Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

Kelainan Neurologis pada Penyakit


Sistemik Kelainan Neurologis pada
Penyakit Sistemik Kelainan
Neurologis pada P...
Valian Indriany

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKT ER ANAK INDONESIA Edisi II


bert hy soumokil

IKATAN DOKT ER ANAK INDONESIA 2011 PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKT ER ANAK INDONE…
Maya Aulia

Kupdf.net pedoman pelayanan medis idai 2011 edisi ii


Alyssa Diandra
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004 Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004: 23-33

Kelainan Neurologis pada Penyakit Sistemik


Taslim S. Soetomenggolo

H
ampir semua penyakit sistemik dapat iskemia. Apabila segera diberikan oksigen maka akan
menyebabkan kelainan neurologis, maka segera sembuh; tetapi apabila anoksia berlangsung
dari itu berhubung terbatasnya waktu melebihi 1 – 2 menit, akan terjadi kelainan neurologis
pada makalah ini hanya akan dibahas sementara atau menetap.3
beberapa penyakit yang penting saja. Kelainan
neurologis yang akan dibahas adalah ensefalopati Manifestasi Klinis Hipoksia
metabolik, kelainan neurologis pada penyakit paru,
penyakit gastrointestinal dan hati, penyakit ginjal, Gejala permulaan berupa penurunan kesadaran
kelainan neurologis beberapa penyakit jantung, secara bertahap. Pada bayi berupa iritabel, tidak
leukemia, dan kelainan endokrin. nafsu makan dan kesadaran berkurang. Hiperpnea
dapat berkembang menjadi cheyne-stokes. Hiperpnea
dapat berubah menjadi apnea. Pada keadaan koma
• Ensefalopati Metabolik yang dalam mata mengarah ke depan (posisi di
tengah).2,3
Ensefalopati metabolik adalah ensefalopati yang
disebabkan oleh gangguan metabolik otak secara Pengobatan
langsung maupun tidak langsung.
Obati penyebabnya dan berikan oksigen segera. Pada
Manifestasi Klinis hipoksia berat disertai hiperkapnia perlu dipasang
ventilasi mekanik.4
Gejala yang khas berupa stupor atau koma, pernapasan
dapat berupa apnea, Cheyne-Stokes, hiperventilasi atau Hipoglikemia
hipoventilasi, tremor, asteriksis, mioklonus multifokal,
rigiditas deserebrasi atau flaksiditas, kadang-kadang 1. Hipoglikemia pada Neonatus
bisa timbul kejang fokal maupun umum.1,2
Kadar glukosa darah yang dianggap terlalu rendah
sukar ditentukan, karena bayi baru lahir tidak
• Hipoksia dan Hipoglikemia mempunyai kapasitas neural untuk menunjukkan
simtomatologi. Pemeriksaan kadar glukosa plasma
Hipoksia pada bayi cukup bulan sehat rata-rata 55 - 60 mg/dl
pada 1 – 2 jam setelah lahir dan akan naik pada 3 – 4
Hipoksia yang disertai hipotensi atau gangguan aliran jam walaupun belum diberi makan. Nilai rata-rata pada
darah akan disertai iskemia dan disebut hipoksia 3 – 72 jam kira-kira 70 mg/dl, setelah itu kira-kira 80
mg/dl.5
Berdasarkan statistik, hipoglikemia adalah apabila
Alamat Korespondensi:
glukosa plasma kira-kira kurang dari persentil 5. Pada
Prof. Dr. Taslim S. Soetomenggolo, SpA(K). pemeriksaan brain stem auditory evoked responses pada
Divisi Neurologi, Departemen Ilmu kesehatan Anak FKUI-RSCM, bayi cukup bulan terdapat perpanjangan latensi pada
Jakarta. kira-kira glukosa plasma kurang dari 47 mg/dl. 5
Jl. Salemba 6, Jakarta 10430.
Srinivasan dkk menyatakan yang disebut hipoglikemia
Telpon 021-3149161, Fax. 021-3913982.
pada bayi cukup bulan apabila kadar glukosa darah <

