Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

(Tipe SQ4R dan Rolling Cognitive) Terhadap Kemampuan


Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas XI Di Wilayah Kecamatan Cipayung.

Proposal Tesis
Diajukan utnuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar magister

Disusun Oleh:

Titin Setyowati (20207270124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tuntutan masyrakat yang mampu
hidup secara kompetitif pada era globalisasi. Penguasaan kualitas ilmu da teknologi
dengan kualitas keimanan dan ketakwaan menjadi perhatian yang sangat serius bagi
masyarakat terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan memiliki pengaruh
besar dalam membangun suatu negara. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan
sumber daya manusia yang unggul serta meningkatkan kualitasnya secara kontinu.
Tolak ukur suatu negara dikatakan maju salah satunya adalah melalui pendidikan.
Namun realitanya, pendidikan Indonesia saat ini mengalami kondisi yang
memprihatinkan.
Kondisi pendidikan di Indonesia dari beberapa tahun silam hingga saat ini
masih saja tertinggal dengan negara-negara lain. Kualitas pendidikan Indonesia saat
ini pun masih tergolong rendah. Beberapa waktu lalu The Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD) mengumumkan hasil
Programme for International Student Assesment (PISA) 2018. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, perolehan peringkat Indonesia tidak memuaskan. Menurut data yang
diterbitkan OECD dari periode survei 2009-2015, Indonesia konsisten berada di
urutan 10 terbawah. Dari ketiga kategori kompetensi, skor Indonesia selalu berada
di bawah rata-rata. Penyebab utama Indonesia selalu mendapat peringkat rendah
adalah kurikulum Pendidikan yang diterapkan. Survei 2018 itu lagi-lagi
menempatkan siswa Indonesia di jajaran nilai terendah terhadap pengukuran
membaca, matematika, dan sains. Pada kategori kemampuan membaca, Indonesia
menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari
peringkat 64 pada tahun 2015. Lalu pada kategori matematika, Indonesia berada di
peringkat ke-7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379, pada kategori kinerja
sains, Indonesia berada di peringkat ke-9 dari bawah (71), yakni dengan rata-rata

1
2

skor 396. Turun dari peringkat 62 pada tahun 2015.1 Berdasarkan hasil PISA, dapat
terlihat kemampuan Indonesia di bidang pendidikan, khususnya matematika masih
rendah.

Hal ini sejalan dengan hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and

Science Study) pada tahun 2011 yang menunjukkan prestasi matematika peserta

didik di Indonesia berada pada level rendah dengan skor 386. Rendahnya prestasi

tersebut mencerminkan capaian ranah isi yang meliputi empat bidang kajian, yaitu

bilangan 30%, aljabar 30%, geometri 20%, serta data dan peluang 20%.2 Berikut

disajikan gambar presentase skor kemampuan matematika peserta didik Indonesia

dalam beberapa berbagai level internasional.

Gambar 1.1 Persentase Skor Hasil TIMSS Kemampuan


Matematika Peserta Didik

Skor hasil TIMSS dibagi menjadi empat level yakni level rendah, sedang,

tinggi dan tingkat lanjut. Berdasarkan gambar skor hasil TIMSS di atas, terlihat

1
OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do - Student Performance In
Mathematics, Reading and Science. Vol.1 December 2019, h. 19.
2
Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2011 International Result in Mathematics (Amsterdam: IEA, 2012),
h. 86.
3

bahwa persentase skor kemampuan matematika peserta didik Indonesia sebesar

43% untuk level rendah, 15% untuk level sedang, 2% untuk level tinggi, dan 0%

untuk tingkat lanjut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya sedikit peserta didik

Indonesia yang mampu mencapai level sedang dan tinggi serta tidak ada yang

mencapai level tingkat lanjut. Tolak ukur pada level sedang dan tinggi adalah

kemampuan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan matematika dasar dalam

berbagai situasi dan kemampuan menggunakan informasi dari beberapa sumber

untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan berbagai jenis angka dan operasi.

