Proposal Tesis
Diajukan utnuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar magister
Disusun Oleh:
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tuntutan masyrakat yang mampu
hidup secara kompetitif pada era globalisasi. Penguasaan kualitas ilmu da teknologi
dengan kualitas keimanan dan ketakwaan menjadi perhatian yang sangat serius bagi
masyarakat terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan memiliki pengaruh
besar dalam membangun suatu negara. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan
sumber daya manusia yang unggul serta meningkatkan kualitasnya secara kontinu.
Tolak ukur suatu negara dikatakan maju salah satunya adalah melalui pendidikan.
Namun realitanya, pendidikan Indonesia saat ini mengalami kondisi yang
memprihatinkan.
Kondisi pendidikan di Indonesia dari beberapa tahun silam hingga saat ini
masih saja tertinggal dengan negara-negara lain. Kualitas pendidikan Indonesia saat
ini pun masih tergolong rendah. Beberapa waktu lalu The Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD) mengumumkan hasil
Programme for International Student Assesment (PISA) 2018. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, perolehan peringkat Indonesia tidak memuaskan. Menurut data yang
diterbitkan OECD dari periode survei 2009-2015, Indonesia konsisten berada di
urutan 10 terbawah. Dari ketiga kategori kompetensi, skor Indonesia selalu berada
di bawah rata-rata. Penyebab utama Indonesia selalu mendapat peringkat rendah
adalah kurikulum Pendidikan yang diterapkan. Survei 2018 itu lagi-lagi
menempatkan siswa Indonesia di jajaran nilai terendah terhadap pengukuran
membaca, matematika, dan sains. Pada kategori kemampuan membaca, Indonesia
menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari
peringkat 64 pada tahun 2015. Lalu pada kategori matematika, Indonesia berada di
peringkat ke-7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379, pada kategori kinerja
sains, Indonesia berada di peringkat ke-9 dari bawah (71), yakni dengan rata-rata
1
2
skor 396. Turun dari peringkat 62 pada tahun 2015.1 Berdasarkan hasil PISA, dapat
terlihat kemampuan Indonesia di bidang pendidikan, khususnya matematika masih
rendah.
Hal ini sejalan dengan hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) pada tahun 2011 yang menunjukkan prestasi matematika peserta
didik di Indonesia berada pada level rendah dengan skor 386. Rendahnya prestasi
tersebut mencerminkan capaian ranah isi yang meliputi empat bidang kajian, yaitu
bilangan 30%, aljabar 30%, geometri 20%, serta data dan peluang 20%.2 Berikut
Skor hasil TIMSS dibagi menjadi empat level yakni level rendah, sedang,
tinggi dan tingkat lanjut. Berdasarkan gambar skor hasil TIMSS di atas, terlihat
1
OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do - Student Performance In
Mathematics, Reading and Science. Vol.1 December 2019, h. 19.
2
Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2011 International Result in Mathematics (Amsterdam: IEA, 2012),
h. 86.
3
43% untuk level rendah, 15% untuk level sedang, 2% untuk level tinggi, dan 0%
untuk tingkat lanjut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya sedikit peserta didik
Indonesia yang mampu mencapai level sedang dan tinggi serta tidak ada yang
mencapai level tingkat lanjut. Tolak ukur pada level sedang dan tinggi adalah
untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan berbagai jenis angka dan operasi.
perhatian. Masih banyak guru yang belum mampu menguasai materi secara
dalam memberikan penanaman konsep pada saat mengajar, dan tidak tuntas dalam
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2, Ayat 1.
4
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Namun, sering kita jumpai
ketika pembelajaran di sekolah, peserta didik tidak berperan aktif karena merasa
bosan dengan model pembelajaran yang dibawakan guru serta tidak menyukai
pelajaran yang sedang diikuti. Ada beberapa mata pelajaran yang pada umumnya
tidak disukai oleh banyak peserta didik, salah satunya adalah mata pelajaran
Matematika.
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Matematika digunakan oleh semua
dari suatu konsep atau pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran
pengalaman setiap belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk
melalui dua aspek yaitu, aspek proses dan aspek produk. Aspek proses yang
5
menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan kreatif. Sedangkan
untuk aspek produk mengacu pada kemampuan sebuah pembelajaran yang mecapai
aktivitas dan interaksi diantara siswa dalam sebuah kelompok untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam memahami materi sampai dengan dapat
Cognitive.
sehingga tepat digunakan oleh guru untuk diterapkan pada materi ajar yang dirasa
sulit oleh siswa. Sehingga siswa cenderung akan merasa puas terhadap ilmu yang
didapat karena penguasaan konsep yang baik sehingga akan dapat memecahkan
masalah matematika yang diberikan oleh guru. Guru sebagai fasilitator juga
tipe SQ4R dan Rolling Cognitive tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep
kesempatan siswa untuk saling bekerja sama dalam pembagian tugas atau peran.
pembelajaran SQ4R dengan cara Survey yaitu siswa mengamati suatu tayangan/alat
pertanyaan terkait tayangan yang dilihatnya, Read siswa membaca dari sumber
belajar untuk mencari jawaban, Recite siswa menandai bagian-bagian yang penting
menyimpulkan jawban yang benar. Pada saat siswa telah mencari jawaban atas
pertanyaan yang telah disusunnya siswa melakukan tukar pendapat dengan teman
kelompok lainnya karena setiap kemampuan kognitif siswa berbeda-beda, hal ini
rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus
prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa
untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada
7
memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok
bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dari uraian di atas,
B. Identifikasi Masalah
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan
dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: metode pembelajaran kooperatif
6. Apakah ada perbedaan hasil tes pemecahan maslah matematika siswa yang
siswa?
Roliing Cognitive?
10. Manakah yang lebih baik pemecahan masalah Matematika antara siswa
Roliing Cognitive?
13. Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuan pemahaman konsep dan
pemecahan masalah Matematika siswa yang belajar dengan tipe SQ4R atau
Roliing Cognitive?
9
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada apakah
model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R dan metode pembelajaran kooperatif tipe
Rolling Cognitive.
pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika siswa konsep tinggi dan
kemampuan penalaran dan penguasaan konsep rendah, yang ditunjukkan pada nilai
tes formatif.
lingkaran, kedudukan titik dan garis pada lingkaran, menentukan garis singgung
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat secara empiris dan
F. Kegunaan Penelitian
sumbangan positif dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam
lain:
a. Pemerintah, yaitu:
pembelajaran matematika.
kooperatif.
b. Sekolah, yaitu:
pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Mullis, Ina V.S., dkk. (2012). TIMSS 2011 International Result in Mathematics.
Amsterdam: IEA.
Murizal, A., dkk. (2012). Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran
Rolling Cognitive”. Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 19-23.
OECD. (2019). PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do - Student
Performance In Mathematics, Reading and Science. 1.