Anda di halaman 1dari 10

ATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaanmakalahini.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................iii
A. Latar Belakang................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Teori Ekonomi Makro Neo-Klasik.................................................3
B. Ekonomi Biru, Harapan Baru..........................................................3
C. Potensi Perairan Laut Indonesia......................................................4
D. Tantangan  Ekonomi Biru Di Indonesia.........................................5
BAB III KESIMPULAN...............................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dahulu kala Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia. Dengan luasnya lautan yang dimiliki banyak potensi kekayaan laut yang
dapat kita manfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
 Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar. Selain
ikan, berbagai sumber daya lain terdapat di sini, seperti  pertambangan, rumput
laut,  terumbu karang, dan sebagainya. Semuanya memiliki nilai ekonomi yang
sangat besar untuk kesejahterakan rakyat, terutama kaum nelayan. Nelayan
memiliki posisi yang cukup strategis mengingat dua pertiga wilayah
Nusantara  adalah laut. Namun seringkali nelayan tidak berdaya secara ekonomi
dan terjerat kemiskinan. Karena itu  perlu upaya untuk memberdayakan nelayan
demi meningkatkan kesejahterannya.  Sumber daya laut yang ada di Indonesia
memang sangat besar, jika dikelola dengan baik, maka bisa meningkatkan
kesejahteraan rakyat, khususnya nelayan dan masyarakat pesisir.
 Laut Indonensia memiliki kekayaan sumber daya berlimpah. Namun
pengelolaan dan regulasi yang mengatur penggunaan kekayaan laut tersebut
dinilai masih kurang memberi keuntungan bagi negara. Sehingga perlu upaya-
upaya dari berbagai pihak untuk bekerjasama dalam pemanfaatan kekayaan laut
secara optimal dan terarah. Industrialisasi kelautan dan perikanan.
Salah satu cara untuk menjaga agar "masyarakat Indonesia mencintai laut
sehingga harus menjaga dan melestarikannya" adalah meningkatakan peran
perairan sebagai sumber kesejahteran untuk lingkungannya. Makin
pentingperairan bagi masyarakat, maka masyarakat akan makin rajin
memperhatikan dan mengurus perairannya.
"Kerusakan Lingkungan (environment) dan ketidakseimbangan antara
manusia dan alam semakin mengasyikkan sama akademik, filsuf, pengusaha dan
pembuat kebijakan. Perbedaan antara kaya dan miskin dan ketidakmampuan
untuk terus menerus merespon kebutuhan dasar dari semua (tidak hanya manusia)
menyita perhatian banyak. Tampaknya fenomena berkelanjutan satunya waktu
modern kita adalah hilangnya keanekaragaman hayati dan kami ketidakmampuan
untuk Menghilangkan kemiskinan. Meskipun kita semua melihat realitas di mata,
kita tampaknya kurang visi dan alat untuk membuat perbedaan dan mengarahkan
berlebihan kami Konsumsi masyarakat pada umumnya dan kompetitif terhadap
bisnis kami di dunia keberlanjutan. Media kita terus melaporkan hilangnya
tutupan hutan, keanekaragaman hayati, dan martabat manusia."
Guna mewujudkan pengembangan SDM mendukung industrialisasi
kelautan dan perikanan, maka perlu terciptanya SDM sebagai pelaku industri yang
mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Hal itu penting
dilakukan mengingat Indonesia sedang bersiap diri menyambut Konferensi

