus.12 Pelaksanaan monitoring dan evalu-
berkesinambungan.9 Di samping membantu dinas kese- asi juga membutuhkan tolak ukur keberhasilan dengan
hatan kabupaten/kota dalam kegiatan dan masalah kese- menggunakan standar fisik/normalisasi atau standar non-
hatan masyarakat yang merupakan prioritas di wilayah- fisik. Standar fisik yang dapat diperhatikan adalah kua-
nya, RS secara khusus bertanggungjawab terhadap ma- litas hasil produksi, kuantitas hasil produksi dan waktu
najemen pelayanan medik pada seluruh jaringan rujukan penyelesaian. Sedangkan tolak ukur/standar nonfisik
di wilayah kabupaten/kota. Oleh sebab itu, RS meru- adalah hal-hal yang dapat dirasakan tapi tidak dapat di-
pakan pusat rujukan dalam sistem pelayanan kesehatan lihat dan dipakai intangible standar.12 Penyelenggaraan
di wilayah cakupannya.9 monitoring dan evaluasi pada program ini belum sampai
Di Singapura, sistem pembiayaan kesehatannya pada pengawasan langsung di tempat berlangsungnya
terstruktur dengan sangat jelas. Pasien kelas III disubsidi proses pelayanan. Selain itu, tolak ukur keberhasilan
pemerintah sebesar 80%, dan pasien kelas II disubsidi pelaksanaan program belum dilakukan oleh PPK, baru
50%. Namun, pasien kelas I dan VIP tidak diberi subsidi sebatas pelaporan rutin tanpa menganalisis hasil pelapo-
bahkan harus membayar mahal. Hal yang sama juga rannya.
ditemukan di Australia yang membiayai kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan asuransi kesehatan Institusi dan Struktur Manajemen
nasional (medicare) dan asuransi kesehatan swasta Jika sistem kesehatan dipandang sebagai upaya meng-
(medisave). Seluruh penduduk Australia wajib hasilkan pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud ele-
mempunyai medicare dengan premi tertentu, sedangkan men-elemen atau bagian-bagian sistem adalah salah satu-
masyarakat yang tidak mampu membayar premi, dibayar nya proses. Pengorganisasian merupakan bagian dari