23
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

35 mg/dl pada umur 0 – 3 jam, < 40 mg/dl pada umur 2. Hipoglikemia pada Anak
3 – 24 jam, dan < 45 mg/dl pada umur lebih dari 24
jam.6 Heck dan Erenberg menyatakan hipoglikemia Hipoglikemia pada anak apabila kadar glukosa darah
pada bayi cukup bulan apabila kadar glukosa darah < kurang dari 40 mg/dl (2,2 mmol/l), 9,10 terbanyak
30 mg/dl pada umur 0 – 24 jam dan < 40 mg/dl pada adalah hipoglikimia ketotik.9
umur 24- 48 jam.7
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
Gejala hiposlikemia pada anak berupa penurunan
Hipoglikemia dapat disertai gejala klinis (simtomatik) kesadaran (koma, sopor atau obtundasi), perubahan
atau tanpa gejala klinis (asimtomatik). Gejala klinis perilaku, pusing, tremor, kejang dan hemiparesis
berupa stupor, jitterinnes (80% kasus), kejang (50%), mendadak. Kejang terjadi apabila hipoglikemia
gangguan pernapasan dan hipotonia. berlangsung lama dan pengobatan terlambat. Pada saat
hipoglikemia berat bisa timbul buta kortikal.10
Pengobatan
Pengobatan
Hipoglikemia merupakan kegawatan dan harus
segera diobati. Pengobatan neonatus dengan Pada dasarnya, paling baik adalah pencegahan
hipoglikemia simtomatik dahulu dengan bolus hipoglikemia dan pengobatan yang tepat dengan
glukosa 25% sebanyak 2 – 4 ml/kg secara intravena glukosa intravena baik yang simtomatik maupun yang
dengan kecepatan 1 ml/menit, kemudian diikuti asimtomatik.
dengan infus terus-menerus dengan 8 – 10 mg/
kg/menit. Ternyata cara ini akan menyebabkan
terjadinya hiperglikemia, terutama pada bayi-bayi • Hiponatremia
prematur yang kecil yang menyebabkan diuresis
osmotik dan dehidrasi, dan berhubungan dengan Manifestasi Klinis
angka kematian yang tinggi serta sering diikuti oleh
rebound hipoglikemia pada bayi dengan hiper- Hiponatremia dapat terjadi karena kehilangan natrium
insulinisme. yang berlebihan, intake atau retensi air yang berlebihan,
Saat ini pengobatan dengan minibolus glukosa penggeseran air dari sel ke cairan ekstraselular, atau
200 mg/kg (2 ml glukosa 10% per kg) secara penggeseran natrium dari cairan ekstraselular ke dalam
intravena, disuntikkan selama lebih dari 1 menit, sel.11 Manifestasi klinis timbul apabila natrium darah
dan segera diikuti infus glukosa 8 mg/kg/menit. 8 kurang dari 125 mEq/l, berupa nausea, muntah,
Dengan minibolus ini akan didapatkan hasil yang twitching otot, letargi dan penurunan kesadaran. Gejala
cepat, dalam 1 menit didapatkan kadar glukosa lebih berat berupa kejang dan koma terjadi pada kadar
darah 70 – 80 mg/dl dan stabil. Penilaian atas hasil natrium darah lebih rendah dari 115 mEq/l. Pada
minibolus ini perlu, terutama kalau indikasinya hiponatremia dengan dehidrasi terdapat juga gejala
kejang dan kalau tidak berhasil minibolus yang dehidrasi, dan pada dehidrasi berat disertai renjatan
kedua boleh diberikan. kadang-kadang terjadi trombosis vena otak yang
Apabila kadar glukosa darah stabil 70 – 100 mg/ menyebabkan gejala hemiparesis dan kejang.
dl, infus dekstrosa diturunkan dengan 2 mg/kg/menit Hiponatremia dapat terjadi sebagai akibat
tiap 6 – 12 jam dan glukosa darah dipertahankan di hipervolemia (water intoxication) yang terjadi akibat
atas 50 mg/dl. Pada bayi yang kadar glukosa darahnya intake air yang berlebihan. Gejala yang terjadi tidak
tidak dapat naik secara adekuat infus glukosa dapat khas, tetapi kejang lebih sering terjadi bila di-
dinaikkan sampai 12 mg/kg/menit. Apabila bandingkan dengan keadaan hiponatremia yang
hipoglikemia kembali lagi atau infus glukosa melebihi disertai dehidrasi. Gejala lain berupa iritabel, nyeri
12 mg/kg/menit perlu diberikan hidrokortison 5 mg/ kepala, nyeri perut, mengantuk dan koma.
kg/tiap 12 jam. Pada pasien asimtomatik tidak perlu Hiponatremia yang dikoreksi terlalu cepat akan
minibolus. menyebabkan terjadinya mielinolisis pons sentral yaitu

24
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

destruksi mielin simetrik di daerah pons sentral yang pemberian cairan pekat maupun ketidakmampuan
dapat dilihat pada pemeriksaan MRI. Mielinolisis pons ginjal untuk memekatkan urin. Terjadi hipernatremia
sentral biasanya terjadi secara akut pada kadar natrium apabila konsentrasi natrium serum melebihi 150 mEq/
permulaan kurang dari 105 mEq/l, hiponatremia yang l, dengan gejala iritabel atau penurunan kesadaran
terjadi secara akut, dan koreksi hiponatremia yang berupa letargi sampai koma dan kejang. Kejang lebih
terlalu cepat. Kelainan ini sering fatal dengan gejala sering terjadi dibandingkan dengan keadaan hipo-
klinis berupa bingung, kelainan saraf kranial, pada lesi natremia, dan dapat terjadi karena pengobatan yang
yang luas akan terjadi sindrom locked in dan terlalu cepat, dapat menyebabkan edem otak dan
kuadriparesis, yaitu kelainan berupa pasien tetap sadar, kematian. Pasca hipernatremia dapat terjadi pe-
tetapi tidak dapat bergerak dan komunikasi karena ngerutan otak (shrinkage of the brain) dan kadang-
paralisis sistem motor yang berat. kadang disertai petekie dan hematoma subdural.
Ensefalopati pada hipernatremia dapat menyebabkan
Diagnosis dan Pengobatan gejala sisa kira-kira pada 10% pasien.
Pengobatan terhadap pasien hipernatremia yang
Untuk menentukan apakah hiponatremia disertai disertai dehidrasi harus berhati-hati dan tidak boleh
hemokonsentrasi atau hemodilusi perlu diperiksa kadar terlalu cepat untuk mencegah terjadinya water
ureum darah dan hematokrit. Pemeriksaan yang lain intoxication. Pada hipernatremia dengan dehidrasi
berat badan, elektrolit darah dan analisis gas darah. pengobatan diberikan dalam waktu lebih dari 48 – 72
Pada hiponatremia pada dehidrasi pengobatan jam dan penurunan kadar natrium plasma jangan
ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang dan melebihi 10 – 15 mEq/l per hari. Pengobatan terdiri
cairan rumat. Pada pasien dengan kadar natrium atas defisit, rumat dan yang hilang masih berlangsung.
kurang dari 125 mEq/l perlu pengobatan dengan Diberikan larutan yang mengandung 0,33 – 0,5 N
cairan hipertonik. Keperluan natrium dapat diberikan Nacl, sedangkan kadar dalam plasma tetap di pantau.
seperti rumus berikut. Pada umumnya hiperglikemia menyertai hiper-
natremia dengan dehidrasi terjadi pada 50% pasien,
mEq Na+ = (0.6) (berat badan dalam kg) ( [Na+] maka lebih baik diberikan glukosa 2,5% daripada 5%.
yang diinginkan – [Na+] sekarang). Hipokalsemia terdapat pada 10% kasus.12
[Na+] = Kadar natrium dalam mEq/l.
Hipernatremia dengan Hidrasi Normal
Pada pasien dengan kejang dan kadar natrium
kurang dari 115 mEq/l perlu pengobatan cepat dengan Hipernatremia dengan hidrasi normal disebut juga
NaCl 3% (513 mEq/l) secara intravena dengan dosis hipernatremia neurogenik. Pada pasien ini tidak
5 ml/kg akan menaikkan kadar natrium 3 – 4 mEq/l. terdapat dehidrasi, pengeluaran vasopresin normal, dan
Pada hiponatremia dengan water intoxication diberikan respons ginjal terhadap vasopresin juga normal.
larutan NaCl 2,5 % sebanyak 5 – 10 ml/kg BB secara Terdapat dua jenis hipernatremia neurogenik,
intravena dan pemberian cairan dibatasi. Hiponatremia keduanya disebabkan oleh kelainan pada hipotalamus
yang lain adalah syndrome of inappropriate antidiuretic yang menyebabkan gangguan haus (hipodipsia) atau
hormon secretion (SIADH) yang biasanya timbul akibat sensitivitas osmoreseptor atau keduanya. Keduanya
obat-obatan, trauma kepala, operasi kepala dan infeksi dapat dibedakan dengan memaksa masukan air (forced
susunan saraf pusat. Pengobatan ditujukan terhadap water intake). Pada hipodipsia hasilnya baik, dan
hiponatremia dan penyebab primer. osmolalitas menjadi baik; sedangkan pada tipe kedua
tidak ada hasil dan disebut sebagai hipernatremia
esensial, pengobatan diberikan klorpropamid.
Hipernatremia
Hipernatremia dengan Overhidrasi
Hipernatremia dengan Dehidrasi
Hipernatremia dengan overhidrasi disebabkan karena
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh diare, anoreksia minum atau infus larutan hipertonik. Pada bayi dapat
dan muntah. Faktor lain adalah demam, hiperventilasi, terjadi karena pemberian makanan dengan kadar

25
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

natrium tinggi, bayi yang diberikan natrium kg. BB (200 mg/kg. BB) sambil dilakukan pemantauan
bikarbonat karena distres pernapasan atau sebab lain. elektrokardiografik atau auskultasi jantung.
Apabila hipernatremia terjadi dengan cepat, natrium
akan menarik air ke dalam vaskular, hal ini dapat
menyebabkan perdarahan otak, edem paru atau • Gangguan Sistem Asam-Basa
hipertensi. Sehingga pemberian air untuk menurunkan
kadar natrium sering memperburuk keadaan. Asidosis dan alkalosis yang menyertai beberapa
Pengobatan ditujukan untuk mengeluarkan kelebihan penyakit dapat nmenyebabkan terjadinya koma
natrium dengan diuretik apabila fungsi ginjal normal. metabolik. Di antara kelainan sistem asam - basa hanya
Pada fungsi ginjal tidak normal atau pada bayi harus asidosis respiratorik yang merupakan penyebab
dilakukan dialisis peritoneal. langsung terjadinya stupor dan koma. Gejala
neurologis biasanya timbul apabila pH cairan
serebrospinal turun dibawah 7,25. Pada kelainan
• Hipokalsemia keseimbangan asam-basa, pH darah kurang ber-
hubungan dengan adanya/beratnya kelainan
Hipokalsemia dapat terjadi pada semua umur, tetapi neurologis, karena pH cairan serebrospiral kurang
yang sering para neonatus; dapat disebabkan oleh berfluktuasi dibandingkan pH arterial.3
karena minum susu formula (tidak minum air susu
ibu), ibu menderita hiperparatiroidisme yang tidak Manifestasi Klinis
diketahui, ensefalopati dan agenesis kelenjar
paratiroid. Hipokalsemia pada bayi dan anak dapat Kelainan neurologis pada kelainan asam-basa tidak
terjadi karena rakitis gizi, obat (fenitoin atau khas, biasanya berupa penurunan kesadaran,
fenobarbital), sindrom malabsorpsi kronik, pada kemudian delirium dan koma; Sedangkan kejang
pengobatan dehidrasi, hipoparatiroidisme dan jarang terjadi.3
pseudohipoparatiroidisme. Gejala yang timbul pada
neonatus berupa hiperiritabel, tetani dan kejang yang
timbul pada hari 4 – 7 pasca lahir. Pada ensefalopati, Kelainan Neurologis pada Penyakit Paru
kejang timbul dalam 3 hari pertama pasca lahir. Pada
bayi berat lahir rendah hipokalsemia timbul pada hari Penyakit degeneratif progresif pada susunan saraf
ke 2 – 3 setelah lahir.13 pusat terlihat pada bayi prematur dengan displasia
Gejala hipokalsemia pada anak berupa parestesia dan bronkopulmonari atau penyakit paru kronik yang
kekakuan pada ekstremitas, stridor dan tetanii mendapat bantuan ventilator. Keadaan ini akan
karpopedal. Tetani dapat ditimbulkan dengan menyebabkan kelainan pada korteks serebri, batang
hiperventilasi atau ditekan dengan manset tensimeter otak, atau ganglia basalis. Kelainan pada neuro-
(tanda Trousseau), gejala lain berupa hiperrefleksi dan muskular ditemukan pada anak yang memakai
tanda Chvostek positif. Kadang-kadang terdapat gejala ventilator lama dan obat neuromuscular blocking
bingung. Kejang umum dapat terjadi setiap waktu dan agents. Pada pasien yang apnea atau asma yang
terjadi pada 50-70% pasien anak dan dewasa. Kejang mendapat teofilin dapat terjadi komplikasi kejang
dapat juga berlangsung fokal. Kejang pada hipokalsemia umum maupun fokal yang sukar diobati dengan
tidak responsif terhadap pengobatan dengan antikonvulsan, dan dapat terjadi ensefalopati toknik
antikonvulsan. Kadar kalsium kurang dari 7 mg/dl dengan akibat kerusakan otak yang permanen.
biasanya menimbulkan gejala, apabila serum albumin Kelainan ini terjadi apabila kadar teofilin dalam darah
normal. Sebenarnya yang penting adalah jumlah kalsium tinggi (21-23 ug/ml).3 Pada penyakit fibrosis kistik
ion yang tidak terikat, sehingga pada pasien dengan dapat terjadi kelainan neurologis karena hipoksia dan
tetani perlu diperiksa pH, CO2 dan protein serum. retensi CO 2. Pasien mengalami letargi, infeksi
Fosfor serum perlu diperiksa untuk diagnosis banding. saluran pernapasan, dan menjadi koma. Kira-kira 4%
Pengobatan hipokalsemia adalah pemberian kalsium menderita papiledem karena tekanan intrakranial
glukonat 10% sebanyak 5 – 10 ml, sedangkan pada yang meninggi akibat retensi CO2 kronik, dan dilatasi
neonatus dengan kalsium glukonat 5% sebanyak 4 ml/ pembuluh darah otak.