1
Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 dan
menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community)
2015. Untuk itu, KKP tetap konsisten menata kembali pola pembangunan
kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan
yang lebih menekankan pada konsep Ekonomi Biru.
     Konsep Blue Economy akan bertumpu pada pengembangan ekonomi
rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara
keseluruhan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
seperti konsep blue economy saat ini telah menjadi arus utama dalam kebijakan
pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan Presiden
RI dalam berbagai forum internasional telah menjadi pelopor dalam
mempromosikan penerapan konsep-konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Menindaklanjuti hal tersebut, KKP yang bergerak di sektor kelautan dan
perikanan harus berada di garis terdepan untuk mempromosikan dan
melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
Blue economy yaitu konsep dimana potensi-potensi lokal mendapat
perhatian untuk dikembangkan. Diyakininya dengan melakukan 100 inovasi akan
mampu menciptakan 100 juta pekerjaan baru bagi masyakarat, khususnya
masyarakat miskin di pedesaan.
            Suatu terobosan yang luar biasa ini, mendapat sambutan yang positif dari
kalangan pemerintah kita, dan beberapa kali pemerintah terus mengupayakan agar
konsep blue economy ini dapat dikembangkan di Indonesia guna ikut
berpartisisipasi dalam upaya pengentasan kemiskinan. Beberapa kementerian
telah berupaya menerapkan konsep ini dengan sangat berhasil dan sekali lagi tidak
sedikit yang menerapkan konsep tersebut melalui proyek-proyek di tempat-tempat
tertentu, sehingga belum secara signifikan mampu menolong keluarga miskin
untuk bangkit dari belenggu kemiskinan secara keseluruhan. Banyak para
pemimpin dan pengambil kebijakan belum memahami bahwa proses pengentasan
kemiskinan itu tidak bisa dilakukan dengan cara instruktif, seperti yang selama ini
dilakukan, tetapi harus ada konsep baru berupa konsep partisipatif. Blue economy
ini menawarkan suatu terobosan agar partisipatif dari masyarakat mendapatkan
tempat yang sewajarnya, bukan menghalang-halangi apa lagi melarang upaya
gotong-royong masyarakat dalam menciptakan suatu kreasi yang baru yang
menguntungkan masyarakat dan kelompoknya secara mandiri. Penggunaan
pendekatan yang partisipatif dan budaya gotong-royong serta sumber daya lokal
merupakan prioritas utama dalam kegiatan pembangunan dalam kontek blue
economy ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI EKONOMI MAKRO NEO-KLASIK


Teori pertumbuhan neo-klasik pertama kali dikembangkan oleh Prof. Robert
Solow, yang memperoleh hadiah nobel pada tahun 1987 untuk teorinya tersebut.
Teorinya dikemukakan dalam "Quarterly Journals of Economics" terbitan bulan
Februari 1956, dalam tulisan yang berjudul "A Contribution of The Theory od
Economics Growth."
Ciri-ciri teori ini adalah :
1. Perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan
faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu
masa tertentu dan perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya.
2. Teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan
teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori neo-klasik bukan
saja menmperhatikan penana tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang
penting lagi, teori ini menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok
modal dan perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi. Lebih
istimewa lagi, teori ini dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan
empiris mengenai peranan relatif dari modal, teknologi dan tenaga kerja
dalam pertumbuhan ekonomi.
3. Pemerintah sudah ikut campur.
4. Sudah ada pajak dan inflasi
5. Pasar barang sudah tiga sektor . Y=C+I+G .
keterangan:
Y=pendapatan nasional suatu negara.
C=konsumsi secara agregat.
I=investasi.
G=pemerintah.

B. EKONOMI BIRU, HARAPAN BARU

Istilah ekonomi biru pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010 oleh Gunter
Pauli melalui bukunya yang berjudul The Blue Economy: 10 years – 100
innovations – 100 million jobs. Ekonomi biru menerapkan logika ekosistem, yaitu
ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan
nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua
kontributor dalam suatu sistem. Selanjutnya, ekonomi biru menitikberatkan pada
inovasi dan kreativitas yang meliputi variasi produk, efisiensi sistem produksi,
dan penataan sistem manajemen sumber daya.

3
Ekonomi biru kemudian berkembang dan sering dikaitkan dengan
pengembangan daerah pesisir. Konsep ekonomi biru sejalan dengan konsep
ekonomi hijau yang ramah lingkungan dan difokuskan pada negara-negara
berkembang dengan wilayah perairan (laut), yang biasa dikenal dengan Small
Island Development States (SIDS). Ekonomi biru dalam hal ini ditujukan untuk
mengatasi kelaparan, mengurangi kemiskinan, menciptakan kehidupan laut yang
berkelanjutan, mengurangi risiko bencana di daerah pesisir, dan mitigasi serta
adaptasi perubahan iklim.

Implementasi ekonomi biru secara global dianggap krusial mengingat 72


persen dari total permukaan bumi merupakan lautan. Disamping itu, laut berfungsi
sebagai salah satu sumber penyedia makanan dan pengatur iklim dan suhu bumi
sehingga kelestariannya perlu dijaga.