115
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 3, Desember 2008

proses dan merupakan fungsi dari administrasi. 11 dan pasien kelas II disubsidi 50%. Namun, pasien kelas
Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses I dan VIP tidak diberi subsidi bahkan harus membayar
penyesuaian struktur organisasi dengan tujuan, sumber mahal. Begitu pula dengan Australia membiayai keseha-
daya dan lingkungan. Struktur organisasi dapat diartikan tan masyarakatnya dengan cara mengembangkan asuran-
sebagai susunan dan hubungan antar berbagai kompo- si kesehatan nasional (medicare) dan asuransi kesehatan
nen, bagian dan posisi dalam suatu perusahaan/lem- swasta (medisave). Seluruh penduduk Australia wajib
baga/instansi. Struktur organisasi merinci pembagian mempunyai medicare dengan premi tertentu, sedangkan
aktivitas kerja, menunjukkan hirarki dan struktur masyarakat yang tidak mampu preminya dibayar oleh pe-
wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan merintah. Bukan sebaliknya, memaksa RS menggratiskan
pelaporannya.12 Namun, yang terjadi pada penyeleng- biaya pelayanannya. Mereka sadar RS harus tetap mam-
garaan program ini adalah sebaliknya. Program PKPS pu memberikan pelayanan dengan mutu yang baik dan
BBM bidkes 2005/JPKMM belum semua unsur penye- prima.10
lenggaraan pemerintahan daerah mengetahui akan ada-
nya program ini. Program ini berjalan dengan tidak Kesimpulan
mengugurkan program lainnya, seperti kebijakan KPK Program PKPS BBM di 5 daerah (Mataram, Lombok,
masih tetap berjalan di daerah. Pada akhirnya menjadi Samarinda, Balikpapan, dan Kota Bogor) masih belum
program yang saling tumpang tindih dan menjadi tidak optimal sebagai akibat yang mendasar yaitu perbedaan
efisien. Ada 2 tim yang menangani kemiskinan dengan jumlah sasaran dan standar utilisasi. Hal tersebut tidak
program yang berbeda, ditambah ada satu tim yang di- dapat disamakan dengan pusat mengingat perbedaan
bentuk di dinas kesehatan kota berdasarkan kebijakan kondisi geografisnya. Namun, PT Askes yang mendapat
SK Menkes untuk sosialisasi, monev, dan mengelola mandat dari SK Menteri untuk menjalankan PKPS BBM
laporan. Selain tim tidak fokus karena dijabati oleh orang terkesan lambat dan kurang berkoordinasi dengan ber-
atau instansi yang sama, tetapi harus mengerjakan 2 bagai pihak struktural daerah terkait. Bagaimanapun,
program yang berbeda dengan sasaran yang sama. Tim masyarakat miskin cukup puas dengan pelayanan kese-
juga harus membuat 2 pertanggungjawaban dan inefisi- hatan gratis yang diberikan.
ensi karena penggunaan sumber dana yang sama dengan
mekanisme penyaluran yang berbeda. Saran
Pemerintah selaku pemberi mandat seharusnya mela-
Program Outcomes dan Satisfaction Level kukan monitoring dan evaluasi agar program PKPS BBM
Program PKPS BBM bidang kesehatan ini terutama berjalan sesuai dengan target. Forum komunikasi dan
berdampak peningkatan yang luar biasa jumlah kun- konsultasi diharapkan dapat menjadi ajang diskusi anta-
jungan RS rawat inap dan rawat jalan. Melalui program ra PT Askes, Puskesmas, RS, Bappeda, dan perwakilan
ini, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat demi transparansi dana dan konsolidasi.
khususnya RS sudah tercapai. Negara berupaya Sebaiknya dana PKPS BBM langsung diturunkan ke pus-
menjamin kehidupan yang layak bagi masyarakat khu- kesmas dan RSUD yang berinteraksi langsung dalam pe-
susnya masyarakat miskin. Mereka dapat merasakan fa- layanan kesehatan.
silitas pelayanan publik dan fasilitas pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi (UUD 1945 pasal 34). Seperti Ucapan Terima Kasih
Singapura, Australia, dan Jepang yang memberikan per- Studi tentang implementasi PKPS BBM berlangsung
lindungan kesehatan bagi masyarakatnya terutama mas- dengan inisiatif dan pembiayaan Bappenas, Puska UI se-
yarakat tidak mampu dengan Asuransi Kesehatan bagai tim pelaksana penelitian (Propinsi NTB : Puput O,
Nasional.13 Propinsi Kalimantan Timur : Rinda).
Program ini memberikan dampak yang tidak
menyenangkan bagi RS berupa gangguan cash flow se- Daftar Pustaka
bagai akibat proses pembayaran pelayanan (klaim) oleh 1. Dunn, William. Pengantar analisis kebijakan publik. Penerjemah
pihak asuransi berdasarkan klaim satu bulan dengan Samodra Wibawa, Drs, MA, Diah Asitadani, Dra, MA, Agus H, Drs,
pembayaran yang tidak tunai pada bulan tersebut. Selain MS, Erwan AP, Drs, MS. Edisi Kedua. Cetakan Kelima. Yogyakarta:
itu, biaya yang harus ditanggung oleh pemda juga tidak Gajah Mada University Press; 2003.
langsung dibayarkan ke RS bahkan sampai tertunggak 2. Suharto. Analisis kebijakan publik panduan praktis mengkaji masalah
berbulan-bulan sehingga hal ini pun menjadi tanggungan dan kebijakan sosial, analisis kebijakan sosial. Edisi Revisi ke 2.
RS. Bandung: Alfabeta; 2005.
Sebagai perbandingan di Singapura sistem pembia- 3. Tjiptoherijanto P, Soesetyo B. Ekonomi kesehatan, pembiayaan kese-
yaan kesehatannya terstruktur dengan sangat jelas. hatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 1994.
Pasien kelas III-nya disubsidi pemerintah sebesar 80% 4. Barker, Carol. The health care policy process. Sage Publications.

116
Bachtiar, Ayuningtyas & Wardani, Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM Bidang Kesehatan

London. New Delhi: Thousand Oaks; 1996. 9. Ditjen Yanmed, Depkes RI. Reformasi Perumahsakitan Di Indonesia.
5. Osborne. Mewirausahakan birokrasi. Penerjemah Abdul Rosyid. Soejitno. Bagian Penyusunan Program dan Laporan. Jakarta:
Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo; 1999. Hastarimasta CV; 2000.
6. Thabrany H. Asuransi kesehatan pilihan kebijakan nasional. Jakarta: 10. Sanjana K. Solusi pelayanan si miskin di rumah sakit. Bali Post Online.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia; 2005. [edisi 2005, diakses Juni 2005]. Diunduh dari: www.balipost.co.id.
7. Robbins SP. Teori organisasi : struktur desain dan aplikasi. Jakarta: 11. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan, sistem kesehatan. Edisi
Arcan; 1994. Ketiga. Jakarta: PT Binarupa Aksara; 1996.
8. Kinman EL. Evaluating health service equity at primary care clinik in 12. Herujito. Dasar-dasar managemen, fungsi-fungsi managemen. Jakarta:
Chilimarca, Bolivia. Departement of Geography, University of Missouri, PT Grasindo; 2001.
15 Stewart Hall, Columbia, USA. Social Science and Medicine. 1999; 13. Lassey. Health care system around the world, characteristik, issue,
49:663-678. Reform, Practice Hall. New Jersey: Upper Saddle River; 1997.

117

Anda mungkin juga menyukai