Tentunya ada berbagai penyebab dibalik kualitas pendidikan yang rendah

di Indonesia ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah keterbatasan guru

profesional. Keadaan guru di Indonesia sangat penting untuk mendapatkan

perhatian. Masih banyak guru yang belum mampu menguasai materi secara

mendalam, belum sepenuhnya mampu merancang persiapan mengajar, lemah

dalam memberikan penanaman konsep pada saat mengajar, dan tidak tuntas dalam

memberi penilaian. Tugas guru tidaklah mengajar saja, melainkan mendidik.

Walaupun guru bukan sepenuhnya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi

tanggung jawab sebagai pendidik adalah cermin kualitasnya sebagai guru.

Menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya.3 Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan

bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk mewujudkan proses pembelajaran agar

3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2, Ayat 1.
4

peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Namun, sering kita jumpai

ketika pembelajaran di sekolah, peserta didik tidak berperan aktif karena merasa

bosan dengan model pembelajaran yang dibawakan guru serta tidak menyukai

pelajaran yang sedang diikuti. Ada beberapa mata pelajaran yang pada umumnya

tidak disukai oleh banyak peserta didik, salah satunya adalah mata pelajaran

Matematika.

Matematika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan dan

merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Matematika digunakan oleh semua

cabang ilmu pengetahuan tanpa terkecuali. Matematika juga merupakan disiplin

ilmu yang implementasinya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik matematika yang bersifat abstrak menyebabkan banyak peserta didik

yang memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika yang rendah,

akibatnya kemampuan pemecahan masalah matematis pun juga rendah. Penalaran

matematika memiliki karakteristik utama secara deduktif, yang berarti kebenaran

dari suatu konsep atau pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran

sebelumnya, sehingga pemahaman konsep sangat diperlukan sebagai salah pondasi

untuk dapat memecahkan suatu permasalahan matematika.

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari kerangka konseptual

yang menggambarkan prosedur secara sistematis dan terorganisir dalam

pengalaman setiap belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal diperlukan kualitas model

pembelajaran yang sesuai. Mengenai kualitas model pembelajaran dapat dilihat

melalui dua aspek yaitu, aspek proses dan aspek produk. Aspek proses yang
5

mengacu pada kemampuan sebuah pembelajaran menciptakan situasi belajar yang

menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan kreatif. Sedangkan

untuk aspek produk mengacu pada kemampuan sebuah pembelajaran yang mecapai

tujuan kompetensi yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan indikator

pencapaian. Salah satu model pembalajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada

aktivitas dan interaksi diantara siswa dalam sebuah kelompok untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam memahami materi sampai dengan dapat

memecahkan suatu masalah matematika. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R dan Rolling

Cognitive.

Kedua model pembelajaran ini pada hakekatnya adalah menggali dan

mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar

sehingga tepat digunakan oleh guru untuk diterapkan pada materi ajar yang dirasa

sulit oleh siswa. Sehingga siswa cenderung akan merasa puas terhadap ilmu yang

didapat karena penguasaan konsep yang baik sehingga akan dapat memecahkan

masalah matematika yang diberikan oleh guru. Guru sebagai fasilitator juga

diharapkan mampu mengembangkan dan memodifikasi model-model pembelajaran

terbaru yang lebih disukai siswa.

Digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R dan Rolling

Cognitive dalam pembelajaran matematika dapat memudahkan siswa dalam


6

memahami dan memecahkan masalah matematis. Model pembelajaran kooperatif

dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, berkesan, dan menyenangkan

sehingga tujuan pembelajaranpun akan tercapai. Model pembelajaran kooperatif

tipe SQ4R dan Rolling Cognitive tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep

dan kemampuan pemecahan masalah karena model pembelajaran ini memberikan

kesempatan siswa untuk saling bekerja sama dalam pembagian tugas atau peran.

Setiap siswa dibantu dengan arahan guru melakukan langkah-langkah model

pembelajaran SQ4R dengan cara Survey yaitu siswa mengamati suatu tayangan/alat

peraga yang dilakukan guru, Question kemudian siswa memberikan beberapa

pertanyaan terkait tayangan yang dilihatnya, Read siswa membaca dari sumber

belajar untuk mencari jawaban, Recite siswa menandai bagian-bagian yang penting

untuk menjawab pertanyaan, Record siswa mencatat dan menyimpulkan jawaban

atas pertayaan yang disusunnya, Review siswa bersama-sama dengan guru

menyimpulkan jawban yang benar. Pada saat siswa telah mencari jawaban atas

pertanyaan yang telah disusunnya siswa melakukan tukar pendapat dengan teman

kelompok lainnya karena setiap kemampuan kognitif siswa berbeda-beda, hal ini

merupakan penerapan dari model pembelajaran Roliing Cognitive.

Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang. sedemikian

rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus

menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan

prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa

untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada
7

saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok

bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dari uraian di atas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ingin mengetahui: ”Pengaruh

Metode Pembelajaran Kooperatif ( Tipe SQ4R dan Rolling Cognitive) Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas XI di Wilayah Kecamatan Cipayung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya

terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan

dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: metode pembelajaran kooperatif

terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa.

Selanjutnya, dalam penelitian ini diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah guru dapat melaksanakan metode pembelajaran kooperatif pada

mata pelajaran Matematika?

2. Bagaimana reaksi siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe

SQ4R dan Roliing Cognitive?

3. Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan metode pembelajaran

kooperatif pada saat proses belajar berlangsung?

4. Apakah guru masih kurang perhatian mengenai penerapan metode

pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika?


8

5. Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuaan Pemahaman Konsep

Matematika siswa yang belajar menggunakan metode kooperatif tipe

SQ4R dan Roliing Cognitive?

6. Apakah ada perbedaan hasil tes pemecahan maslah matematika siswa yang

belajar menggunakan metode kooperatif tipe SQ4R dan Roliing Cognitive?

7. Faktor apakah yang dapat mempengaruhi kemampuan Pemahaman Konsep

siswa?

8. Faktor apakah yang dapat mempengaruhi kemampuan pemcehaman

masalah matematika siswa?

9. Manakah yang lebih baik Kemampuan Pemahaman Konsep antara siswa

yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe SQ4R atau

Roliing Cognitive?

10. Manakah yang lebih baik pemecahan masalah Matematika antara siswa

yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe SQ4R atau

Roliing Cognitive?

11. Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan metode pembelajaran

kooperatif pada jenjang Sekolah Menengah Atas?

12. Apakah metode pembelajaran kooperatif dapat merangsang kemampuan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah Matematika siswa?

13. Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuan pemahaman konsep dan

pemecahan masalah Matematika siswa yang belajar dengan tipe SQ4R atau

Roliing Cognitive?
9

14. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah Matematika

siswa secara multivariat?

15. Apakah ada pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep siswa?

16. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa?

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada apakah

terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika siswa.

Metode pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R dan metode pembelajaran kooperatif tipe

Rolling Cognitive.

Untuk tingkat kemampuan kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan

masalah matematika siswa dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika siswa konsep tinggi dan

kemampuan penalaran dan penguasaan konsep rendah, yang ditunjukkan pada nilai

tes formatif.

Adapun pokok bahasan dalam penelitian ini adalah konsep persamaan

lingkaran, kedudukan titik dan garis pada lingkaran, menentukan garis singgung

lingkaran pada suatu titik diluar lingkaran, mengidentifikasi kedudukan dua


10

lingkaran saling berpotongan, bersinggungan, atau tidak kedua nya, dan

menentukan persamaan tali busur dua lingkaran.

D. Perumusan Masalah

Setelah memperhatikan identifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini

begitu banyak sehingga perlu adanya perumusan masalah, yaitu:

1. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa secara multivariat?

2. Apakah ada pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa?

3. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap

pemecahan masalah matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat secara empiris dan

deskriptif dari pembatasan masalah yaitu:

1. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif

terhadap kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan

masalah Matematika siswa secara multivariat.

2. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaraan kooperatif

terhadap kemampuan pemahaman konsep Matematika siswa.

3. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif

terhadap pemecahan masalah Matematika siswa.


11

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritik

maupun praktik dalam bidang kependidikan matematika, terutama pada jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Atas. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat atau kegunaan secara teoritik

Secara teoritik hasil penelitian ini bermanfaat antara lain:

a. Untuk dijadikan rujukan teori bagi penelitian lanjutan, khususnya

yang terkait dengan penelitian dalam bidang metode pembelajaran

kooperatif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan

pemecahan masalah matematika.

b. Untuk menambah literatur kepustakaan bidang pendidikan

matematika pada jenjang Sekolah Menengah Atas.