26
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Kelainan Neurologis pada Penyakit • Stadium II


Gastrointestinal dan Hati Kelainan mental/perilaku seperti, mengantuk,
letargi, perubahan personalitas kasar,disorientasi
Ensefalopati Hepatik (terutama waktu), pelupa, perilakunya tidak sesuai
Kelainan motor/refleks yaitu asteriksis, disartri,
Ensefalopati hepatik adalah keadaan yang disebabkan paratonia, ataksia
oleh kerusakan hati akibat penyakit hati akut atau • Stadium III
kronik dengan gejala neuropsikiatrik.3 Kelainan mental/perilaku yaitu delirium, sangat
bingung, paranoia, disorientasi (waktu dan
Patologi dan patogenesis tempat), bicara ngacau, somnolent
Kelainan motor/refleks yaitu hiperrefleksia,
Perubahan morfologik di dalam otak didominasi oleh kejang, mioklonus, hiperventilasi, tanda
perubahan astrosit. Abnormalitas mikroskopik Babinski(+), hipotermia, inkontinensia
termasuk pembesaran dan penambahan jumlah astrosit • Stadium IV
protoplasmik. Sel Alzheimer II adalah sel astrosit Kelainan mental/perilaku yaitu koma,
dengan pembesaran, nukleus pucat, dan pengurangan Kelainan motor/refleks yaitu posisi deserebrasi,
jelas dalam protein asidik fibrillari glial. Sel Alzheimer refleks okulocefalik meninggi
II terdapat di seluruh korteks serebral, ganglia basal,
nuklei batang otak dan lapisan Purkinje serebelum. Edem serebral pada ensefalopati hepatik akut
Sel tersebut paling prominen pada penyakit hati kronik merupakan penyebab kematian, dengan herniasi otak
dan pada pasien yang meninggal dunia setelah terdapat pada 80% pasien yang meninggal. Penyebab
mengalami koma yang lama. Umumnya tidak terlihat edem serebral tidak diketahui, tetapi dipercayai karena
adanya perubahan neuron, tetapi kurang sering edem vasogenik dan sitotoksik.
ditemukan adanya mielinolisis pada pons sentral. Pada umumnya gambaran EEG abnormal, tapi
Ensefalopati hepatik adalah kelainan dengan tidak khas untuk ensefalopati hepatik, namun sesuai
multifaktor, dan faktor yang paling penting pada dengan ensefalopati metabolik. Gelombang trifasik
patogenesisnya adalah peningkatan kadar amonia dan khas untuk ensefalopati hepatik pada orang dewasa,
GABAergic neurotransmission dalam plasma dan otak. jarang ditemukan pada anak.
Amonia telah lama dikenal sebagai neurotoksik, tetapi
kira-kira 10% pasien ensefalopati hepatik mempunyai Pengobatan dan prognosis
kadar amonia normal atau hanya meningkat sedikit,
jadi bukan hanya hiperamonia yang berperan pada Setelah keberhasilan transplantasi hati, terjadi revolusi
ensefalopati hepatik, tetapi gangguan metabolik lain dalam tata laksana, pengobatan dan prognosis pada
turut berperan dalam terjadinya ensefalopati hepatik. anak dengan gagal hati dan ensefalopati hepatik.
Keberhasilan tranplantasi hati antara 55-89%.3
Manifestasi klinis Keterlibatan ahli saraf pada pengobatan
ensefalopati hepatik karena adanya gejala neurologis
Ensefalopati hepatik terjadi dari gagal hati fulminan yang disebabkan oleh hipoglikemia, sepsis, perdarahan
akut dan ensefalopati kronik progresif; pada anak intrakranial akibat koagulopati, gagal ginjal, gangguan
ensefalopati hepatik biasanya terjadi sebagai akibat elektrolit dan edem serebral. Edem serebral tipe
gagal hati akut. sitotoksik, maka kortikorteroid tidak berguna.
Berdasarkan gejalanya dibagi menjadi 4 stadium: Pengobatan yang paling baik dengan pembatasan
• Stadium I cairan, hiperventilasi, kurangi stimulasi (cahaya, suara,
Kelainan mental/perilaku seperti, bingung ringan, pengisapan endotrakeal) dapat diberikan short-acting
gelisah, iratabel, agitasi narcoties pada kenaikan tekanan intrakranial karena
pola tidurnya berubah, atensinya mengurang, stimulasi; Juga boleh diberikan manitol. Pengobatan
depresi yang paling pasti adalah transplantasi hati.3
Kelainan motor/refleks seperti tremor postural Mortalitas ensefalopati hepatik stadium IV adalah
halus, koordinasinya lebih lambat 63% - 80%, 15% diantara pasien yang hidup

