OLEH
KELOMPOK : 1
2.1 Pengertian
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.4 Asam-basa
Kadar atau derajat keasaman cairan digambarkan dengan konsentrasi ion
hydrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-). Asam adalah substansi yang berisi ion
hydrogen yang dapat dibebaskan. Sedangkan basa adalah substansi yang dapat
menerima ion hydrogen. Satuan pengukur yang digunakan untuk menggambarkan
keseimbangan asam-basa adalah “pH”. Rentang pH berkisar 1-14. pH netral
adalah 7, contohnya air murni. Jika ion hydrogen bertambah, larutan akan bersifat
asam (pH<7). Sebaliknya, jika ion hidroksil bertambah, larutan tersebut akan
bersifat basa (pH>7). Plasma darah normalnya bersifat basa-ringan dengan pH
7,35-7,45. Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan berlebihnya proporsi ion
hydrogen di dalam cairan ekstrasel dengan pH <7,35. Alkalosis adalah kondisi
ketika plasma kekurangan ion H+ dan pH>7,45. Untuk mempertahankan pH yang
normal, ion hydrogen diatur melalui sistem buffer, mekanisme pernafasan, serta
mekanisme ginjal. Bila upaya tersebut gagal dan pH darah <6,8 atau >8,0, dapat
terjadi kematian.
Reaksi diatas bersifat reversible karena dapat berlangsung dalam dua arah,
bergantung pada konsentrasi zat-zat yang terlibat. Saat kadar CO2 dalam darah
meningkat, reaksi akan berpindah ke sisi asam dan menghasilkan H + serta HCO3-.
Sebaliknya, jika kadar CO2 dalam darah menurun, reaksi tersebut akan berpindah
ke sisi CO2. Dalam proses ini, ion H+ dan HCO3- bereaksi membentuk H2CO3-
yang dengan cepat berubah kembali menjadi CO2 dan H2O. ketidakseimbangan
asam-basa terjadi apabila perbandingan antara [HCO3-] dan [CO2] tidak
proporsional. Normalnya, perbandingan antara keduanya adalah 20/1. Jika
perbandingan tersebut berubah, akan terjadi ketidakseimbangan yang
menimbulkan gangguan yang disebut asidosis dan alkalosis. Baik asidosis maupun
alkalosis, keduanya dipengaruhi oleh fungsi pernapasan dan metabolisme.
Karenanya, dikenal istilah asidosis respiratorik dan asidosis metabolic serta
alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolic.
Saat terjadi gangguan keseimbangan asam-basa, tubuh akan berupaya
memperbaikinya melalui suatu sistem regulasi sehat yang disebut kompensasi.
Selain melalui sistem buffer, upaya kompensasi ini dilakukan melalui mekanisme
pernapasan dan mekanisme ginjal.
Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan
oleh retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar
melalui paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah
penyakit paru, depresi pusat pernapasan, kerusakan saraf atau otot yang
menghambat kemampuan bernapas, atau oleh tindakan sederahana seperti
menahan napas. Sebagai upaya kompensasi, ginjal akan berupaya menahan
bikarbonat untuk mengembalikan rasio asam karbonat dan bikarbonat yang
normal. Akan tetapi, karena ginjal berespon relative lambat terhadap
keseimbangan asam-basa, respons kompensasi tersebut mungkin akan
membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari sampai pH kembali
normal .
Tanda-tanda klinis asidosis respiratorik meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan
disorientasi.
c. pH plasma <7,35 ; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mmHg)
Asidosis metabolic
Asidosis metabolic,dikenal juga dengan istilah asidosis nonrespiratorik, mencakup
semua jenis asidosis yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan
tubuh. Pada keadaan tidak terkompensasi, kondisi ini ditandai dengan penurunan
HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Asidosis metabolic biasanya
disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan atau oleh
penimbunan asam nonkarbonat. Kondisi tersebut merangsang pusat pernafasan
untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman napas. Akibatnya, karbon dioksida
semakin banyak terbuang dan kadar asam karbonat menurun. Upaya ini
meminimalkan perubahan pH.
