Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN

Disusun Oleh

KELOMPOK 1

PASKALINA TEMEMUBUN (NH0518068)

MUHAMMAD ZULFIKAR (NH0520041)

MULKI RAMADHANIA (NH0520042)

MUNIRA (NH0520043)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Komunikasi Farmasi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah memberikan tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan bersama-sama.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan

demi kesempurnaan makalah ini. Harapan paling besar dari penyusunan makalah

ini adalah, mudah-mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat,baik untuk

pribadi,teman-teman serta orang lain yang ingin membacanya.

Makassar, 14 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

C. Tujuan .........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6

A. Kepatuhan Minum Obat .............................................................................6

B. Faktor Penyebab Ketidakpatuhan .............................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................14

A. Kesimpulan ...............................................................................................14

B. Penutup......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ApaituKepatuhanMinumObat:Kepatuhan pengobatan adalah

tingkat kesediaan serta sejauh mana upaya dan perilaku seorang pasien

dalam mematuhi instruksi, aturan atau anjuran medis yang diberikan oleh

seorang dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk menunjang

kesembuhan pasien tersebut.Kepatuhan merupakan perilaku yang tidak

mudah untuk dijalankan, karena untuk mencapai kesembuhan dari suatu

penyakit diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap pasien.

Pasien dianggap patuh dalam pengobatan adalah yang menyelesaikan

proses pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus. pengobatan

merupakan perilaku pasien secara luas yaitu termasuk di dalamnya

melaksanakan pengobatan, mengikuti diet dan mengubah gaya hidup.

Agar seseorang patuh diperlukan komitmen dan partisipasi semua petugas

sistem pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan berobat merupakan suatu

problematika yang membutuhkan strategi inovatif yang berbeda,

tergantung ketersediaan sumber di lingkungan tersebut dan kerja sama

serta dukungan petugas kesehatan, konselor, masyarakat dan anggota

keluarga.

Kepatuhan minum obat berhubungan dengan aturan minum obat

yang tertulis pada etiket obat. Kepatuhan tersebut harus sesuai dengan

informasi mengenai cara penggunaan obat, yang meliputi waktu dan

1
berapa kali obat tersebut digunakan dalam sehari. Seperti contoh untuk

obat dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet, berarti obat diminum setiap 8

jam dari waktu minum pertama kali. Jika pasien minum obat jam 6 pagi

maka selanjutnya pasien minum pukul 14.00 / jam 2 siang serta

selanjutnya diminum pada pukul 22.00 / jam 10 malam.Untuk pemakaian

2 x sehari berarti diminum setiap 12 jam. Jika minum obat pertama jam 6

pagi, maka untuk selanjutnya diminum pukul 18.00 / jam 6 sore.Untuk

aturan obat 1 x sehari, bila obat diminum pagi, misalnya jam 6, maka

untuk selanjutnya obat juga harus diminum teratur setiap jam 6 pagi.Untuk

beberapa obat, terdapat aturan pakai yang diharuskan untuk diminum

sebelum atau sesudah makan. Aturan ini menunjukkan bahwa obat

diminum 1 jam atau 30 menit sebelum makan atau 1 – 2 jam setelah

makan. Hal ini ditujukan agar obat dapat memberikan efek secara

maksimal. Seperti contoh obat captopril disarankan untuk diminum 1 jam

sebelum makan karena akan meningkatkan penyerapan obat. Ada juga

beberapa antibiotik yang harus diminum dengan susu atau tanpa susu.

Seperti, antibiotik ciprofloksasin disarankan diminum menggunakan air

putih dan tidak menggunakan susu. Hal ini untuk menghidari terjadinya

penurunan penyerapan antibiotik ke dalam tubuh.  Ada juga antibiotik

yang disarankan untuk diminum menggunakan susu,

seperti griseofulvin untuk meningkatkan penyerapan obat di dalam tubuh.

Obat jenis antibiotik harus dikonsumsi sampai habis dan harus dengan

resep dokter.

2
Selain obat yang diminum, terdapat juga obat yang cara

penggunaannya dihisap ataupun ditempel. Untuk penggunaan obat

seperti turbuhaler (dihisap), untuk pasien yang kurang jelas dalam

pemakaiannya dapat menanyakan kepada apoteker, karena biasanya

terdapat beberapa pasien yang salah dalam penggunaannya seperti aturan

pakai ataupun penggunaan alat tersebut. Selain itu, setelah penggunaan

alat tersebut pasien diharapkan berkumur menggunakan air hangat agar

terhindar dari efek samping obat tersebut yaitu sariawan. Contoh lain obat

yang digunakan dengan cara menempalkan pada kulit adalah fenthanyl

patch. Untuk obat seperti ini, disarankan penempelan diletakkan pada

bagian tubuh yang tidak terdapat bulu atau rambut. Bila ada, maka dapat

dilakukanan pencukuran terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar obat dapat

masuk kedalam tubuh tanpa terhalang oleh rambut atau bulu. Itulah

beberapa contoh obat dalam penggunaannya menggunakan intruksi khusus

yang ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan menurunkan efek

samping obat. Jika terdapat informasi yang kurang jelas dapat ditanyakan

kepada apoteker praktek di apotek atau pelayanan kesehatan terdekat.

Yang terpenting sebelum menggunakan obat yaitu periksa terlebih

dahulu tanggal kadaluarsa obat pada kemasan obat sebelum

digunakan

Beberapa informasi aturan minum obat yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Obat diminum sampai habis sesuai jadwal dan aturan pakai,

contoh : antibiotik.

3
b. Obat diminum jika perlu, contoh : obat penurun panas.

c. Obat dikunyah terlebih dahulu, contoh : tablet kunyah antasida.

d. Obat ditaruh di bawah lidah, contoh : obat jantung (isosorbid dinitrat).

e. Obat dikocok dahulu, contoh : suspensi (antasida / obat maag) dan emulsi

(multivitamin + minyak ikan).

f. Obat dalam bentuk tablet / kapsul sebaiknya diminum dengan segelas air

putih.

g. Obat tertentu dapat dipengaruhi oleh makanan / minuman. Tidak semua obat

harus diminum sesudah makan, juga terkadang ada obat yang tidak boleh

diminum bersamaan dengan obat lain. Contoh : captopril (diminum waktu

perut kosong, yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah

makan), metoklopramid (untuk antimual-muntah, diminum 1 jam sebelum

makan), griseofulvin (diminum bersama makanan berlemak), tetrasiklin (tidak

boleh diminum bersama susu atau antasida / obat maag).

h. Obat tertentu dapat mempengaruhi kerja obat lain, sehingga tidak boleh

diberikan bersamaan, contoh : omeprazole dengan clopidogrel.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Bagaimana pentingnya kepatuhan minum obat untuk pasien.?

2. Apa penyebab ketidak patuhan pasien.?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pentingnya kepatuhan minum obat untuk pasien

4
2. Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan pasien

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Kepatuhan Minum Obat

Definisi WHO tersebut diterjemahkan, maka ”meningkatkan kepatuhan”

berarti bahwa pemberian pengobatan harus disertai dengan pemberian informasi

yang memadai. Dengan kata lain, informasi obat dan pengobatan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari proses terapi rasional.

Seringkali, dokter dianggap merupakan pemegang keputusan terakhir

dalam suatus proses terapi. Namun, dalam hal penggunaan obat, apoteker dan

petugas penyerah obat lainnya, merupakan petugas terakhir yang menyerahkan

obat kepada pasien. Proses penyerahan obat seringkali diabaikan oleh para

penyusun kebijakan di bidang kesehatan selama pengembangan proses pemberian

pelayanan kesehatan. Proses ini biasanya dianggap kurang penting dibandingkan

proses diagnosis, pengadaan, kontrol penyimpanan dan distribusi. Kelalaian ini

sangat merugikan karena proses penyerahan obat yang tidak tepat dan tidak

terkontrol dapat menimbulkan dampak buruk bagi sistem pemberian pelayanan

kesehatan. Semua proses yang yang telah dilakukan hingga penentuan obat untuk

pasien akan menjadi tidak berguna bila proses penyerahan obat tidak dapat

menjamin ketepatan pemberian obat yang benar kepada pasien yang benar dalam

dosis dan jumlah yang efektif, dengan instruksi yang jelas dan penyimpanan obat

dalam kemasan yang menjamin kestabilan obat. Karena petugas penyerah obat

merupakan orang terakhir yang berkomunikasi dengan pasien sebelum obat

digunakan, maka proses penyerahan obat merupakan tahap yang sangat penting

dalam menentukan penggunaan obat yang tepat. Karena itu, proses ini harus

dimengerti oleh setiap pelaku proses penyerahan obat.

Dalam proses penyerahan obat, ada delapan langkah penting yang harus

dilakukan untuk menjamin terlaksananya penyerahan obat yang benar kepada

6
pasien dari petugas penyerah obat. Setiap langkah membawa tanggungjawab dan

atau pertimbangan yang penting untuk dilakukan.

Dalam hal ini, diasumsikan bahwa pemberi resep telah melakukan

diagnosis yang benar serta memilih obat yang benar dan regimen yang tepat, serta

pasien mempunyai akses terhadap apotik.

Langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Petugas penyerah obat menerima resep yang benar dari pasien atau pemberi

resep (secara tertulis atau lisan) dan melakukan pengkajian resep terhadap

antara lain :

a. Originalitas (keaslian) resep.

b. Jika diperlukan komunikasi dengan pemberi resep untuk resep yang

meragukan dan tidak jelas.

2. Petugas penyerah obat membaca resep dengan benar dan memeriksa

ketepatan instruksi yang tertulis pada resep, terhadap :

a. Nama obat.

b. Dosis, cara dan lama pemberian.

c. Ketersediaan obat.

3. Petugas penyerah obat kemudian mencari obat di tempat penyimpanannya

4. Obat yang diresepkan tersedia dalam kondisi layak pakai (tidak kadaluarsa

atau rusak). Petugas penyerah obat harus :

a. Menjamin obat disimpan pada tempat yang benar.

b. Memeriksa tanggal kadaluarsa dan melakukan proses FIFO (First in

First Out).

7
c. Melakukan proses periksa dan periksa ulang (jika memungkinkan)

terhadap ketepatan nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat yang

diberikan.

5. Petugas penyerah obat harus memiliki pengetahuan obat dan cara

penggunaan obat yang tepat dan dapat pula melakukan hal berikut :

a. Penyiapan obat dengan tepat.

b. Pengecekan kembali terhadap jenis obat dan dosis.

6. Petugas penyerah obat harus mengkomunikasikan kepada pasien cara yang

tepat untuk menggunakan obat melalui informasi mengenai :

a. Etiket obat yang mencantumkan informasi mengenai nama pasien, nama

obat, petunjuk penggunaan obat, tanggal pemberian obat, identitas

pemberi resep, dan identitas petugas penyerah obat.

b. Instruksi berupa simbol, untuk pasien yang buta huruf.

c. Pemberian label/etiket informasi tambahan untuk obat.

7. Pasien mengerti terhadap instruksi dari petugas penyerah obat. Petugas

penyerah obat harus ;

a. Mengulang secara lisan, instruksi yang tertulis pada etiket, jika

memungkinkan dalam bahasa yang jelas dan lugas, yang dimengerti oleh

pasien.

b. Meminta pasien untuk mengulang instruksi yang diberikan.

c. Menekankan kebutuhan terhadap adanya kepatuhan.

d. Menginformasikan peringatan dan perhatian terkait penggunaan obat.

e. Memberikan perhatian khusus terhadap kondisi tertentu seperti wanita

hamil, pasien yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, buta

8
huruf, anak dan pasien lansia dan pasien yang mendapatkan lebih dari satu

jenis obat

8. Yakinkan pasien untuk mematuhi instruksi dari terap

Untuk meningkatkan kepatuhan, pemberian obat harus disertai

dengan pemberian informasi yang memadai. Komunikasi dengan pasien

atau keluarganya seringkali menemui hambatan, sehingga pasien gagal untuk

mengikuti petunjuk pengobatan. Berikut ini beberapa kemungkinan

penyebab yang telah teridentifikasi:

a. Ada kesenjangan antar pemberi dan penerima informasi, baik dalam

penggunaan bahasa, cara penuturan, ataupun cara pendekatan.

b. Waktu untuk memberikan informasi terbatas.

c. Pemberi informasi tidak berhasil menarik perhatian atau keterbukaan

pasie/keluarganya.

d. Informasi yang diberikan tidak diartikan secara benar, atau tidak

dimengerti.

e. Petunjuk yang diberikan tidak dipahami.

f. Petunjuk yang diberikan tidak disepakati.

g. Petunjuk yang diberikan tidak dapat dilaksanakan.

h. Petunjuk diberikan secara tidak lengkap.

i. Hal-hal yang harus dikerjakan terlupa.

j. Pasien tidak suka diajak berdiskusi.

k. Pasien/keluarga merasa sudah mengetahui.

9. Keyakinan pasien/keluarganya sulit diubah.

9
Tidak tersampaikannya informasi secara baik, mutlak menjadi

tanggung jawab apoteker atau petugas penyerah obat lainnya, walaupun

hambatannya mungkin ada di pihak penerima. Untuk itu, perlu diwaspadai

kemungkinan adanya hambatan diatas, agar dapat segera diantisipasi.

B. Faktor Penyebab Ketidakpatuhan

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan

pasien dalam menggunakan obat, antara lain: faktor penyakit, faktor pasien,

faktor tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan serta pemerintah.Penyakit,

terutama penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dsb) harus mengkonsumsi

obat dalam jangka panjang atau mungkin seumur hidupnya, sehingga tingkat

kepatuhannya lebih rendah dibandingkan penderita penyakit atau gangguan

kesehatan akut. Jumlah dan macam obat yang diterima pasien terkait dengan

kondisinya juga berpengaruh terhadap kepatuhan, terlebih apabila obat-obat

tersebut memiliki jadwal pemakaian yang berbeda-beda ataupun perlu digunakan

dengan cara yang rumit (terutama terjadi pada pasien lanjut usia).

Sementara dari sisi pasien, ada cukup banyak faktor yang bisa

berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien dalam menggunaan obat, misalnya:

1. Persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya contoh :

2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit dan kesehatan

3. Kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas pengobatan modern

4. Pengalaman atau ketakutan akan efek samping obat, seperti misalnya pada

penggunaan obat-obatan diuretik untuk menurunkan tekanan darah tinggi,

pasien merasa terganggu dengan efek samping obat yang menyebabkan

pasien sering buang air kecil

10
5. Faktor lupa

6. Kondisi sosial ekonomi pasien sehingga pasien tidak memperoleh obat yang

diperlukannya karena harga obat yang tidak terjangkau

7. Kondisi cacat fisik

8. Faktor lain seperti takut mengalami ketergantungan pada obat

9. Kurangnya kesadaran untuk melakukan modifikasi gaya hidup untuk

menunjang keberhasilan terapi

Tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, apoteker, perawat, dan ahli gizi,

memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien agar terapi yang dilakukan

berhasil. Faktor yang berasal dari tenaga kesehatan yang dapat mengurangi

tingkat kepatuhan pasien antara lain:

1. Kurangnya komunikasi dua arah yang antara pasien dengan tenaga kesehatan

terkait penyakit, obat (mencakup jenis, jumlah, kegunaan, dosis, cara pakai

obat), diet dan perubahan gaya hidup yang diperlukan pasien, maupun

mengetahui hambatan yang dihadapi pasien dalam menjalankan terapi

2. Kurangnya kolaborasi interprofesi antara satu tenaga kesehatan dengan

tenaga kesehatan yang lain untuk mewujudkan praktek pengobatan yang

ideal dan mendukung kesembuhan pasien

Tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, apoteker, perawat, dan ahli gizi,

memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien agar terapi yang dilakukan

berhasil. Faktor yang berasal dari tenaga kesehatan yang dapat mengurangi

tingkat kepatuhan pasien antara lain:

1. Kurangnya komunikasi dua arah yang antara pasien dengan tenaga kesehatan

terkait penyakit, obat (mencakup jenis, jumlah, kegunaan, dosis, cara pakai

11
obat), diet dan perubahan gaya hidup yang diperlukan pasien, maupun

mengetahui hambatan yang dihadapi pasien dalam menjalankan terapi

2. Kurangnya kolaborasi interprofesi antara satu tenaga kesehatan dengan

tenaga kesehatan yang lain untuk mewujudkan praktek pengobatan yang

ideal dan mendukung kesembuhan pasien

Melihat banyaknya faktor yang menjadi penyebab rendahnya kepatuhan

pasien dalam menggunakan obat, maka bagaimanakah pendekatan dan upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien Hal yang dapat

diupayakan antara lain:

1. Pasien

Faktor yang terpenting adalah bagaimana pasien dapat menerima

kondisi klinis tertentu yang mengharuskan pasien menjalani terapi. Dengan

demikian pasien termotivasi untuk sembuh dengan cara menggunakan obat-

obatan yang diterimanya secara patuh serta melakukan perubahan gaya hidup

untuk mendukung kesembuhan. Faktor psikologis lain seperti ketakutan akan

peralatan medis atau takut mengalami ketergantungan obat dapat diatasi

dengan pemberian informasi yang cukup dan pendampingan dari keluarga dan

tenaga kesehatan. Pendamping Minum Obat (PMO) memegang peranan

penting bagi peningkatan kepatuhan pasien terutama pasien-pasien lanjut usia

dan pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, TBC,

dan lain sebagainya.

2. Tenaga kesehatan

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat, seluruh

tenaga kesehatan harus berkolaborasi sesuai dengan keahlian masing-masing.

Praktek kolaborasi ini terbukti dapat meningkatkan keberhasilan terapi dan

12
kualitas kesehatan secara komprehensif, karena pasien mendapatkan

pemeriksaan, menerima obat, mendapatkan perawatan dan pendampingan dari

tenaga yang kompeten.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Kepatuhan pengobatan adalah tingkat kesediaan serta sejauh mana upaya

dan perilaku seorang pasien dalam mematuhi instruksi, aturan atau

anjuran medis yang diberikan oleh seorang dokter atau profesional

kesehatan lainnya untuk menunjang kesembuhan pasien

tersebut.Kepatuhan merupakan perilaku yang tidak mudah untuk

dijalankan, karena untuk mencapai kesembuhan dari suatu penyakit

diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap pasien. Pasien

dianggap patuh dalam pengobatan adalah yang menyelesaikan proses

pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus. pengobatan

merupakan perilaku pasien secara luas yaitu termasuk di dalamnya

melaksanakan pengobatan, mengikuti diet dan mengubah gaya hidup.

Banyak hal yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien dalam

meminum obat

B. Saran

Mengingat masih banyak kekurangan dari kelompok kami baaik

dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya .

Sehingga kelompok kami mengharapkan saran dan kritiknya dari

pembaca yang membangun.karena penulis menyadari bahwa makalah ini

jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Lasuardi, I. 2014 Hubungan Kepatuhan Minum Obat. Fakultas Keodkteran

Universitas Syiah : Aceh

Yosep,I. 2011. Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC : Jakarta

15
16

Anda mungkin juga menyukai