27
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

mengalami kelainan neurologis berat.3 Makin lama masuk ke dalam otak, dan keadaan ini disebut sebagai
interval antara permulaan ikterus dan timbul sindrom disekuilibrium-dialisis. Pada umumnya gejala
ensefalopati hepatik makin buruk prognosis. motor cenderung menjadi baik ketika kadar urea darah
Pemeriksaan somatosensory-evoked potentials lebih menurun, sedangkan gejala sensori cenderung masih
superior dari pada EEG untuk menentukan prognosis. menetap.
Keberhasilan transplantasi ginjal berhubungan
dengan percepatan pertumbuhan kepala dan mem-
Kelainan Neurologis pada Penyakit perbaiki fungsi intelektual. Namun penelitian
Ginjal prospektif pada anak dengan penyakit ginjal bawaan
sedang dan berat menunjukkan bahwa perkembangan
Patogenesis gejala serebral masih belum diketahui kognitif dan motor umumnya terlambat. Keter-
namun diketahui beberapa toksin ikut berperan. Telah lambatan ini disebabkan oleh efek toksik dari uremia,
diketahui bahwa beratnya gejala serebral kurang malnutrisi kronik, bermacam-macam gangguan
berhubungan kadar urea serum. Kreatinin, p-cresol, metabolik, dan malformasi otak yang menyertainya.
guanidin dan paratiroid-hormon ikut berperan Pengobatan kejang tergantung penyebabnya. Kejang
terjadinya gejala neurologis pada uremia, khususnya karena keadaan disekuilibrium biasanya sembuh
neuropati perifer dan miopati.3 sendiri dan dapat dicegah dengan pengawasan yang
cermat.
Manifestasi klinis
Komplikasi pengobatan uremia kronik
Gejala neurologis uremia adalah abnormalitas keadaan
mental, tremor, mioklonik, asteriksis, kejang dan kram Pada umumnya komplikasi neurologis lebih sering
otot. Saraf perifer umumnya ikut terkena, yamg paling setelah hemodialisis daripada dialisis peritoneal. Gejala
sering adalah polineuropati. Kelainan ini dapat yang timbul berupa kegelisahan, nyeri kepala, nausea,
simtomatik campuran motor dan sensori neuropati muntah. Gejala di atas terjadi akibat peningkatan
atau subklinik dan hanya dapat dideteksi dengan tekanan osmotik akibat urea yang keluar dari darah
pemeriksaan kecepatan hantar saraf. Gejala neuropati lebih tinggi daripada urea dari otak. Nyeri kepala juga
mulai dengan kelainan sensori anggota gerak bawah, dapat disebabkan oleh gangguan regulasi vaskular oleh
dapat progresif perlahan-lahan menjadi kuadriplegia ginjal yang rusak dengan nefrektomi bilateral akan
flaksid total. Pada pasien dengan ensefalopati menyebabkan pengurangan nyeri kepala secara total
hipertensif yang terjadi pada glomerulonefritis akut pada 70% kasus daripada melanjutkan dialisis.
terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial dengan Dengan dialisis yang berulang kali akan me-
nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan dan nyebabkan terjadinya sindrom yang disebabkan oleh
papiledem. Gejala lain berupa kejang dan kelainan kekurangan vitamin atau faktor nutrisi yang lain.
serebral fokal, termasuk hemiparesis dan buta kortikal. Kelainan tersebut antara lain neuropati sensorimator
DQ pada anak yang menderita gagal ginjal kronik perifer (burning feet atau restless legs syndrome),
sebelum berumur 1 tahun lebih terpengaruh daripada mielinolisis pons sentral ensepalopati Wernicke, dan
yang di bawah 3 tahun. Pasien yang menderita gagal kram kaki. Restless legs sysndrome dan kram kaki sembuh
ginjal kronik sejak bayi lebih dari 50% jelas mengalami dengan suplementasi vitamin, terutama kram kaki
keterlambatan perkembangan, disertai dengan sembuh dengan vitamin E atau quinine.3
pengurangan lingkar kepala yang jelas.14 Sindrom demensia dialisis ditandai dengan
gangguan bicara secara cepat dan progresif, mioklonus,
Pengobatan dan prognosis asteriksis, kejang dan perubahan kepribadian. Terdapat
juga gangguan fungsi bulbar, kelemahan, EEG
Pengobatan pada uremia termasuk koreksi gangguan abnormal, dan apabila tidak diobati akan menyebabkan
elekrtrolit dan rumatan komposisi plasma normal, dan kematian dalam beberapa tahun kemudian. Sindrom
ini dapat dicapai dengan dialisis. Beberapa ahli demensia dialisis permulaan dilaporkan hanya terjadi
berpendapat bahwa urea dalam otak tidak seimbang pada dialisis kronik, ternyata terjadi juga pada pasien
terhadap bebas dengan urea dalam darah, sehingga air gagal ginjal kronik yang tidak pernah mengalami dialisis.

28
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Aluminium dapat juga sebagai penyebab terjadinya Kelainan Neurologis pada Keganasan
sindrom demensia dialisis. Logam ini masuk ke dalam
tubuh tidak hanya melalui cairan dialisis, tetapi juga Leukemia
secara oral, dalam bentuk resin aluminium Peng-
hentian pemberian gel aluminium, kelasi aluminium Dengan pemberian kemoterapi antileukemik yang
dengan deferoxamine, dan paratiroidektomi dapat efektif kelangsungan hidup pasien lebih lama,
merubah demensia dialisis. komplikasi neurologis leukemia akut menjadi lebih
umum, dan pengobatan menjadi problem medis.
Komplikasi neurologis terjadi sebagai akibat pe-
Kelainan Neurologis pada Penyakit nyakitnya sendiri dan karena pengobatan.
Jantung
Leukemia susunan saraf pusat
Ensefalopati hipertensif
Komplikasi neurologis karena penyakitnya sendiri
Komplikasi neurologis pada hipertensi adalah adalah leukemia susunan saraf pusat (SSP). Ber-
ensefalopati hipertensif, gejalanya biasanya berupa dasarkan keputusan Children’s Cancer Group (CCG)
kejang fokal atau umum, nyeri kepala, dan gangguan diagnosis leukemia SSP ditegakkan apabila jumlah
penglihatan. Penyebabnya biasanya karena penyakit sel dalam cairan serebrospinal lebih besar dari 5 dan
ginjal atau esensial. Dengan pemeriksaan CT scan atau ditemukan sel limfoblast pada pemeriksaan
MRI kepala akan terlihat adanya kelainan pada otak mikroskopik atau perhitungan cytospin.
di korteks dan substansia alba.
Patologi
Pengobatan
Komplikasi neurologis terjadi karena infiltrasi
Turunkan tekanan darahnya 20% - 25% akan leukemik pada meningen, otak, dan saraf kranial atau
menyebabkan perbaikan neurologis dalam waktu 24 tepi atau perdarahan intrakranial dan infeksi. Lesi
– 48 jam. pada otak yang paling sering adalah atropi serebral
(65%), kemudian infiltrasi leptomeningeal dan
Komplikasi Neurologis pada Bedah Jantung berbagai macam perdarahan.3 Perdarahan petekial
dan gagalnya kemoterapi menembus blood – brain
Komplikasi neurologis yang terjadi setelah pem- barrier, maka masuklah sel-sel leukemia dari darah
bedahan jantung secara terbuka adalah ensefalopati ke dalam susunan saraf pusat, dan terjadilah leukemia
hipoksik-iskemik akibat aliran darah yang inade- susunan saraf pusat.
kuat ke daerah otak yang vital. Berbagai penyebab
antara lain cardiac arrest yang lama, hipoksia dan Manifestasi klinis
hipotensi sistemik selama operasi atau pasca
operasi, dan oklusi vascular serebral akibat trombi Gejala serebral leukemia adalah muntah, nyeri
atau embolisasi. 3 kepala, papildem, nafsu makan dan berat badan
Gejalanya berupa kejang, kesadaran menurun, bertambah, kelainan saraf kranial, kejang, ganguan
perubahan perilaku, dan defisit fungsi intelektual.3 penglihatan, dan ataksia. Muntah, nyeri kepala dan
Apabila selama operasi terjadi kerusakan otak luas papiledem karena peninggian tekanan intrakranial;
akibat hipoksia atau hipotensi, maka pascaoperasi kejang jarang terjadi, kadang-kadang ditemukan
kesadaran pasien tidak akan sembuh, dan pasien akan kuduk kaku. Kelainan saraf kranial relatif sering
mengalami kejang fokal atau umum, rigiditas dan terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemia pada
ekstensor, papiledem, mata terfiksasi, dilatasi pupil, meningen basal, yang sering terkena adalah
dan hemiparesis. N.fasialis, abdusens, dan auditori. 3 Nafsu makan
Bila terjadi emboli serebral maka dapat terjadi dan berat badan bertambah indikasi adanya
gejala hemiplegia, defisit lapangan penglihatan, dan infiltrasi ke hipotalamus. Hiperleukositosis yang
kejang. terjadi leukemia limfoblastik akut dapat