2. Manfaat atau kegunaan secara praktik.

Dalam kehidupan praktik, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai

sumbangan positif dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam

dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan matematika SMA, antara

lain:

a. Pemerintah, yaitu:

1) Bagi pemerintah khususnya pengembangan dan penelaahan

kurikulum untuk mempertimbangkan aspek metode

pembelajaran khususnya pembelajaran kooperatif dalam proses

kegiatan pembelajaran matematika terhadap kemampuan


12

penalaran dan penguasaan konsep matematika dalam

pembelajaran matematika.

2) Sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi pemerintah

khususnya para praktisi atau pakar dunia pendidikan untuk

memperhatikan pergembangan dunia pendidikan khususnya

pendidikan matematika yang memerlukan pemahaman konsep

dan pemecahan masalah melalui metode pembelajaran

kooperatif.

b. Sekolah, yaitu:

1) Bagi para guru bagaimana untuk menumbuhkan atau

merangsang kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan

masalah matematika melalui metode pembelajaran kooperatif,

agar tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

2) Bagi calon guru SMA, khususnya yang akan mengajar praktek

mengajar bagi mahasiswa jurusan matematika sehingga dapat

memberikan contoh dalam proses belajar mengajar dengan

melibatkan keaktifan siswa dalam metode pembelajaran

kooperatif, selain itu dari hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan bagi para guru matematika tentang mengajarkan

konsep-konsep matematika. Bagaimana cara menumbuhkan

atau merangsang kemampuan pemahaman konsep dan

pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan


13

metode pembelajaran kooperatif. Sehingga sebagai wujud

belajar bermakna, efisien, dan efektif.

3) Bagi para siswa lebih menyadari arti pentingnya kemampuan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah, dalam proses

belajar berlangsung hendaknya siswa selalu memperhatikan

guru pada saat memberi meteri.

4) Bagi para peneliti untuk menjadi bahan pembanding mengenai

topik peranan metode pembelajaran kooperatif terhadap

kemampuan penalaran dan penguasaan konsep dalam

pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA

Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan. (2016). Peringkat dan Capaian PISA Indonesia Mengalami
Peningkatan. diakses dari
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-
indonesia-mengalami-peningkatan, pada tanggal 28 oktober 2017 pukul 08.00
WIB.

Hasbullah, & Wiratomo, Y. (2015). Metode, Model, dan Pengembangan Model


Pembelajaran Matematika. Jakarta: Unindra Press.

Herisnawati, dkk. (2015). Pengaruh Model Rolling Cognitive Terhadap Aktivitas,


Minat dan Hasil Belajar IPA Peserta didik Kelas VIII MTs Darussalam Bermi
Lombok Barat. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan
IPA “PRISMA SAINS”, 3 (2), 392-398.

Kesumaningrum, C.N., & Syachruroji, A. (2016). Perbedaan Hasil Belajar Kognitif


Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif SQ4R dan Ekspositori
pada Konsep Energi. JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 2 (2), 181-
191.

Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning ‘Mempraktikkan Cooperative Learning


SQ4R di Ruang-Ruang Kelas’. Jakarta: PT Grasindo.

Marlina, Y., dkk. (2018). Penerapan Model Pembelajaran SQ4R terhadap


Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 7 (2),
89-94.

Mullis, Ina V.S., dkk. (2012). TIMSS 2011 International Result in Mathematics.
Amsterdam: IEA.

Murizal, A., dkk. (2012). Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran
Rolling Cognitive”. Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 19-23.

OECD. (2019). PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do - Student
Performance In Mathematics, Reading and Science. 1.

Ulia, Nuhyal. (2016). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Materi Bangun


Datar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Rolling Cognitive dengan
Pendekatan Saintifik di SD. Jurnal Tunas Bangsa, 1 (2), 55-68.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal


2, Ayat 1.
Zavika, M., dkk. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Panjang Melalui Pembelajaran Kooperatif
SQ4R Disertai Peta Pikiran. Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 45-50.

Anda mungkin juga menyukai