C. POTENSI PERAIRAN LAUT INDONESIA

Konsep ekonomi biru sangat cocok untuk negara-negara dengan wilayah


perairan yang cukup luas, seperti Indonesia. Sekitar 75 persen dari total wilayah
kedaulatan Indonesia merupakan wilayah perairan yang terdiri dari laut teritorial,
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan laut 12 mil. Wilayah laut Indonesia yang
sangat luas merupakan potensi yang penting dan perlu dipelihara serta
ditingkatkan kualitasnya.

Berdasarkan Statistik Perikanan dan Akuakultur Tahun 2012 dari Food and


Agriculture Organization (FAO), Indonesia menduduki peringkat kedua dalam
produksi perikanan tangkap dan peringkat keempat dalam produksi perikanan
budidaya. Indonesia juga tercatat sebagai negara kedua terbanyak dalam hal
jumlah kapal yang dimiliki setelah Tiongkok. Dari sisi penyerapan tenaga kerja,
sektor perikanan tercatat menampung 2.748.908 tenaga kerja pada tahun 2012,
menduduki peringkat keempat dunia.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor perikanan, walaupun


hanya menyumbang sekitar 2 persen dari total PDB Indonesia pada tahun 2013
namun memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan PDB
secara keseluruhan, yaitu sebesar 6,86 persen. Laju pertumbuhan sektor perikanan
ini lebih tinggi dibandingkan sektor pertambangan, industri manufaktur,
konstruksi, dan jasa. Hal ini menunjukkan potensi yang dapat dikembangkan di
masa yang akan datang.

Kekayaan bawah laut merupakan salah satu modal Indonesia untuk menarik
wisatawan, baik asing maupun lokal. Kementerian Kelautan dan Perikanan
mencatat terdapat 108 kawasan konservasi perairan dengan luas 15,78 juta ha,
yang diharapkan dapat meningkat menjadi 20 juta ha pada tahun 2020. Keindahan

4
bawah laut di beberapa provinsi di Indonesia juga sudah sangat mendunia dan
menjadi spot menyelam yang wajib dikunjungi para divers, seperti Bunaken
(Sulawesi Utara), Raja Ampat (Papua Barat), dan Wakatobi (Sulawesi Tenggara).

D. TANTANGAN  EKONOMI BIRU DI INDONESIA

Ekonomi biru sangat erat kaitannya dengan sektor-sektor berbasis perairan


dan kelautan, seperti sektor perikanan, transportasi, dan pariwisata.
Keberlangsungan hidup biota laut sebagai bahan makanan dan mata pencaharian
bagi penduduk di sekitar laut menjadi fokus ekonomi biru guna mengurangi
kemiskinan dan kelaparan. Selain itu, laut dapat dimanfaatkan untuk
memproduksi “energi biru” yang terbarukan, seperti tenaga angin (wind), ombak
(wave), panas (thermal), dan biomassa (biomass).

Fakta bahwa Indonesia memiliki berbagai potensi bahari yang besar dan
melimpah sayangnya tidak tercermin dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat
pesisir. Banyak nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan kondisi
lingkungan yang mengkhawatirkan. Terbatasnya kemampuan dan akses menuju
pekerjaan yang lebih baik merupakan beberapa alasan para nelayan tetap bertahan.
Ditambah lagi, bantuan pemerintah berupa kapal Inka Mina, misalnya, banyak
mengalami kendala dalam operasionalisasinya (Kompas 26 November 2014).
Hasil tangkapan para nelayan tradisional juga sangat terbatas mengingat
minimnya peralatan yang digunakan jika dibandingkan dengan perusahaan
penangkap ikan yang memiliki kapal dan peralatan lebih canggih. Kalah bersaing,
beberapa nelayan kemudian memutuskan untuk berhenti mencari ikan dan
menjadi buruh nelayan pada perusahaan ikan yang secara ekonomi tidak membuat
mereka lebih baik.

Dengan keterbatasan pengetahuan dan ditambah lagi dengan tekanan ekonomi


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menyebabkan aspek ekologi menjadi
terabaikan. Penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan, seperti bom,
potas, dan pukat harimau, cenderung merusak keanekaragaman hayati dan biota
laut.

Pendekatan ekonomi biru menitikberatkan pada investasi kreatif dan inovatif


yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Jenis usaha dan lapangan kerja baru
sebenarnya dapat diterapkan di sekitar daerah pesisir. Bisnis daur ulang sampah,
misalnya, dapat menjadi alternatif solusi membersihkan lingkungan sekitar pantai,
menciptakan lapangan kerja baru, dan mengurangi sampah (zero waste).