29
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

menyebabkan terjadinya sindrom leukostatik Komplikasi Neurologis karena Obat


dengan gejala neurologis berupa papiledem, Antineoplastik
gangguan pendengaran, gengguan fungsi vesti-
bular, dan berbagai macam defisit neurologis fokal. Komplikasi penggunaan vincristine adalah neuropati
Gejala akan hilang apabila jumlah leukosit perifer yang berhubungan dengan dosis. Kelainan
menurun. saraf kranial jarang, dan biasanya yang terkena neuritis
optika, ptosis, optalmoplegia, dan palsi fasial, selalu
Diagnosis disertai kelemahan dan atrofi otot perifer. Gangguan
autonomik berupa konstipasi, ileus paralitik, atoni
Jumlah sel dalam cairan serebrospinal meningkat, kadar kandung kencing , dan hipotensi ortostatik. Neuropati
glukosa menurun pada kira-kira 10% kasus, dan kadar vincristine akan kembali normal setelah penghentian
protein meningkat pada kira-kira 50% kasus. CT scan pemberian vincristine. Kejang dan koma jarang terjadi
kepala menunjukkan pelebaran sutura, MRI me- pada pengobatan dengan vincristine.
nunjukkan adanya kelainan di meningen, terutama Komplikasi neurologis pemberian methotrexate
apabila memakai kontras. intratekal ada 2 : 1. araknoiditis kimia dengan gejala
demam, nyeri kepala, sakit pinggang (back pain), dan kaku
Profilaksis dan pengobatan kuduk.3 Komplikasi yang lebih serius adalah timbulnya
paraparesis atau paraplegia sementara atau menetap.
Pengobatan leukemia susunan saraf pusat terdiri Komplikasi neurologis yang terjadi pada L-asparaginase
atas kemoterapi sistemik dengan berbagai macam adalah trombosis intrakranial dan infark hemoragik yang
obat, pengobatan intratekal dan iradiasi kranio- terjadi pada 1-2% kasus dengan gejala nyeri kepala,
spinal. Leukoensefalopati akut dapat terjadi setelah penurunan kesadaran, kejang fokal, dan hemiparesis yang
pengobatan terutama setelah kombinasi meto- disebabkan oleh defisiensi antitrombin, plasminogen, dan
treksat intratekal dan iradiasi susunan saraf pusat. fibrinogen dengan akibat terjadinya gangguan pada
Keadaan ini disebabkan oleh virus (J C virus) yang hemostasis plasma. Cisplatin adalah obat antineoplastik
biasa pada anak kecil, yang terreaktivasi, me- yang digunakan pada neuroblastoma, osteosarkoma, dan
nyebabkan infeksi, dan terjadi demielinisasi. tumor lain dapat menyebabkan gangguan pendengaran
Gejala klinisnya berupa demensia, spastisitas, frekuensi tinggi, terutama pada anak yang masih muda.
ataksia, gejala neurologis fokal yaitu hemiparesis Kadang-kadang penggunaan cytosine arabinoside dapat
dan buta; kadang-kadang terjadi kejang-kejang terjadi komplikasi berupa paraplegia, buta, dan neuropati
dan gangguan kesadaran. Keadaan ini dapat perifer. Komplikasi lain berupa kelainan serebelar, kejang,
menyebabkan kematian atau sembuh dengan gejala dan leukoensefalopati. Gejala biasanya timbul dalam 24
sisa neurologis. jam setelah pengobatan terakhir, dan dengan dosis tinggi
Beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah kejadiaan toksisitas susunan saraf pusat bertambah.
profilaksis dapat juga terjadi gejala neurologis Fluorouracil dapat menyebabkan kelainan serebelum
berupa kejang dan hemiparesis. Pada MRI terdapat dengan disfungsi cara berjalan dan koordinasi. Kelainan
kelainan fokal progresif, multifokal, atau difus pada akan sembuh dengan menghentikan pengobatan. Pada
substansia alba. Pada CT-scan kepala tampak pasien yang mendapat pengobatan fenitoin dan
adanya kalsifikasi mikroangiopati. Kelainan ini methotrexate, kadar fenitoin serum akan menurun, dan
biasanya bilateral dan lebih jelas di daerah putamen akan menurunkan ambang kejang dan kejang dapat
dan kapsula interna, tetapi dapat juga di korteks timbul kembali.
serebral dan serebelum, dan kalsifikasi korteks ini
dapat menyerupai railroad tracks pada sindrom
Sturge-Weber. Hal ini biasanya terjadi pada Hipotiroidisme
profilaksis dengan iradiasi pada anak di bawah
umur 5 tahun. Pada pengamatan jangka panjang Manifestasi Klinis
terdapat pula defisit fungsi intelektual, ke-
mampuan akademik, perhatian, konsentrasi, dan Berdasarkan gejala neurologisnya dibedakan dalam (a).
memori jangka pendek. hipotiroidisme nongoiter neonatal, (b). hipotiroidisme