Tanda dan gejala asidosis metabolic meliputi :
a. Pernafasan Kussmaul, yaitu pernapasan cepat dan dalam
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal tau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20 mEq/l, dewasa <21mEq/l)
Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat
hiperventilasi. Jika ventilasi paru menigkat, jumlah CO2 yang dikeluarkan akan
lebih besar daripada yang dihasilkan. Akibatnya, H2CO3 yang terbentuk berkurang
dan H+ menurun. Kemungkinan penyebab alkalosis respiratorik adalah demam,
kecemasan, dan keracunan aspirin yang kesemuanya merangsang ventilasi yang
berlebihan. Sebagai upaya kompensasi ginjal akan mengekskresikan bikarbonat
untuk mengembalikan pH ke dalam rentang normal. Tanda dan gejala klinis
alkalosis respiratorik adalah a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus gawat)
e. pH >7,45
Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolic adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh
defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan HCO3-
tidak diimbangi dengan peningkatan CO2. Dalam keadaan tidak terkompensasi,
kadar HCO3- bisa berlipat ganda dan menyebabkan rasio alkalotik 40/1. Kondisi
ini antara lain disebabkan oleh muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat
alkali. Sebagai upaya kompensasi, pusat pernapasan ditekan agar pernapasan
menjadi pendek dan dangkal. Akibatnya, CO2 menjadi tertahan dan kadar asam
karbonat meningkat guna mengimbangi kelebihan bikarbonat.
Tanda dan gejala klinis alkalosis metabolic adalah a.
Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental (mis, gelisah, bingung, letargi)
d. Kram
e. Pusing
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan difokuskan pada hal-hal seperti riwayat keperawatan,
pengukuran klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
a. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan penting untuk mengetahui klien yang beresiko
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengkajian tersebut
meliputi :
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat menggangu status
cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi social)
f. Factor psikologis.
Sedangkan menurut Metheny (1991), ada enam hal yang perlu ditanyakan
untuk menilai status cairan dan elektrolit pasien, yaitu :
a. Apakah saat ini ada penyakit atau cedera yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit?
b. Apakah pasien mendapat terapi cairan parenteral atau pengobatan lain
yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit? Jika ya,
bagaimana pengobatan itu bisa mengacaukan keseimbangan cairan?
c. Apakah ada pengeluaran cairan tubuh yang abnormal? Jika ya, dari mana?
Apa tipe ketidakseimbangan yang biasanya menyertai pengeluaran cairan
itu?
d. Apakah ada pembatasan diet (mis., diet rendah garam)? Jika ya,
bagaimana hal itu bisa mempengaruhi keseimbangan cairan?
e. Apakah klien menerima air atau zat gizi lain melalui oral atau rute lain
dalam jumlah yang cukup? Jika tidak, sudah berapa lama pasien menerima
asupan yang tidak adekuat tersebut?
f. Bagaimana perbandingan antara asupan cairan total dengan haluaran
cairan totalnya?
b. Pengukuran klinis
Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari
dokter adalah pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, serta
pengukuran asupan dan haluaran cairan.
a. Berat badan. Pengukuran BB dilakukan disaat yang sama dengan
menggunakan pakaian dengan berat yang sama. Peningkatan atau penurunan 1
kg berat badan setara dengan penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan.
b. Tanda – tanda vital. Perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran) bisa menandakan gangguan
keseimbanga cairan dan elektrolit.
c. Asupan cairan. Meliputi cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
(obatobat intravena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter.
d. Haluaran cairan. Haluaran cairan meliputi urine (volume, kepekatan), feses
(jumlah, konsistensi) drainase, dan IWL.
e. Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang
berlebihan, kekeringan pada membran mukosa.
f. Proses penyakit. Kondisi penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit (mis., DM, CA, luka bakar, hematemesis, dll).
g. Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit (mis., steroid, diuretic, dialysis).
c. Pemeriksaan fisik
a. Integument. Turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskular. Distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung.
c. Mata. Cekung, air mata kering.
d. Neurologi. Reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal. Mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus.
d. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap. Meliputi jumlah sel darah merah,
hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
b. Ht naik : dehidrasi berat dan gejala syok
c. Ht turun : perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik.
d. Hb naik : hemokonsentrasi.
e. Hb turun : perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
a. Pemeriksaan elektrolit serum. Dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
b. pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
c. Analisa gas darah. Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO 2, HCO3-,
PCO2, dan Sa. O2. Nilai PCO2 normal : 35-40 mmHg; PO2 normal : 80-
100 mmHg; HCO3- normal : 25-29 mEq/l. sedangkan saturasi O2
adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-98%) dan vena
(60%-85%).