Untuk dapat mendukung implementasi ekonomi biru yang berorientasi pada


kreativitas dan inovasi, pemerintah perlu meningkatkan pengetahuan dan

5
keterampilan masyarakat pesisir sehingga mampu “bereksperimen” dengan
limbah, by-product, dan produk ikutan hasil laut. Dengan peningkatan inovasi dan
sosialisasi iptek pertanian dan kelautan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
penangkapan dan budidaya hasil laut. Infrastruktur yang mendukung efisiensi
kegiatan maritim, seperti pelabuhan, aspek pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan juga perlu mendapat perhatian lebih. Dengan memelihara kualitas
keanekaragaman hayati laut, ekonomi biru diharapkan dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan.

6
BAB III
SIMPULAN

Sesuai dengan teori ekonomi makro neo-klasik, Bagaimana setiap faktor


produksi dan perkembangan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Teori neo-klasik bukan saja memperhatikan peranan tenaga kerja dalam
pertumbuhan, tetapi yang penting lagi, teori ini menganalisis pula sumbangan dari
perkembangan stok modal dan perkembangan teknologi dalam pembangunan
ekonomi. Lebih istimewa lagi, teori ini dapat digunakan untuk melakukan
penyelidikan empiris mengenai peranan relatif dari modal, teknologi dan tenaga
kerja dalam pertumbuhan ekonomi.
Dalam mengimplementasikan blue economy, tidak boleh menggunakan
standarisasi melainkan pendekatan pada budaya setempat khususnya di Indonesia,
sebagai salah satu negara penghasil rumput laut terbesar memiliki banyak sekali
jenisnya.
Di masa depan sektor kelautan dan perikanan dalam konsep blue economy
akan semakin memiliki peranan strategis dalam memperkuat ketahanan pangan
dan mendorong perekonomian Indonesia. Buktinya sejak strategi industrialisasi
kelautan dan perikanan mulai dicanangkan Kementrian Kelautan dan Perikanan
(KKP) pada tahun 2011, produktivitas sektor ini semakin meningkat. Apa lagi
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan laut yang luar
biasa banyak seperti tumbu karang, dan rumput laut.
Konsep ini akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan secara
berkelanjutan, produktif, dan berwawasan lingkungan. Pendekatan blue economy
juga akan mendorong pengelolaan sumber daya secara efesien melalui kreatifitas
dan inovasi teknologi. Dan konsep ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya nelayan dan masyarakat pesisir. Mengurangi angka kemiskinan yang
ada karena dapat melipat gandakan pendapatan menciptakan lapangan kerja dan
menggerakan perekonomian masyarakat sekitar.
Juga mengurangi kerusakan ekosistem laut, konsep ini ramah lingkungan.
Jadi tidak ada nelayan yang menggunakan bom ikan untuk menangkap ikan atau
dengan cara merusak ekosistem laut. Dengan adanya konsep ini, akan
menyadarkan nelayan yang selama ini menangkap ikan dengan cara yang tidak
baik. Menggunakan cara yang ramah lingkungan akan menghasilkan sesuatu yang
bagus yaitu meningkatkan hasil ikan tangkapan dengan membudidayakan ikan,
semakin banyak rumput laut dan tumbu karang yang hidup dan tumbuh, sehingga
ekosistem laut tetap terjaga.
Jika konsep ini dijalankan dengan baik oleh pemerintah, masyarakat dan
pengusaha, maka di masa depan pembangunan nasional yang diinginkan akan
tercapai. Dan akan menarik investor untuk menginvestasi dalam industrialisasi
perikanan dan kelautan. Potensi perikanan dan kelautan Indonesia semakin
terkenal di seluruh dunia.

7
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama (disamping sektor
jasa, pertanian, dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia
sebagai negara yang maju perekonomiannya, sehingga Indonesia harus terus
berbenah diri melaksanakan pembangunan di segala sektor termasuk membangun
sumber daya alam kelautan dan perikanan yang mempunyai potensi cukup besar
untuk diolah secara optimal. Hal ini dimaksudkan bahwa membangun sumberdaya
alam kelautan dan perikanan adalah mengelola SDM-nya, maka peningkatan
kapasitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan blue
economy.

Anda mungkin juga menyukai