30
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

goiter kongenital, (c). hipotiroidisme goiter dengan tuli kepala menjadi normal, tetapi prognosis untuk fungsi
(sindrom Pendred), (d). kretinisme endemik, (e). mental kurang jelas. Faktor risiko independen yang
defisiensi tiroid kongenital dengan hipertrofi muskular paling penting untuk outcome adalah beratnya
(sindrom Kochet-Debré-Semelaigne). hipotiroidisme kongenital pada saat diagnosis, yang
Pada hipotiroidisme non goiter neonatal, kelenjar dapat dilihat dari kadar T4 permulaan dan maturasi
tiroid tidak ada atau sangat kecil. Pada waktu lahir tulang. Umur saat pengobatan dimulai, dosis T4 dan
gejala hipotiroidisme sukar ditentukan. Biasanya masa T4 plasma selama pengobatan kurang penting untuk
gestasinya panjang dan berat lahirnya besar, cenderung menentukan perkembangan kognitif di kemudian hari.
mengalami ikterus neonatal yang lama (prolonged
neonatal jaundice), perut besar, fontanel posterior luas, Diabetes Mellitus
kulit bercak-bercak, dan aktivitas motor menurun. Tuli
sensorineural terjadi pada paling sedikit 10% kasus dan Komplikasi neurologis pada diabetes melitus (DM)
gangguan pendengaran terjadi karena gangguan terjadi karena penyakitnya sendiri atau karena
perkembangan koklea. Perkembangan motor dan hipoglikemia. Hipoglikemia menyebabkan kelainan
intelektual terlambat. Sepertiga jumlah kasus spastik, susunan saraf pusat berupa kejang, koma, dan sindrom
tidak terkoordinasi, dan ataksia serebelar. Pada EEG mental organik, sedangkan komplikasi neurologis pada
tampak perkembangan otak terlambat. Sindrom DM berupa kelainan saraf sentral atau perifer.10
Pendred (hipotiroidisme goiter dengan tuli) diturun- Neuropati diabetik
kan secara resisif autosomal, dan terdapat kira-kira 7,5 Neuropati merupakan komplikasi DM yang paling
% pada anak tuli. umum, terjadi pada kira-kira 50% pasien yang
Kretinisme endemik adalah hipotiroidisme yang mendapat insulin; terjadi berhubungan dengan kontrol
paling banyak terjadi, terutama di negara berkembang. metabolik, dan biasanya pada kasus yang lama.10
Kelainan neurologis berupa lingkar kepala kecil, Neuropati terjadi karena hiperglikemia dan ber-
retardasi mental, tanda-tanda traktus piramidalis, hubungan dengan lama dan beratnya hiperglikemia.
defisit ekstrapiramidal berupa distonia fokal atau
umum, cara jalan dan langkahnya khas seperti pasien Manifestasi klinis
parkinsonisme. Tuli terjadi karena kerusakan kohlea,
terdapat pada 90% pasien kretinisme endemik.3 Pada Neuropati pada DM terdiri atas polineuropati simetris
pemeriksaan CT scan, perkapuran pada ganglia basalis distal, neuropati motor proksimal dan neuropati fokal.
pada 30% kasus, terutama pada pasien hipotiroidisme Jenis neuropati diabetik yang paling sering adalah
berat dan yang telah berlangsung lama. Pada MRI kombinasi polineuropati sensorimotor autonomik
terdapat pelebaran fisura Silvii dan hiperintensitas dengan berbagai tingkatan, dan kelainan sensori
globus palidus dan substansia nigra. berbentuk kaos kaki dan kaos tangan. Gejala neuropati
berupa parestesi, kaki terasa seperti terbakar, kulit sakit
Diagnosis seperti terbakar, kram, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
pada malam hari tambah buruk Pada kasus yang berat
Diagnosis hipotiroidisme kongenital dipertimbangkan terdapat anestesia dengan ulkus neuropatik dan
pada anak dengan retardasi perkembangan, wajah artropati. Neuropati fokal dan multifokal termasuk
infantil, perut buncit, rambut dan kulit kering. mononeuropati akut atau mononeuropati multipleks
Diagnosis dipastikan dengan pertulangan terlambat, terjadi tersendiri, yang sering terkena adalah saraf
pertumbuhan terlambat, proporsi badan infantil, dan medianus, ulnaris, dan poplitea lateralis.
yang paling spesifik adalah menentukan kadar T4 dan
T3 serum, serta peninggian kadar TSH. Pemeriksaan penunjang

Pengobatan dan Prognosis Pemeriksaan EMG menunjukkan adanya denervasi


dan pemeriksaan ini lebih sensitif daripada kecepatan
Pengobatan hipotiroidisme dengan levotiroksin hantar saraf. Pada polineuropati awal amplitudo
sintetik. Apabila pengobatan dimulai dalam minggu potensial sensori berkurang dan potensial cetusan
pertama kehidupan, pertumbuhan somatik dan lingkar somatosensori lambat.

31
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Pengobatan Ketoasidosis diabetik