Interpretasi
Asidosis
a. CO2 naik : CO2 + H2O H2CO3
b. HCO3- turun : HCO3- bersifat basa.
c. Alkalosis
d. CO2 turun : tidak terbentuk asam bikarbonat
e. HCO3- : kadar basa naik.
Kriteria hasil
Klien akan mempertahankan berat jenis urine dalam rentang normal.
Indicator
a. Meningkatkan jumlah asupan cairan hingga jumlah tertentu, sesuai
dengan usia dan kebutuhan metabolic.
b. Mengidentifikasi factor risiko deficit cairan dan menjelaskan perlunya
meningkatkan asupan cairan sesuai indikasi.
c. Tidak memperlihatkan tanda dan gejala dehidrasi.
Intervensi umum
Mandiri
a. Kaji factor penyebab (mis., ketidakmampuan untuk minum sendiri,
gangguan menelan, sakit tenggorakan, asupan cairan yang kurang
sebelum berolahraga, kurang pengetahuan, atau tidak suka dengan
minuman yang tersedia).
b. Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan hidrasi yang
adekuat serta metode untuk memenuhi asupan nutrisi.
c. Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai dan rencanakan
pemberian asupan sacara bertahap (mis., 1000 ml di siang hari, 800 ml
di sore hari, dan 300 ml di malam hari)
d. Bila klien mengalami sakit tenggorakan, tawarkan minuman yang
hangat atau dingin ; pertimbangkan pemberian es.
e. Bila klien sangat lelah atau lemah, anjurkan klien untuk istirahat
sebelum makan dan berikan cairan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
f. Anjurkan klien membuat buku catatan yang berisi asupan cairan ,
haluaran urine, dan berat badan harian.
g. Pantau asupan cairan klien (minimal 2000 ml asupan cairan oral per
hari)
h. Pantau haluaran klien (minimal 1000-1500 ml per hari)
i. Pertimbangkan jenis obat-obatan serta kondisi lain yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan berlebih (mis., pemberian diuretic,
muntah, diare, demam)
j. Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.
➢ Bagi para olahragawan, tekankan pentingnya hidrasi yang adekuat
sebelum dan selama berolahraga.
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi intarvena.
Rasional
➢ Kondisi dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Akibatnya,
haluaran urine tidak dapat membersihkan limbah secara adekuat sehingga
kadar BUN dan elektrolit meningkat.
➢ Pengukuran berat badan yang akurat dapat mendeteksi kehilangan cairan
➢ Untuk memantau berat badan secara efektif, penimbangan harus dilakukan
di saat yang sama dengan pakaian yang beratnya hampir sama.
➢ Konsumsi gula, alcohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat
meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi
3.2 Kelebihan volume cairan
BAB III PROSES KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994).
3.1.1 Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap berbagai
data tentang praktik keamanan klien dan resiko klien dalam mengalami cedera.
Data tersebut meliputi usia dan tingkat perkembangan; status kesehatan umum;
status mobilitas; ada tidaknya defisit fisiologis atau persepsi atau kerusakan
sensorik lain; perubahan proses pikir atau gangguan kognitif atau emosional;
adanya tindak penganiayaan atau pengabaian; dan riwayat kecelakaan atau cedera.
Selain itu perlu juga dikaji tentang riwayat keselamatan yang meliputi kesadaraan
klien akan adanya bahaya, pengetahuan tentang tindakan pengamanan baik di
rumah ataupun di tempat kerja, dan setiap ancaman yang ia rasakan terhadap
kesehatannya.
3.1.2 Perangkat pengkajian resiko
Perangkat ini ditujukan untuk mengidentifikasi klien yang berisiko
mengalami cedera tertendu, seperti jatuh, atau untuk mengkaji kondisi klien secara
umum agar klien tetap aman di lingkungan rumahnya maupun di tatanan
perawatan kesehatan. Perangkat tersebut merangkum data-data spesifik yang
terdapat dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik klien.
3.1.3 Penilaian tingkat kebahayaan lingkungan rumah
Bahaya di lingkungan rumah, seperti jatuh, kebakaran, keracunan, asfiksia,
dan bahaya-bahaya lainnya dapat disebabkan oleh penggunaan perabotan rumah
tangga, perkakas, dan peralatan masak yang tidak tepat.
3.2 PENETAPAN DIAGNOSIS
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung
gugat“(Wong,D.L,2004:33).
