Klausa transitif
Kalusa transitif merupakan jenis klausa verbal yang predikatnya harus dilengkapi dengan objek.
Klausa verbal transitif bisa dirubah menjadi kalimat pasif.
Kata kerja pada klausa transitif menggunakan kata kerja berimbuhan me-, memper-, memper-i,
memper-kan, me-i, dan me-kan.
Klausa intransitif
Klausa intransitif adalah jenis klausa verbal yang predikatnya tidak harus dilengkapi dengan
objek.
Klausa verbal intransitif tidak bisa dirubah ke kalimat pasif.
Klausa intransitif menggunakan kata kerja berimbuhan ber-, ber-an, dan ter-. Namun, ada
beberapa kata kerja berimbuhan me- yang masuk dalam kategori klausa verbal intransitif, misalnya:
menari atau meraung.
Berdasarkan subjeknya, klausa transitif dibagi lagi menjadi empat kategori, yaitu klausa aktif, klausa
pasif, klausa medial, dan resiprokal.
Klausa aktif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku dan predikatnya
merupakan kata kerja berimbuhan meng, meng-i dan meng-kan, (Arifin, 2008:38).
Klausa pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita dan predikatnya adalah
kata kerja berimbuhan di-, ter-, ber-an diawali kata kena.
Klausa medial adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku sekaligus penderita, atau
gabungan klausa aktif dan pasif.
Klausa resiprokal atau klausa reflektif adalah klausa yang subjek dan objeknya saling
membalas.
Predikat dalam kalimat verbal yang digunakan adalah kata ulang berimbuhan ber-an atau diawali dengan
kata saling. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh klausa verbal transitif dan intransitif dalam bentuk
kalimat.
Pak Ustaz mengajari para santri Bahasa Arab. (Subjek yang menjadi pelaku : Pak Ustaz,
predikat verbal : mengajari)
Para warga mengubur jenazah pada pukul 09.00. (Subjek yang menjadi pelaku : para warga,
predikat verbal : mengubur)
Hari ini, Ibu Guru mengajarkan murid Matematika. (Subjek yang menjadi pelaku : Ibu Guru,
predikat : mengajarkan)
Panitia menganggarkan uang sebesar 100 juta untuk kegiatan seminar hari ini. (Subjek yang
menjadi pelaku : panitia, predikat verbal : menganggarkan)
Sehabis salat Subuh, aku mengantar Ibu pergi ke pasar. (Subjek yang menjadi pelaku : aku,
predikat verbal: mengantar)
Fauzi memukuli temannya karena kesal. (Subjek yang menjadi pelaku : Fauzi, predikat verbal :
memukuli)
Dendi melamar kerja di sebuah perusahaan multinasional. (Subjek yang menjadi pelaku : Dendi,
predikat : melamar)
Dokter menganjurkan saya supaya makan dengan teratur. (Subjek yang menjadi pelaku : dokter,
predikat : menganjurkan)
Akhirnya, Ibu Ningsih mengakui Danar sebagai anaknya. (Subjek yang menjadi pelaku : Ibu
Ningsih, predikat: mengakui)
Roni mengoleksi komik Jepang sejak SD. (Subjek yang mejadi pelaku : Roni, predikat :
mengoleksi)
Dia masih merenungi nasibnya sendiri. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : dia)
Lani melukai tangannya dengan sebilah pisau. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban :
Lani)
Sedari tadi, engkau terus menggaruk kepalamu. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban :
engkau)
Aku masih menyesali perbuatanku. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : aku)
Dia sungguh meyakini keputusannya. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : di)
Denok meragukan jalan pikirannya sendiri. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban :
Denok)
Rully mencaci maki kekurangan yang dia miliki. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban :
Rully)
Kucing itu menjilati ekornya sendiri. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : kucing itu)
Ibu masih bersolek diri di depan cermin. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : Ibu)
Rudi sedang mengobati luka di kakinya. (Subjek yang menjadi pelaku sekaligus korban : Rudi)
SINTAKSIS
Sintaksis secara etiomologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya dengan dan ‘tattein’ artinya
menempatkan. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Sintaksis yang berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxsis. Sedangkan
dalam bahasa Inggris adalah syntax.
Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-
kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat. Misalnya tertib kata atau infleksi
Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan pemberian penggantian
yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure itu.
Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu sama lainnya sebagai
penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat, studi dan ilmu
bangun kalimat.
Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbale balik antara kata-kata,
frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini
menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K
itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa
karenan kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan
memiliki peranan tertentu.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang berkategori nomina, tempat kosong yang
bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek
diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh
frasa tadi pagi yang berkategori nomina.
Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang
lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif.
Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan
kalimat.
Contoh:
Nenekku
Di pohon
1. Ciri-ciri Frasa
2. Jenis-jenis Frasa
1. Frasa berdasarkan jenis/kelas kata
Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda.
Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan pertama,
dll.
2. Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, ',
lahir bathin, dll.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang
hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan
pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
2. Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan
kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat
tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
3. Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a).
Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi
daerah pertambangan batubara.
Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan)
dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling
dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar, dll.
2. Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman tentram, makmur dan
sejahtera, dll
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong
merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat tinggalku dulu,
merupakan keterangan tambahan.
Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat
modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan
pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik,
begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat
koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan
kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
1. Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
2. Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :
1. Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami membeli setengah
lusin buku tulis.
2. Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau tiga orang telah
menyetujui kesepakatan itu.
Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban
dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau bagaimana
merupakan pertanda dari jawaban predikat.
Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling
menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami pergi kemari atau
kesana tidak ada masalah.
Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling
menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan.
b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.
Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :
Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan
menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM),
dua orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :
1. Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu
kandung (DM), tiga ekor (MD).
2. Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan
unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Alip si penari ular sangat cantik., kata Alip posisinya sebagai
diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
3. Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh :
ayah ibu, warta berita, dll.
Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas.
contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur
pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh
kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ibu.
2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna
yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta
Klausa
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran
kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi
kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final
kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat. Dapat juga dikatakan,
klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur
predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa
yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri
dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa
intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat
majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling
menerangkan.
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya.
Contohnya sebagai berikut. Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua
suaminya bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya
seperti berikut ini. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di
atas terdiri dari tiga klausa yaitu. 1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) 2) Setelah ayahnya meninggal
(klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya
meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk
setara)
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah
klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat,
dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi
predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial
dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif,
klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.
Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frase.
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa
yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila . Klausa berupa sata
dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau
frasenomina yang juga berlaku sebagai subjek.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf
(2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam
bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa,
atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal
mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit;
2. Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh
kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu
intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau
tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang
intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. Dalam bahasa lisan
diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, Sekurang-kurangnya terdiri dari
atas subjek dan prediket. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna
pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya
adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud
fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak
semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada
dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan
keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan
oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut: jawaban apa atau siapa,
dapat didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina) dapat diserta kata ini atau itu,
dapat disertai pewatas yang, tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S
2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan
predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
3. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat
dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang
mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina atau frasa
nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di belakang predikat (yang
diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh
berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan
melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi
oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.
Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh
verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di-
atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi
predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya
mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau
predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila
kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P
Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar
unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan
dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur
yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva,
frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu
Jenis-jenis kalimat
Kesimpulan
Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis
secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya
dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa
yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa
yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase .”.