Pasien yang mendapat injeksi insulin terus- Gejala yang mendahului ketoasidosis diabetik adalah
menerus menunjukkan perbaikan kecepatan antar tidak nafsu makan, haus, nyeri kepala, lemas, nyeri
saraf dalam jangka waktu pendek dan panjang. otot dan perut, dan pernapasan cepat dan dalam
Yang paling baik adalah mengontrol kadar glukosa (Kussmaul), distimulasi oleh asidosis metabolik berat.
darah. Pengobatan dengan ganglioside mem- Hal ini menyebabkan hipokapnia dan vasokonstriksi
perbaiki kecepatan hantar saraf motor dan sensori, serebral dengan akibat aliran darah otak berkurang dan
nyeri pada neuropati dapat diobati dengan fenitoin kebutuhan oksigen otak berkurang, karena adanya
atau karbamazepin. Kelainan autonomik dapat sawan darah otak, maka pH otak tidak jelas ter-
diobati dengan metoclopramide untuk kelainan pengaruh. Sebagai akibat, derajat kelainan susunan
matilitas gastrointestinal, dan fludrokortison untuk saraf pusat dan penyembuhannya bervariasi.
hipotensi ortostatik.
Manifestasi neurologis
Retinopati
Pemeriksaan patologik pada otak anak yang meninggal
Frekuensi retinopati meningkat berhubungan dengan karena ketoasidosis diabetik menunjukkan edem otak
lamanya DM. Perubahan retina berupa mikro- umum, herniasi tonsil unkus, dan nekrosis serebelum.
aneurisma, perdarahan, eksudat, edem pada makula, Patogenesisnya tidak diketahui. Serebral edem biasanya
perdarahan preretina, dan neovaskularisasi. lebih jelas setelah beberapa jam pengobatan keto-
asidosis diabetik dimulai, telah ada perbaikan biokimia,
Embriopati dengan gejala perubahan status mental yang ber-
kembang menjadi koma. Kelainan neurologis lain
Sejumlah malformasi susunan saraf pusat dan lainnya berupa optalmoplegia dan dalam posisi dekortikasi atau
pada bayi baru lahir dari ibu diabetik adalah defek tuba deserebrasi.10
neural (anensefali, spina bifida), displasia kanudal,
mikrosefali, hipoplasia N.optikus, hidrosefalus, atrofi Pemeriksaan laboratorium
otak, dan retardasi mental. Kebanyakan terjadi sebelum
minggu ke-tujuh kehamilan.10 Pemeriksaan EEG abnormal dan derajat abnor-
malitasnya berhubungan dengan kelainan biokimia
Komplikasi Susunan Saraf Pusat (glukosa serum, osmolaritas, bikarbonat), tetapi tidak
dengan pH. Pemeriksaan CT-scan kepala dapat
Anak dan remaja yang menderita DM dalam 5 menunjukkan adanya edem serebral.
tahun pertama kehidupannya menunjukkan defisit
kognitif di semua bidang, termasuk intelegens, Pengobatan
kemampuan visuospatial, kecepatan motor, dan
koordinasi mata-tangan lebih cepat daripada Pengobatan harus diberikan agresif termasuk hiper-
mereka yang menderita DM lebih lambat. Sebagai ventilasi, pembatasan pemberian cairan, dan kalau
akibatnya anak-anak tersebut mempunyai ke- perlu diberi manitol.
mampuan sekolah kurang. Otak muda lebih
sensitif terhadap gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh DM, anak yang menderita Daftar Pustaka
hipoglikemia berat, terutama sebelum berumur 5
tahun mempunyai risiko tinggi terhadap abnor- 1. Saing B, Soetomenggolo TS. Manifestasi neurologis
malitas neuropsikologik. penyakit sistemik Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku ajar neurologi anak, Jakarta: Ikatan
Kejang tidak biasa terjadi pada DM anak, Dokter Anak Indonesia, 2000. h. 466 – 534.
sedangkan EEG abnormal pada DM diduga karena 2. Plum F, Posner JB. Multifokal, diffuse, and metabolic
sering menderita episod hipoglikemia berat atau brain diseases causing stupor and coma. Dalam: Plum
ketoasidosis diabetik.10 F, Posner JB, penyunting. The diagnosis of stupor and

32
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

coma. Philadelphia: FA. Davis, 1980. h. 77-303. Dalam : Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, penyunting.
3. Menkes JH, Fink BW, Huvitz CGH, Hyman CB, Jor- Text book of clinical pediatrics. Tokyo: Lippincott Wil-
dan SC, Watanabe F. Neurologic manifestations of sys- liams & Wilkins, 2001. h. 1350-8.
temic disease. Dalam: Menkes JH, Sarnat HB, 10. Steinberg A, Frank Y. Neurological manifestations of
penyunting. Child neurology. Philadelphia. Lippincott systemic diseases in children (International review of
Williams & Wilkins, 2000. h. 1093-154. child neurology series). Dalam: Steinberg A, Frank Y,
4. Bashis OA. Disorder of the respiratory track. Dalam: Penyunting. New York: raven Press, 1993.
Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, penyunting. Text- 11. Frank Y, Ashwal S. Neurologic disorders associated with
book of clinical pediatrics. Tokyo: Lippincott Williams gastrointestinal diseases, nutritional deficiencies, and
& Wilkins, 2001. h. 167-83. fluid-electrolyte disorders.Dalam : Swaiman K, Ashwal
5. Volpe JJ. Hypoglycemia and brain injury. Dalam: Volpe S, penyunting. Pediatric neurology principles & prac-
JJ, penyunting. Neurology of the newborn. Tkyo: W.B. tice. Toronto: Mosby, 1999. h. 1438-69.
Saunders company, 2001. h. 497-520. 12. Matto TK, Gruskin AB, Dabbagh S, Apostol E,
6. Srinivasan G, Pildes RS, Cattamanchi G dkk. Plasma Fleishmann L. Hyponatremia and hypernatremia.
glucose value in normal neonates: a new look. J.Pediatr Dalam: Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, penyunting.
1986;109:114-7 (Dikutip oleh Volpe JJ, 2001) Text book of clinical pediatrics. Tokyo : Lippincott Wil-
7. Heck LJ, Erenberg A. Clinical and laboratory observa- liams & Wilkins, 2001. h. 732-6.
tion. J.Pediatr 1987;0:119-22, (Dikutip oleh Volpe JJ, 13. Volpe JJ. Neonatal Seizures. Dalam: Volpe JJ,
2001). penyunting. Neurology of the newborn. Tokyo: W.B.
8. Lilien LD, Pildes RS, Srinivasan G. Treatment of neo- Saunders company, 2001. h. 178-214.
natal hypoglycemia with minibolus and intravenous glu- 14. McGraw ME, Halka-Ikse K. Neurologic developmen-
cose infusion. J.Pediatr 1980;97:295, (Dikutip oleh tal sequelae of chronic renal failure in infancy. J.
Volpe JJ, 2001). Pediatr 1985;106:579-82 (Dikutip oleh Menkes JH,
9. Ashwal AA. Hypoglycemia in infants and children. 2000).

33

Anda mungkin juga menyukai