NANDA (2003) mengajukan label diagnosis luas yang terkait dengan
masalah keamanan,yaitu :
Tabel Pegkajian Lingkungan Rumah
Lingkungan Rumah Hal yang Dikaji
Eksterior rumah Tangga di dalam rumah : kondisi tangga, ada tidaknya
handrails.
Interior rumah
Penerangan lampu, keset dan pengaman karet, tata
ruang atau barang,kondisi kamar atau WC.
Dapur
Kondisi lantai, penerangan lampu, sumber air,
Kamar mandi kompor, kulkas.
➢ Kaji adanya faktor penyebab atau faktor pendukung (mis., lingkungan sekitar
yang asing; gangguan penglihatan, gangguan pendengara; penurunan
sensitivitas sentuhan; hipotensi ortostatik; penurunan kekuatan/fleksibilitas;
nyeri; penggunaan kruk; tongkat, walker yang tidak tepat; imobilitas sendi;
efek samping medikasi; dan faktor lingkungan yang membahayakan).
➢ Kurangi atau hilangkan faktor penyebab, jika memungkinkan.
Lingkungan sekitar yang asing
Orientasikan setiap individuysng baru masuk dengan lingkungan sekitarnya.
Awasi dengan ketat individu pada malam-malam pertama untuk mengkaji.
Gunakan peneranganpada malam hari.
Anjurkan individu untuk meminta bantuan pada malam hari.
Jelaskan tentang efek samping obat-obatan tertentu (mis., pusing,kelelahan).
Gangguan penglihatan
Beri penerangan yang aman dan memadai untuk klien.
Beri tahu cara mengurangi silau (mis., menghindari semua permukaan yang
mengkilap, menggunakan lampu yang sinarnya menyebar dan bukan yang
menyorot, memalingkan wajah ketika menyalakan lampu yang terang, dll).
Minta klien atau keluarga untuk meletakkan warna-warna yang cukup kontras
guna membedakan pandangan dan ingatkan mereka untuk menghindari warna
hijau dan biru.
Tandai pinggiran anak tangga dengan warna-warna yang berbeda (mis.,
dengan plester berwarna).
Hindari warna-warna senada (mis., saklar berwarna coklat keabu-abuan di atas
dinding yang warnanya sama).
Penurunan sensitivitas taktil
Ajarkan berbagai tindakan preventif.
Kaji suhu air mandi dan bantalan panas sebelum digunakan.
Kaji kondisi ekstremitas setiap hari untuk melihat adanya cedera yang
takterdeteksi.
Jaga agar kaki tetap hangat dan kering dan oleskan lotion (lanolin, minyak
mineral) agar kaki tetap lembut.
Penurunan ketajaman pendengaran
Ingatkan klien untuk membuka setengah kaca jendelanya saat berkendara agar
tanda-tanda peringatan (mis., sirine) dapat terdengar. Selain itu, ingatkan klien
untuk mengecilkan AC, pemanas, dan suara radio agar suara-suara dari luar
mobil bisa terdengar.
Penurunan kekuatan/fleksibilitas
Lakukan latihan yang dapat memperkuat pergelangan kaki setiap hari
(Schoenfelder, 2000).
Lakukan latihanjalan sedikitnya 2 atau 3 kali seminggu.
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesehatan sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon
ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu bverdasarkan uraian di atas
dapat penulis simpulkan bahwa:
• Leukimia adalah sekelompok penyakit ganas pada sumsum tulang belakang dan
system limfatik yang ditandai dengan proliferasi tanpa batas sel darah putih
abnormal dan imatur (Wong, 2009). Leukimia adalah proliferasi sel darah putih
yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah.
• Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi pertahunnya adalah 3
hingga 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia dibawah 15 tahun (
Margolin & Poplack, 1997 dalam Wong, 2009). Penyakit ini lebih sering terjadi
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yang masih berusia di atas 1
tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara 2 dan 6 tahun.
• Leukemia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan
peningkatan angka keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa
penyakit untuk jangka waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak
yang menderita leukemia limfoid akut mendekati angka 75% ( Fiebert & Shurin,
1998 dalam Wong, 2009),
1.2 Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan tentang leukimia sangatlah penting
untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah
tangga dan masyarakat pada umumnya, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa
tercapai dengan sempurna. Oleh karena itu penulis memberi saran kepada para
pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa
memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat
dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan masyarakat
bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA